commit to user
i
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN KACANG METE
DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN WONOGIRI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
Oleh:
Aulia Rahma Kautsari
H 0808079
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN KACANG METE
DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN WONOGIRI
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Aulia Rahma Kautsari
H 0808079
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal: 26 Desember 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. NIP. 19671012 199302 1 001
Anggota I
Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si. NIP. 19780715 200112 2 001
Anggota II
Setyowati, SP., MP. NIP. 19710322 199601 2 001
Surakarta, Januari 2013
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional
Kabupaten Wonogiri”.
Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja
menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun
materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :
1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian UNS Surakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian UNS Surakarta, serta selaku Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan,
nasehat, dan petunjuk kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
4. Ibu Nuning Setyowati, SP. M.Sc. selaku Ketua Komisi Sarjana Program
Studidi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan petunjuk
kepada penulis.
6. Ibu Setyowati, SP., MP. selaku dosen penguji atas saran dan masukan kepada
commit to user
iv
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan segala urusan
administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis.
9. Kepala dan seluruh staff Kantor BAKESBANG POLINMAS Kabupaten
Wonogiri, Kantor BPS Kabupaten Wonogiri, UPT Pasar Kota Wonogiri, UPT
Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan UPT Pasar Kecamatan Jatisrono yang telah
memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan
penulis.
10.Para pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
Pasar Kecamatan Jatisrono tempat saya melakukan penelitian, terimakasih
atas bantuan serta informasi-informasi yang diberikan.
11.Kedua orang tua tercinta: Bapak Pudjoko dan Ibu Warsini terimakasih atas
segala dukungan, perhatian, nasehat, semangat, dan doa yang telah diberikan
selama ini.
12.Mbak masku: Mbak Nina, Mbak Putik, Mas Guruh, Mas Six, Mas Heri, dan
Mbak Lena terimakasih atas semangat dan bantuan dalam segala hal.
13.Keponakan-keponakanku: Raso, Atta, Falah, Rafa, Arsa, dan Loly yang
memberi hiburan di keseharianku.
14.Sahabat-sahabatku: Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Galuh Perwita Sari, Ayu
Nilasari, dan Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni yang selalu bersedia dengan
ikhlas memberi semangat, motivasi, dan saling mendoakan sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
15.Sahabat-sahabatku: Lian, Zana, Yeyen, Arif, Zaki, Brian, dan Taufik yang
selalu memberi masukan dan semangat dalam segala hal.
16.Teman-temanku: Eriska, Tami, Riana, Riri, Ifa, Carrine, Mesti, Puput,
Nyitnyit, Suryani, Aik, Anin, Mas Nur, Abid, Ragil, Mas Nanda, Indra, Budi,
Heri dan seluruh teman-teman Agribisnis 2008, terima kasih atas
commit to user
v
17.Teman-teman Agribisnis 2008 yang telah banyak membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.
18.Teman-teman Agrobisnis 2007 dan Agribisnis 2009 Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi semangat, masukan,
dan tambahan pengetahuan.
19.Teman-teman SMP N 1 Wonogiri: Yustiti, Titin, Windy, dan temam-teman
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberi saran, bantuan,
dan motivasi kepada penulis.
20.Teman-teman SMA N 1 Wonogiri: Santi, Rista, Agung, Raras, Esam, Riza,
dan temam-teman, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberi saran, bantuan, dan motivasi kepada penulis.
21.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas
bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun di demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan dapat digunakan sebagai acuan
maupun tambahan referensi bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2013
commit to user
2. Pemasaran dan Bauran Pemasaran ... 15
3. Pasar dan Pasar Tradisional ... 17
4. Komoditi Mete ... 19
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 26
D. Hipotesis... 28
E. Asumsi ... 29
F. Pembatasan Masalah ... 29
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 29
III.METODE PENELITIAN ... 36
A. Metode Dasar Penelitian ... 36
B. Metode Pengumpulan Data ... 36
1. Metode Penentuan Daerah dan Lokasi Penelitian... 36
2. Metode Pengambilan Sampel Responden ... 37
commit to user
5. Analisis Variabel yang Dominan Dipertimbangkan oleh Konsumen 43 IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 44
A. Kondisi Geografis ... 44
B. Keadaan Penduduk ... 45
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 45
2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 46
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 48
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 49
C. Keadaan Perekomian ... 51
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Karakteristik Responden Kacang Mete ... 53
1. Karakteristik Responden Kacang Mete Menurut Jenis Kelamin ... 53
2. Karakteristik Responden Menurut Umur ... 53
3. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga ... 55
4. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 55
5. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ... 57
6. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah Tangga ... 59
B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Kacang Mete ... 60
C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan Dipertimbangkan Konsumen ... 65
D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kacang Mete ... 75
1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional ... 76
2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete ... 76
3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete ... 77
4. Jumlah Pembelian Kacang Mete ... 78
5. Bauran Pemasaran dalam Pembelian Kacang Mete ... 79
VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Gelondong
Perkebunan Rakyat Jambu Mete di Kabupaten Wonogiri Tahun
2006-2010 ... 20
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kacang Mete Kering (per 100 gram) ... 21
Tabel 3. Harga Produsen Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Biji Lambu Mete Tahun 2011 (Rp/100 Kg) ... 24
Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kacang Mete Indonesia Tahun 1999-2009 ... 25
Tabel 5. Pengukuran Variabel Produk ... 33
Tabel 6. Pengukuran Variabel Harga ... 34
Tabel 7. Pengukuran Variabel Promosi ... 34
Tabel 8. Pengukuran Variabel Tempat ... 35
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis Kelamin Tahun 2006-2010 ... 45
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 47
Tabel 11. Banyaknya Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis Tingkat Pendidikan tahun 2010 ... 49
