i
SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KOMODITAS KOPI
DI DESA LATIMOJONG KECAMATAN BUNTU BATU
KABUPATEN ENREKANG
LISMI HARTI 105961125516
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KOMODITAS KOPI DI DESA LATIMOJONG KECAMATAN BUNTU BATU
KABUPATEN ENREKANG
LISMI HARTI 105961125516
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Saluran dan Marjin
Pemasaran Komoditas Kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu
Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, 28 Januari 2021
Lismi Harti 105961125516
vi
ABSTRAK
LISMI HARTI. 105961125516. Saluran dan Marjin Pemasaran Komoditas Kopi
di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh JUMIATI dan SUMARNI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Saluran pemasaran dan margin pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
Teknik untuk penentuan sampel dilakukan dengan metode Simple Random
Sampling atau teknik penentuan sampel secara acak sederhana dengan populasi
300 orang, sampel yang diambil sebanyak 10% dari jumlah populasi yakni 30 orang petani yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Teknik penentuan sampel untuk pedagang dilakukan dengan metode
snowball sampling, yakni diperoleh 6 orang pedagang yang terdiri atas 2 orang
pedagang besar dan 3 orang pedagang pengumpul dan 1 orang UMKM. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan marjin pemasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran di Desa Latimojong menggunakan tiga saluran pemasaran. Marjin untuk setiap lembaga pemasaran yaitu pada saluran I marjin pemasaran Rp 27.000 per liter, marjin pemasaran pada saluran II sebesar Rp 28.000 per liter dan marjin pemasaran pada saluran III sebesar Rp 31.000 per Liter
vii
ABSTRACT
LISMI HARTI. 105961125516. Supply Chain marketing coffee commodities in the village of Latimojong District Buntu Batu Enrekang Regency. Guided by JUMIATI and SUMARNI. B.
This research aims to find out the marketing channel and margin marketing of coffee commodities in the village of Latimojong District Buntu Batu Enrekang Regency.
Techniques for determining samples are carried out by Simple Random Sampling method or simple random sample determination technique with a population of 300 people, samples taken as much as 10% of the population of 30 farmers in the village of Latimojong District Buntu Batu Enrekang Regency. The technique of determining samples for traders is done by snowball sampling method, which is obtained by 5 traders consisting of 2 large traders and 2 collectors and 1 Msme. The data analysis used is the marketing margin.
The results showed that the marketing channels and margins in Latimojong Village used three marketing channels. The margin for each marketing institution is on channel I marketing margin Rp 27,000 per liter, marketing margin on channel II of Rp 28,000 per liter and marketing margin on channel III of Rp 31,000 per Liter.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak
lupa saya kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarganya, sahabat dan
para pengikutnya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Saluran
dan Marjin pemasaran Komoditas Kopi di Desa Latomojong Kecamatan Buntu
Batu Kabupaten Enrekang.”
Skripsi ini merupakan tugas yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Jumiati.,S.P.,M. selaku pembimbing utama dan Sumarni B, S.P., M.Si
selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan, sehingga skripsi dapat selesai.
2. Bapak DR. H. Burhanuddin S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orangtua Ayahanda Mili dan ibunda Ismawati, Adik-adikku tercinta
Halis, Ainul Yakin, Alwan, Padil, Alkausar, Azzah dan segenap keluarga dan
ix
Andi anggun hidayat, Andi roslina, Hasmawati abbas, Wika febrianti yang
senatiasa memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu.
6. Kepada pihak pemerintah Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang beserta jajarannya yang telah mengizinkan untuk melakukan
penelitian di daerah tersebut.
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Semoga berkah Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, 07 Oktober 2020
x
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Kegunaan Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran ... 5
2.2 Lembaga Pemasaran ... 6
2.3 Saluran Pemasaran ... 7
2.4 Marjin Pemasaran ... 11
2.5 Komoditas Tanamam Kopi ... 12
2.6 Penelitian Terdahulu ... 15
2.7 Kerangka Pikir ... 18
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 22
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23
xi
3.6 Defenisi Operasional ... 24
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis ... 25
4.2 Keadaan Demografis ... 25
4.3 Sejarah Berdirinya Usahatani ... 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden ... 30
5.2 Identitas Responden Pedagang ... 34
5.3 Umur Responden Pedagang ... 36
5.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 37
5.5 Tingkat Pendidikan Responden Pedagang ... 38
5.6 Lama Berdagang ... 38
5.7 Saluran Pemasaran Kopi ... 39
5.8 Saluran Pemasaran I ... 41
5.9 Saluran Pemasaran I1 ... 42
5.10 Saluran Pemasaran III ... 44
5.11 Marjin Pemasaran ... 46
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51
6.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 55
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Penelitian Terdahulu ... 20
2. Jumlah Penduduk Desa Latimojong... 33
3. Usia Penduduk Desa Latimojong ... 33
4. Mata Pencaharian Penduduk Desa Latimojong ... 34
5. Tingkat Pencaharian Penduduk Desa Latimojong ... 35
6. Pengalaman Usahatani Penduduk Desa Latimojong... 36
7. Tingkat Umur Responden ... 37
8. Tingkat Pendidikan Responden... 38
9. Luas Lahan Responden ... 39
10. Jumlah Tanggungan Keluarga... 40
11. Umur Responden Pedagang di Desa Latimojong ... 42
12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Latimojong ... 43
13. Tingkat Pendidikan Responden Pedagang Di Desa Latimojong ... 43
14. Lama Berdagang ... 44
15. Saluran Pemasaran Responden di Desa Latimojong ... 48
16. Margin Pemasaran di Desa Latimojong ... 49
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Saluran Distribusi ... 10
2. Saluran Satu Tingkat ... 10
3. Saluran Dua Tingkat ... 11
4. Saluran Tiga Tingkat ... 11
5. Kerangka Fikir Rantai Pasok Pemasaran Komoditas Kopi ... 27
6. Proses Pemasaran Biji kopi di Desa Latimojong ... 45
7. Saluran Pemasaran Biji Kopi ... ... ... 46
8. Saluran Pemasaran Biji Kopi ... ... ... 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor halaman
Teks
1. Kuisioner Penelitian ... 54
2. Peta Kecamatan Buntu Batu ... 57
3. Identitas Responden ... 58
4. Identitas Responden Pedagang ... 59
5. Rekapitulasi Data ... 60
6. Saluran Pemasaran Responden ... 61
7. Saluran Pemasaran, Jumlah Biji Kopi, Harga Juala (Rp) Saluran I IIdan III 62 8. Marjin dan Saluran Pemasaran I II dan III ... 66
9. Wawancara dengan Petani Kopi ... 67
10. Wawancara dengan Petani Kopi ... 67
11. Wawancara dengan Petani Kopi ... 68
12. Wawancara dengan Petani Kopi ... 68
13. Wawancara dengan Petani Kopi ... 69
14. Wawancara dengan Petani Kopi ... 69
15. Wawancara dengan Pedagang Pengumpul... 70
16. Wawancara dengan Pedagang Pengumpul... 70
17. Wawancara dengan Pedagang Besar ... 71
18. Wawancara dengan Pedagang Besar ... 72
xv
20. Hasil Olahan UMKM ... 72
1 I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia telah menjadi negara produsen kopi terbesar keempat di dunia
setelah Brasil, Kolombia dan Vietnam (Panggabean 2011). Kopi yang dihasilkan
di Indonesia adalah kopi arabika dan kopi robusta yang tergolong mempunyai
kualitas yang baik sehingga banyak diekspor ke negara-negara maju yang
merupakan negara konsumen kopi, di antaranya Amerika, Jepang, Belanda,
Jerman dan Italia (Panggabean 2011). Khusus untuk komoditas Kopi Indonesia
mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi dunia
pada tahun 2012. Berdasarkan jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai
lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari
147 ribu ton (19,6%) pada tahun 2012 (Hartono, 2013).
