• Tidak ada hasil yang ditemukan

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KOMODITAS KOPI DI DESA LATIMOJONG KECAMATAN BUNTU BATU KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KOMODITAS KOPI DI DESA LATIMOJONG KECAMATAN BUNTU BATU KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KOMODITAS KOPI

DI DESA LATIMOJONG KECAMATAN BUNTU BATU

KABUPATEN ENREKANG

LISMI HARTI 105961125516

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KOMODITAS KOPI DI DESA LATIMOJONG KECAMATAN BUNTU BATU

KABUPATEN ENREKANG

LISMI HARTI 105961125516

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Saluran dan Marjin

Pemasaran Komoditas Kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu

Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 28 Januari 2021

Lismi Harti 105961125516

(6)

vi

ABSTRAK

LISMI HARTI. 105961125516. Saluran dan Marjin Pemasaran Komoditas Kopi

di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh JUMIATI dan SUMARNI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Saluran pemasaran dan margin pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.

Teknik untuk penentuan sampel dilakukan dengan metode Simple Random

Sampling atau teknik penentuan sampel secara acak sederhana dengan populasi

300 orang, sampel yang diambil sebanyak 10% dari jumlah populasi yakni 30 orang petani yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Teknik penentuan sampel untuk pedagang dilakukan dengan metode

snowball sampling, yakni diperoleh 6 orang pedagang yang terdiri atas 2 orang

pedagang besar dan 3 orang pedagang pengumpul dan 1 orang UMKM. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan marjin pemasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran di Desa Latimojong menggunakan tiga saluran pemasaran. Marjin untuk setiap lembaga pemasaran yaitu pada saluran I marjin pemasaran Rp 27.000 per liter, marjin pemasaran pada saluran II sebesar Rp 28.000 per liter dan marjin pemasaran pada saluran III sebesar Rp 31.000 per Liter

(7)

vii

ABSTRACT

LISMI HARTI. 105961125516. Supply Chain marketing coffee commodities in the village of Latimojong District Buntu Batu Enrekang Regency. Guided by JUMIATI and SUMARNI. B.

This research aims to find out the marketing channel and margin marketing of coffee commodities in the village of Latimojong District Buntu Batu Enrekang Regency.

Techniques for determining samples are carried out by Simple Random Sampling method or simple random sample determination technique with a population of 300 people, samples taken as much as 10% of the population of 30 farmers in the village of Latimojong District Buntu Batu Enrekang Regency. The technique of determining samples for traders is done by snowball sampling method, which is obtained by 5 traders consisting of 2 large traders and 2 collectors and 1 Msme. The data analysis used is the marketing margin.

The results showed that the marketing channels and margins in Latimojong Village used three marketing channels. The margin for each marketing institution is on channel I marketing margin Rp 27,000 per liter, marketing margin on channel II of Rp 28,000 per liter and marketing margin on channel III of Rp 31,000 per Liter.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak

lupa saya kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarganya, sahabat dan

para pengikutnya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Saluran

dan Marjin pemasaran Komoditas Kopi di Desa Latomojong Kecamatan Buntu

Batu Kabupaten Enrekang.”

Skripsi ini merupakan tugas yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Jumiati.,S.P.,M. selaku pembimbing utama dan Sumarni B, S.P., M.Si

selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya

membimbing dan mengarahkan, sehingga skripsi dapat selesai.

2. Bapak DR. H. Burhanuddin S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orangtua Ayahanda Mili dan ibunda Ismawati, Adik-adikku tercinta

Halis, Ainul Yakin, Alwan, Padil, Alkausar, Azzah dan segenap keluarga dan

(9)

ix

Andi anggun hidayat, Andi roslina, Hasmawati abbas, Wika febrianti yang

senatiasa memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu.

6. Kepada pihak pemerintah Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten

Enrekang beserta jajarannya yang telah mengizinkan untuk melakukan

penelitian di daerah tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir

yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

telah terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Semoga berkah Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Makassar, 07 Oktober 2020

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Kegunaan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran ... 5

2.2 Lembaga Pemasaran ... 6

2.3 Saluran Pemasaran ... 7

2.4 Marjin Pemasaran ... 11

2.5 Komoditas Tanamam Kopi ... 12

2.6 Penelitian Terdahulu ... 15

2.7 Kerangka Pikir ... 18

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 22

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

(11)

xi

3.6 Defenisi Operasional ... 24

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis ... 25

4.2 Keadaan Demografis ... 25

4.3 Sejarah Berdirinya Usahatani ... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden ... 30

5.2 Identitas Responden Pedagang ... 34

5.3 Umur Responden Pedagang ... 36

5.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 37

5.5 Tingkat Pendidikan Responden Pedagang ... 38

5.6 Lama Berdagang ... 38

5.7 Saluran Pemasaran Kopi ... 39

5.8 Saluran Pemasaran I ... 41

5.9 Saluran Pemasaran I1 ... 42

5.10 Saluran Pemasaran III ... 44

5.11 Marjin Pemasaran ... 46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penelitian Terdahulu ... 20

2. Jumlah Penduduk Desa Latimojong... 33

3. Usia Penduduk Desa Latimojong ... 33

4. Mata Pencaharian Penduduk Desa Latimojong ... 34

5. Tingkat Pencaharian Penduduk Desa Latimojong ... 35

6. Pengalaman Usahatani Penduduk Desa Latimojong... 36

7. Tingkat Umur Responden ... 37

8. Tingkat Pendidikan Responden... 38

9. Luas Lahan Responden ... 39

10. Jumlah Tanggungan Keluarga... 40

11. Umur Responden Pedagang di Desa Latimojong ... 42

12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Latimojong ... 43

13. Tingkat Pendidikan Responden Pedagang Di Desa Latimojong ... 43

14. Lama Berdagang ... 44

15. Saluran Pemasaran Responden di Desa Latimojong ... 48

16. Margin Pemasaran di Desa Latimojong ... 49

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Saluran Distribusi ... 10

2. Saluran Satu Tingkat ... 10

3. Saluran Dua Tingkat ... 11

4. Saluran Tiga Tingkat ... 11

5. Kerangka Fikir Rantai Pasok Pemasaran Komoditas Kopi ... 27

6. Proses Pemasaran Biji kopi di Desa Latimojong ... 45

7. Saluran Pemasaran Biji Kopi ... ... ... 46

8. Saluran Pemasaran Biji Kopi ... ... ... 47

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

Teks

1. Kuisioner Penelitian ... 54

2. Peta Kecamatan Buntu Batu ... 57

3. Identitas Responden ... 58

4. Identitas Responden Pedagang ... 59

5. Rekapitulasi Data ... 60

6. Saluran Pemasaran Responden ... 61

7. Saluran Pemasaran, Jumlah Biji Kopi, Harga Juala (Rp) Saluran I IIdan III 62 8. Marjin dan Saluran Pemasaran I II dan III ... 66