Tabel 12. Besarnya Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ... 50
Tabel 13. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ... 51
Tabel 14. Jumlah Pedagang dalam Pasar Umum (Pasar Tradisional di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ... 52
Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin ... 53
Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur ... 54
Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga ... 55
Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan ... 56
Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan ... 57
Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga dalam Satu Bulan ... 59
commit to user
ix
Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ... 62
Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ... 63
Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ... 64
Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and Bartlett’s Test ... 67
Tabel 26. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 1 ... 68
Tabel 27. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 2 ... 69
Tabel 28. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 3 ... 70
Tabel 29. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 4 ... 71
Tabel 30. Communalities... 71
Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor ... 72
Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel ... 74
Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional ... 76
Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli Kacang Mete ... 77
Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang Mete ... 77
Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Pembelian Kacang Mete ... 78
Tabel 37. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat ... 79
Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk ... 82
Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi ... 84
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 1. Model Perilaku Pembelian Konsumen ... 10
Gambar 2. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen ... 13
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1. Identitas Responden Kancang Mete ... 95
Lampiran 2. Profil Perilaku Konsumen Kacang Mete ... 101
Lampiran 3. Identifikasi Faktor dalam Pembelian Kacang Mete ... 104
Lampiran 4. Identifikasi Indikator Persepsi dan atau Penilaian Konsumen ... 106
Lampiran 5. Hasil Analisis Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Kacang Mete ... 109
Lampiran 6. Hasil Analisis Faktor 1 ... 113
Lampiran 7. Hasil Analisis Faktor 2 ... 122
Lampiran 8. Hasil Analisis Faktor 3 ... 130
Lampiran 9. Hasil Analisis Faktor 4 ... 136
Lampiran 10.Kuisioner Penelitian ... 142
Lampiran 11.Surat Ijin Penelitian ... 146
Lampiran 12.Foto Penelitian ... 147
Lampiran 13.Peta Daerah Penelitian ... 149
commit to user
xii
RINGKASAN
Aulia Rahma Kautsari. H0808079. 2013. Analisis Perilaku Konsumen
dalam Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri. Di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. dan Ibu Bekti Wahyu Utami, S.P., M.Si. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kacang mete merupakan makanan ringan yang gurih dan enak. Selain dikonsumsi sebagai makanan ringan, kacang mete juga dapat dimanfaatkan untuk bermacam produk olahan seperti campuran pada industri roti, cokelat, es krim, dan sebagainya. Banyaknya penggunaan dan rasanya yang enak membuat kacang mete mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sampai saat ini, kacang mete lebih banyak dibeli atau dikonsumsi sebagai makanan ringan pada acara keluarga atau saat hari raya Idul Fitri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik konsumen kacang mete, persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete, mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dan variabel-variabel dominan yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang mete, dan mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif analisis. Daerah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dengan penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode accidental sampling, di mana peneliti berada di
tempat penelitian untuk melakukan penyebaran kuesioner dan melakukan wawancara kepada responden. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 96 orang pembeli yang didasarkan pada tingkat kepercayaan sebesar 95%. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data secara wawancara, pencatatan, dan observasi. Metode analisis data dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu analisis yang digunakan untuk mereduksi, meringkas dari banyak variabel menjadi beberapa faktor. Analisis faktor menggunakan data yang berasal dari pendapat responden terhadap 16 variabel kacang mete yang diamati.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan karakteristik responden sebagian besar adalah perempuan (78,13%), dengan kelompok umur keluarga paruh baya dengan anak (45 – 64 tahun) (57,29%), keluarga kecil dengan
jumlah anggota keluarga kurang dari sampai dengan 4 orang (60,42%), tingkat
pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) (48,96%), bekerja sebagai ibu rumah tangga
commit to user
xiii
konsumen untuk faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar (factor loading
sebesar 0,711), faktor produk adalah variabel rasa (factor loading sebesar 0,722),
faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga (faktor loading sebesar 0,696),
dan faktor harga adalah variabel harga (factor loading sebesar 0,597). Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian mempertimbangkan alasan responden berbelanja di pasar tradisional karena dekat dengan rumah (36,46%), konsumen kacang mete biasanya mengkonsumsi pada saat ada acara keluarga (33,33%), frekuensi pembelian satu kali dalam 3 bulan (59,38%) dengan jumlah pembelian kacang mete 2 kg (43,75%), dan faktor bauran pemasaran, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan harga.
commit to user
xiv
SUMMARY
Aulia Rahma Kautsari. H0808079. 2013. Analysis of Consumer Behavior
to Buy Cashew Nuts at Traditional Market Wonogiri Regency. Under the guidance of Mr. Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. and Mrs. Bekti Wahyu Utami, S.P., M.Si. Faculty of Agriculture of Sebelas Maret University, Surakarta.
Cashew is a tasty snack. Besides being able to consumed as a snack, cashew also be used for kind of processed products mix such as bread, chocolate, ice cream, and etc. The delicious taste makes cashews have a high economic value. To date, more cashews purchased or consumed as snacks at family event or Eid day.
The purpose of this study is to know the characteristics of consumers cashews, perception and or consumer ratings toward the marketing mix of cashews, examine the factors that considered by consumers and the dominant variables considered in the decision to buy cashew nuts, and to know the consumer behavior in making decision to buy cashew nuts at traditional market in Wonogiri Regency.