Kopi telah menjadi bidang penting bagi perekonomian beberapa provinsi
penghasil kopi seperti Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sumatera Utara,
Lampung, Bengukulu, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, NTT dan
Sulawesi Selatan. Kopi termasuk salah satu komoditi yang ditunjang
pengembangannya dengan proyek-proyek pembangunan, bahkan sempat masuk
rencana untuk dikembangkan di semua provinsi (Hartono, 2013).
Sulawesi Selatan adalah pengembang jenis kopi arabika dan kopi robusta,
luas perkebunan kopi nasional di Sulawesi selatan 12,5%. Produksi kopi robusta
9.804 ton dan kopi arabika 21.994 ton. Kabupaten yang menjadi sentra produksi
2
Enrekang, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten
Bantaeng, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa.
Kabupaten Enrekang dengan luas 1.786,01 km² memiliki daerah pertanian
yang potensial dan sudah dikenal oleh berbagai daerah yang merupakan salah satu
penghasil kopi yang berkualitas sehingga mempunyai kemungkinan yang cukup
cerah di masa yang akan datang. Hal ini didukung oleh kondisi lingkungan dan
tenaga kerja yang memadai.
Kopi yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang merupakan sumberdaya yang harus tetap dikembangkan dan
ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi tersebut dan
juga dapat diolah sehingga memiliki nilai tambah. Dalam upaya meningkatkan
dan mengembangkan daya saing, maka perlu adanya proyeksi yang jelas dan
terencana mengenai pemasaran kopi, sehingga dapat mengetahui dan
memperhitungkan peluang pasar dan masalah yang akan dihadapi.
Kendala yang dialami petani kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu
Batu Kabupaten Enrekang, yaitu sistem penyimpanan seperti gudang dan jenis
peralatan lainnya belum maksimal untuk menjaga kualitas barang, kemudian hasil
perkebunan kopi dari petani dijual dalam bentuk kopi kering ke pedagang
pengumpul dan pedagang besar, sistem penjualan yang dilakukan petani yaitu
dengan membawa sendiri hasil produksinya ke pedagang. Hal ini kadang
membuat petani kesulitan didalam menjual hasi panen karena kendala
transportasi, sehingga kadangkala dalam penjualan petani harus menunggu waktu
3
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, saya tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai "Saluran dan Marjin Pemasaran Komoditas
Kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang".
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana saluran pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang ?
2. Bagaimana margin pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong
Kecamatan Buntu Batu.
2. Untuk mengetahui margin pemasaran komoditas kopi di Desa Latimojong
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Petani kopi, sebagai bahan referensi dan menjadi pertimbangan untuk
4
2. Pemerintah, sebagai imformasi tambahan guna menentukan kebijakan
ekspor kopi, dan penerapan usahatani kopi yang berkelanjutan.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya.
4. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti-peneliti
5 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
Pemasaran dapat diartikan sebagai kegiaatan dalam memasarkan suatu
produk yang diperjualbelikan oleh perusahaan atau instansi-instansi terkait yang
ditujukan kepada konsumen, namun jika dilihat dari makna sebenarnya pemasaran
juga memiliki aktivitas penting dalam menganalisis dan mengevaluasi segala
kebutuhan dan keinginan dari para konsumen.
Pemasaran adalah semua kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memuaskan keinginannya melalui proses pertukaran melibatkan kerja penjual
harus mencari produk yang tepat, menentukan harga yang tepat, menyimpan dan
mengangkatnya, mempromosikan produk tersebut, menegosiasikan (Irawan, dkk
1996).
Menurut Assauri Pemasaran ialah sebagai usaha untuk menyediakan dan
menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada
waktu dan tempat yang tepat serta harga yang tepat dengan promosi dan
komunikasi yang tepat.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan tentang ruang
lingkup pemasaran dari beberapa ahli ekonomi yakni:
1. Pemasaran merupakan suatu sistem yang secara keseluruhan saling
mempengaruhi dan berintegrasi di dalam melaksanakan tugas dan kegiatan
6
2. Dalam usaha penyaluran barang dan jasa dari pihak produsen ke konsumen
dan menjamin perusahaan dengan melalui pemuasan kebutuhan dan
keinginan konsumen atau pembeli potensial.
3. Aktivitas pemasaran adalah merencanakan produk yang akan dihasilkan,
menetapkan harga, mempromosikan dan menyalurkan pada pihak yang
membutuhkan.
2.2 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk pertanian
kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan
usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai akibat
kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai waktu,
tempat, dan bentuknya.
Menurut Sudiyono (2002), berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi
yang diperjualbelikan , lembaga pemasaran dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Lembaga yang tidak memiliki tetapi menguasai komoditi, seperti agen
perantara, makelar, dsb.
2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang
diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan
importir.
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi
7
fasilitas transportasi, asuransi pemasaran, dan perusahaan penentu kualitas
produk (surveyor).
Sementara itu lembaga pemasaran berdasarkan keterlibatan dalam proses
pemasaran dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Tengkulak, adalah pembeli hasil pertanian pada waktu panen yang dilakukan
oleh perseorangan dengan tidak terorganisisr, aktif mendatangi petani
produsen untuk membeli hasil pertanian dengan harga tertentu.
2. Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari
petani dan tengkulak, baik secara individual maupun secara langsung.
3. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dalam jumlah
besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani produsen.
