• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar II.3

Struktur Perusahaan yang Menggunakan Sistem Satu Dewan Struktur perusahaan yang menganut satu dewan menunjukkan dewan direksi bertugas melakukan pengawasan terhadap manajer. Dewan direksi terdiri manajer dan manajer non eksekutif atau direksi independen sehingga sangat mungkin jika Chief Executive Officer merangkap sebagai ketua dewan direksi. Oleh sebab itu, sebagian besar regulator mencoba memisahkan tugas antara ketua dewan direksi dan Chief Execurive Officer agar memperoleh mekanisme yang lebih baik.

4. Faktor yang mempengaruhi corporate governance

Salah satu faktor yang mempengaruhi corporate governance adalah dewan komisaris. Dewan komisaris merupakan bagian dari corporate governance. Selain itu, dewan komisaris memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaanya karena mereka bertugas mengawasi jalannya perusahaan dan kebijakan yang diambil oleh dewan direksi. Hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi adalah

PEMEGANG

DEWAN DIREKSI

KOMITE AUDIT MANAJER

commit to user

hubungan checkand balance dengan tujuan akhir untuk kemajuan dan kesehatan perusahaan perbankan (KNKCG, 2006).

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia tahun 2006 menyatakan dalam memenuhi kewajiban dan melaksanakan check and balance antara dewan komisaris dan direksi perlu menyepakati beberapa hal adalah sebagai berikut ini.

a. Visi, misi, dan corporate value.

b. Sasaran usaha, strategi rencana jangka panjang maupun rencana kerja dan anggaran tahunan.

c. Kebijakan dalam memenuhi ketentuan perundang-undangan, anggaran dasar dan prudential banking practices termasuk komitmen untuk menghindari segala bentuk benturan kepentingan (conflict of interest).

d. Kebijakan dan metode penilaian kinerja perusahaan, unit-unit dalam organisasi bank dan personalianya.

e. Struktur organisasi ditingkat eksekutif yang mampu mendukung tercapainya sasaran usaha perusahaan.

Fungsi dewan komisaris berdasarkan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2004 pada Pengkajian Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan Bapepam mengenai Corporate Governance adalah sebagai berikut.

commit to user

a. Menelaah dan mengarahkan strategi perusahaan, rencana utama, kebijakan mengenai resiko, anggaran tahunan, dan rencana usaha, menetapkan sasaran kinerja, memonitor penerapan dan kinerja perusahaan serta memantau belanja modal yang besar, akuisisi dan divestasi.

b. Memonitor efektifitas praktik tata kelola perusahaan serta membuat perubahan-perubahan yang diperlukan.

c. Menyeleksi, memberikan kompensasi, memonitor serta bila perlu mengganti pejabat eksekutif serta mengawasi perencanaan penggantian pejabat.

d. Menyesuaikan remunerasi eksekutif kunci dan dewan dengan kepentingan jangka panjang dari perusahaan dan pemegang saham. e. Memastikan proses nominasi dan pemilihan dewan secara

transparan dan formal.

f. Memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan dari manajemen, anggota Dewan serta pemegang saham, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan penyelewengan dalam transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. g. Memastikan integritas sistem pelaporan akuntasi dan keuangan

perusahaan, termasuk audit independen, serta memastikan bahwa sistem pengendalian yang tepat telah diterapkan, khususnya mengenai sistem manajemen resiko, pengendalian keuangan dan

commit to user

operasional, serta kesesuaian dengan peraturan perundangan serta standar-standar yang berlaku.

h. Mengawasi proses keterbukaan dan komunikasi.

Dewan Komisaris mempunyai tugas mengarahkan kepada manajer agar sejalan dengan kepentingan jangka perusahaan untuk meminimalkan konflik kepentingan sehingga mampu memberikan jaminan terhadap proses pemilihan anggota dewan secara transparan dan mampu menunjukkan integritas laporan serta mengawasi proses pengungkapan. Dalam UU Perseroan Terbatas tahun 2007 pasal 108 menyatakan bahwa komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi. Selain itu, pasal ini menunjukkan bahwa komisaris harus mampu melakukan pengawasan terhadap direksi perusahaan serta mempu memberikan nasihat untuk kepentingan pengembangan perusahaan.

Adapun hal-hal yang harus dipenuhi bagi bank mengenai Dewan Komisaris adalah sebagai berikut ini (KNKCG, 2006).

a. Anggota Dewan Komisaris dipilih dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses transparan. Bagi bank yang sahamnya telah tercatat di bursa dan bank-bank yang besar, proses pemilihan dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS melalui Nomination Committee.

commit to user

b. Anggota Dewan Komisaris wajib memenuhi syarat kompetensi dan integritas serta lulus fit and proper test dari Otoritas Pengawas Bank.

c. Dewan Komisaris diketuai oleh Presiden Komisaris yang bertanggungjawab terhadap terlaksannya tugas Dewan Komisaris secara efektif dan efisien serta terpeliharanya efektifitas komunikasi antara Dewan Komisaris dengan Direksi, auditor eksternal dan Otoritas Pengawas Bank.

d. Dewan Komisaris berkewajiban melakukan tindak lanjut dari hasil pengawasan dan rekomendasi yang diberikan terutama dalam hal terjadi penyimpangan dari ketentuan perundang-undangan, anggaran dasar, dan prudential banking practices.

e. Dewan Komisaris wajib memiliki Tata Tertib Kerja yang mengikat dan ditaati oleh semua anggotanya.

f. Bank harus mempunyai Komisaris Independen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Bagi bank yang sahamnya telah tercatat di bursa dan bank-bank yang besar, diharuskan memiliki Audit Committee, Nomination Committee, Remuneration Committee dan Risk Policy Committee. Bagi bank-bank lain disesuaikan dengan kebutuhan.