The basic method of research is used analytical descriptive method. Research areas implemented in Wonogiri Regency. Determining of the research location is done purposively. Sampling method used in this study is accidental sampling, where the researcher is in the place to carry out research questionnaires and conduct interviews with respondents. The number of samples taken was 96 buyers based on the confidence level of 95%. The types of data used in this study are the primary data and secondary data that collected with interview, recording, and observation. The method of data analysis used is factor analysis. The factor analysis is an analysis that is used to reduce, summarize the many variables into several factors. Factor analysis using data derived from the opinions of respondents to 16 variables observed cashew nuts.
commit to user
xv
promotion (factor loading of 0,696), and price variable for factor of price (factor loading as 0,597). Consumer behavior in the purchase decision process to consider the reasons respondents shop at traditional markets because it is close to home (36.46%), consumers generally consume nuts when there are family events (33.33%), the frequency of one-time purchase within 3 months (59.38%), with total purchases cashews 2 kg (43.75%), and marketing mix factors, ie place, product, promotion, and price factors.
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan
lapangan kerja, menyediakan bahan baku bagi industri hasil pertanian, dan
meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan jumlah
volume dan nilai ekspor hasil pertanian (Bank Indonesia, 2003). Sektor
pertanian terdiri dari subsektor-subsektor yaitu subsektor pertanian, subsektor
peternakan, subsektor perikanan, subsektor perkebunan, dan subsektor
kehutanan.
Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki
peran penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Tanaman jambu mete
(Anacardium occidentale L.) adalah salah satu komoditas sektor perkebunan
di Indonesia. Pada tahun 2000 areal tanam jambu mete di Indonesia seluas
535.745 hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan swasta.
Tanaman jambu mete banyak dikembangkan di daerah beriklim kering dan di
lahan-lahan kritis. Selain sebagai tanaman penghijauan, hasil utama tanaman
jambu mete adalah kacang mete yang termasuk komoditi mewah karena
harganya yang mahal (Samadi, 2007). Menurut Darsono (2004), apabila
dikembangkan secara serius tanaman jambu mete dapat memberikan manfaat
secara ekonomi yang sangat besar, baik bagi masyarakat maupun bagi negara.
Bagi masyarakat, pengembangan jambu mete dapat meningkatkan
pendapatan dan dapat memberi lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi negara
dapat memperoleh devisa dari ekspor jambu mete.
Darsono (2004) juga menyatakan bahwa di Jawa Tengah terdapat
11.828,68 Ha tanaman jambu mete yang tersebar di 31 kabupaten, 60%
berada di Kabupaten Wonogiri (7.059 Ha) merupakan jumlah terbesar di
Jawa Tengah dan diusahakan oleh 92.265 kepala keluarga petani Wonogiri.
Kabupaten Wonogiri juga menyumbang produk gelondong mete terbesar,
commit to user
data BPS (2010), pada tahun 2009 luas lahan perkebunan rakyat jambu mete
di Kabupaten Wonogiri adalah 20.505 Ha (77,94%) dari total luas lahan
perkebunan rakyat jambu mete di Jawa Tengah (26.308,7 Ha). Sedangkan
produksi jambu mete di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 7.177 ton
(81,52%) untuk Jawa Tengah (8.804,02 ton).
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah
yang memiliki produk unggulan berupa kacang mete yang dapat digunakan
untuk berbagai macam hidangan. Kacang mete dibeli untuk disajikan sebagai
makanan ringan dalam sebuah hajatan, acara keluarga, atau juga sebagai buah
tangan karena rasanya gurih dan enak. Permintaan kacang mete kebanyakan
dari industri makanan yang dimanfaatkan sebagai campuran pada industri
gula atau industri roti.
Kacang mete di Kabupaten Wonogiri lebih banyak diperdagangkan di
kios-kios pasar daripada di toko makanan di luar pasar. Hal ini karena sedikit
toko makanan di luar pasar yang menjual kacang mete, dan toserba atau
swalayan di Kabupaten Wonogiri hanya menjual kacang mete pada saat
tertentu seperti saat menjelang hari raya Idul Fitri. Menurut Mursitama
(2012), pasar tradisional memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Pertama,
secara fisik pasar berada reltif dekat dengan tempat tinggal, perkampungan,
atau perumahan. Jadi, dari sisi jarak dalam artian kedekatan fisik, pasar
tradisional ada di sekitar kita. Kedua, kedekatan antara penjual dan pembeli
lebih terasa karena interaksi mereka yang berulang-ulang dan mendalam.
Interaksi sosial yang hangat dan personal sering terjadi di pasar tradisional.
Transaksi yang berulang, tawar-menawar yang dilakukan dengan ‘taktik’
tertentu agar mendapatkan harga lebih murah atau bonus lebih banyak,
seringkali menciptakan ‘kedekatan’ yang maknanya tidak bisa direduksi
sebagai sekedar hubungan antara penjual dan pembeli. Karena
keramahtamahan penjual, tak jarang pembeli pun sepakat dengan penawaran
penjual. Yang terjadi adalah saling menguntungkan.
Selain produk, di dalam pasar terdapat pemasar (penjual) dan calon
kebutuhannya. Menurut Kotler (1997), pemasar menggunakan bauran
pemasaran sebagai alat pemasaran yang digunakan untuk mempengaruhi
perilaku pembeli dalam memutuskan suatu kegiatan pembelian. Bauran
pemasaran dapat juga digunakan pemasar untuk mendapatkan informasi
mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen yang dapat
mempengaruhi keputusan pembelian produk. Sehingga pemasar mempunyai
strategi yang kuat dalam mempengaruhi reaksi konsumen dan dapat
mengoptimalkan penjualan kacang mete dengan memadukan faktor bauran
pemasaran tersebut. Bauran pemasaran yang dimaksud adalah faktor produk,
faktor harga, faktor promosi, dan faktor tempat.
