2) Keuntungan (profit) lembaga pemasaran
2.5 Komoditas Tanaman Kopi
Kopi berasal dari bahasa arab : qahwah yang berarti kekuatan, karena pada
awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali
mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa turki dan
kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa belanda. Penggunaan kata
koffie segera diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal
12
Kopi merupakan marga sejumlah tumbuhan berbentuk berbentuk pohon
yang beberapa diantaranya menjadi bahan dasar pembuatan minuman penyegar
kopi. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies, tetapi dari 100 spesies itu hanya dua
yang memiliki nilai perdagangan penting, yaitu C. canepora dan C. Arabica.
Pemprosesan kopi sebelum dapat dipasarkan malalui proses yang panjang yaitu
dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun
dengan tangan kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan
sebelum dipasarkan. Kemudian konsumsi kopi didunia pada spesis kopi arabika
mencapai 70% dan spesis robusta mencapai 26% dan kopi liberika serta ekselsa
masing-masing 3% (Rahardjo P, 2012).
Kopi di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawah oleh
VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau jawa, dan hanya
bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC
cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkanya
ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya. Terdapat kurang lebih
4.500 jenis kopi di dunia yang dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu
coffea canephora yang salah satu varietasnya menghasilkan kopi robusta, coffea Arabica, coffea Excelsea dan coffea Lieririca (AAK, 2002).
Perdagangan di dunia dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling
sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika.
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan,
yakni:
13
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia
maupun di indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang
memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut. Sedangkan di
Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian
1000-1750 meter dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia
vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat (Aak, 1980).
2. Kopi Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah liberika.
Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah `yang memiliki tingkat
kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebaranya sangat cepat.Kopi
ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi arabika baik dari segi buah dan
tingkat rendemennya rendah (Aak, 1980).
3. Kopi Canephora (Robusta)
Kopi canephora juga disebut kopi robusta. Nama robusta dipergunakan
untuk tujuan perdagangan, sedangkan cenephora adalah nama botanis. Jenis kopi
ini berasal dari afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki
kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kopi Arabika
dan Liberika, (Aak, 1980).
4. Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua
spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun,
14
induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakanya hanya dengan cara vegetative
15 2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Hasil
1 Yuprin (2009) Menganalisis pemasaran karet di Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan metode survei. Saluran pemasaran dijelaskan secara
deskriptif dan data kuantitatif dianalisis dengan pendekatan SCP
Saluran pemasaran karet terdiri dari enam macam. Struktur
pasar di tingkat desa,
kecamatan dan kabupaten
bersifat oligopsoni.
Penampilan pasar ditunjukkan dengan marjin pemasaran yang relatif besar dan didominasi oleh share keuntungan yang besar dan tidak merata.
2 Sugiarti (2010) Menganalisis
pemasaran kopi di Kecamatan Bermani Ulu Raya Kabupaten Rejang Lebong
Sistem pemasaran kopi di Kecamatan Bermani Ulu Raya telah bekerja kurang efektif dan efisien ditunjukkan dengan rendahnya bagian harga yang diterima petani.
16
No Nama Judul Penelitian Hasil
3 Nugraha (2006) Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar Di Bogor, Propinsi Jawa Barat
Saluran pemasaran jamur
tiram segar di Bogor
melibatkan enam lembaga,
yakni (a) produsen, (b)
pengumpul, (c) pedagang
besar, (d) pedagang menengah, (e) pengecer, dan (e) supplier. Saluran pemasaran yang terjadi
adalah, (I) produsen,
konsumen, (II) produsen,
pengumpul, dan konsumen, (III) produsen, pedagang besar,
konsumen, (IV) produsen,
pengumpul, pedagang besar,
pedagang menengah, dan
konsumen, (V) produsen,
pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, pengecer,
konsumen, (VI) produsen,
pengecer, dan konsumen,
sementara dua saluran lain yang tidak dapat diteliti secara lengkap adalah (VII) produsen,
supplier, supermarket,
konsumen, dan (VIII)
produsen, pengumpul,
pedagang besar, supplier,
17
No Nama Judul Penelitian Hasil
4. Intan Carani
(2006)
Analisis kinerja saluran pemasaran industri kecil tahu (kasus pengrajin tahu) Kelurahan Pasir Jaya,
Kecamatan Bogor Barat
Kelurahan Pasir Jaya, lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran tahu adalah
pengrajin, pedagang sayur
keliling, pedagang di pasar, pedagang siomay, pedagang
gorengan Adapun saluran
pemasaran yang dilalui dalam proses pemasaran tahu pada penelitian ini terdiri dari 5
saluran, yaitu : saluran
pemasaran I (Pengrajin - Pedagang Sayur Keliling -
Konsumen), saluran
pemasaran II (Pengrajin -
Pedagang di Pasar -
Konsumen), saluran
pemasaran, III (Pengrajin -
Konsumen), saluran
pemasaran IV(Pengrajin -
Pedagang Gorengan -
Konsumen) saluran pemasaran V (Pengrajin - Pedagang Siomay - Konsumen).
18 No
Nama Judul Penelitian Hasil
5 Bima Trustho
Skar Utomo (2007)
Saluran Pemasaran
Gula
1. Saluran pemasaran I lebih banyak digunakan produsen gula kelapa yaitu 14 orang, saluran pemasaran II sebanyak 11 orang produsen dan pada
saluran pemasaran III
sebanyak 5 orang. 2. Marjin pemasaran pada saluran I sebesar 14,3%, saluran II
sebesar 13,3% dan pada
saluran III sebesar 13,7%. Farmer’s Share pada saluran pemasaran I sebesar 85,7%, saluran pemasaran II sebesar
86,7% dan pada saluran
pemasaran III sebesar 86,3%.