Modalnya relatif besar sehingga mampu memproses hasil pertanian yang
telah dibeli.
4. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani
produsen atau dari tengkulak dan pedagang pengumpul kemudian dijual ke
konsumen akhir (rumah tangga). Pedagang pengecer berupa toko-toko kecil
atau pedagang kecil di pasar.
2.3 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung,
yang membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan dan
dikonsumsi oleh konsumen. Terdapat dua saluran pemasaran, yaitu saluran
8
kedua adalah saluran tidak langsung yaitu saluran yang mengandung satu atau
lebih tingkat perantara (Kolter, 2008).
Saluran pemasaran memiliki peran yang penting dalam kegiatan
pemasaran yang pertama adalah banyak produsen tidak memiliki sumber daya
keuangan untuk melakukan pemasaran langsung. Kedua, para produsen yang
memeng mendirikan salurannya sendiri sering dapat memperoleh laba yang lebih
besar dengan meningkatkan investasinya dalam bisnis utamanya dan dalam
beberapa kasus pemasaran langsung sama sekali tidak dilakukan, karena lebih
mudah bekerja melalui jaringan luas organisasi-organisasi distribusi (Kolter dan
Keller, 2006).
Jenis-jenis saluran distribusi dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1. Saluran distribusi langsung merupakan saluran distribusi yang paling
sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke
konsumen tanpa menggunakan perantara. Disini produsen dapat menjual
barangnya melalui pos atau mendatangi langsung rumah konsumen, saluran ini
biasa juga diberi istilah saluran nol tingkat.
Gambar 1. Saluran Distribusi
Saluran distribusi yang menggunakan satu prantara yang melibatkan produsen
dan pengecer. Disini pengecer langsung membeli barang kepada produsen,
kemudian menjualnya langsung ke konsumen. Saluran ini biasa disebut dengan
saluran satu tingkat.
9
Gambar 2. Saluran Satu Tingkat
2. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang pengumpul dan
pengecer, saluran distribusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh
produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar
kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh
pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya
dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga
saluran distribusi dua tingkat.
Gambar 3. Saluran Dua Tingkat
3. Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini
produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya
Produsen Konsumen Produsen Pengecer Konsumen Produsen Pengumpul
Pedagang Besar konsumen kepada pedagang pengumpul yang kemudian
menjualnya kepada pedagang pengecer langsung ke konsumen.
Gambar 4. Saluran 3 Tingkat (Tiga Perantara)
Produsen Pengecer Konsumen
P Produsen Pengumpul PedagangBesar Konsumen
Produsen Agen Pengumpul Pedagang Besar Konsumen
10 2.3.1 Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah perpaduan dari aktivitas-aktivitas yang saling
berhubungan untuk mengatahui kebutuhan konsumen, mengembangkan promosi,
distribusi, pelayanan dan harga agar kebutuhan konsumen dapat terpuaskan
dengan baik pada tingkat keuntungan tertentu. Dan akvitas yang dijalankan pada
bisnis yang terlibat didalam menggerakkan barang atau jasa atau produsen hingga
sampai ke tangan para konsumen.
Adapun menurut Philip Kolter (2002) mengatakan bahwa fungsi pemasaran
adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing, serta pelaku
dan kekuatan yang ada saait ini maupun yang potensial dalam
lingkungan pemasaran.
2. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk
merangsang pembelian.
3. Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga
transfer kepemilikan dapat dilakukan.
4. Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi
saluran pemasaran.
5. Mengatur kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk sampai
11 2.4 Margin Pemasaran
Margin pemasaran sudiyono (2002) merupakan perbedaan harga yang
dibayarkan konsumen dari harga yang diterima lembaga pemasaran. Komponen
margin pemasaran ini terdiri dari :
1) Biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk
melakukan fingsi-fungsi pemasaran (functional cost); dan
2) Keuntungan (profit) lembaga pemasaran.
Margin pemasran terdiri dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan
pemasaran. Perhitungan margin pemasaran merupakan pertambaha dari biaya-
biaya dan keuntungan rantai pasok yang diperoleh masing-masing lembaga rantai
pasok.
Untuk menghitung margin dari setiap lembaga pemasaran digunakan rumus :
M = Hp - Hb
Dimana M = Margin Pemasaran (Rp/Kg) Hp = Harga Penjualan (Rp/Kg) Hb = Harga Pembelian (Rp/Kg)
2.5 Komoditas Tanaman Kopi
Kopi berasal dari bahasa arab : qahwah yang berarti kekuatan, karena pada
awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali
mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa turki dan
kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa belanda. Penggunaan kata
koffie segera diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal
12
Kopi merupakan marga sejumlah tumbuhan berbentuk berbentuk pohon
yang beberapa diantaranya menjadi bahan dasar pembuatan minuman penyegar
kopi. Genus ini memiliki sekitar 100 spesies, tetapi dari 100 spesies itu hanya dua
yang memiliki nilai perdagangan penting, yaitu C. canepora dan C. Arabica.
Pemprosesan kopi sebelum dapat dipasarkan malalui proses yang panjang yaitu
dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun
dengan tangan kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan
sebelum dipasarkan. Kemudian konsumsi kopi didunia pada spesis kopi arabika
mencapai 70% dan spesis robusta mencapai 26% dan kopi liberika serta ekselsa
masing-masing 3% (Rahardjo P, 2012).
Kopi di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawah oleh
VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau jawa, dan hanya
bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC
cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkanya
ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya. Terdapat kurang lebih
4.500 jenis kopi di dunia yang dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu
coffea canephora yang salah satu varietasnya menghasilkan kopi robusta, coffea Arabica, coffea Excelsea dan coffea Lieririca (AAK, 2002).
Perdagangan di dunia dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling
sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika.
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan,
yakni:
13
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia
maupun di indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang
memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut. Sedangkan di
Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian
1000-1750 meter dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia
vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat (Aak, 1980).
2. Kopi Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah liberika.
Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah `yang memiliki tingkat
kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebaranya sangat cepat.Kopi
ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi arabika baik dari segi buah dan
tingkat rendemennya rendah (Aak, 1980).
3. Kopi Canephora (Robusta)
Kopi canephora juga disebut kopi robusta. Nama robusta dipergunakan
untuk tujuan perdagangan, sedangkan cenephora adalah nama botanis. Jenis kopi
ini berasal dari afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki
kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kopi Arabika
dan Liberika, (Aak, 1980).
4. Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua
spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun,
14
induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakanya hanya dengan cara vegetative
15 2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Hasil
1 Yuprin (2009) Menganalisis pemasaran karet di Kabupaten Kapuas. Penelitian ini menggunakan metode survei. Saluran pemasaran dijelaskan secara
deskriptif dan data kuantitatif dianalisis dengan pendekatan SCP
Saluran pemasaran karet terdiri dari enam macam. Struktur
pasar di tingkat desa,
kecamatan dan kabupaten
bersifat oligopsoni.
Penampilan pasar ditunjukkan dengan marjin pemasaran yang relatif besar dan didominasi oleh share keuntungan yang besar dan tidak merata.
2 Sugiarti (2010) Menganalisis
pemasaran kopi di Kecamatan Bermani Ulu Raya Kabupaten Rejang Lebong
Sistem pemasaran kopi di Kecamatan Bermani Ulu Raya telah bekerja kurang efektif dan efisien ditunjukkan dengan rendahnya bagian harga yang diterima petani.
16
No Nama Judul Penelitian Hasil
3 Nugraha (2006) Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar Di Bogor, Propinsi Jawa Barat
Saluran pemasaran jamur
tiram segar di Bogor
melibatkan enam lembaga,
yakni (a) produsen, (b)
pengumpul, (c) pedagang
besar, (d) pedagang menengah, (e) pengecer, dan (e) supplier. Saluran pemasaran yang terjadi
adalah, (I) produsen,
konsumen, (II) produsen,
pengumpul, dan konsumen, (III) produsen, pedagang besar,
konsumen, (IV) produsen,
pengumpul, pedagang besar,
pedagang menengah, dan
konsumen, (V) produsen,
pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, pengecer,
konsumen, (VI) produsen,
pengecer, dan konsumen,
sementara dua saluran lain yang tidak dapat diteliti secara lengkap adalah (VII) produsen,
supplier, supermarket,
konsumen, dan (VIII)
produsen, pengumpul,
pedagang besar, supplier,
17
No Nama Judul Penelitian Hasil
4. Intan Carani
(2006)
Analisis kinerja saluran pemasaran industri kecil tahu (kasus pengrajin tahu) Kelurahan Pasir Jaya,
Kecamatan Bogor Barat
Kelurahan Pasir Jaya, lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran tahu adalah
pengrajin, pedagang sayur
keliling, pedagang di pasar, pedagang siomay, pedagang
gorengan Adapun saluran
pemasaran yang dilalui dalam proses pemasaran tahu pada penelitian ini terdiri dari 5
saluran, yaitu : saluran
pemasaran I (Pengrajin - Pedagang Sayur Keliling -
Konsumen), saluran
pemasaran II (Pengrajin -
Pedagang di Pasar -
Konsumen), saluran
pemasaran, III (Pengrajin -
Konsumen), saluran
pemasaran IV(Pengrajin -
Pedagang Gorengan -
Konsumen) saluran pemasaran V (Pengrajin - Pedagang Siomay - Konsumen).
18 No
Nama Judul Penelitian Hasil
5 Bima Trustho
Skar Utomo (2007)
Saluran Pemasaran
Gula
1. Saluran pemasaran I lebih banyak digunakan produsen gula kelapa yaitu 14 orang, saluran pemasaran II sebanyak 11 orang produsen dan pada
saluran pemasaran III
sebanyak 5 orang. 2. Marjin pemasaran pada saluran I sebesar 14,3%, saluran II
sebesar 13,3% dan pada
saluran III sebesar 13,7%. Farmer’s Share pada saluran pemasaran I sebesar 85,7%, saluran pemasaran II sebesar
86,7% dan pada saluran
pemasaran III sebesar 86,3%.
2.7 Kerangka Pikir
Saluran pemasaran adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung,
yang membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk digunakan dan
dikonsumsi oleh konsumen
petani-petani kopi yang menjadi tangan pertama dalam penyedia bahan
baku yaitu hasil tani kopi untuk nantinya akan ditawarkan kepada para pedagang
19
Pedagang Pengumpul yaitu pedagang yang membeli kopi tanduk dari
petani secara langsung. Yang akan nantinya di jual kembali kepada pedagang
besar, Umkm juga membeli di pedagang pengumpul untuk diolah langsung untuk
menjadi kopi bubuk yang dapat dinikmati langsung oleh masyarakat setempat
Pedagang Besar membeli kopi tanduk dari pedagang pengumpul kemudian
diolah kembali menjadi kopi GreanBeen untuk dijual kembali kepada industri
yang sudah bekerja sama dengan pedagang besar tersebut.
Komoditas kopi di Desa Latimojong merupakan salah satu pemasok kopi
yang ada di Sulawesi Selatan, Desa Latimojong juga merupakan Daerah yang
berpotensi untuk meningkatkan daya saing komoditas kopi di Sulawesi Selatan.
Penelitian ini akan menganalisis bagaimana rantai pasok pemasaran komoditas
kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Analisis
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara
20
Gambar 5. Kerangka Pikir Rantai Pasok Pemasaran Kopi Petani kopi Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul UMKM Desa Latimojong Pedagang Besar Industri Industri
21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu
Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dimulai pada bulan
November 2020 - Januari 2021.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu-individu yang
karakteristiknya hendak diteliti. Dan individu tersebut dinamakan unit analisis,
dan dapat juga disebut orang-orang, institut-institut, benda-benda, dst. (Djawranto
1994).
Populasi pada penelitian ini adalah petani kopi yang berada di Desa
Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang yang berjumlah 300
kepala keluarga menurut data dari kantor Desa Latimojong.
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
random sampling (secara acak sederhana), untuk menentukan besarnya sampel
penelitian berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006), yaitu
apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan
pendapat tersebut, maka sampel yang diambil sebanyak 10% dari populasi
22
Penentuan responden pedagang menggunakan metode snowball
sampling untuk mengikuti arah pergerakan komoditi. Teknik snowball sampling
digunakan dalam menentukan sampel yang diawali dengan jumlah sampel yang
kecil kemudian membesar Sugiono (2010). Teknik snowball sampling yang
dilakukan yaitu dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada
lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat didalam pemasaran kopi di Desa Latimojong
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sumber data yang ada maka data yang digunakan adalah:
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, dalam
hal ini responden petani dan pedagang kopi, semua yang telah dalam proposal
yang menjadi sumber utama di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu
Kabupaten Enrekang dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu dalam
penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti
Badan pusat statistik Kabupaten Enrekang, Dinas pertanian Kabupaten
Enrekang, dan Penyuluh pertanian di Kecamatan Buntu Batu.
3.4 Tehnik Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
23
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap obyek yang diteliti dengan cara mencatat secara sistematis
terhadap gejala-gejala yang terkait denga penelitian.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
kepada responden yang berpedoman pada daptar pertanyaan yang telah
disiapkan terlebih dahulu.