Pemasar dapat menggunakan faktor bauran pemasaran, yaitu faktor
produk kacang mete, faktor harga kacang mete, faktor promosi penjualan
kacang mete, dan faktor tempat penjualan kacang mete, sehingga dapat
memahami perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian
kacang mete di pasar tradisional. Konsumen kacang mete di Kabupaten
Wonogiri melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional yang merupakan
salah satu tempat dimana produk kacang mete dapat diperjual-belikan.
Masyarakat di Kabupaten Wonogiri yang beragam dapat mempengaruhi tipe
perilaku konsumen dalam membeli kacang mete. Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku konsumen dalam
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
B. Perumusan Masalah
Kacang mete merupakan makanan yang digemari banyak masyarakat
karena rasanya yang gurih dan enak. Selain karena rasanya, kacang mete
memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan bagi tubuh manusia. Gizi yang
terkandung dalam kacang mete adalah lemak, protein, karbohidrat, gula,
selulosa, vitamin B1, vitamin E, abu, niacin, kalsium, fosfor, natrium, kalium,
magnesium, besi, tembaga, seng, mangan, dan pati Ascorbic Acid
commit to user
Rasa kacang mete yang gurih dan lezat sangat cocok untuk makanan
ringan (camilan). Selain dapat dikonsumsi sebagai makanan ringan, kacang
mete juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk olahan seperti
campuran pada industri roti, cokelat, es krim, dan sebagainya. Banyaknya
penggunaan (pemanfaatan) dan rasanya yang enak membuat kacang mete
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (harga yang mahal). Banyak konsumen
yang tidak terbiasa mengkonsumsi kacang mete dikarenakan mengandung
lemak yang tinggi sehingga dapat menimbulkan kegemukan dan berbagai
jenis penyakit jika mengkonsumsinya secara berlebihan. Sampai saat ini, di
Kabupaten Wonogiri kacang mete lebih banyak dibeli atau dikonsumsi
sebagai camilan di saat hari raya Idul Fitri.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi seorang konsumen untuk
memutuskan produk yang akan dibelinya dapat mempengaruhi perilaku beli
konsumen tersebut. Pengetahuan yang baik tentang perilaku keputusan
konsumen terhadap suatu produk dapat berguna untuk pengembangan produk
agar lebih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Salah satu
upaya untuk memahami perilaku tersebut adalah dengan mengetahui
faktor-faktor (dalam hal ini faktor-faktor bauran pemasaran) yang mempengaruhi
konsumen dalam keputusan membeli kacang mete. Setiap konsumen
memiliki alasan untuk membeli kacang mete termasuk karena faktor bauran
pemasaran dalam penjualan kecang mete. Oleh karena itu perlu adanya
penelitian tentang perilaku konsumen dalam membeli kacang mete.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan dalam penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pribadi konsumen kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimanakan presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang
mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri?
3. Faktor-faktor apa sajakah dipertimbangkan konsumen dan
dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri?
4. Bagaimanakah perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik pribadi konsumen kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri.
2. Mengkaji presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di
pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
3. Mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dan
variabel-variabel dominan dipertimbangkan dalam pembelian kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri.
4. Mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk membandingkan teori
yang telah didapat di kuliah dengan aplikasinya di dunia bisnis dan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi produsen, penelitian dapat bermanfaat untuk memberikan wawasan
yang berkaitan dengan perilaku konsumen kacang mete sebagai dasar
pertimbangan untuk menyusun perencanaan strategi pemasaran kacang
mete di Kabupaten Wonogiri.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
commit to user
6
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Febi Andana Permatasari (2007) yang berjudul Analisis
Perilaku Konsumen Buah Pisang Ambon di Pasar Tradisional di Kota
Palembang, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor
bauran pemasaran yaitu produk, harga, dan tempat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan pembelian buah pisang ambon, kecuali promosi.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli pisang ambon
di pasar tradisional di Kota Palembang dimulai dari faktor yang memberikan
pengaruh paling besar secara berurutan adalah faktor produk, faktor harga,
faktor tempat, dan faktor penampilan. Sedangkan variabel-variabel yang
dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli pisang ambon di pasar
tradisional di Kota Palembang untuk tiap-tiap faktor adalah faktor produk
yaitu variabel rasa buah, faktor harga yaitu variabel harga buah, faktor tempat
yaitu variabel jarak pasar, serta faktor penampilan yaitu variabel ketebalan
daging buah.
Penelitian Anik Widyaningsih (2008) yang berjudul Analisis Perilaku
Konsmen dalam Membeli Pepaya Bangkok (Carica papaya L.) di Pasar
Tradisional di Kabupaten Boyolali, hasil analisis faktor menunjukkan bahwa
ada 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli papaya
Bangkok di pasar tradisional di Kabupaten Boyolali. Keempat faktor yang
dipertimbangkan tersebut adalah faktor tempat sebesar 27,184%; faktor
produk 14,280%; faktor penampilan 10,386%; dan faktor harga 10,137%.
Sedangkan fariabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam
membeli papaya Bangkok di pasar tradisional di Kabupaten Boyolali untuk
tiap-tiap faktor adalah faktor tempat yaitu variabel kenyamanan pasar, faktor
produk yaitu variabel rasa buah, faktor penampilan yaitu variabel bentuk
Menurut penelitian Elisabet Endah Oktaviastui (2011) yang berjudul
Analisis Perilaku Konsumen dalam Membeli Ikan Lele di Pasar Tradisional
Kabupaten Boyolali, hasil analisis faktor menunjukkan bahwa ada 4 faktor
yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar
tradisional Kabupaten Boyolali. Keempat faktor tersebut berdasarkan
prioritasnya adalah faktor tempat sebesar 16,987%; faktor produk 13,427%;
faktor harga 11,674%; dan faktor promosi 9,288%. Variabel-variabel yang
dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar
tradisional Kabupaten Boyolali untuk faktor tempat adalah variabel keamanan
pasar, faktor produk adalah variabel ukuran, faktor harga adalah variabel
harga, dan faktor promosi adalah variabel promosi.
