• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Kolesterol

Kolesterol (bahasa Yunani: chole = empedu, stereos = padat) adalah zat alamiah dengan sifat-sifat berupa lemak dan steroid. Kolesterol merupakan bahan bangun essensial untuk sintesa zat-zat penting seperti hormon kelamin dan anak ginjal, glikosida-glikosida jantung dan vitamin D. Kolesterol terdapat dalam semua sel hidup, misalnya sebagai bahan isolasi sekitar serat-serat saraf dan disalut-salut sel begitu pula dalam lemak-lemak hewani dan sebagai komponen utama dari batu-batu empedu. Resorpsinya dari usus hanya terjadi bila terdapat cukup asam empedu (asam kolat) untuk mengemulsi jumlah kolesterol yang diresorpsinya berbeda-beda secara individual dan antara lain tergantung dari

susunan makanan (adanya serat-serat) dan lamanya perjalanan di usus, batasnya terletak antara 200 mg dan 800 mg sehari. Sebagai pedoman dianjurkan 250-300 sehari (Tjay dan Rahardja, 2007).

Proses yang meningkatkan kadar kolesterol adalah 1) Pengambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor LDL. 2) Pengambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh lintasan yang tidak diperantai reseptor. 3) Pengambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya akan kolesterol itu oleh membran sel. 4) Sintesis kolesterol. 5) Hidrolis ester kolesterol oleh enzim ester kolesterol hidrolase (Mayes dkk, 1997).

Pada manusia kadar kolesterol total dalam plasma 5,2 mmol/l dan kadar ini meningkat bersamaan dengan penambahan umur, sekalipun diantara berbagai individu terdapat variasi yang luas (Mayes dkk, 1997). Kolesterol merupakan senyawa sterol yaitu bentuk alkohol steroid yang mempunyai ikatan rangkap. Senyawa steroid yang memiliki struktur yang sama yaitu terdiri dari sistem gabungan cincin yang disebut siklopentana perhidrofenatrena. Struktur kimia steroid dapat dilihat pada Gambar 3.

Sterol merupakan steroid yang mengalami modifikasi, karena kehadiran 1 rantai hidrokarbon yang mengandung 8 sampai 10 atom karbon pada posisi 17 dan kehadiran hidroksil pada posisi 3 pada cincin. Kolesterol (Gambar 4) mengandung 8 atom karbon, dan mengandung ikatan rangkap pada posisi C5-C6 cincin siklopentana perhidrofentatre.

Gambar 4. Struktur kimia kolesterol (Poedjiadi, 1994)

Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh. Kolesterol berasal dari lemak yang menghasilkan 9 kalori. Sementara itu, karbohidrat dari tepung dan gula hanya menghasilkan 4 kalori. Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol untuk membungkus jaringan saraf, meliputi sel dan sebagai pelarut vitamin. Pada anak-anak, kolesterol dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2003).

Resorpsi kolesterol dari usus hanya terjadi bila ada cukup asam empedu yang berasal dari embedu untuk mengemulsikannya. Tergantung dari susunan makanannya antara lain jumlah kolesterol, lemak hewani dan serat nabati setiap hari dapat diserap sebanyak 200-600mg kolesterol. Di samping itu, tubuh

terutama hati membentuk 700-1000 mg kolesterol sehari untuk memenuhi kebutuhannya (Tjay dan Rahardja 2007).

Biosintesis kolesterol dibagi menjadi lima tahap yaitu: 1) Asam Mevalonat, yang merupakan senyawa enam karbon disintesis dari asetil-KoA. 2) Isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2. 3) Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa-antara skualena. 4) Skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk yaitu lanosterol. 5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol melewati beberapa tahap selanjutnya termasuk pelepasan tiga gugus metil (Mayes dkk, 1997)