3. Dokumentasi, yaitu teknik pengambilan data gambar dan laporan-laporan yang
berasal dari instansi dan lokasi penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Kinerja pemasaran dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif atau kualitatif yaitu untuk menggambarkan pemasaran yang ada di
Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Selanjutnya
analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi pemasaran dengan
menggunakan analisis margin pemasaran, semakin kecil nilai efisiensi
pemasaran maka saluran pemasaran tersebut dapat dikatakan semakin efisien
(Soekartawi, 1993).
Marjin pemasaran, merupakan selisih harga ditingkat konsumen dan harga ditingkat produsen. Untuk menghitung marjin dari setiap lembaga
24 M = Hp - Hb
Dimana :
M = Margin pemasaran kopi (Rp/Kg)
Hp = Harga Penjualan Biji kopi (Rp/Kg)
Hb = Harga Pembelian Biji Kopi (Rp/Kg)
3.6 Defenisi Operasional
Definisi operasioanal dalam penelitian ini adalah:
1. Petani kopi adalah orang yang membudidayakan tanaman kopi yang ada di
Desa latimojong serta mengolah hingga sampai pada tahap pemasaran.
2. Pemasaran kopi adalah proses penyampaian kopi dari petani kopi di Desa
Latimojong kepada konsumen.
3. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang ikut berperan dalam
kegiatan pemasaran baik yang ada di Desa Latimojong hingga sampai kepada
konsumen.
4. Pemasaran kopi adalah proses penyampaian kopi dari petani kopi kepada
konsumen melalui saluran pemasaran, dengan melibatkan lembaga-lembaga
pemasaran yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang.
5. Pedagang Pengumpul adalah pedagang yang ada di Desa Latimojong yang
mengumpulkan hasil panen petani yang sudah dalam bentuk kopi kering
untukdi jual kembali kepada pedagang besar yang ada di Kecamatan.
6. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang
25
7. UMKM adalah Pedagang yang ada di Desa Latimojong yang mengolah Kopi
26 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis
Penelitian ini dilakukan di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang terletak 70 KM dari kota Kabupaten Enrekang, atau 15,5 Km dari kota Kecamatan Buntu Batu dengan luas wilayah ± 20.21 Km2, dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Bone-Bone Sebelah Selatan berbatasan dengan Potokullin Sebelah Timur berbatasan dengan Luwu Sebelah Barat berbatasan dengan Bt Mondong
Keadaan iklim di Desa Latimojong terdiri dari : Musim Hujan, kemarau dan
musim pancaroba. Dimana musim hujan biasanya terjadi antara Bulan Januari s/d
April, musim kemarau antara bulan Juli s/d November, sedangkan musim
pancaroba antara bulan Mei s/d Juni.
4.2 Keadaan Demografis
Penduduk di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang pada tahun 2020 berjumlah 2488 jiwa yang tersebar di desa tersebut,
jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, sebesar 1.100 dan 1.388 berjenis
kelamin perempuan.
27
Berdasarkan data tahun 2020 jumlah penduduk Desa Latimojong tercatat
260 (KK). Adapun banyaknya penduduk yang berjumlah 2488 terdiri dari
laki-laki sebanyak 1.100 jiwa dan perempuan sebanyak 1.388 jiwa yang kesemuanya
terbagi dalam usia yang berbeda-beda, mulai dari penduduk yang berusia 1-20
tahun sampai pada penduduk yang berusia 70 tahun keatas.
Komposisi penduduk Desa Latimojong berdasarkan kelompok umur untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Latimojong
Keterangan Jumlah Orang
Jumlah penduduk Laki-laki
Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Total
Jumlah Kepala Keluarga
1.100
1.388
2488
460 KK
Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang
berjenis kelamin Laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis
kelamin perempuan. Dengan perbandingan 1.100 jiwa yang berjanis kelamin
Laki-laki dan 1.388 jiwa yang berjenis kelamin perempuan, dan jumlah total yaitu
28
2. Usia
Tabel 3 Usia Penduduk Desa Latimojong
Usia Penduduk 0-20 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun 61-71 tahun 683 Orang 720 Orang 689 Orang 396 Orang
Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020
Berdasarkan Tabel di atas dilihat bahwa jumlah penduduk usia 61-71
tahun menempati posisi terendah dengan jumlah 396 jiwa dan jumlah penduduk
usia 21-40 tahun menempati posisi tertinggi dengan jumlah Jiwa 720.
3. Mata Pencaharian Pokok
Mata pencaharian penduduk Desa Latimojong sebagian besar adalah
petani. Adapun jenis dan jumlah mata pencaharian masyarakat yang ada di Desa
Latimojong selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Latimojong
Petani/Tambak 1952
Pedagang 6
PNS 15
Buruh -
Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020
Data pada Tabel di atas menunjukan bahwa mata pencaharian penduduk
Desa Latimojong yaitu Petani/Tambak dengan jumlah 1952 jiwa, kemudian
29
kemudian yang terendah terdapat pada bidang mata pencaharian Pedagang
berjumlah 6 jiwa.
4. Pendidikan
Penduduk merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan
kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi
disuatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan atau pengetahuan
teknologi suatu wilayah tersebut dan sebaliknya semakin banyak penduduk yang
berpendidikan rendah maka tingkat kemajuan wilayah tersebut semakin lambat.
Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan.
Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Latimojong, 2020
Tidak Tamat SD 383
SD 464
SMP 132
SMA 112
SARJANA 56
Sumber : Kantor Desa Latimojong, 2020
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
penduduk di Desa Latimojong mulai dari SD berjumlah 464 orang, SMP
berjumlah 132 orang, SMA berjumlah 112 orang dan sarjana berjumlah 56 orang.
Jadi dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Latimojong umumnya
berpendidikan tinggi sehingga dapat dipastikan tingkat pengetahuan di suatu
30 4.3 Sejarah Berdirinya Usahatani
Pengalaman berusahatani juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas kegiatan produksi pertanian. Pengalaman jangka
panjang memungkinkan petani menjadi lebih terampil dalam produksi pertanian
daripada petani yang tidak berpengalaman. Namun, tidak sepenuhnya benar
bahwa petani yang berpengalaman akan lebih diuntungkan daripada petani yang
tidak berpengalaman karena terdapat faktor lain dalam kegiatan produksi
pertanian.
Pengalaman bertani yang dimaksud adalah kemampuan petani dalam
membudidayakan tanaman baik dari teknik bercocok tanam dengan menggunakan
pupuk yang tepat maupun kemampuan mengatasi kendala dalam proses produksi.