Menurut penelitian Ulanda Destriana (2011) yang berjudul Analisis
Positioning Kacang Mete di Benak Konsumen dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus di PT. Sentra
Family Food Indonesia, Jakarta Barat), bertujuan untuk menganalisis posisi
produk kacang mete yang tertanam di benak konsumen, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian
kacang mete, dan merekomendasikan strategi pemasaran. Berdasarkan hasil
kuesioner yang disebar di DKI Jakarta, di mana 160 responden yang pernah
mengonsumsi kacang mete, sebagian besar berjenis kelamin perempuan
(67%) dengan usia 17-26 tahun (56%), belum menikah (60%), karyawan
swasta (30%) dan mahasiswa (28%) dengan pendapatan Rp 2.500.000 – Rp
3.500.000 (35%). Alasan konsumen membeli kacang mete adalah rasanya
yang enak dan bervarisai (64%), biasanya mengkonsumsi pada saat santai di
rumah (54%), membeli di supermarket dan mengetahui kacang mete merek
Caspy dari media umum dan keluarga (31%) dengan frekuensi pembelian
yang tidak tentu (90%).
Hasil analisis biplot menujukkan atribut dengan vektor mengarah pada
kacang mete merek Caspy adalah atribut harga yang artinya harga kacang
mete merek Caspy lebih terjangkau dibandingkan dengan merek pesaing.
commit to user
dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Faktor yang paling
dipentingkan konsumen adalah faktor perbedaan individu dengan variabel
yang paling dominan adalah gaya hidup dan variabel yang tidak terlalu
dipentingkan adalah alasan kesehatan. Rekomendasi strategi pemasaran yang
disarankan adalah produsen memasarkan produk kacang mete diberbagai
supermarket dan minimarket, melakukan promosi penjualan melalui media
elektronik seperti iklan di televisi dan radio, membuat kemasan dan label
yang berbeda dengan ukuran yang lebih beragam sesuai dengan target
konsumen.
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen dalam
pembelian serta positioning kacang mete di benak konsumen dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang terdapat dalam bauran pemasaran
dipertimbangkan oleh konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
Pengambilan keputusan konsumen tersebut dapat dianalisis menggunakan
analisis faktor sehingga hasilnya dapat digunakan pemasar untuk mengetahui
perilaku konsumennya. Sehingga dalam penelitian ini digunakan analisis
faktor untuk menganalisis faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pengambilan keputusan membeli kacang mete di
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.
B. Tinjauan Pustaka
1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini
(Engel et. al., 1994). Menurut Mowen dan Minor (2007), perilaku
konsumen didefinisikan sebagai semua tindakan konsumen untuk
memperoleh, menggunakan, dan membuang barang atau jasa. Beberapa
perilaku konsumen adalah membeli sebuah produk atau jasa,
jasa kepada orang lain, dan mengumpulkan informasi sebelum
melakukan pembelian. Definisi tentang perilaku konsumen juga
menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan serangkaian
langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan dan akusisi (acquisition phase),
lalu ke tahap konsumsi (consumption phase), dan berakhir dengan tahap
disposisi (disposition phase) produk atau jasa. Pada saat menginvestigasi
tahap perolehan para peneliti menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Salah satu faktor yang berkaitan
dengan pencarian dan penyeleksian barang dan jasa adalah simbolisme
produk yaitu orang biasanya ingin mencari sebuah produk untuk
mengekspresikan diri mereka kepada orang lain tentang ide-ide tertentu
dari diri mereka.
Menurut Susanto (1999), para konsumen mempunyai perilaku
pembelian kompleks ketika mereka terlibat dalam suatu pembelian dan
menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Para
konsumen sangat terlibat bila suatu produk, mahal, jarang dibeli,
berisiko, dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi. Pembeli akan
melalui suatu proses belajar yang pertama ditandai dengan
mengembangkan kepercayaan mengenai produk tersebut, kemudian
pendirian dan pilihan pembelian dengan bijaksana. Oleh sebab itu,
pemasar perlu mengembangkan strategi-strategi yang membantu pembeli
dalam mempelajari atribut-atribut dari kelas produk tersebut, kepentingan
relatifnya, dan kedudukan merek perusahaan yang tinggi pada atribut
yang paling penting.
Konsumen memiliki kriteria (atribut) yang akan dievaluasi yang
dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk di suatu tempat, yaitu:
(1) lokasi; (2) sifat dan kualitas keragaman yang diberikan; (3) harga; (4)
iklan dan promosi; (5) personel penjualan; (6) pelayanan yang diberikan;
(7) atribut fisik toko; (8) sifat pelanggan toko; (9) atmosfer toko; dan (10)
commit to user
Penjual menggunakan bauran pemasaran sebagai alat pemasaran
yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku konsumen dalam
memutuskan suatu kegiatan pembelian. 4P (product, price, place,
promotion) mencerminkan pandangan penjual terhadap alat pemasaran
yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang
pembeli, setiap alat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat
bagi pelanggan. Robert Lauterborn menyarankan agar 4P penjual
merupakan tanggapan terhadap 4C pembeli, yaitu produk (product)
merupakan kebutuhan dan keinginan pembeli (costumer needs and
wants), harga (price) merupakan biaya bagi pembeli (cost to the
costomer), tempat (place) merupakan kemudahan memperoleh
(convienience), dan promosi (promotion) merupakan komunikasi
(communication) (Kotler, 1997).
