• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.2 Komoditas Padi

Menurut Aruan (2010), setiap tanaman mempunyai kelas yang mampu beradaptasi dengan kondisi setempat. Taksonomi berguna untuk membedakan jenis tumbuhan yang dimiliki oleh setiap tanaman berbeda-beda, tergantung dengan jenis taksonomi. Adapun taksonomi tanaman padi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Class : Monocotiledonae Ordo : Poales

Familia : Poaceae Genus : Oryza

b. Budidaya Padi 1. Persemaian

Persemaian merupakan salah satu media untuk menyemaikan benih padi. Padi muda biasanya ditanam saat berumur sekitar 21 hari. Persemaian biasanya dibuat di areal tersendiri dengan cara membuat bedengan selebar 1 m dan panjang sesuai dengan kebutuhan. Media bedengan dibuat berlumpur halus dengan ketinggian tertentu supaya sewaktu-waktu bisa digenangi dan dihindarkan dari rendaman air pada saat curah hujan tinggi. Media persemaian bisa dengan menambahkan pupuk kandang, kompos dan abu agar bibit yang disemai bisa tumbuh subur dan mudah dicabut saat mau dipindahkan.

Kebutuhan benih untuk lahan seluas 1 hektar yaitu antara 30-50 kg. Sebelum disebar biasanya benih direndam terlebih dahulu selama 24-48 jam dan kemudian dianginkan selama 24-48 jam. Benih yang telah direndam bisa langsung disebar di bedengan persemaian secara rata dan rapat. Bibit siap ditanam ke lahan ketika berumur 21-30 hari.

2. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan untuk meratakan media tanam sekaligus menekan pertumbuhan gulma. Pengolahan tanah biasanya dilakukan dengan menggunakan bajak singkal dengan kedalaman 20-30 cm. Penggunaan bajak singkal biasanya lebih disukai oleh petani karena dapat membalik lapisan tanah dari atas ke bawah, membenamkan tunggul jerami, gulma dan bahan organik ke dalam tanah. Setelah proses pembajakan selanjutnya tanah digaru untuk mendapatkan media tanah yang rata.

Pengolahan tanah yang selanjutnya yaitu dengan menggunakan hand traktor, dimana hand traktor merupakan alat yang digunakan oleh petani untuk membajak sawah. Penggunaan hand traktor lebih efektif karena dapat langsung menghancurkan tunggul jerami, gulma atau sisa tanaman sekaligus meratakan tanah. Pengolahan tanah dengan hand traktor dapat dilakukan dengan kedalaman 20-30 cm. Biasanya bersamaan dengan pengolahan tanah juga dilakukan perbaikan pematangan untuk menghilangkan kebocoran air akibat adanya sarang

kepiting dan juga untuk mengurangi pertumbuhan gulma serta untuk merusak sarang tikus.

3. Penanaman

Penanaman merupakan langkah selanjutnya setelah proses pengolahan tanah, dimana bibit yang telah disebar dibedengan persemaian selama 21-30 hari akan langsung dipindahkan kelahan yang siap untuk ditanam. Adapun beberapa sistem penanaman yang biasanya dilakukan oleh para petani yaitu:

a) Sistem Tidak Beraturan

Sistem tidak beraturan merupakan salah satu sistem tanam yang tidak beraturan. Proses penanaman dilakukan dengan cara berjalan mundur. Bibit ditanam secara tidak beraturan dengan jumlah bibit sekitar 5 tanaman bahkan lebih dalam perlubang tanam.

b) Sistem Tegel

Sistem tegel merupakan salah satu sistem tanam menggunakan alat tanam seperti garu yang mempunyai gigi dengan jarak 20 cm. Alat garu yang digunakan untuk proses penanaman bibit bisa ditarik secara horizontal maupun vertikal pada bidang lahan dan nantinya akan menghasilkan jarak tanam seperti tegel yaitu 20 x 20 cm.

c) Sistem Jajar Legowo

Sistem jajar legowo merupakan cara tanam dengan melakukan pengosongan satu baris tanaman setiap dua atau lebih baris dan merapatkan dalam barisan tanaman. Jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan populasi tanaman dan cukup efektif untuk mengurangi serangan hama tikus, keong mas dan keracunan besi.