9. Wawancara dengan Petani Kopi ... 67

10. Wawancara dengan Petani Kopi ... 67

11. Wawancara dengan Petani Kopi ... 68

12. Wawancara dengan Petani Kopi ... 68

13. Wawancara dengan Petani Kopi ... 69

14. Wawancara dengan Petani Kopi ... 69

15. Wawancara dengan Pedagang Pengumpul... 70

16. Wawancara dengan Pedagang Pengumpul... 70

17. Wawancara dengan Pedagang Besar ... 71

18. Wawancara dengan Pedagang Besar ... 72

(15)

xv

20. Hasil Olahan UMKM ... 72

(16)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia telah menjadi negara produsen kopi terbesar keempat di dunia

setelah Brasil, Kolombia dan Vietnam (Panggabean 2011). Kopi yang dihasilkan

di Indonesia adalah kopi arabika dan kopi robusta yang tergolong mempunyai

kualitas yang baik sehingga banyak diekspor ke negara-negara maju yang

merupakan negara konsumen kopi, di antaranya Amerika, Jepang, Belanda,

Jerman dan Italia (Panggabean 2011). Khusus untuk komoditas Kopi Indonesia

mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi dunia

pada tahun 2012. Berdasarkan jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai

lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari

147 ribu ton (19,6%) pada tahun 2012 (Hartono, 2013).

Kopi telah menjadi bidang penting bagi perekonomian beberapa provinsi

penghasil kopi seperti Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sumatera Utara,

Lampung, Bengukulu, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, NTT dan

Sulawesi Selatan. Kopi termasuk salah satu komoditi yang ditunjang

pengembangannya dengan proyek-proyek pembangunan, bahkan sempat masuk

rencana untuk dikembangkan di semua provinsi (Hartono, 2013).

Sulawesi Selatan adalah pengembang jenis kopi arabika dan kopi robusta,

luas perkebunan kopi nasional di Sulawesi selatan 12,5%. Produksi kopi robusta

9.804 ton dan kopi arabika 21.994 ton. Kabupaten yang menjadi sentra produksi

(17)

2

Enrekang, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten

Bantaeng, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa.

Kabupaten Enrekang dengan luas 1.786,01 km² memiliki daerah pertanian

yang potensial dan sudah dikenal oleh berbagai daerah yang merupakan salah satu

penghasil kopi yang berkualitas sehingga mempunyai kemungkinan yang cukup

cerah di masa yang akan datang. Hal ini didukung oleh kondisi lingkungan dan

tenaga kerja yang memadai.

Kopi yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten

Enrekang merupakan sumberdaya yang harus tetap dikembangkan dan

ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi tersebut dan

juga dapat diolah sehingga memiliki nilai tambah. Dalam upaya meningkatkan

dan mengembangkan daya saing, maka perlu adanya proyeksi yang jelas dan

terencana mengenai pemasaran kopi, sehingga dapat mengetahui dan

memperhitungkan peluang pasar dan masalah yang akan dihadapi.

Kendala yang dialami petani kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu

Batu Kabupaten Enrekang, yaitu sistem penyimpanan seperti gudang dan jenis

peralatan lainnya belum maksimal untuk menjaga kualitas barang, kemudian hasil

perkebunan kopi dari petani dijual dalam bentuk kopi kering ke pedagang

pengumpul dan pedagang besar, sistem penjualan yang dilakukan petani yaitu

dengan membawa sendiri hasil produksinya ke pedagang. Hal ini kadang

membuat petani kesulitan didalam menjual hasi panen karena kendala

transportasi, sehingga kadangkala dalam penjualan petani harus menunggu waktu

(18)

3

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, saya tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai "Saluran dan Marjin Pemasaran Komoditas

Kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana saluran pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong

Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang ?

2. Bagaimana margin pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong

Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong

Kecamatan Buntu Batu.

2. Untuk mengetahui margin pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong

Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Petani kopi, sebagai bahan referensi dan menjadi pertimbangan untuk

(19)

4

2. Pemerintah, sebagai imformasi tambahan guna menentukan kebijakan

ekspor kopi, dan penerapan usahatani kopi yang berkelanjutan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang

membutuhkannya.

4. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti-peneliti

(20)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

Pemasaran dapat diartikan sebagai kegiaatan dalam memasarkan suatu

produk yang diperjualbelikan oleh perusahaan atau instansi-instansi terkait yang

ditujukan kepada konsumen, namun jika dilihat dari makna sebenarnya pemasaran

juga memiliki aktivitas penting dalam menganalisis dan mengevaluasi segala

kebutuhan dan keinginan dari para konsumen.

Pemasaran adalah semua kegiatan manusia yang diarahkan untuk

memuaskan keinginannya melalui proses pertukaran melibatkan kerja penjual

harus mencari produk yang tepat, menentukan harga yang tepat, menyimpan dan

mengangkatnya, mempromosikan produk tersebut, menegosiasikan (Irawan, dkk

1996).

Menurut Assauri Pemasaran ialah sebagai usaha untuk menyediakan dan

menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada

waktu dan tempat yang tepat serta harga yang tepat dengan promosi dan

komunikasi yang tepat.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan tentang ruang

lingkup pemasaran dari beberapa ahli ekonomi yakni:

1. Pemasaran merupakan suatu sistem yang secara keseluruhan saling

mempengaruhi dan berintegrasi di dalam melaksanakan tugas dan kegiatan

(21)

6

2. Dalam usaha penyaluran barang dan jasa dari pihak produsen ke konsumen

dan menjamin perusahaan dengan melalui pemuasan kebutuhan dan

keinginan konsumen atau pembeli potensial.

3. Aktivitas pemasaran adalah merencanakan produk yang akan dihasilkan,

menetapkan harga, mempromosikan dan menyalurkan pada pihak yang

membutuhkan.

2.2 Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk pertanian

kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan

usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai akibat

kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai waktu,

tempat, dan bentuknya.

Menurut Sudiyono (2002), berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi

yang diperjualbelikan , lembaga pemasaran dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Lembaga yang tidak memiliki tetapi menguasai komoditi, seperti agen

perantara, makelar, dsb.

2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang

diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan

importir.

3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi

(22)

7

fasilitas transportasi, asuransi pemasaran, dan perusahaan penentu kualitas

produk (surveyor).

Sementara itu lembaga pemasaran berdasarkan keterlibatan dalam proses

pemasaran dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Tengkulak, adalah pembeli hasil pertanian pada waktu panen yang dilakukan

oleh perseorangan dengan tidak terorganisisr, aktif mendatangi petani

produsen untuk membeli hasil pertanian dengan harga tertentu.

2. Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari

petani dan tengkulak, baik secara individual maupun secara langsung.

3. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dalam jumlah

besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani produsen.

Modalnya relatif besar sehingga mampu memproses hasil pertanian yang

telah dibeli.

4. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani

produsen atau dari tengkulak dan pedagang pengumpul kemudian dijual ke

konsumen akhir (rumah tangga). Pedagang pengecer berupa toko-toko kecil

atau pedagang kecil di pasar.

2.3 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung,

yang membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan dan

dikonsumsi oleh konsumen. Terdapat dua saluran pemasaran, yaitu saluran

(23)

8

kedua adalah saluran tidak langsung yaitu saluran yang mengandung satu atau

lebih tingkat perantara (Kolter, 2008).

Saluran pemasaran memiliki peran yang penting dalam kegiatan

pemasaran yang pertama adalah banyak produsen tidak memiliki sumber daya

keuangan untuk melakukan pemasaran langsung. Kedua, para produsen yang

memeng mendirikan salurannya sendiri sering dapat memperoleh laba yang lebih

besar dengan meningkatkan investasinya dalam bisnis utamanya dan dalam

beberapa kasus pemasaran langsung sama sekali tidak dilakukan, karena lebih

mudah bekerja melalui jaringan luas organisasi-organisasi distribusi (Kolter dan

Keller, 2006).

Jenis-jenis saluran distribusi dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

1. Saluran distribusi langsung merupakan saluran distribusi yang paling

sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke

konsumen tanpa menggunakan perantara. Disini produsen dapat menjual

barangnya melalui pos atau mendatangi langsung rumah konsumen, saluran ini

biasa juga diberi istilah saluran nol tingkat.

Gambar 1. Saluran Distribusi

Saluran distribusi yang menggunakan satu prantara yang melibatkan produsen

dan pengecer. Disini pengecer langsung membeli barang kepada produsen,

kemudian menjualnya langsung ke konsumen. Saluran ini biasa disebut dengan

saluran satu tingkat.

(24)

9

Gambar 2. Saluran Satu Tingkat

2. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang pengumpul dan

pengecer, saluran distribusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh

produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar

kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh

pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya

dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga

saluran distribusi dua tingkat.

Gambar 3. Saluran Dua Tingkat

3. Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini

produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya

Produsen Konsumen Produsen Pengecer Konsumen Produsen Pengumpul

Pedagang Besar konsumen kepada pedagang pengumpul yang kemudian

menjualnya kepada pedagang pengecer langsung ke konsumen.

Gambar 4. Saluran 3 Tingkat (Tiga Perantara)

Produsen Pengecer Konsumen

P Produsen Pengumpul PedagangBesar Konsumen

Produsen Agen Pengumpul Pedagang Besar Konsumen

(25)

10 2.3.1 Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah perpaduan dari aktivitas-aktivitas yang saling

berhubungan untuk mengatahui kebutuhan konsumen, mengembangkan promosi,

distribusi, pelayanan dan harga agar kebutuhan konsumen dapat terpuaskan

dengan baik pada tingkat keuntungan tertentu. Dan akvitas yang dijalankan pada

bisnis yang terlibat didalam menggerakkan barang atau jasa atau produsen hingga

sampai ke tangan para konsumen.

Adapun menurut Philip Kolter (2002) mengatakan bahwa fungsi pemasaran

adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing, serta pelaku

dan kekuatan yang ada saait ini maupun yang potensial dalam

lingkungan pemasaran.

2. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk

merangsang pembelian.

3. Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga

transfer kepemilikan dapat dilakukan.

4. Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi

saluran pemasaran.

5. Mengatur kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk sampai

(26)

11 2.4 Margin Pemasaran

Margin pemasaran sudiyono (2002) merupakan perbedaan harga yang

dibayarkan konsumen dari harga yang diterima lembaga pemasaran. Komponen

margin pemasaran ini terdiri dari :

1) Biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk

melakukan fingsi-fungsi pemasaran (functional cost); dan

2) Keuntungan (profit) lembaga pemasaran.

Margin pemasran terdiri dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan

pemasaran. Perhitungan margin pemasaran merupakan pertambaha dari biaya-

biaya dan keuntungan rantai pasok yang diperoleh masing-masing lembaga rantai

pasok.

Untuk menghitung margin dari setiap lembaga pemasaran digunakan rumus :

M = Hp - Hb

Dimana M = Margin Pemasaran (Rp/Kg) Hp = Harga Penjualan (Rp/Kg) Hb = Harga Pembelian (Rp/Kg)

2.5 Komoditas Tanaman Kopi

Kopi berasal dari bahasa arab : qahwah yang berarti kekuatan, karena pada

awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali

mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa turki dan

kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa belanda. Penggunaan kata

koffie segera diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal

(27)

12

Kopi merupakan marga sejumlah tumbuhan berbentuk berbentuk pohon

yang beberapa diantaranya menjadi bahan dasar pembuatan minuman penyegar

kopi. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies, tetapi dari 100 spesies itu hanya dua

yang memiliki nilai perdagangan penting, yaitu C. canepora dan C. Arabica.

Pemprosesan kopi sebelum dapat dipasarkan malalui proses yang panjang yaitu

dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun

dengan tangan kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan

sebelum dipasarkan. Kemudian konsumsi kopi didunia pada spesis kopi arabika

mencapai 70% dan spesis robusta mencapai 26% dan kopi liberika serta ekselsa

masing-masing 3% (Rahardjo P, 2012).

Kopi di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawah oleh

VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau jawa, dan hanya

bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC

cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkanya

ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya. Terdapat kurang lebih

4.500 jenis kopi di dunia yang dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu

coffea canephora yang salah satu varietasnya menghasilkan kopi robusta, coffea Arabica, coffea Excelsea dan coffea Lieririca (AAK, 2002).

Perdagangan di dunia dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling

sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika.

Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan,

yakni:

(28)

13

Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia

maupun di indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang

memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut. Sedangkan di

Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian

1000-1750 meter dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia

vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat (Aak, 1980).

2. Kopi Liberika

Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah liberika.

Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah `yang memiliki tingkat

kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebaranya sangat cepat.Kopi

ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi arabika baik dari segi buah dan

tingkat rendemennya rendah (Aak, 1980).

3. Kopi Canephora (Robusta)

Kopi canephora juga disebut kopi robusta. Nama robusta dipergunakan

untuk tujuan perdagangan, sedangkan cenephora adalah nama botanis. Jenis kopi

ini berasal dari afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki

kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kopi Arabika

dan Liberika, (Aak, 1980).

4. Kopi Hibrida

Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua

spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun,

(29)

14

induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakanya hanya dengan cara vegetative

(30)

15 2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Hasil

1 Yuprin (2009) Menganalisis pemasaran karet di Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan metode survei. Saluran pemasaran dijelaskan secara

deskriptif dan data kuantitatif dianalisis dengan pendekatan SCP

Saluran pemasaran karet terdiri dari enam macam. Struktur

pasar di tingkat desa,

kecamatan dan kabupaten

bersifat oligopsoni.

Penampilan pasar ditunjukkan dengan marjin pemasaran yang relatif besar dan didominasi oleh share keuntungan yang besar dan tidak merata.