Menurut Kotler (1997), model perilaku pembelian konsumen
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1. Model Perilaku Pembelian Konsumen (Kotler, 1997)
Rangsangan pemasaran terdiri dari “empat P”, yaitu produk,
harga, tempat, dan promosi. Rangsangan yang lain terdiri dari
kekuatan-kekuatan dan kejadian penting dalam lingkungan pembeli, seperti
ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua rangsangan ini melewati
kotak hitam pembeli (karakteristik pembeli dan proses pengambilan
keputusan) dan menhasilkan serangkaian tanggapan dari para pembeli
yang bisa diteliti sehingga diperoleh keputusan pembelian. Tanggapan
tersebut adalah pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu
pembelian, dan jumlah pembelian.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), model keputusan
masalah yang dialami oleh konsumen dan terdiri dari tiga komponen
utama yaitu input, proses, dan output.
a. Input
Komponen input yang ada meliputi pengaruh dari luar yang
berlaku sebagai sumber informasi dan mempengaruhi konsumen
melalui nilai dan perilaku yang berhubungan dengan produk. Yang
berperan penting dalam input adalah kegiatan bauran pemasaran yang
dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada
konsumen potensial dan juga pengaruh sosiokultural untuk
menggiring konsumen dalam keputusan.
b. Proses
Dalam proses pembuatan keputusan konsumen harus
diperhatikan beberapa faktor psikologis yang memiliki pengaruh
internal terhadap konsumen. Tiga tahapan proses yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian alternatif, dan evaluasi alternatif. Pencarian
informasi atas produk tergantung dari jenis produk yang dibeli,
dimana semakin kompleks atau rumit produk yang akan dibeli,
semakin banyak informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini ada tiga
tahapan proses pembuatan keputusan konsumen, yaitu: pengenalan
kebutuhan, pencarian alternatif pembelian, dan evaluasi alternatif.
c. Output
Pada bagian ini terdapat dua bentuk kegiatan pasca keputusan
pembelian yang sangat erat yaitu perilaku pembelian dan perilaku
pasca pembelian. Dalam perilaku pembelian, konsumen melakukan
dua tipe pembelian yaitu pembelian uji coba dan pembelian ulang.
Evaluasi pasca pembelian pada saat konsumen menggunakan produk,
terutama pada saat uji coba, mereka menilai kemampuan produk,
apakah sesuai dengan harapan mereka atau tidak. Ada tiga
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu: pertama, kemampuan produk
sesuai dengan standar yang telah ditentukan, menghasilkan reaksi
commit to user
standar konsumen sehingga menghasilkan kepuasan; ketiga,
kemampuan produk berada dibawah standar yang telah ditentukan,
akan menghasilkan ketidakpuasan.
Berdasarkan faktor yang dipertimbangkan, menurut Hawkins
et.al. dalam Simamora (2003), pengambilan keputusan pembelian dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk (atribut-based
choice). Pengambilan keputusan ini memerlukan pengetahuan tentang
apa atribut suatu produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut.
Asumsinya, keputusan diambil secara rasional dengan mengevaluasi
atribut-atribut yang dipertimbangkan.
b. Pengambilan keputusan berdasarkan sikap (attitude-based choice).
Pengambilan keputusan ini diambil berdasarkan kesan umum, intuisi
maupun perasaan. Pengambilan keputusan seperti ini bisa terjadi pada
produk yang belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh
konsumen.
Menurut Setiadi (2010), keputusan pembelian dari pembeli sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, probadi, dan psikologi.
Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
pemasar tetapi diperhitungkan.
a. Faktor budaya, memberi pengaruh sangat luas dan mendalam terhadap
tingkah-laku konsumen. Dalam membeli terdapat beberapa peran
budaya, yaitu kebudayaan, sub budaya, serta klas sosial pembeli.
b. Faktor sosial, mempengaruhi tingkah-laku konsumen adalah
kelompok acuan konsumen yaitu kelompok-kelompok yang
mempengaruhi langsung atau tidak langsung sikap dan tingkah-laku
orang tersebut, keluarga seperti orang tua dan suami atau istri, serta
peranan serta status sosial pembeli.
c. Faktor pribadi, mempengaruhi tingkah-laku konsumen adalah usia dan
tahapan daur hidup seperti pekerjaan, keadaan ekonomi yang meliputi
pekerjaan, serta kepribadian dan konsep diri yang berguna untuk
menganalisis tingkah laku konsumen.
d. Faktor psikologis, mempengaruhi pembelian seseorang juga
dipengaruhi oleh motivasi yang merupakan kebutuhan yang cukup
mendesak untuk mengarahkan seseorang mencari pemuasan
kebutuhan, persepsi merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk memilih; mengorganisasi; dan menafsirkan masukan informasi.