Pengaturan sintesis kolesterol dilakukan di dekat awal lintasan yakni pada tahap HMG-KoA reduktase. Dalam hati terdapat mekanisme dimana HMG-KoA dihambat oleh mevalonat. Karena penghambatan langsung enzim tersebut oleh kolesterol tidak dapat diperagakan, kolesterol (atau metabolitnya, misal sterol teroksigenasi) dapat berkerja melalui represi sintesis enzim reduktase yang baru atau dengan memicu sintesis enzim yang menguraikan enzim reduktase yang ada. Sintesis kolesterol juga dihambat oleh LDL-kolesterol reduktase yang ada. Sintesis juga bisa dihambat oleh LDL-kolesterol yang diambil melalui reseptor LDL (reseptor E, apo B-100). Variasi diurnal terdapat sejumlah efek pada aktivitas reduktase yang terjadi lebih cepat daripada yang dapat dijelaskan hanya oleh perubahan pada kecepatam sintesis protein. Pemberian hormon insulin dan hormaon tiroid meningkatkan aktivitas HMG-KoA reduktase, sedangkan hormon glukagon atau glukokortiroid menurunkannya. Enzim tersebut terdapat dalam bentuk aktif maupun inaktif secara reversibel dapat dimodifikasi oleh mekanisme

fosforilasi-defosforilasi, dimana sebagian diantaranya mungkin bergantung pada cAMP dan dengan demikian bereaksi segera terhadap hormon glukagon (Mayes dkk, 1997). Mekanisme biosintesis kolesterol dapat dilihat pada Gambar 5.

Biosintesis kolesterol dari asetat diringkas dari Gambar 5, enam asam mevalonat berkondensi untuk membentuk skualen yang kemudian dihidrolis dan diubah ke kolesterol. Panah putus-putus menunjukkan inhibisi umpan balik oleh kolesterol menghambat sintetisnya sendiri dengan menghambat HMG-koA reduktase, enzim yang mengubah β-hidroksi-βmetil glutaril koA ke asam mevalonat sehingga bila dimasukkan kolesterol diet tinggi maka sintesis hati menurun serta sebaliknya (Ganong, 1995).

6. Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah meningkatnya kadar kolesterol dan atau trigliserida. Hiperlipidemia didefinisikan sebagai serum kolesterol minimal 200mg/dl atau serum trigliserida minimal 150 mg/dl (Mihardja, 1999). Hiperlipidemia (lebih tepat hiperlipoproteinemia) adalah keadaan dimana kadar lipoprotein meningkat. Dapat dibedakan dua jenis, yakni:

a. Hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL (dan kolesterol total) b. Hipertrigliseridemia dimana kadar trigliserida meningkat (Tjay dan Rahardja,

2007)

c. Hiperlipidemia, kelebihan lipid dalam plasma ini sinonim dengan hiperlipoproteinemia, istilah yang lebih memberikan gambaran mengenai abnormalitas metabolik yang sesungguhnya karena lipid plasma sebenarnya ada dalam bentuk kompleks lipoprotein. hiperlipoproteinemia ini mungkin primer atau sekunder, akibat diet, penyakit, atau pemberian obat. Bentuk-bentuk hiperlipoprotein tertentu dihubungkan dengan naiknya kejadian

aterosklerosis, proses patologis yang menyebabkan penyakit jantung koroner dan penyakit-penyakit serius lainnya (Montgomery dkk, 1983).

Mekanisme terjadinya hiperlipidemia ada bermacam-macam yaitu a) Akibat lemak yang umumnya tinggi kolesterol, lemak jenuh dan kalori berlebihan. b) Pengaruh lingkungan, gaya hidup dan alkohol. c) Karena faktor genetik seperti pada hiperlipidemia primer (Setiati, 2009).

Dalam kebanyakan hal hiperlipidemia bersifat familiar dengan faktor keturunan dan jarang sudah terdapat sejak lahir. Gejala-gejala yang timbul sangat khas yaitu xhantomata yaitu bercak-bercak kuning (Yunani xantos) di atas kulit khususnya pada kelopak mata. Juga keluhan-keluhan perut, pankreatis dan aterosklerosis (Tjay dan Rahardja, 2007).