2 Sugiarti (2010) Menganalisis

pemasaran kopi di Kecamatan Bermani Ulu Raya Kabupaten Rejang Lebong

Sistem pemasaran kopi di Kecamatan Bermani Ulu Raya telah bekerja kurang efektif dan efisien ditunjukkan dengan rendahnya bagian harga yang diterima petani.

(31)

16

No Nama Judul Penelitian Hasil

3 Nugraha (2006) Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar Di Bogor, Propinsi Jawa Barat

Saluran pemasaran jamur

tiram segar di Bogor

melibatkan enam lembaga,

yakni (a) produsen, (b)

pengumpul, (c) pedagang

besar, (d) pedagang menengah, (e) pengecer, dan (e) supplier. Saluran pemasaran yang terjadi

adalah, (I) produsen,

konsumen, (II) produsen,

pengumpul, dan konsumen, (III) produsen, pedagang besar,

konsumen, (IV) produsen,

pengumpul, pedagang besar,

pedagang menengah, dan

konsumen, (V) produsen,

pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, pengecer,

konsumen, (VI) produsen,

pengecer, dan konsumen,

sementara dua saluran lain yang tidak dapat diteliti secara lengkap adalah (VII) produsen,

supplier, supermarket,

konsumen, dan (VIII)

produsen, pengumpul,

pedagang besar, supplier,

(32)

17

No Nama Judul Penelitian Hasil

4. Intan Carani

(2006)

Analisis kinerja saluran pemasaran industri kecil tahu (kasus pengrajin tahu) Kelurahan Pasir Jaya,

Kecamatan Bogor Barat

Kelurahan Pasir Jaya, lembaga pemasaran yang terlibat dalam

pemasaran tahu adalah

pengrajin, pedagang sayur

keliling, pedagang di pasar, pedagang siomay, pedagang

gorengan Adapun saluran

pemasaran yang dilalui dalam proses pemasaran tahu pada penelitian ini terdiri dari 5

saluran, yaitu : saluran

pemasaran I (Pengrajin - Pedagang Sayur Keliling -

Konsumen), saluran

pemasaran II (Pengrajin -

Pedagang di Pasar -

Konsumen), saluran

pemasaran, III (Pengrajin -

Konsumen), saluran

pemasaran IV(Pengrajin -

Pedagang Gorengan -

Konsumen) saluran pemasaran V (Pengrajin - Pedagang Siomay - Konsumen).

(33)

18 No

Nama Judul Penelitian Hasil

5 Bima Trustho

Skar Utomo (2007)

Saluran Pemasaran

Gula

1. Saluran pemasaran I lebih banyak digunakan produsen gula kelapa yaitu 14 orang, saluran pemasaran II sebanyak 11 orang produsen dan pada

saluran pemasaran III

sebanyak 5 orang. 2. Marjin pemasaran pada saluran I sebesar 14,3%, saluran II

sebesar 13,3% dan pada

saluran III sebesar 13,7%. Farmer’s Share pada saluran pemasaran I sebesar 85,7%, saluran pemasaran II sebesar

86,7% dan pada saluran

pemasaran III sebesar 86,3%.

2.7 Kerangka Pikir

Saluran pemasaran adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung,

yang membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan dan

dikonsumsi oleh konsumen

petani-petani kopi yang menjadi tangan pertama dalam penyedia bahan

baku yaitu hasil tani kopi untuk nantinya akan ditawarkan kepada para pedagang

(34)

19

Pedagang Pengumpul yaitu pedagang yang membeli kopi tanduk dari

petani secara langsung. Yang akan nantinya di jual kembali kepada pedagang

besar, Umkm juga membeli di pedagang pengumpul untuk diolah langsung untuk

menjadi kopi bubuk yang dapat dinikmati langsung oleh masyarakat setempat

Pedagang Besar membeli kopi tanduk dari pedagang pengumpul kemudian

diolah kembali menjadi kopi GreanBeen untuk dijual kembali kepada industri

yang sudah bekerja sama dengan pedagang besar tersebut.

Komoditas kopi di Desa Latimojong merupakan salah satu pemasok kopi

yang ada di Sulawesi Selatan, Desa Latimojong juga merupakan Daerah yang

berpotensi untuk meningkatkan daya saing komoditas kopi di Sulawesi Selatan.

Penelitian ini akan menganalisis bagaimana rantai pasok pemasaran komoditas

kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Analisis

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara

(35)

20

Gambar 5. Kerangka Pikir Rantai Pasok Pemasaran Kopi Petani kopi Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul UMKM Desa Latimojong Pedagang Besar Industri Industri

(36)

21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu

Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dimulai pada bulan

November 2020 - Januari 2021.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu-individu yang

karakteristiknya hendak diteliti. Dan individu tersebut dinamakan unit analisis,

dan dapat juga disebut orang-orang, institut-institut, benda-benda, dst. (Djawranto

1994).

Populasi pada penelitian ini adalah petani kopi yang berada di Desa

Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang yang berjumlah 300

kepala keluarga menurut data dari kantor Desa Latimojong.

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

random sampling (secara acak sederhana), untuk menentukan besarnya sampel

penelitian berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006), yaitu

apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah

subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan

pendapat tersebut, maka sampel yang diambil sebanyak 10% dari populasi

(37)

22

Penentuan responden pedagang menggunakan metode snowball

sampling untuk mengikuti arah pergerakan komoditi. Teknik snowball sampling

digunakan dalam menentukan sampel yang diawali dengan jumlah sampel yang

kecil kemudian membesar Sugiono (2010). Teknik snowball sampling yang

dilakukan yaitu dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada

lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat didalam pemasaran kopi di Desa Latimojong

Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumber data yang ada maka data yang digunakan adalah:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, dalam

hal ini responden petani dan pedagang kopi, semua yang telah dalam proposal

yang menjadi sumber utama di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu

Kabupaten Enrekang dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu dalam

penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti

Badan pusat statistik Kabupaten Enrekang, Dinas pertanian Kabupaten

Enrekang, dan Penyuluh pertanian di Kecamatan Buntu Batu.

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

(38)

23

1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap obyek yang diteliti dengan cara mencatat secara sistematis

terhadap gejala-gejala yang terkait denga penelitian.

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

kepada responden yang berpedoman pada daptar pertanyaan yang telah

disiapkan terlebih dahulu.

3. Dokumentasi, yaitu teknik pengambilan data gambar dan laporan-laporan yang

berasal dari instansi dan lokasi penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Kinerja pemasaran dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis

deskriptif atau kualitatif yaitu untuk menggambarkan pemasaran yang ada di

Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Selanjutnya

analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi pemasaran dengan

menggunakan analisis margin pemasaran, semakin kecil nilai efisiensi

pemasaran maka saluran pemasaran tersebut dapat dikatakan semakin efisien

(Soekartawi, 1993).