Untuk mengetahui karakteristik responden menurut pengalaman ushatani
komoditas kopi di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
31
Tabel 6 Pengalaman Usahatani Komoditas Kopi Desa Latimojong
No Pengalaman Usahatani (Tahun) Jumlah Responden (Orang) 1 2 3 4 5 20-25 26-31 32-37 38-43 ≥44 5 6 13 3 3 Jumlah 30
32 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden Petani
Petani kopi yang ada di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu
Kabupaten Enrekang menjadi tangan pertama dalam penyedia bahan baku hasil
tani kopi untuk nantinya akan di tawarkan kepada pedagang pengumpul.
Identitas responden petani dalam melakukan ushatani komoditas kopi,
meliputi tingkat umur, tingkat pendidikan, pengalaman berushatani, luas lahan,
jumlah tanggungan keluarga yang dipaparkan sebagai berikut:
5.1.1 Tingkat Umur
Umur sangat mempengaruhi aktifitas sesorang karena dikaitkan langsung
dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan erat dengan
pengambilan keputusan. Responden yang benar muda relative cenderung
mempunyai kemampuan fisik yang lebih baik, dibandingkan dengan responden
yang berumur tua. Komposisi umur respon dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah
ini.
Tabel 7. Dapat dilihat bahwa jumlah responden yang paling sedikit berada
pada kelompok umur 52 - 56 Tahun dengan jumlah 1 Responden atau 3,33% dan
yang paling banyak berada pada kelompok umur 37 – 41 dan 42 – 46 tahun
dengan jumlah 12 responden atau sebesar 40%, hal ini menunjukan bahwa
responden dalam penelitian ini memiliki tingkat usia yang berbeda-beda,
meskipun demikian tingkat umur petani berada umur produktif. Dengan tingkat
33
besar kepada petani, diharapkan akan meningkatkan produksi dan otomatis
menambah pendapatan.
Tabel 7 Tingkat Umur Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
No
Klasifikasi Umur (Tahun) Jumlah (Responden) Persentase (%)
1 2 3 4 5 37 – 41 42 – 46 47 – 51 52 – 56 57 – 61 12 12 3 1 2 40 40 10 3,33 6,67 Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan usahatani
komoditas kopi karena selain keterampilan dan kemampuan pada petani itu
sendiri, pendidikan dasar terutama baca, tulis dan hitung sangat mempengaruhi
keputusan yang diambil responden dalam menjalankan usahatani dan juga
pemasaran dan juga dapat meminimalkan resiko tindak kecurangan yang
mengakibatkan kerugian yang terjadi pada petani. Jumlah persentase responden
34
Tabel 8 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Responden) Persentase (%)
1 2 3 SD SMP SMA 18 5 7 60 16,67 23,33 30 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Tabel 8. Menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat terbanyak
adalah pendidikan SD dengan jumlah 18 responden atau 60%. Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan responden bahwa pendidikan responden dianggap cukup untuk
menerima dan menyerap setiap informasi baik dalam pengembangan usahatninya
sendiri serta memiliki kemampuan baca, tulis dan hitung, meskipun ada yang tidak
mengikuti jenjang pendidikan tapi memiliki kemampuan berdasarkan pengalaman
dan juga biasanya dibantu oleh keluarga. Menurut Nurhayati, Sahara dan Ranti
(2009), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan cepat
tanggap terhadap teknologi dan kemampuan seseorang.
5.1.3 Luas Lahan
Lahan merupakan salah satu factor produksi yang penting dalam usahatani.
Luas lahan tanam berpengaruh pada jumlah produksi komoditas kopi yang akan
dihasilkan serta pendapatan yang akan diperoleh petani. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh data jumlah petani responden berdasarkan luas lahan
35
Tabel 9 Luas Lahan Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
No Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden Persentase (%)
1 2 3 4 1 – 1,2 1,3 – 1,5 1,6 – 1,8 1,9 – 2,00 17 5 - 8 56,67 16,67 - 26,66 Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Pada Tabel 9. Dapat dilihat bahwa sebagian besar petani memiliki luas
lahan tanaman komoditas kopi antara 1 – 1,2 hektar yaitu sebanyak 17 responden
atau sebesar 56,67% dan jumlah responden yang paling sedikit yaitu sebanyak 5
orang dengan luas lahan 1,3 – 1,5 hektar atau 16,67%. Dalam hal ini petani yang
memiliki luas lahan kopi lebih dari 1 hektar pada umumnya memiliki lahan di
beberapa tempat yang berbeda-beda sehingga akan berdampak pada semakin
besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Luas lahan juga mempengaruhi produksi
komoditas kopi, semakin luas lahan maka akan semakin besar pula produksi kopi
yang dihasilkan.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan
keluarga serta hidupnya pun ditanggung oleh kepala rumah tangga. Jumlah
tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa atau anggota rumah tangga yang masih
36
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data
jumlah petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga seperti terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 10 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
No Tanggungan Keluarga Jumlah (Responden) Persentase (%)
1 2 3 2 – 3 4 – 5 6 – 7 9 17 4 30 56,67 13,33 Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Tabel 10. Dapat dilihat bahwa Jumlah Responden yang paling sedikit pada
Jumlah Tanggungan Keluarga 6 – 7 orang dengan jumlah 4 responden atau 13,33
% dan yang paling banyak berada pada kelompok 4 – 5 dengan jumlah 17
responden atau 56,67%, Hal ini menunjukan bahwa Responden dalam penelitian
ini memiliki tanggungan keluarga yang berbeda-beda.
Menurut Yasin dan Ahmad (2008) ukuran ketergantungan keluarga tidak
serta merta meningkatkan produksi tetapi tidak mempengaruhi dan memotivasi
petani untuk meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja dengan anggota
keluarga.
5.2 Identitas Responden Pedagang
5.2.1 Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli kopi tanduk dari
petani secara langsung dilokasi pembelian. Kopi tanduk yang dibeli pedagang ini
37
mendatangi langsung pedagang besar yang ada di Kecamatan Buntu Batu
Kabupaten Enrekang. Pembelian dapat dilakukan dirumah petani atau dirumah
pedagang. Tetapi kebanyakan pedagang pengumpul melakukan pembelian dengan
cara mendatangi petani dirumah petani. Dalam hal ini petani tidak mengeluarkan
biaya pengangkutan karena ditanggung oleh pedagang pengumpul. Cara
pembayaran yang dilakukan dari pedagang pengumpul ke petani sebagian besar
dengan cara membayar tunai kepada petani setelah menerima kopi tanduk.
