• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tinjauan Pustaka

4. Komoditi Mete

Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan

tanaman yang berasal dari Brazil yang merupakan daerah beriklim tropis. Sampai saat ini tanaman jambu mete tersebar di seluruh daerah tropis Asia, Amerika, dan Afrika. Tanaman jambu mete banyak ditanam pada daerah kritis. Dalam hal ini jambu mete merupakan tanaman penghijauan yang menghasilkan. Biji jambu mete laku keras di pasaran, sedang tangkai buahnya yang lezat dapat dibuat sirup atau abon mete

(Anonima, 1986).

Menurut Budi Samadi (2007), tanaman jambu mete

diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Sapindales

Suku : Anacardiaceae

Marga : Anacardium

Spesies : Anacardium occidentate L.

Jambu mete termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga dua atau disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang pohon yang tidak rata dan berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih. Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna

commit to user

kuning kemerah-merahan adalah buah semu. Bagian itu bukan buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu mete yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah batu yang berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua

tersebut oleh kulit yang mengandung getah (Anonimb, 2005).

Menurut Budi Samadi (2007), pengolahan biji mete gelondong meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Pengeringan biji mete gelondong dengan dijemur di bawah sinar

matahari,

b. Penyimpanan dalam ruangan sehingga biji mete dingin,

c. Pengupasan kulit biji mete grlondong

d. Pengeringan kacang mete dengan dijemur di bawah sinar matahari,

e. Pengupasan kulit ari kacang mete,

f. Sortasi dan grading.

Tanaman jambu mete merupakan tanaman perkebunan yang menjadi primadona di Kabupaten Wonogiri. Berikut ini adalah data tentang luas panen, produksi, dan rata-rata produksi gelondong perkebunan rakyat jambu mete di Kabupaten Wonogiri:

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Gelondong Perkebunan Rakyat Jambu Mete di Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010

Tahun Luas Panen

(ha) Produksi Gelondong (ton) Rata-rata (kg/ha) 2006 14.096 13.316 945 2007 12.135 11.089 902 2008 12.971 6.718 623 2009 12.971 13.877 960 2010 12.903 7.145 553

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui perkembangan rata-rata produksi gelondong mete dari tahun 2006 sampai 2010 mengalami kenaikan dan penurunan. Produksi gelondongan jambu mete di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2006-2010 cenderung mengalami fluktuasi, hal ini ditunjukan adanya penurunan produksi pada tahun 2008

sebesar 4.371 ton yang kemudian pada tahun 2009 mengalami kenaikan

hingga 13.877 ton, dan pada tahun 2010 turun menjadi 7.145 ton.

Fluktuasi produksi gelondong mete ini disebabkan oleh kurangnya keterpaduan dalam pengelolaan tanaman dan lahan, serta kurangnya usaha pengadaan dan penyaluran sarana dan prasaran usahatani.

Menurut Cahyono (2009), kacang mete memiliki nilai nutrisi cukup tinggi, terutama protein dan lemak sehingga dapat menjadi bahan makanan yang berenergi tinggi pula. Komposisi (jumlah) nutrisi kacang mete sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh dan varietas jambu mete. Kandungan nutrisi kacang mete kering adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kacang Mete Kering (per 100 gram)

Nutrisi Kandungan Kadar air 2,5% - 7,5% Lemak 44,4% - 50,94% Protein 15,78% - 28,83% Karbohidrat 22% - 29% Vitamin B1 (thiamin) 0,56% Vitamin E (tucopherol) 210 mg Niacin (PP) 3,68 mg Kalsium(Ca) 0,04% Fosfor (P) 0,88% Natrium (Na) 0,005% Kalium (K) 0,57% Magnesium (Mg) 0,28% Besi (Fe) 0,008% Tembaga (Cu) 0,002% Seng (Zn) 0,004% Mangan (Mn) 0,002% Sumber: Cahyono, 2009

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menjadikan masyarakat mempertimbangkan kandungan nutrisi yang terdapat pada makanan sebelum mengkonsumsinya. Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa kacang mete mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tinggi dibandingkan dengan nutrisi yang lain yang terkandung dalam 100 gram kacang mete kering. Selain itu, kacang mete

commit to user

dan buah semunya juga mengandung gula, abu, selulosa, dan pati Ascorbic Acid. Kandungan nutrisi dapat menjadi pertimbangan untuk mengonsumsi kacang mete karena akan berpengaruh pada kesehatan apabila mengonsumsinya terlalu banyak.