 Marjin pemasaran, merupakan selisih harga ditingkat konsumen dan harga ditingkat produsen. Untuk menghitung marjin dari setiap lembaga

(39)

24 M = Hp - Hb

Dimana :

M = Margin pemasaran kopi (Rp/Kg)

Hp = Harga Penjualan Biji kopi (Rp/Kg)

Hb = Harga Pembelian Biji Kopi (Rp/Kg)

3.6 Defenisi Operasional

Definisi operasioanal dalam penelitian ini adalah:

1. Petani kopi adalah orang yang membudidayakan tanaman kopi yang ada di

Desa latimojong serta mengolah hingga sampai pada tahap pemasaran.

2. Pemasaran kopi adalah proses penyampaian kopi dari petani kopi di Desa

Latimojong kepada konsumen.

3. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang ikut berperan dalam

kegiatan pemasaran baik yang ada di Desa Latimojong hingga sampai kepada

konsumen.

4. Pemasaran kopi adalah proses penyampaian kopi dari petani kopi kepada

konsumen melalui saluran pemasaran, dengan melibatkan lembaga-lembaga

pemasaran yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten

Enrekang.

5. Pedagang Pengumpul adalah pedagang yang ada di Desa Latimojong yang

mengumpulkan hasil panen petani yang sudah dalam bentuk kopi kering

untukdi jual kembali kepada pedagang besar yang ada di Kecamatan.

6. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang

(40)

25

7. UMKM adalah Pedagang yang ada di Desa Latimojong yang mengolah Kopi

(41)

26 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang terletak 70 KM dari kota Kabupaten Enrekang, atau 15,5 Km dari kota Kecamatan Buntu Batu dengan luas wilayah ± 20.21 Km2, dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Bone-Bone Sebelah Selatan berbatasan dengan Potokullin Sebelah Timur berbatasan dengan Luwu Sebelah Barat berbatasan dengan Bt Mondong

Keadaan iklim di Desa Latimojong terdiri dari : Musim Hujan, kemarau dan

musim pancaroba. Dimana musim hujan biasanya terjadi antara Bulan Januari s/d

April, musim kemarau antara bulan Juli s/d November, sedangkan musim

pancaroba antara bulan Mei s/d Juni.

4.2 Keadaan Demografis

Penduduk di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten

Enrekang pada tahun 2020 berjumlah 2488 jiwa yang tersebar di desa tersebut,

jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah

penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, sebesar 1.100 dan 1.388 berjenis

kelamin perempuan.

(42)

27

Berdasarkan data tahun 2020 jumlah penduduk Desa Latimojong tercatat

260 (KK). Adapun banyaknya penduduk yang berjumlah 2488 terdiri dari

laki-laki sebanyak 1.100 jiwa dan perempuan sebanyak 1.388 jiwa yang kesemuanya

terbagi dalam usia yang berbeda-beda, mulai dari penduduk yang berusia 1-20

tahun sampai pada penduduk yang berusia 70 tahun keatas.

Komposisi penduduk Desa Latimojong berdasarkan kelompok umur untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Latimojong

Keterangan Jumlah Orang

Jumlah penduduk Laki-laki

Jumlah Penduduk Perempuan

Jumlah Total

Jumlah Kepala Keluarga

1.100

1.388

2488

460 KK

Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang

berjenis kelamin Laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis

kelamin perempuan. Dengan perbandingan 1.100 jiwa yang berjanis kelamin

Laki-laki dan 1.388 jiwa yang berjenis kelamin perempuan, dan jumlah total yaitu

(43)

28

2. Usia

Tabel 3 Usia Penduduk Desa Latimojong

Usia Penduduk 0-20 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun 61-71 tahun 683 Orang 720 Orang 689 Orang 396 Orang

Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020

Berdasarkan Tabel di atas dilihat bahwa jumlah penduduk usia 61-71

tahun menempati posisi terendah dengan jumlah 396 jiwa dan jumlah penduduk

usia 21-40 tahun menempati posisi tertinggi dengan jumlah Jiwa 720.

3. Mata Pencaharian Pokok

Mata pencaharian penduduk Desa Latimojong sebagian besar adalah

petani. Adapun jenis dan jumlah mata pencaharian masyarakat yang ada di Desa

Latimojong selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Latimojong

Petani/Tambak 1952

Pedagang 6

PNS 15

Buruh -

Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020

Data pada Tabel di atas menunjukan bahwa mata pencaharian penduduk

Desa Latimojong yaitu Petani/Tambak dengan jumlah 1952 jiwa, kemudian

(44)

29

kemudian yang terendah terdapat pada bidang mata pencaharian Pedagang

berjumlah 6 jiwa.

4. Pendidikan

Penduduk merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan

kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi

disuatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan atau pengetahuan

teknologi suatu wilayah tersebut dan sebaliknya semakin banyak penduduk yang

berpendidikan rendah maka tingkat kemajuan wilayah tersebut semakin lambat.

Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan.

Dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Latimojong, 2020

Tidak Tamat SD 383

SD 464

SMP 132

SMA 112

SARJANA 56

Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan

penduduk di Desa Latimojong mulai dari SD berjumlah 464 orang, SMP

berjumlah 132 orang, SMA berjumlah 112 orang dan sarjana berjumlah 56 orang.

Jadi dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Latimojong umumnya

berpendidikan tinggi sehingga dapat dipastikan tingkat pengetahuan di suatu

(45)

30 4.3 Sejarah Berdirinya Usahatani

Pengalaman berusahatani juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi efektifitas kegiatan produksi pertanian. Pengalaman jangka

panjang memungkinkan petani menjadi lebih terampil dalam produksi pertanian

daripada petani yang tidak berpengalaman. Namun, tidak sepenuhnya benar

bahwa petani yang berpengalaman akan lebih diuntungkan daripada petani yang

tidak berpengalaman karena terdapat faktor lain dalam kegiatan produksi

pertanian.

Pengalaman bertani yang dimaksud adalah kemampuan petani dalam

membudidayakan tanaman baik dari teknik bercocok tanam dengan menggunakan

pupuk yang tepat maupun kemampuan mengatasi kendala dalam proses produksi.

Untuk mengetahui karakteristik responden menurut pengalaman ushatani

komoditas kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

(46)

31

Tabel 6 Pengalaman Usahatani Komoditas Kopi Desa Latimojong

No Pengalaman Usahatani (Tahun) Jumlah Responden (Orang) 1 2 3 4 5 20-25 26-31 32-37 38-43 ≥44 5 6 13 3 3 Jumlah 30

(47)

32 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden Petani

Petani kopi yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu

Kabupaten Enrekang menjadi tangan pertama dalam penyedia bahan baku hasil

tani kopi untuk nantinya akan di tawarkan kepada pedagang pengumpul.