Identitas responden pedagang pengumpul dan pedagang besar dapat meliputi
umur, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan lama berusaha dapat dilihat
sebagai berikut :
5.2.2 Pedagang Besar
Pedagang besar adalah pedagang yang membeli kopi tanduk dari pedagang
pengumpul dengan cara pedagang pengumpul mendatangi langsung ditempat
pedagang besar. Kopi tanduk yang dibeli pedagang ini kemudian diolah lagi untk
menjadi kopi greenbean oleh pedagang besar dengan cara dijemur selama 1
harikemudian dimasukan kedalam mesin yang memisahkan antara kulit ari dengan
biji dan setelah itu lalu di jemur kembali selama 2 hari lalu dipasarkan kembali ke
salah satu industri yang ada di Makassar.
5.2.3 UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Umkm merupakan salah satu Badan usaha ukuran kecil yang membeli biji
kopi dari pedagang pengumpul untuk diolah menjadi kopi bubuk untuk dijual
38
Umkm dalam hal ini adalah pemilik pabrik usaha kopi bubuk skala kecil,
yang diolah dengan cara dilakukan penjemuran terlebih dahulu sampai betul-betul
kering lalu dipisahkan kulit ari dan biji dengan menggunakan mesin kemudian
dijemur kembali dan setelah itu disangrai lalu dimasukan kedalam pabrik dan
setelah menjadi kopi bubuk lalu dikemas dan dijual kepada konsumen atau
masyarakat setempat.
5.2.4 Konsumen
Konsumen merupakan individu ataupun sekelompok masyarakat yang
menggunakan barang atau jasa yang diperoleh melalui transaksi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Konsumen ini membeli kopi yang sudah dalam
bentuk bubuk dari UMKM.
5.3 Umur Responden Pedagang
Tabel 11 Umur Responden Pedagang di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
Umur Jumlah (Pedagang) Persentase (%)
40 – 44 45 – 49 50-54 3 1 2 50 16,67 33,33 Jumlah 6 100
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa umur pedagang yang terbesar
39
sebesar 50% dan yang paling rendah usia 45 – 49 terdapat 1 orang dengan
persentase 16,67%. Hal ini dikarenakan tingginya usia produktif pada Desa
Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
5.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tabel 12 Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
Tanggungan Keluarga Jumlah Pedagang
(Orang)
Persentase (%)
3– 7
6 100
Jumlah 6 100
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga
pada pedagang 3 – 7 dengan jumlah responden yaitu sebanyak 6 orang pedagang
40 5.5 Tingkat Pendidikan Responden Pedagang
Tabel 13 Tingkat Pendidikan Responden Pedagang Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang (Orang) Persentase (%)
SD SMP SMA 1 4 1 16,67 66,67 16,67 Jumlah 6 100
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang
dibagi atas 3 kelompok yaitu tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA, pendidikan
pedagang responden tingkat SMP lebih banyak dibandingkan tingkat pendidikan
SD dan SMA dengan jumlah responden 4 atau dengan persentase sebesar
66,67%, tingkat pendidikan yang sudah relative tinggi menunjukkan bahwa
masyarakat sudah menyadari pentingnya arti pendidikan bagi mereka.
5.6 Lama Berdagang
Pengalaman berdagang menunjukkan lamanya responden menggeluti
usahanya. Pengalaman berusaha sangat berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang pedagang parantara dalam menjaga sinergis usahanya terhadap
perubahan yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai
41
Tabel 14 Lama Berdagang Responden Pedagang di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
Pengalaman Usahatani Jumlah (Orang) Persentase (%)
10 – 15 16 – 20 5 1 83,33 16,67 Jumlah 6 100
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah responden pedagang
terbanyak adalah pengalaman usahatani 10-15 tahun sebanyak 5 orang dengan
persentase sebesar 83%, sedangkan responden terendah yang lama berusahatani
16- 20 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 16,67%. Secara umum
responden telah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengolah usahanya
sehingga dengan pengalaman tersebut responden mampu mengatasi masalah yang
terjadi dalam berusahatani.
5.7 Saluran Pemasaran Kopi
Produsen (petani kopi yang menjual dalam bentuk kopi tanduk) melakukan
kegiatan pembelian input-input produksi, pemanenan, hingga pengolahan hasil
panennya menjadi kopi tanduk. Penjualan kopi tanduk milik petani dilakukan oleh
pedagang pengumpul yang membeli ke petani membeli sesuai dengan harga yang
ditentukan pedagang serta petani.
Setelah petani melakukan kegiatan usahatani, maka hal selanjutnya
42
Pendistribusian hasil panen ini melibatkan beberapa lembaga pemasaran, yang
meliputi pedagang pengumpul, pedagang besar dan juga Umkm.
Proses pendistribusian kopi tanduk oleh petani (produsen) dilakukan
dengan dua sistem yaitu secara langsung ke pedagang besar dan secara tidak
langsung melalui perantara lembaga pemasaran lainnya, yaitu pedagang
pengumpul, pedagang besar.
Pedagang besar kemudian mengolah kembali saat berada di gudangnya
sebelum di distribusikan lagi kepada industri yang telah di ajak kerja sama oleh
pedagang besar Kedua cara pendistribusian ini menghasilkan tiga saluran
pemasaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6
1.
2.
3.
Gambar 6 Saluran Pemasaran
Gambar 6, dapat dilihat bahwa proses pemasaran kopi tanduk di Desa
Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang diawali dari penjualan
kopi tanduk oleh petani melalui dua cara, yaitu penjualan langsung ke pedagang
besar dan melalui penjualan ke pedagang perantara. Dan satu cara lagi yaitu
Produsen/Petani Pedagang Besar
Produsen/Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar UMKM Konsumen Industri Industri
43
Umkm membeli dari pedagang pengumpul untuk diolah menjadi kopi bubuk
untuk dijual kepada konsumen. Jalur pemasaran kopi tanduk Desa Latimojong,
Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang cukup bervariasi, hal ini tidak lepas
dari daerah pemasaran yang cukup luas.
Pelaku pemasaran menggunakan saluran pemasaran yang menunjukkan
bagaimana arus komoditi mengalir dari produsen ke konsumen akhir. Para pelaku
pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan kopi tanduk dari petani responden
adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pola pemasaran kopi tanduk
Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten enrekang ini berbeda-beda,
dan pemilihan saluran pemasaran tersebut didasarkan pada beberapa hal,
diataranya : harga jual, harga beli, biaya transportasi, sumber pembelian dan
tujuan pembelian.