Menurut Kotler (1999), model keputusan pembelian dapat
digambarkan dalam sebuah model sebagai berikut:
Pengenalan Gambar 2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Tahapan-tahapan yang ditempuh oleh pembeli untuk meraih hasil
dan keputusan pembelian adalah:
a. Pengenalan masalah, merupakan awal proses pembelian. Ketika
pembeli mengenal masalah atau kebutuhan, maka pembeli menyadari
kebutuhannya. Kebutuhan bisa ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
maupun rangsangan dari dalam.
b. Pencarian informasi, merupakan tahap proses keputusan pembeli
dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak. Ketika
mencari informasi, konsumen mungkin akan memperoleh informasi
dari bebrapa sumber, yaitu 1) sumber pribadi (keluarga,
kawan-kawan, tetangga, kenalan), 2) sumber komersial (iklan, wiraniaga,
penyalur, kemasan, pameran), 3) sumber publik (media massa,
lembaga konsumen), 4) sumber pengalaman (pengamatan dan
penggunaan produk).
c. Evaluasi alternatif, merupakan tahap proses keputusan pembeli
dimana konsumen menggunakan informasi untuk memperoleh pilihan
akhir terhadap merek produk.
d. Keputusan pembelian adalah membeli produk yang paling disukai,
commit to user
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain yang
dapat mengubah alternatif pilihan konsumen, yaitu intensitas sikap
negatif orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi
konsumen untuk memenuhi harapan orang lain. Faktor kedua adalah
faktor situasi yang tak terduga. Konsumen menciptakan hasrat
pembelian berdasarkan faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat
produk. Namun, situasi tak terduga mungkin muncul dan bisa
mengubah hasrat pembelian.
e. Tingkah-laku setelah pembelian, konsumen akan merasa puas atau
tidak puas setelah membeli produk. Hal ini merupakan hubungan
antara harapan konsumen dan prestasi produk yang dirasakannya.
Apabila produk sesuai dengan harapan konsumen akan puas dan
apabila produk kurang dari harapan konsumen tersebut tidak puas.
Kepuasan konsumen akan akan mempengaruhi apakah pembeli akan
membeli kembali produk tersebut atau tidak.
Pasar-pasar konsumen terdiri atas keluarga-keluarga yang
sebagian besar terlibat dalam pembelian barang-barang atau jasa-jasa.
Siklus kahidupan keluarga akan sangat berpengaruh di dalam pembelian
barang-barang. Siklus kehidupan keluarga yang mempengaruhi
pembelian adalah: a. pemudi yang belum menikah, b.
pemuda-pemudi baru menikah (belum mepunyai anak), c. suami-istri (sudah
punya anak), dan selanjutnya (Sumawihardja et. al., 1991).
Umur dan tahap kehidupan keluarga mempengaruhi perilaku
konsumen dalam keputusan pembelian. Menurut Engel et. al. (1994),
siklus kehidupan keluarga mendeskripsikan pola yang didapatkan di
antara keluarga ketika mereka menikah, mempunyai anak, meninggalkan
rumah, kehilangan pasangan hidup, dan pensiun. Tahap-tahap ini
dideskripsikan bersama dengan perilaku konsumen yang dihubungkan
dengan masing-masing tahap. Tahap kehidupan utama dari rumah tangga
menggambarkan pangsa pasar yang penting dan dideskripsikan sebagai
a. Single muda (younger singles), yaitu kepala rumah tangga single dan
di bawah 45 tahun tanpa anak.
b. Pasangan muda (younger couples), yaitu pasangan yang sudah
menikah dengan kepala rumah tangga di bawah 45 tahun dan tanpa
anak.
c. Orang tua muda (younger parents), kepala rumah tangga di bawah 45
tahun dengan anak.
d. Keluarga paruh baya (mid-life families), yaitu kepala rumah tangga
antara usia 45 dan 64 tahun dengan anak ada dirumah atau didukung
secara keuangan oleh rumah tangga bersangkutan.
e. Rumah tangga separuh baya (mid-life household), yaitu kepala rumah
tangga antara usia 45 dan 64 tahun tanpa anak ada dirumah atau yang
didukung secara keuangan oleh rumah tangga bersangkutan.
f. Rumah tangga tua (older households), yaitu kepala rumah tangga
berusia 65 tahun atau lebih tua atau pensiun.
2. Pemasaran dan Bauran Pemasaran
Proses yang melibatkan aliran produk melalui suatu sistem dari
produsen ke konsumen disebut pemasaran. Secara khusus, pemasaran
dapat didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisis dan
ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen.
Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda, yang menambah
nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut
(Downey dan Erickson, 1992). Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah
suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Arti pemasaran
commit to user
distribusi. Padahal istilah tersebut hanya merupakan bagian dari kegiatan
pemasaran secara keseluruhan. Proses pemasaran itu sudah dimulai jauh
sebelum barang-barang diproduksi dan tidak berakhir dengan penjualan.
Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen jika menginginkan usaha berjalan terus agar konsumen
mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan (Natalisa, 2005).
Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi dan
menjuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi penilaian dan
pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif akan
sesuatu barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut
kepada konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat
mencapai laba atau tujuan lain yang ditetapkannya. Bauran pemasaran
adalah suatu istilah yang menggambarkan seluruh unsur pemasaran dan
faktor produksi yang dikerahkan guna mencapai sasaran perusahaan,
misalnya laba, laba harta, penjualan bagian pasar yang akan direbut, dan
sebagainya. Untuk merencanakannya, dibutuhkan suatu kegiatan
mengkombinasikan atau mencampur semua faktor pemasaran yang
bersangkutan dengan bidang usaha perusahaan (Foster, 1985). Bauran
pemasaran (marketing mix) atau 4P adalah produk (product) atau jasa,
harga (price), tempat (place) atau saluran distribusi, dan promosi
(promotion) atau bauran komunikasi (Churchill, 2001).
Bauran pemasaran terdiri dari segala hal yang bisa dilakukan
perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas produknya. Beberapa
kemungkinan tersebut bisa dikumpulkan ke dalam empat kelompok yang
dikenal sebagai ”empat P”, yaitu product (produk), price (harga), place
(tempat), dan promotion (promosi). Produk adalah barang dan jasa yang
ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Harga adalah sejumlah
uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk.