Selamjutnya menurut Cahyono (2009), kacang mete umumnya memiliki berat rata-rata 5-6 gram, panjang 2,5-3,5 cm, lebar 2 cm, lebar 2 cm, dan tebal 1,0-1,5 cm. Kacang mete yang masih muda berwarna hijau mengkilap atau hijau pucat. Bila kacang mete terseebut telah tua akan berubah warna menjadi keabu-abuan dan bila telah mongering akan menjadi cokelat keabu-abuan. Kacang mete terdiri atas kulit buah (pericarp) dan biji mete (kernel). Biji mete terdiri atas dua keeping biji berwarna putih. Kacang mete tergolong memiliki nilai gizi tinggi karena kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi sehingga dapat menjadi bahan makanan yang berenergi tinggi pula.

Menurut warnanya, biji kacang mete dibedakan menjadi:

a. Kacang mete putih (white kernels), yakni kacang mete berwarna putih

bersih, tidak terdapat bercak berwarna cokelat atau hitam.

b. Kacang mete agak putih (fancy kernels), yakni kacang mete berwarna

agak putih atau agak gosong.

c. Kacang mete setengah gosong (dessert kernels), yakni kacang mete

setengah gosong atau bercak-bercak hitam.

d. Kacang mete gosong (scorched kernels), yakni kacang mete yang

gosong berwarna cokelat muda sampai cokelat akibat pemanasan yang berlebihan.

Cahyono (2009) juga menyatakan bahwa menurut ukuran biji kacang mete dibedakan menjadi:

a. Kacang mete utuh (whole kernels), yakni kacang mete utuh

seluruhnya dan tanpa cacat.

b. Kacang mete tidak utuh, yakni sebagian kecil sudah pecah (buus

c. Kacang mete belahan (splits kernels), yakni kacang mete setengah utuh atau merupakan belahan kacang mete yang utuh.

d. Kacang mete remukan besar (large pieces kernels), kacang mete yang

pecah lebih dari dua bagian dengan ukuran di atas 0,6 cm dan tidak lolos dengan ayakan 4 mesh.

e. Kacang mete remukan kecil (small pieces kernels), yakni kacang mete

yang pecah/remuk dengan ukuran antara 0,4 – 0,5 cm dan tidak lolos dengan ayakan 6 mesh.

f. Kacang mete remukan halus (baby bits kernels), yakni kacang mete

yang pecah/remuk halus, tetapi tidak lolos ayakan 10 mesh.

Kriteria kacang mete yang berkualitas baik sebagai berikut: (a) Kacang mete utuh seluruhnya tanpa cacat, tidak terdapat bintik hitam atau cokelat karena serangan hama atau cendawan; (b) Kacang mete cukup kering dengan kadar air maksimal 5%; (c) Kacang mete tua; (d) Kacang mete tidak tercampur dengan biji yang busuk; (e) Kacang mete berwarna putih, pucat atau kelabu terang; dan (f) Kacang mete tidak tercampur kotoran atau benda-benda asing. Harga jual kacang mete ke pengepul/pedagang besar umumnya lebih rendah dibandingkan dengan

harga jual langsung ke konsumen (Anonimc, 2008).

Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat (Susanto, 1999). Menurut Samadi (2007), dalam dunia perdagangan, kacang mete digolongkan menjadi empat jenis mutu biji mete, yaitu:

a. Mutu I, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95%

merupakan kacang mete utuh.

b. Mutu II, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95%

merupakan kacang mete belah dua.

c. Mutu III, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas

commit to user

d. Mutu IV, yakni kacang mete merupakan campuran dari kacang mete

utuh, kacang mete belah dua, dan kacang mete pecah.