d) Sistem SRI

Sistem SRI merupakan sistem dengan menggunakan jarak tanam yang lebarnya yaitu 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm bahkan 40 x 40 cm. Bibit yang digunakan sistem SRI relatif berusia muda dengan umur 7 hari. Tujuan digunakannya bibit muda pada sistem SRI ini yaitu untuk menekan stres tanaman waktu dipindah tanam.

e) Pengairan

Pengairan merupakan proses menggenangi seluruh areal penanaman dengan ketinggian air sekitar 3 - 5 cm dari permukaan tanah. Pengairan perlu dilakukan karena pada umumnya tanaman padi membutuhkan air untuk tumbuh. Proses pengairan akan berkurang ketika tanaman padi sudah mengakhiri fase pemasakan atau ketika daun dan warna butir sudah menguning. Pengairan dapat dilakukan dengan menggunakan model teknik berselang, dimana pada teknik berselang ini air yang ada di areal pertanaman diatur pada kondisi tergenang dan kering yang dilakukan secara bergantian dalam periode tertentu. Proses pengairan secara berselang dapat menghemat pemakaian air sampai 30 persen.

f) Pemupukan

Pemupukan merupakan proses pemberian makanan pada tanah yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk merupakan unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara yang ada pada tanah dan diperlukan oleh tanaman. Tanaman padi memerlukan makanan (hara) untuk pertumbuhan perkembangannya. Tujuan penggunaan pupuk ialah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Dalam kehidupan tanaman, pupuk sangatlah penting karena pupuk mengandung berbagai unsur hara yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi. Hal itu karena pupuk merupakan cadangan makanan, pupuk juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, mempertahankan kehidupan tanaman dan sebagai proses reproduksi. g) Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang paling utama dan banyak dijumpai pada tanaman padi di Jawa Timur adalah hama tikus dan wereng coklat. Beda halnya dengan penyakit utama yaitu tungro dan hawar daun. Penyakit tersebut bisa diberantas dengan cara melakukan strategi pengendalian hama terpadu yaitu dengan pemanfaatan musuh alami. Strategi lain yang bisa dilakukan yaitu dengan mengusahakan tanaman tetap sehat dan menggunakan varietas unggul yang mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit. Langkah awal yang sebaiknya dilakukan untuk pengendalian hama dan penyakit yaitu dengan cara

pengedalian secara hayati. Jika pengendalian secara hayati kurang mampu mengatasi masalah tersebut maka yang sebaiknya dilakukan yaitu dengan pengendalian secara fisik dan mekanis, dan yang terakhir menggunakan pestisida kimia dengan dosis yang sesuai anjuran.

h) Penyiangan

Penyiangan adalah proses kegiatan membersihkan gulma yang ada di area penanaman. Penyiangan dilakukan ketika tanaman berumur 21 HST dan dilanjutkan pada 42 HST atau tergantung dari kondisi gulma. Penyiangan dilakukan dengan cara menggunakan alat landak pada tanaman padi yang ditanam tidak beraturan, sistem tegel, sistem jajar legowo dan SRI. Penyiangan menggunakan alat landak sangat menghemat tenaga kerja, meningkatkan jumlah udara di dalam tanah, merangsang pertumbuhan akar dan ramah lingkungan.

i) Panen

Panen merupakan tahapan terakhir pada saat penanaman padi disawah, dimana panen bisa dilakukan jika buah padi sudah cukup masak dan siap untuk dipanen. Proses pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat, karena ketepatan waktu pemanenan sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu gabah dan beras. Tanaman bisa dipanen ketika sebagian besar (90 - 95 persen) gabah telah bernas dan berwarna kuning. Pemanenan yang tepat dilakukan dengan cara merontokkan gabah menggunakan alat perontok secara manual maupun menggunakan mesin. Selanjutnya setelah dirontokkan gabah sebaiknya langsung dijemur di bawah panas matahari sampai kadar air mencapai 14 persen (Anonim, 2010).

Dokumen terkait