h. Anggota Dewan Komisaris bank dilarang memanfaatkan bank untuk kepentingan pribadi, keluarga, perusahaan atau kelompok usahanya dengan semangat dan cara yang bertentangan dengan

commit to user

peraturan perundang-undangan dan kewajaran di bidang perbankan.

i. Dalam hal anggota Dewan Komisaris memperoleh fasilitas di luar remunerasi, maka hal tersebut harus diungkapkan (disclose) dalam laporan tahunan.

j. Anggota Dewan Komisaris harus mengungkapkan kepada bank, kepemilikan sahamnya, baik saham bank maupun perusahaan lain. k. Anggota Dewan Komisaris secara hukum bertanggung jawab

sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perseroan Terbatas atau undang-undang yang berlaku bagi pendirian bank bersangkutan, Undang-undang Perbankan dan Anggaran Dasar Bank.

C. Karakteristik Perusahaan 1. Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran Perusahaan dilihat dari besar kecilnya perusahaan. Pada perusahaan besar cenderung memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil karena lebih banyak disorot oleh para investor. Oleh sebab itu, perusahaan besar memiliki beban memberikan informasi keuangannya reliabel. Menurut Siregar dan Utama dalam Utami dan Rahmawati (2010), semakin besar ukuran perusahaan maka informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi saham yang semakin banyak.

commit to user

2. Growth

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 1999). Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi, di antaranya adalah peningkatan aktiva, peningkatan laba, peningkatan ekuitas maupun peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan biasanya merupakan sinyal bagi perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang (Chen et al., 2005).

Weston dan Copeland mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Wicaksana, 2011). Pertumbuhan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh value added yang merupakan salah satu faktor yang menentukan perusahaan untuk tetap survive.

Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi pada umumnya membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan perbaikan dalam penerapan corporate governance dalam rangka untuk menurunkan biaya modal (Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu, 2004). Perusahaan yang memiliki kemampuan tumbuh atau berinvestasi yang tinggi pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan (Rahmadhani, 2009). Selain itu, pertumbuhan yang

terus-commit to user

menerus akan memudahkan perusahaan untuk menarik investor. Pertumbuhan perusahaan dihitung menggunakan rasio nilai pasar perusahaan yang dibagi dengan nilai buku.

D. Kinerja Keuangan

Performance atau kinerja merupakan tindakan untuk mencapai tujuan yang diukur dengan mendasarkan pada suatu perbandingan dari berbagai standar. Dimana, kinerja adalah pencapaian tujuan dari suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Penilaian kinerja perusahaan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan dengan melakukan pengukuran kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan pendekatan yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran kinerja non keuangan (non financial performance measurement) dan pengukuran kinerja keuangan (financial performance measurement) (Hiro, 2000 dalam Astari 2012). Penyajian informasi dalam mengukur kinerja non keuangan tidak disajikan dalam satuan uang atau rupiah tetapi dengan satuan ukur non keuangan (Bugshan, 2005 dalam Astari 2012) sedangkan penyajian informasi dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan (financial information). Informasi keuangan tersebut, diantaranya informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, tingkat pengembalian investasi, dan sebagainya.

Penilaian kinerja perbankan memiliki peranan penting untuk stakeholders bank yaitu manajemen bank, nasabah, mitra bisnis dan

commit to user

pemerintah di dalam pasar keuangan yang kompetitif. Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasya yang tinggi dan mampu membagikan deviden dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai sahamnya dan jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan.

Menurut Kidwell dalam Sudiyatno dan Suroso (2010), kinerja perbankan dapat diukur dengan mengunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Ketiga ukuran tersebut bisa diinterprestasikan secara berbeda, tergantung pada sudut pandang analisisnya, apakah dari sudut pandang pemilik ataukah dari sudut sosial. Menurut Gilbert dalam Sudiyatno dan Suroso (2010), surveinya terhadap beberapa penelitian mengambil kesimpulan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah, dan menimbulkan masalah. Apabila tingkat bunga pinjaman yang digunakan sebagai ukuran kinerja, kemungkinan ukuran tersebut akan bias, karena rata-rata tingkat bunga pinjaman akan tergantung pada portofolio pinjaman bank. Begitu juga dengan rata–rata tingkat bunga simpanan karena tergantung pada distribusi jatuh temponya bermacam-macam simpanan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka menurut Gilbert dalam ukuran kinerja yang tepat adalah profitabilitas. Penelitian ini menggunakan ukuran

commit to user

profitabilitas yaitu Return on Assets (ROA) dan rate of Return on Equity (ROE). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pengukuran BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Perusahaan perbankan melakukan efisiensi operasi untuk mengetahui dalam operasi perbankan berhubungan dengan usaha pokok bank yang dilakukan dengan benar sesuai harapan pemegang saham (Henley dalam Sudiyatno dan Suroso, 2010). Menurut ketentuan Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional.

E. Penelitian Terdahulu

Peasnell, Pope dan Young (1998) meneliti efektifitas dewan komisaris dan komisaris independen terhadap earnings management di Inggris. Sampel penelitian terdiri dari 1178 perusahaan-tahun selama periode 1993-1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan komisaris independen membatasi manajer dalam melakukan manipulasi laba. Komisaris independen merupakan perangkat corporate governance yang penting karena melindungi kepentingan investor. Penelitian yang dilakukan oleh Coller & Gregory (1999) mengenai hubungan antara dewan komisaris dengan pengungkapan informasi sosial perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Terkait dengan pengungkapan informasi sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar

Dokumen terkait