Petani jambu mete menjual hasil panen yang masih berupa biji (gelondong) mete kepada pada pengumpul. Harga produsen untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat biji jambu mete Indonesial tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Harga Produsen Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Biji Jambu Mete Tahun 2011 (Rp/100 Kg)

No. Bulan Harga Produsen (Rp/100 Kg)

1. Januari 723.322 2. Februari 705.315 3. Maret 687.767 4. April 714.378 5. Mei 713.764 6. Juni 708.138 7. Juli 740.707 8. Agustus 748.786 9. September 749.361 10. Oktober 751.661 11. November 753.564 12. Desember 763.564 Rata-rata 730.048

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2012

Harga produsen merupakan harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli (pedagang pengumpul/tengkulak) untuk setiap komuditas di suatu tempat. Tabel 3. menunjukkan bahwa harga rata-rata kacang mete di tingkat produsen adalah Rp 730.048 per 100 kg. Harga produsen ini merupakan harga mete yang masih dalam bentuk gelondong. Harga kacang mete yang dijual di pasaran sangat berbeda dengan harga produsen, hal ini karena kacang mete telah mengalami proses pengolahan yang panjang sehingga meningkatkan harga jual kacang mete.

Prospek pengembangan tanaman jambu mete dapat dilihat dari permintaan kacang mete, baik permintaan dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi masih luasnya potensi usaha pengolahan mete. Selama ini, kacang mete dari Indonesia sudah diekspor ke berbagai negara di dunia, antara lain ke Amerika, Belanda,

Inggris, Jerman, Australia, Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Jepang, India, Libanon, Malaysia, Italia, Kanada, Korea Selatan dan Swiss. Sementara itu, permintaan kacang mete dalam negeri, khususnya kacang mete yang berasal dari Kabupaten Wonogiri adalah dari pedagang besar dan industri makanan yang ada di Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya serta pedagang-pedagang eceran di pasar Solo, Klaten, Yogyakarta, dan kota-kota terdekat lainnya. Perkembangan ekspor kacang mete Indonesia tahun 1999-2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Gelondong Mete Indonesia Tahun 1999-2009

Tahun Volume (Ton) Nilai (000 US$)

1999 34.520 43.507 2000 27.619 31.502 2001 41.313 28.929 2002 51.717 34.810 2003 60.429 43.534 2004 59.372 58.187 2005 69.415 68.972 2006 63.406 56.584 2007 83.646 82.833 2008 66.990 77.755 2009 68.767 82.650

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010

Tabel 4. menunjukkan bahwa ekspor gelondong mete tertinggi selama periode 1999-2009 terjadi pada tahun 2007 dengan volume dan nilai ekspor mencapai 83.646 ton atau US$ 82,833 juta. Setelah tahun 2007, ekspor mete cenderung menurun meskipun kembali meningkat pada tahun 2009. Dari data tersebut, secara umum peluang ekspor mete masih sangat menjanjikan bagi pasar internasional.

Menurut Saragih dan Haryadi (1994), kacang mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara 4-6%. Produk ini biasanya dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan karbondioksida. Kaleng pengemasan yang digunakan sebaiknya masih baru, bersih, kering, kedap udara, dan bocor. Selain itu kaleng juga harus bebas dari infeksi serangga dan jamur serta tidak karatan.

commit to user

Ekspor pertama produk mete Kabupaten Wonogiri dilakukan oleh PT Gunamete Surakarta pada akhir 1970-an dengan cara ekspor tidak langsung melalui eksportir di Jakarta. Baru pada akhir 1980-an produk mete dari Kabupaten Wonogiri diekspor langsung ke luar negeri oleh eksportir Surabaya (PT Sumber Alam) yang mempunyai pabrik pengolahan di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, PT Balianakardia dan PT Jawa Muna di Semarang, dan perusahaan lainnya (Darsono, 2004).

Dokumen terkait