Pengobatan hiperproteinemia didasarkan karena adanya hubungan hiperlipidemia dengan aterosklerosis (koroner dan perifer), pankreatis akut (dengan hipergliseridemia) dan tendonitis serta xanthom (kosmetik). Pengobatan hiperkolesterolemia terutama ditujukan pada pasien dengan riwayat aterosklerosis premature dalam keluarga dan dengan adanya faktor resiko lainnya seperti diabetes mellitus, hipertensi dan merokok. Pengobatan ini meliputi penyelusuran jenis kelamin, lipid pasien, lalu pemberian obat sesuai dengan keadaan patofisiologis penyakit (Ganiswara, 1995).

Ada berbagai macam klasifikasi dislipidemia (tingginya kadar kolesterol dan trigliserida), diantaranya klasifikasi fenotipik dan klasifikasi patogenik.

a. Klasifikasi Fenotipik

1) Klasifikasi NHLBI

Klasifikasi ini biasa disebut dengan klasifikasi Frederickson yang membagi hiperlipoproteinemia atas dasar fenotip plasma. Klasifikasi ini merupakan alat bantu yang penting karena meliputi berbagai kelainan metabolisme yang berhubungan dengan metabolisme yang berhubungan dengan hiperlipoproteinemia, mengidentifikasi jenis lipoprotein yang meningkat dengan gejala klinik serta bermanfaat dalam menentukan pengobatan tanpa memandang etiologi penyakit. Kekurangannya adalah sistem ini cenderung menggabungkan jenis penyakit yang secara etiologi berbeda kedalam satu kelas penyakit (Ganiswara, 1995). Klasifikasi Frederickson ini dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Klasifikasi Hiperlipoproteinemia Primer Frederickson (Ganiswara, 1995)

Tipe

Peningkatan utama dalam pidana

Resiko

aterosklerosis Klinis Lipoprotein Lipid

I Kilomikron Trigliserid

eksogen Rendah

Hati dan limpa nyeri perut

IIA LDL Kolesterol Sangat Tinggi Xantoma, Aerus cornea

IIB VLDL, LDL Trigliserida,

kolesterol Sangat Tinggi

Aerus senilis, Xanthelasma

III IDL,

Kiloremnants

Kolesterol,

Trigliserida Sangat Tinggi Xanthoma, Nyeri perut

IV VLDL Trigliserida, endogen Tinggi Xanthoma, Lipomaretinalis V VLDL, Kilomikron Trigliserida, endogen Rendah

Nyeri perut, pankreatis, Hati & limpa

2) Klasifikasi EAS (European Atherosclerosis Society)

a) Kadar kolesterol darah meningkat (hiperkolesterolemia) bila kadar kolesterol total ≥ 240 mg/dl

b) Kadar trigliserida darah meningkat (hipertrigliseridemia) bila ≥ 200 mg/dl c) Kadar kolesterol dan trigliserida darah keduannya meninggi (dislipidemia

campuran) (Dalimartha, 2003).

b. Klasifikasi Patogenik

Klasifikasi ini ada dua macam yaitu dislipidemia primer dan sekunder. 1) Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu dislipidemia poligenik dan dislipidemia monogenik. Contoh kelainan dislipidemia poligenik diantaranya sebagai berikut:

a) Hiperkolesterolemia poligenik (Common Hipercholesterolemia)

Lebih dari 90% penderita hiperkolesterolemia disebabkan oleh jenis ini. Kadar kolesterol biasanya meningkat ringan atau sedang, tanpa adanya benjolan atau bercak berwarna kekuning-kuningan pada kulit yang disebabkan oleh penimbunan lemak setempat (xanthoma). Penyebab tingginya kolesterol LDL belum diketahui, tetapi beberapa faktor dianggap berperan seperti adanya gangguan ringan pada fungsi reseptor LDL, berkurangnya katabolisme kolesterol, dan penyerapan kolesterol yang meningkat.

b) Hiperkolesterol Familial (FH)