Identitas responden petani dalam melakukan ushatani komoditas kopi,

meliputi tingkat umur, tingkat pendidikan, pengalaman berushatani, luas lahan,

jumlah tanggungan keluarga yang dipaparkan sebagai berikut:

5.1.1 Tingkat Umur

Umur sangat mempengaruhi aktifitas sesorang karena dikaitkan langsung

dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan erat dengan

pengambilan keputusan. Responden yang benar muda relative cenderung

mempunyai kemampuan fisik yang lebih baik, dibandingkan dengan responden

yang berumur tua. Komposisi umur respon dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah

ini.

Tabel 7. Dapat dilihat bahwa jumlah responden yang paling sedikit berada

pada kelompok umur 52 - 56 Tahun dengan jumlah 1 Responden atau 3,33% dan

yang paling banyak berada pada kelompok umur 37 – 41 dan 42 – 46 tahun

dengan jumlah 12 responden atau sebesar 40%, hal ini menunjukan bahwa

responden dalam penelitian ini memiliki tingkat usia yang berbeda-beda,

meskipun demikian tingkat umur petani berada umur produktif. Dengan tingkat

(48)

33

besar kepada petani, diharapkan akan meningkatkan produksi dan otomatis

menambah pendapatan.

Tabel 7 Tingkat Umur Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

No

Klasifikasi Umur (Tahun) Jumlah (Responden) Persentase (%)

1 2 3 4 5 37 – 41 42 – 46 47 – 51 52 – 56 57 – 61 12 12 3 1 2 40 40 10 3,33 6,67 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan usahatani

komoditas kopi karena selain keterampilan dan kemampuan pada petani itu

sendiri, pendidikan dasar terutama baca, tulis dan hitung sangat mempengaruhi

keputusan yang diambil responden dalam menjalankan usahatani dan juga

pemasaran dan juga dapat meminimalkan resiko tindak kecurangan yang

mengakibatkan kerugian yang terjadi pada petani. Jumlah persentase responden

(49)

34

Tabel 8 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Responden) Persentase (%)

1 2 3 SD SMP SMA 18 5 7 60 16,67 23,33 30 100,00

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

Tabel 8. Menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat terbanyak

adalah pendidikan SD dengan jumlah 18 responden atau 60%. Hal ini menunjukan

bahwa pendidikan responden bahwa pendidikan responden dianggap cukup untuk

menerima dan menyerap setiap informasi baik dalam pengembangan usahatninya

sendiri serta memiliki kemampuan baca, tulis dan hitung, meskipun ada yang tidak

mengikuti jenjang pendidikan tapi memiliki kemampuan berdasarkan pengalaman

dan juga biasanya dibantu oleh keluarga. Menurut Nurhayati, Sahara dan Ranti

(2009), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan cepat

tanggap terhadap teknologi dan kemampuan seseorang.

5.1.3 Luas Lahan

Lahan merupakan salah satu factor produksi yang penting dalam usahatani.

Luas lahan tanam berpengaruh pada jumlah produksi komoditas kopi yang akan

dihasilkan serta pendapatan yang akan diperoleh petani. Berdasarkan hasil

penelitian, diperoleh data jumlah petani responden berdasarkan luas lahan

(50)

35

Tabel 9 Luas Lahan Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

No Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden Persentase (%)

1 2 3 4 1 – 1,2 1,3 – 1,5 1,6 – 1,8 1,9 – 2,00 17 5 - 8 56,67 16,67 - 26,66 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

Pada Tabel 9. Dapat dilihat bahwa sebagian besar petani memiliki luas

lahan tanaman komoditas kopi antara 1 – 1,2 hektar yaitu sebanyak 17 responden

atau sebesar 56,67% dan jumlah responden yang paling sedikit yaitu sebanyak 5

orang dengan luas lahan 1,3 – 1,5 hektar atau 16,67%. Dalam hal ini petani yang

memiliki luas lahan kopi lebih dari 1 hektar pada umumnya memiliki lahan di

beberapa tempat yang berbeda-beda sehingga akan berdampak pada semakin

besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Luas lahan juga mempengaruhi produksi

komoditas kopi, semakin luas lahan maka akan semakin besar pula produksi kopi

yang dihasilkan.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan

keluarga serta hidupnya pun ditanggung oleh kepala rumah tangga. Jumlah

tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa atau anggota rumah tangga yang masih

(51)

36

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data

jumlah petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga seperti terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 10 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

No Tanggungan Keluarga Jumlah (Responden) Persentase (%)

1 2 3 2 – 3 4 – 5 6 – 7 9 17 4 30 56,67 13,33 Jumlah 30 100,00

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

Tabel 10. Dapat dilihat bahwa Jumlah Responden yang paling sedikit pada

Jumlah Tanggungan Keluarga 6 – 7 orang dengan jumlah 4 responden atau 13,33

% dan yang paling banyak berada pada kelompok 4 – 5 dengan jumlah 17

responden atau 56,67%, Hal ini menunjukan bahwa Responden dalam penelitian

ini memiliki tanggungan keluarga yang berbeda-beda.

Menurut Yasin dan Ahmad (2008) ukuran ketergantungan keluarga tidak

serta merta meningkatkan produksi tetapi tidak mempengaruhi dan memotivasi

petani untuk meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja dengan anggota

keluarga.

5.2 Identitas Responden Pedagang

5.2.1 Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli kopi tanduk dari

petani secara langsung dilokasi pembelian. Kopi tanduk yang dibeli pedagang ini

(52)

37

mendatangi langsung pedagang besar yang ada di Kecamatan Buntu Batu

Kabupaten Enrekang. Pembelian dapat dilakukan dirumah petani atau dirumah

pedagang. Tetapi kebanyakan pedagang pengumpul melakukan pembelian dengan

cara mendatangi petani dirumah petani. Dalam hal ini petani tidak mengeluarkan

biaya pengangkutan karena ditanggung oleh pedagang pengumpul. Cara

pembayaran yang dilakukan dari pedagang pengumpul ke petani sebagian besar

dengan cara membayar tunai kepada petani setelah menerima kopi tanduk.

Identitas responden pedagang pengumpul dan pedagang besar dapat meliputi

umur, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan lama berusaha dapat dilihat

sebagai berikut :

5.2.2 Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli kopi tanduk dari pedagang

pengumpul dengan cara pedagang pengumpul mendatangi langsung ditempat

pedagang besar. Kopi tanduk yang dibeli pedagang ini kemudian diolah lagi untk

menjadi kopi greenbean oleh pedagang besar dengan cara dijemur selama 1

harikemudian dimasukan kedalam mesin yang memisahkan antara kulit ari dengan

biji dan setelah itu lalu di jemur kembali selama 2 hari lalu dipasarkan kembali ke

salah satu industri yang ada di Makassar.