5.8 Saluran Pemasaran 1
Saluran pemasaran I, kopi tanduk yang dijual oleh petani langsung ke
pedagang besar, sehingga pada saluran ini tidak terdapat pedagang perantara.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Saluran Pemasaran Kopi Tanduk di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang
Gambar 7, dapat dilihat bahwa saluran pemasaran I, kopi tanduk dari
petani langsung dijual ke pedagang besar dengan menggunakan transportasi yang
dimiliki mereka yaitu mobil truk untuk sampai ke pedagang besar. Pada saluran
44
ini pemasaran kopi tanduk petani langsung mendatangi pedagang besar di
Kecamatan Buntu Batu, dengan menjual dengan harga Rp 9000/liter tanpa adanya
parantara, tipe ini terjadi pada petani yang memiliki angkutan sendiri. Bentuk
saluran ini dapat meningkatkan penerimaan petani karena dengan biaya
pemasaran yang sedikit dan bentuk saluran pemasaran yang pendek membuat
petani lebih bisa mendapatkan keuntungan. Kemudian setelah sampai ke
pedagang besar diolah kembali oleh pedagang besar untuk menjadi kopi
greenbean dengan cara menjemur terlebih dahulu selama 1 hari kemudian di
masukan kedalam mesin pemisah antara kulit ari dengan biji lalu setelah itu di
jemur kembali selama 2 hari dan dimasukan kedalam karung untuk dikirim
kepada industri yang ada di Makassar dengan menggunakan transportasi berupa
mobil truk dengan biaya Rp 27.000/karung dan biaya pengolahan yang
dikeluarkan pedagang besar sebanyak Rp 2000.000. Pedagang besar menjual
kepada industri seharga Rp 36.000/liter.
5.9 Saluran Pemasaran 2
Saluran pemasaran 2 merupakan saluran pemasaran yang menggunakan
dua pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar. Dimana
saluran pemasaran ini dimulai dari petani ke pedagang pengumpul dan selanjutnya
pedagang besar. Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Saluran Pemasaran Kopi Tanduk 2 di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang
Produsen/Petani Pedagang
Pengumpul
Pedagang Besar
45
Gambar 8, menunjukkan bahwa saluran pemasaran kopi tanduk di Desa
Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang dari petani menjual
kepada pedagang pengumpul yang ada di Desa dengan harga Rp 8000/. Setelah
membeli kopi tanduk dari petani kemudian pedagang pengumpul lalu menjual
kepada pedagang besar seharga Rp 9000/Liter yang ada di Kecamatan dengan
menggunakan transportasi berupa mobil truk dengan biaya transportasi seharga
Rp 10.000/karung untuk sampai kepedagang besar. Setelah sampai di pedagang
besar lalu diolah kembali oleh pedagang besar untuk menjadi kopi greenbean
dengan cara menjemur terlebih dahulu selama 1 hari kemudian di masukan
kedalam mesin pemisah antara kulit ari dengan biji lalu setelah itu di jemur
kembali selama 2 hari dan dimasukan kedalam karung untuk dikirim kepada
industri yang ada di Makassar dengan menggunakan transportasi berupa mobil
truk dengan biaya Rp 27.000/karung dan biaya pengolahan yang dikeluarkan
pedagang besar sebanyak Rp 2000.000. Pedagang besar menjual kepada industri
seharga Rp 36.000/liter.
5.10 Saluran Pemasaran 3
Saluran pemasaran 3 merupakan saluran yang hanya melibatkan pedagang
pengumpul. Dimana saluran pemasaran ini di mulai dari pedagang pengumpul ke
Umkm (sesuai dengan permintaan) kemudian konsumen. Untuk lebih jelasnya
46
Gambar 9 Saluran Pemasaran Kopi Tanduk yang ke 3 di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang
Gambar 9, Menunjukan bahwa saluran pemasaran kopi tanduk di Desa
Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang berawal dari petani
yang menjual kepada pedagang pengumpul yang ada di Desa lalu menjual kepada
Umkm sesuai Permintaan sebanyak 33 Liter seharga Rp 9000/liter untuk
diolahnya kembali oleh Umkm dengan cara menjemur selama 2 hari lalu setelah
itu di pisahkan biji dengan kulit ari dengan menggunakan mesin kemudian
dijemur kembali selama 2 hari lalu disangrai dan setelah itu di masukan kedalam
pabrik untuk menjadi kopi bubuk lalu dikemas untuk dijual kepada konsumen
atau masyarakat setempat dengan harga Rp 40.000/Liter dan biaya selama
pengolahan yaitu seharga Rp 230.000
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Desa Latimojong
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang sudah menunjukkan adanya lembaga
pemasaran berdasarkan saluran pemasaran yang dilakukan oleh responden pada
Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
Untuk lebih jelasnya pemasaran kopi tanduk di Desa Latimojong
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang pada tabel berikut ini.
Produsen/Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Industri UMKM Konsumen
47
Tabel 15 Saluran Pemasaran Responden di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
Saluran Pemasaran 1 Jumlah (Orang) Persentase (%)
Petani Pedagang Besar 3 10 Saluran Pemasaran 2 Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar 27 90 Jumlah 30 100
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah,2020
Berdasrkan Tabel 15 di atas maka dapat dilihat bahwa saluran pemasaran
pertama merupakan saluran yang terdiri dari petani – pedagang besar. Dari
penelitian di peroleh petani responden yang menjual kopi tanduk ke pedagang
besar sebanyak 3 orang dengan persentase 10% harga yang berlaku adalah harga
yang sedang terjadi di pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang.
Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang terdiri dari petani –
pedagang pengumpul – pedagang besar. Dari penelitian diperoleh petani
responden yang menjual kopi tanduk melalui saluran pemasaran ini sebanyak 27
orang dengan persentase sebesar 90% Dalam saluran pemasaran ini biji kopi
petani dibeli langsung oleh pedagang pengumpul kemudian mejualnya ke
48 5.12 Margin Pemasaran
Margin pemasaran kopi tanduk adalah selisih antara harga jual dan harga
beli kopi tanduk di pemasaran kopi tanduk di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu
Batu, Kabupaten Enrekang. Untuk mengatahui margin pemasaran kopi tanduk
pada setiap saluran pemasaran maka tentunya yang penting diketahui adalah harga
jual dan harga beli setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Adapun margin
pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran biji kopi.
Pemasaran kopi tanduk di Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten
Enrekang dapat dilihat pada Tabel 16.
Untuk mengetahui Bauran pemasaran Kopi tanduk, pedagang pengumpul
menggunakan strategi tertentu untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.
Harga yang diterima petani sampai ke tangan konsumen masing-masing saluran
tidak sama. Sehingga terjadi perbedaan mulai dari segi harga, biaya, keuntugan,
dan margin pemasaran Kopi tanduk di Desa Latimojong Kecamatan Buntu Batu