Kelainan ini bersifat autosomal dominan, ada yang bentuk homozigot dan ada yang heterozigot. Kolesterol-LDL meningkat akibat berkurangnya ataupun

ketidakmampuan reseptor LDL untuk berfungsi dengan baik dan penderitanya pasti mendapat PJK. Pada bentuk homozigot, kadar kolesterol total berkisar 600-1000 mg/dl tanpa dapat diobati. Jenis ini jarang ditemukan karena penderitanya sudah mendapat serangan jantung dan mati mendadak pada usia muda akibat aterosklerosis yang luas. Pada FH heterozigot, kadar kolesterol total berkisar 350-600 mg/dl karena reseptor LDL masih bekerja sebagian. Kadang terdapat benjolan xanthoma di tendon dan lingkaran arkus senilis di mata. Penderita pada umumnya mendapat infark jantung pada usia sekitar 40-50 tahun. Diagnosis ini perlu dipikirkan bila dijumpai kolesterol total dengan nilai > 260 mg/dl pada usia < 16 tahun atau > 300 mg/dl pada orang dewasa (Dalimartha, 2003).

2) Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder terjadi akibat mengidap penyakit tertentu. Dislipidemia sekunder juga bisa terjadi akibat infeksi, stress, dan kurang olah raga. Berbagai macam obat juga dapat meningkatkan kadar lemak darah, misalnya tiazid yang digunakan untuk peluruh kencing, retinoid, glukokortikoid, penyekat beta, progesterone dan androgen. Perempuan yang sudah mati haid (pasca-menopouse) bila menggunakan terapi estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol total sebesar 15% dan meningkatkan kolesterol HDL 15% tetapi dapat meningkatkan kadar trigliserida.

Pada dislipidemia sekunder, resiko terjadi PKV (penyakit kardiovaskuler) mungkin kurang bila dibandingkan dengan dislipidemia primer karena peningkatan kadar lemak lebih pendek. Namun, pada hipertrigliseridemia sekunder yang berat sering menyebabkan panreatitis akut. Dislipidemia sekunder

merupakan kelainan yang reversible. Penanggulangan penyakitnya atau menghentikan pemakaian obat-obatan tadi akan memperbaiki dislipidemianya (Dalimartha, 2003).

Arteriosklerosis adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Dikenal tiga bentuk arteriosklerosis yaitu aterosklerosis, arteriosklerosis monokeberg dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis yang paling umum ditemukan, ditandai dengan adanya aterom pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag. Pembuluh darah yang terkena arteri besar dan sedang yaitu pembuluh seberal, vertebral, koroner, renar, aorta, dan pemnbuluh di tungkai (Ganiswara, 1995).

Apabila kadar total kolesterol, LDL, dan trigliserida dalam darah tinggi dalam waktu yang berkepanjangan, maka kelebihan LDL dan trigliserida yang melayang-layang di dalam darah menyusup ke dalam dinding lapisan dalam arteri (faity streak). Peristiwa ini merupakan awal dari terjadinya aterosklerosis. Di lokasi tersebut endapan cairan pekat yang terdiri dari kolesterol, lemak, kapur, dan lain-lain menggelembung, makin lama makin banyak yang disebut cholesterol

plaque atau plak. Karena penggelembungan ini, maka dinding atau tutup plak

menjadi rentan untuk pecah. Bila hal tersebut terjadi, maka plak menumpahkan isinya ke dalam arteri. Keadaan diatas memicu berkumpulnya platelet yaitu komponen darah yang berfungsi untuk menutup luka. Berkumpulnya platelet dan zat-zat lain di suatu titik arteri dapat mendorong penggumpalan atau clotting dan

menyumbat darah. Penyumbatan pada arteri koroner itu disebut coronary thrombosis (Soeharto, 2001).

Peristiwa penyumbatan darah arteri koroner secara total atau okulasi (occulation) karena pecahnya plak inilah yang merupakan penyebab paling sering terjadinya serangan jantung atau stroke. Bila penyumbatan terjadi pada arteri ke otak, bisa menyebabkan stroke (Soeharto, 2001). Timbulnya aterosklerosis berawal dari tingginya kolesterol-LDL akibat kurangnya pembentukan reseptor LDL. Hal ini bisa terjadi akbat kelainan genetik seperti hiperkolesterolemia familial atau jenuhnya reseptor LDL sehubungan konsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung kolesterol tinggi (Dalimartha, 2003).