5.2.3 UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

Umkm merupakan salah satu Badan usaha ukuran kecil yang membeli biji

kopi dari pedagang pengumpul untuk diolah menjadi kopi bubuk untuk dijual

(53)

38

Umkm dalam hal ini adalah pemilik pabrik usaha kopi bubuk skala kecil,

yang diolah dengan cara dilakukan penjemuran terlebih dahulu sampai betul-betul

kering lalu dipisahkan kulit ari dan biji dengan menggunakan mesin kemudian

dijemur kembali dan setelah itu disangrai lalu dimasukan kedalam pabrik dan

setelah menjadi kopi bubuk lalu dikemas dan dijual kepada konsumen atau

masyarakat setempat.

5.2.4 Konsumen

Konsumen merupakan individu ataupun sekelompok masyarakat yang

menggunakan barang atau jasa yang diperoleh melalui transaksi baik secara

langsung maupun tidak langsung. Konsumen ini membeli kopi yang sudah dalam

bentuk bubuk dari UMKM.

5.3 Umur Responden Pedagang

Tabel 11 Umur Responden Pedagang di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

Umur Jumlah (Pedagang) Persentase (%)

40 – 44 45 – 49 50-54 3 1 2 50 16,67 33,33 Jumlah 6 100

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa umur pedagang yang terbesar

(54)

39

sebesar 50% dan yang paling rendah usia 45 – 49 terdapat 1 orang dengan

persentase 16,67%. Hal ini dikarenakan tingginya usia produktif pada Desa

Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.

5.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel 12 Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

Tanggungan Keluarga Jumlah Pedagang

(Orang)

Persentase (%)

3– 7

6 100

Jumlah 6 100

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga

pada pedagang 3 – 7 dengan jumlah responden yaitu sebanyak 6 orang pedagang

(55)

40 5.5 Tingkat Pendidikan Responden Pedagang

Tabel 13 Tingkat Pendidikan Responden Pedagang Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%)

SD SMP SMA 1 4 1 16,67 66,67 16,67 Jumlah 6 100

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang

dibagi atas 3 kelompok yaitu tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA, pendidikan

pedagang responden tingkat SMP lebih banyak dibandingkan tingkat pendidikan

SD dan SMA dengan jumlah responden 4 atau dengan persentase sebesar

66,67%, tingkat pendidikan yang sudah relative tinggi menunjukkan bahwa

masyarakat sudah menyadari pentingnya arti pendidikan bagi mereka.

5.6 Lama Berdagang

Pengalaman berdagang menunjukkan lamanya responden menggeluti

usahanya. Pengalaman berusaha sangat berpengaruh terhadap kemampuan

seseorang pedagang parantara dalam menjaga sinergis usahanya terhadap

perubahan yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai

(56)

41

Tabel 14 Lama Berdagang Responden Pedagang di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

Pengalaman Usahatani Jumlah (Orang) Persentase (%)

10 – 15 16 – 20 5 1 83,33 16,67 Jumlah 6 100

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah responden pedagang

terbanyak adalah pengalaman usahatani 10-15 tahun sebanyak 5 orang dengan

persentase sebesar 83%, sedangkan responden terendah yang lama berusahatani

16- 20 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 16,67%. Secara umum

responden telah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengolah usahanya

sehingga dengan pengalaman tersebut responden mampu mengatasi masalah yang

terjadi dalam berusahatani.

5.7 Saluran Pemasaran Kopi

Produsen (petani kopi yang menjual dalam bentuk kopi tanduk) melakukan

kegiatan pembelian input-input produksi, pemanenan, hingga pengolahan hasil

panennya menjadi kopi tanduk. Penjualan kopi tanduk milik petani dilakukan oleh

pedagang pengumpul yang membeli ke petani membeli sesuai dengan harga yang

ditentukan pedagang serta petani.

Setelah petani melakukan kegiatan usahatani, maka hal selanjutnya

(57)

42

Pendistribusian hasil panen ini melibatkan beberapa lembaga pemasaran, yang

meliputi pedagang pengumpul, pedagang besar dan juga Umkm.

Proses pendistribusian kopi tanduk oleh petani (produsen) dilakukan

dengan dua sistem yaitu secara langsung ke pedagang besar dan secara tidak

langsung melalui perantara lembaga pemasaran lainnya, yaitu pedagang

pengumpul, pedagang besar.

Pedagang besar kemudian mengolah kembali saat berada di gudangnya

sebelum di distribusikan lagi kepada industri yang telah di ajak kerja sama oleh

pedagang besar Kedua cara pendistribusian ini menghasilkan tiga saluran

pemasaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6

1.

2.

3.

Gambar 6 Saluran Pemasaran

Gambar 6, dapat dilihat bahwa proses pemasaran kopi tanduk di Desa

Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang diawali dari penjualan

kopi tanduk oleh petani melalui dua cara, yaitu penjualan langsung ke pedagang

besar dan melalui penjualan ke pedagang perantara. Dan satu cara lagi yaitu

Produsen/Petani Pedagang Besar

Produsen/Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar UMKM Konsumen Industri Industri

(58)

43

Umkm membeli dari pedagang pengumpul untuk diolah menjadi kopi bubuk

untuk dijual kepada konsumen. Jalur pemasaran kopi tanduk Desa Latimojong,

Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang cukup bervariasi, hal ini tidak lepas

dari daerah pemasaran yang cukup luas.

Pelaku pemasaran menggunakan saluran pemasaran yang menunjukkan

bagaimana arus komoditi mengalir dari produsen ke konsumen akhir. Para pelaku

pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan kopi tanduk dari petani responden

adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pola pemasaran kopi tanduk

Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten enrekang ini berbeda-beda,

dan pemilihan saluran pemasaran tersebut didasarkan pada beberapa hal,

diataranya : harga jual, harga beli, biaya transportasi, sumber pembelian dan

tujuan pembelian.

5.8 Saluran Pemasaran 1

Saluran pemasaran I, kopi tanduk yang dijual oleh petani langsung ke

pedagang besar, sehingga pada saluran ini tidak terdapat pedagang perantara.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Saluran Pemasaran Kopi Tanduk di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang

Gambar 7, dapat dilihat bahwa saluran pemasaran I, kopi tanduk dari

petani langsung dijual ke pedagang besar dengan menggunakan transportasi yang

dimiliki mereka yaitu mobil truk untuk sampai ke pedagang besar. Pada saluran

(59)

44

ini pemasaran kopi tanduk petani langsung mendatangi pedagang besar di

Kecamatan Buntu Batu, dengan menjual dengan harga Rp 9000/liter tanpa adanya

parantara, tipe ini terjadi pada petani yang memiliki angkutan sendiri. Bentuk

saluran ini dapat meningkatkan penerimaan petani karena dengan biaya

pemasaran yang sedikit dan bentuk saluran pemasaran yang pendek membuat

petani lebih bisa mendapatkan keuntungan. Kemudian setelah sampai ke

pedagang besar diolah kembali oleh pedagang besar untuk menjadi kopi

greenbean dengan cara menjemur terlebih dahulu selama 1 hari kemudian di

masukan kedalam mesin pemisah antara kulit ari dengan biji lalu setelah itu di

jemur kembali selama 2 hari dan dimasukan kedalam karung untuk dikirim

kepada industri yang ada di Makassar dengan menggunakan transportasi berupa

mobil truk dengan biaya Rp 27.000/karung dan biaya pengolahan yang

dikeluarkan pedagang besar sebanyak Rp 2000.000. Pedagang besar menjual

kepada industri seharga Rp 36.000/liter.