Komplikasi terpenting dari aterosklerosis adalah penyakit jantung koroner (PJK), gangguan pembuluh darah serebral dan gangguan pembuluh darah perifer. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian tersbesar di negara yang telah maju dan makin sering ditemukan di negara kita. Faktor-faktor yang merupakan predisposisi untuk timbulnya penyakit jantung koroner adalah hiperlipidemia, hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes mellitus, kurang gerak, keturunan dan stress (Ganiswara, 1995). Aterosklerosis juga dapat menimbulkan penyakit pembuluh darah perifer seperti caudicatio intermittent dan impotensi (Dalimartha, 2003).

7. Obat Antilipemika

Obat-obat antilipemika adalah obat-obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan atau trigliserida darah yang tinggi. Obat-obat yang kini tersedia adalah sebagai berikut:

a. Damar Penukar Ion (Damar pengikat Asam Empedu)

Khususnya menurunkan LDL (tipe IIA) dan kolesterol total, dengan rata-rata 20% bersama nikotinat sampai 40%, tidak bekerja terhadap HDL, trigliserida dan VLDL dapat dinaikkan.

1) Kolestiramin: Questran

Secara kimiawi damar penukar ion ini adalah polistiren dengan gugusan NH4 kuarterner, yang tidak direabsorbsi oleh usus. Berkhasiat menurunkan LDL dan kolesterol total, berdasarkan pengikatan garam empedu dalam usus halus menjadi kompleks yang dikeluarkan melalui tinja. Kadar asam empedu dalam plasma menurun dan hati di stimulasi untuk meningkatkan sintesa asam empedu dari kolesterol. Efeknya adalah turunnya LDL rata-rata 25%.

Kegunaannya, pada hiperkolesterolemia tipe IIA, sedang pada tipe IIB biasanya kombinasi dengan klofibrat karena tidak efektif terhadap VLDL. Namun bila dalam waktu 2-3 bulan hasilnya kurang baik, terapi hendaknya dihentikan (Tjay dan Rahardja, 2007).

2) Kolestipol: Colestid

Penukar ion ini dengan rumus kopolimer triamin memiliki khasiat dan efek samping yang sama dengan kolestiramin, perbedaaannya adalah tidak berbau dan tanpa rasa. Digunakan pada hiperkolesterolemia dan pada intoksikasi

digitoksin. Pada penggunaan terus-menerus, kadar kolesterol dapat meningkat. Kombinasinya dengan nikotinat dapat menurunkan kolesterol sampai 45% (Tjay dan Rahardja, 2007).

b. Asam Nikotinat dan Acipimox

Terutama menurunkan kadar trigliserida dan VLDL, efeknya terhadap kolesterol total dan LDL lebih ringan. Berhuubng efek sampingnya yang tidak enak (vasodilatasi pembuluh muka, flushing) khususnya dipakai sebagai obat tambahan pada damar dan fibrat.

1) Asam nikotinat: niacin

Asam piridin-3-karbonat ini berkhasiat menurunkan LDL dan VLDL, sedangkan HDL dinaikkan. Mekanisme kerjanya diperkirakan adalah dihambatnya sintesa LDL dan VLDL. Pembebasan asam lemak (lipolysis) dari trigliserida jaringan dihambat pula, sehingga dalam hati tidak tersedia cukup asam lemak bebas untuk sintesa lipida dan lipoprotein. Dalam tubuh, derivat ini diubah menjadi nikotinamid. Penggunaannya pada hiperlipidemia tipe II, III, IV, dan V, juga dikombinasi dengan obat-obat lain (Tjay dan Rahardja, 2007).

2) Acipimox: Olbetam, Nedios

Derivat pirazinkarbonat ini adalah analog dari nikotinat dengan khasiat dan efek samping yang sama. Selain itu, berkhasiat menghambat pembebasan asam lemak dari trigliserida, juga menstimulasi lipoprotein lipase di jaringan lemak, yang berakibat percepatan perombakan VLDL dan trigliserida. Acipimox terutama digunakan pada hiperlipidemia tipe IIB dan IV.

c. Fibrat

Berkhasiat menurunkan trigliserida dan VLDL dengan kuat, kolesterol total hanya sedikit. LDL dapat diturunkan pula, HDL dinaikkan sedikit, kecuali gemfibrozil yang menaikkan HDL dengan kuat. Obat-obat ini dapat menurunkan secara efektif kadar trigliserida yang tinggi berdasarkan penghambatan pemasukan kilomikron dari usus ke darah dan aktivasi proteinlipase, juga digunakan pada HDL campuran.

1) Klofibrat

Ester butirat ini berkhasiat menurunkan kadar VLDL dan trigliserida berdasarkan stimulasi aktivitas lipoproteinlipase sehingga perombakkan dan ekskresi trigliserida dan kolesterol dipercepat. Maka, zat ini akan sangat efektif untuk menurunkan kadar trigliserida, tetapi kerjanya terhadap kolesterol (LDL) lebih ringan, karena umumnya penurunan VLDL disertai kenaikan LDL. Digunakan pada trigliserida yang meningkat (Tipe III, ada kalanya tipe IIB dan IV). Resorbsinya dalam usus lambat tetapi lengkap, di dalam hati segera dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Ekstresinya berlangsung dengan kemih sebagau glukonida (Tjay dan Rahardja, 2007).

a) Simfibrat (Cholesolvin) merupakan senyawa dari dua molekul klofibrat dengan khasiat, sift, dan penggunaan yang sama

b) Fenofibrat (Lipanthyl) adalah derivat dengan sifat dan penggunaan yang sama, tetapi khasiatnya lebih kuat

c) Bezafibrat (Bezalip/retard) adalah derivat dengan sifat dan penggunaan sama pula (Tjay dan Rahardja, 2002).

2) Gemfibrozil

Derivat asam fibrat ini terutama berkhasiat menurunkan kadar trigliserida (VLDL) dan kolesterol (LDL), sedangkan kadar HDL dinaikkan. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan penghambatan produksi VLDL dan stimulasi lipase untuk merombak trigliserida. Digunakan terutama pada hipertrigliseridemia, juga pada hiperlipidemia tipe IIB, III, IV, dan V, ada kalanya bersama obat-obat lain (Tjay dan Rahardja, 2002).

d. Statin

Statin berkhasiat menurunkan dengan kuat kolesterol total, LDL, trigliserida dan VLDL lebih sedangkan HDL dinaikkan sedikit. Efeknya adalah berupa peningkatan kuosien HDL. Dapat dikombinasi dengan damar. Zat-zat statin bila dikombinasikan dengan fibrat dapat meningkatkan resiko akan suatu gangguan fatal (rhabdomylysis) yang ditandai nyeri otot mendadak, gejala-gejala flu atau urin gelap.

Obat-obat terbaru dari golongan statin (penghambat reduktase) adalah lovastatin, simvastatin, paravastatin, flustatin dan artovastatin. Simvastatin dan pravastatin diturunkan dari produk fermentasi jamur, sedangkan zat-zat lainnya adalah derivat sintetis. Di samping blockade sintesa kolesterol, statin juga meningkatan jumlah reseptor LDL. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan enzim HMG-CoA-reduktase yang berperan dalam hati untuk pengubahan HMG-Co-A menjadi asam mevalonat. Melalui langkah lain akhirnya menjadi kolesterol. Penggunaannya pada hiperkolesterolemia primer dan familial

untuk mengurangi resiko dan prevensi PJK (Penyakit Jantung Koroner) (Tjay dan Rahardja, 2007).

1) Simvastatin adalah ester naftyl dari asam butirat, dapat menurunkan LDL dan kadar kolesterol total dalam 2-4 minggu, VLDL dan trigliserida juga dapat diturunkan, sedangkan HLD dinaikkan sedikit. Pada umumnya, efek sudah nyata setelah 2 minggu dan maksimal sesudah 1 bulan. Khasiat menurunkan LDLnya sangat kuat, tetapi lebih lemah dari atorvastatin.

2) Pravastatin adalah derivat naftalen dengan khasiat, efek samping, dan penggunaan sama, dan dikatakan urang mengganggu fungsi hati.

3) Fluvastatin adalah derivat indol dengan fluor yang profil kerja dan penggunaannya sama pula.