5.9 Saluran Pemasaran 2

Saluran pemasaran 2 merupakan saluran pemasaran yang menggunakan

dua pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar. Dimana

saluran pemasaran ini dimulai dari petani ke pedagang pengumpul dan selanjutnya

pedagang besar. Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Saluran Pemasaran Kopi Tanduk 2 di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang

Produsen/Petani Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar

(60)

45

Gambar 8, menunjukkan bahwa saluran pemasaran kopi tanduk di Desa

Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang dari petani menjual

kepada pedagang pengumpul yang ada di Desa dengan harga Rp 8000/. Setelah

membeli kopi tanduk dari petani kemudian pedagang pengumpul lalu menjual

kepada pedagang besar seharga Rp 9000/Liter yang ada di Kecamatan dengan

menggunakan transportasi berupa mobil truk dengan biaya transportasi seharga

Rp 10.000/karung untuk sampai kepedagang besar. Setelah sampai di pedagang

besar lalu diolah kembali oleh pedagang besar untuk menjadi kopi greenbean

dengan cara menjemur terlebih dahulu selama 1 hari kemudian di masukan

kedalam mesin pemisah antara kulit ari dengan biji lalu setelah itu di jemur

kembali selama 2 hari dan dimasukan kedalam karung untuk dikirim kepada

industri yang ada di Makassar dengan menggunakan transportasi berupa mobil

truk dengan biaya Rp 27.000/karung dan biaya pengolahan yang dikeluarkan

pedagang besar sebanyak Rp 2000.000. Pedagang besar menjual kepada industri

seharga Rp 36.000/liter.

5.10 Saluran Pemasaran 3

Saluran pemasaran 3 merupakan saluran yang hanya melibatkan pedagang

pengumpul. Dimana saluran pemasaran ini di mulai dari pedagang pengumpul ke

Umkm (sesuai dengan permintaan) kemudian konsumen. Untuk lebih jelasnya

(61)

46

Gambar 9 Saluran Pemasaran Kopi Tanduk yang ke 3 di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang

Gambar 9, Menunjukan bahwa saluran pemasaran kopi tanduk di Desa

Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang berawal dari petani

yang menjual kepada pedagang pengumpul yang ada di Desa lalu menjual kepada

Umkm sesuai Permintaan sebanyak 33 Liter seharga Rp 9000/liter untuk

diolahnya kembali oleh Umkm dengan cara menjemur selama 2 hari lalu setelah

itu di pisahkan biji dengan kulit ari dengan menggunakan mesin kemudian

dijemur kembali selama 2 hari lalu disangrai dan setelah itu di masukan kedalam

pabrik untuk menjadi kopi bubuk lalu dikemas untuk dijual kepada konsumen

atau masyarakat setempat dengan harga Rp 40.000/Liter dan biaya selama

pengolahan yaitu seharga Rp 230.000

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Desa Latimojong

Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang sudah menunjukkan adanya lembaga

pemasaran berdasarkan saluran pemasaran yang dilakukan oleh responden pada

Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.

Untuk lebih jelasnya pemasaran kopi tanduk di Desa Latimojong

Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang pada tabel berikut ini.

Produsen/Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Industri UMKM Konsumen

(62)

47

Tabel 15 Saluran Pemasaran Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang

Saluran Pemasaran 1 Jumlah (Orang) Persentase (%)

Petani Pedagang Besar 3 10 Saluran Pemasaran 2 Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar 27 90 Jumlah 30 100

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah,2020

Berdasrkan Tabel 15 di atas maka dapat dilihat bahwa saluran pemasaran

pertama merupakan saluran yang terdiri dari petani – pedagang besar. Dari

penelitian di peroleh petani responden yang menjual kopi tanduk ke pedagang

besar sebanyak 3 orang dengan persentase 10% harga yang berlaku adalah harga

yang sedang terjadi di pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang.

Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang terdiri dari petani –

pedagang pengumpul – pedagang besar. Dari penelitian diperoleh petani

responden yang menjual kopi tanduk melalui saluran pemasaran ini sebanyak 27

orang dengan persentase sebesar 90% Dalam saluran pemasaran ini biji kopi

petani dibeli langsung oleh pedagang pengumpul kemudian mejualnya ke

(63)

48 5.12 Margin Pemasaran

Margin pemasaran kopi tanduk adalah selisih antara harga jual dan harga

beli kopi tanduk di pemasaran kopi tanduk di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu

Batu, Kabupaten Enrekang. Untuk mengatahui margin pemasaran kopi tanduk

pada setiap saluran pemasaran maka tentunya yang penting diketahui adalah harga

jual dan harga beli setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Adapun margin

pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran biji kopi.

Pemasaran kopi tanduk di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten

Enrekang dapat dilihat pada Tabel 16.

Untuk mengetahui Bauran pemasaran Kopi tanduk, pedagang pengumpul

menggunakan strategi tertentu untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.

Harga yang diterima petani sampai ke tangan konsumen masing-masing saluran

tidak sama. Sehingga terjadi perbedaan mulai dari segi harga, biaya, keuntugan,

dan margin pemasaran Kopi tanduk di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu

Gambar

Gambar 1. Saluran Distribusi
Gambar 3. Saluran  Dua Tingkat
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Latimojong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan sebaran sawit aktual yang berada di kubah gambut relatif lebih sedikit, tetapi lebih banyak di luar kubah gambut dan dari data perizinan

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah dilakukan tes pemahaman untuk mengukur pemahaman siswa setelah menggunakan LAS matematika yang berorientasi pada

Aquí nos encon- tramos con un caso parecido al que vimos con la derivada de la función inversa: podemos obtener la fórmula del Paso 1 y, sin embargo, esta fórmula puede carecer

Produktivitas rata-rata pemanenan rotan berdasarkan satuan berat yang dipanen oleh masyarakat pada Hutan Lindung Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten

Apabila data yang didapat sudah tercukupi, maka tahap selanjutnya adalah training dan testing model Jaringan Syaraf Tiruan dengan beberapa variabel yang diubah-ubah

dikaji dengan metode Bahasa Rupa dan kaitannya dengan visualisasi budaya Sunda. Sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji komik Black Metal Istiqomah pada pos

Pada hasil akhir dari peramalan yang dilakukan untuk meramalkan penjualan motor Yamaha jenis Automatic bulan april tahun 2013 dengan menggunakan metode Trend

Adapun yang menjadi faktor internal dan faktor eksternal di Desa Buntu Batu Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang yaitu meliputi faktor kekuatan (tersedianya lahan