4) Artovastatin adalah derivat pyrol terbaru dengan khasiat terkuat dari semua statin (Tjay dan Rahardja, 2007).

e. Neomisin

Antibiotik ini adalah campuran dari Neomisin A, B, dan C, yang dibentuk oleh jamur Steroptomyces fradiae. Zat-zat A dan B adalah stereoisomer, sedangkan C adalah zat perombakan dari A dan B, menurunkan kolesterol dan LDL dengan jalan mengubah micel dalam rongga usus.

Mekanisme kerjanya mungkin sama dengan damar, yakni mengikat asam kolat di duodenum hingga absrobsi kolesterol menurun. Ekskresi asam empedu naik 3-5 kali, hingga depot kolesterol menurun. Efeknya terhadap trigliserida, VLDL, dan HDL bervariasi. Digunakan pada hiperlipidemia primer, misalnya tipa

IIA. Adakalanya pada hiperkolesterolemia familial dikombinasikan dengan damar bila obat ini efeknya kurang (Tjay dan Rahardja, 2007).

f. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, High Density Lipoprotein)

Saat ini dikenal 3 jenis HDL yaitu HDL1, HDL2, dan HDL3. HDL1 didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol dan pernah dihubungkan dengan induksi aterosklerosis. Komponen HDL kira-kira sama pada laki-laki dan perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20% lebih rendah dari pada perempuan. Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relative menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada wanita).

HDL penting untuk membersihkan trigliserid dan kolesterol, dan untuk transport serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma. HDL biasanya membawa 20%-25% kolesterol darah. Kadar tinggi HDL2 dan HDL3 dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis. Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas. HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang.

Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen-progestin. HDL secara normal terdapat dalam plasma puasa, tetapi plasma yang didinginkan tetap jernih walaupun HDL terdapat dalam jumlah besar karena HDL lebih kecil daripada LDL (Tjay dan Rahardja, 2007).

g. Bawang Putih

Bawang putih memiliki khasiat anti aterogen (menurunkan LDL menghambat agregasi trombosit, dan menurunkan tekanan darah). Kandungan terpentingnya adalah Aliin (S-allyl-L-cysteinsulfoxide) yang oleh enzim ellinase diubah menjadi zat aktif allicin (diallyl-dithio-sulfoxide). Allicin mampu mengaktifkan sekresi insulin dan sintesa glikogen hati sehingga dapat berkhasiat sebagai hipoglikemis (Tjay dan Rahardja, 2007).

h. Minyak Ikan

Sediaan minyak ikan bermanfaat dalam pengobatan hipertrigliserida berat. Meskipun demikian kadang-kadang minyak ikan dapat memperburuk hiperkolesterolemia. Minyak ikan dengan kandungan asam lemak-omega-3 (n-3) EPA dan DHA berkhasiat anti litenis, anti trombotis dan anti hipertensif ringan, serta berfungsi pula sebagai zat tambahan pada pengobatan dan prevensi PJP. Dari banyak studi dengan hasil bertentengan dapat di simpulkan bahwa EPA dapat menurunkan kadar trigliserida dengan meningkatkan kadar trigliserida sampai dengan 25%, sedangkan kadar LDL dan HDL di naikkan sampai 3%., sehingga kadar kolesterol total tidak berubah (Tjay dan Raharja, 2007).

i. Serat Nabati

Serat nabati terdiri dari polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh flora usus dan tidak diserap. Yang terpenting adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, dan jenis gom. Banyak terdapat sebagai dinding sel dari jenis gandum, sayuran dan buah-buahan. Berkhasiat antilipemis karena menyerap asam empedu, kemudian dikeluarkan lewat tinja. Tanpa asam empedu dalam plasma menurun

dan hati distimulasi untuk meningkatkan sintesa asam empedu dari kolesterol, sehingga kadar kolesterol dalam plasma turun (Tjay dan Rahardja, 2007).

j. Vitamin C

Vitamin C dilaporkan berdaya antisklerotik karena dapat memobilisasi kolesterol dari arteri dan mengangkutnya ke hati, vitamin C menstimulasi perombakan kolesterol menjadi asam empedu. Pada manusia, dosis dari 500 mg

Dokumen terkait