Tempat adalah berbagai kegiatan yang membuat produk terjangkau oleh
konsumen sasaran. Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan
produknya dan membujuk konsumen sasaran agar membelinya
(Kotler, 1999).
3. Pasar dan Pasar Tradisional
Pasar adalah lokasi geografis dimana penjual dan pembeli
bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan jasa.
Pasar merupakan keadaan terbentuknya suatu harga dan terjadinya
perpindahan hak milik produk-produk tertentu (Sudiyono, 2004).
Menurut Kotler (1999), pasar adalah sekelompok pembeli potensial yang
mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia
dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan tersebut. Sebuah pasar dapat berkembang
berkat produk, jasa, atau barang lainnya yang bernilai.
Menurut Sumawihardja et al. (1991), pasar dapat diartikan
menurut berbagai segi dan pandangan, yaitu:
a. Menurut pengertian yuridis, pasar merupakan tempat atau bursa di
mana saham-saham diperjualbelikan.
b. Bagi pedagang, pasar merupakan suatu lokasi tempat produk-produk
itu diterima, dipilih, disimpan, dan dijual.
c. Bagi manajer penjualan, pasar merupakan tempat atau letak geografis
(kota, daerah) di mana ia harus merumuskan mengenai distributor,
mengenai produk yang dijual, periklanan, salesman, dan sebagainya.
d. Menurut ahli ekonomi, pasar adalah semua pembelian dan penjualan
yang mempunyai perhatian, baik secara riil maupun potensial terhadap
suatu produk atau golongan produk.
e. Bagi seorang pemasar, pasar adalah semua orang, kelompok usaha,
lembaga-lembaga perdagangan yang membeli atau cenderung untu
membeli suatu produk atau jasa.
Pasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pasar umum dan
pasar khusus. Pasar umum atau pasar terbuka adalah pasar yang semua
transaksinya dilakukan secara terbuka dan berlaku untuk umum. Pasar
commit to user
swalayan, pasar induk, dan pasar ekspor. Sementara pasar khusus atau
pasar tertutup hanya terbuka untuk pemasuk khusus yang melakukan
transaksi barang-barang tertentu dengan cara yang khusus juga. Pasar
khusus meliputi pabrik, hotel, restoran, rumah sakit, toko khusus, dan
perorangan (Dwiyatmo, 2006).
Menurut Winardi (1992) dalam Sirait (2006), istilah pasar
diartikan sebagai wadah (tempat) sekaligus wahana (proses) jual-beli
barang berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sembako, pakaian,
sepatu dan sandal, sayur-mayur, dan buah yang kemudian disebut sebagai
pasar tradisional. Istilah pasar tradisional diartikan sebagai tempat
berkumpulnya sejumlah penjual dan pembeli dimana terjadi transaksi
jual beli barang-barang yang ada di sana. Proses perpindahan hak milik
barang terjadi setelah penjual dan pembeli mencapai kesepakan harga,
pasar yang demikian disebut juga pasar konkret/sandang.
Penjual dalam pasar tradisional merrupakan lembaga pemasaran
yang disebut pengecer. Menurut Sudiyono (2004), pengecer adalah
lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yg bersifat
komersil yang merupakan kelanjutan proses produksi yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemasaran yang sangat tergantung dari aktivitas
para pengecer dalam menjual produknya kepada konsumen. Keberhasilan
pengecer menjual produk kepada konsumen sangat menentukan
keberhasilan lembaga-lembaga pemasaran pada rantai pemasaran
sebelumnya.
Proses pembelian dimulai saat pembeli (konsumen) mengenali
sebuah masalah atau kebutuhan. Konsumen memiliki sikap yang
berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan
dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut
yang memberikan manfaat yang dicarinya (Kotler, 1997).
Konsumen selalu membentuk gambaran atau kesan tertentu
gambaran atau kesan tersebut akan mempengaruhi sikap atau tingkah
laku mereka dalam pembelian atau konsumsi barang. Bila konsumen
belum pernah melihat toko, pabrik, atau perusahaan yang mengadakan
barang atau jasa, kesan mereka dapat timbul dari reputasi barang atau
jasa, atau pun dari iklan barang dan jasa tersebut (Foster, 1985).
4. Komoditi Mete dan Kacang Mete
Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan
tanaman yang berasal dari Brazil yang merupakan daerah beriklim tropis.
Sampai saat ini tanaman jambu mete tersebar di seluruh daerah tropis
Asia, Amerika, dan Afrika. Tanaman jambu mete banyak ditanam pada
daerah kritis. Dalam hal ini jambu mete merupakan tanaman penghijauan
yang menghasilkan. Biji jambu mete laku keras di pasaran, sedang
tangkai buahnya yang lezat dapat dibuat sirup atau abon mete
(Anonima, 1986).
Menurut Budi Samadi (2007), tanaman jambu mete
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Sapindales
Suku : Anacardiaceae
Marga : Anacardium
Spesies : Anacardium occidentate L.
Jambu mete termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau
juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk
mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun
lembaga dua atau disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang
pohon yang tidak rata dan berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai
pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk,
dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih.
commit to user
kuning kemerah-merahan adalah buah semu. Bagian itu bukan buah
sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu
mete yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah batu yang
berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua
tersebut oleh kulit yang mengandung getah (Anonimb, 2005).
Menurut Budi Samadi (2007), pengolahan biji mete gelondong
meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Pengeringan biji mete gelondong dengan dijemur di bawah sinar
matahari,
b. Penyimpanan dalam ruangan sehingga biji mete dingin,
c. Pengupasan kulit biji mete grlondong
d. Pengeringan kacang mete dengan dijemur di bawah sinar matahari,
e. Pengupasan kulit ari kacang mete,
f. Sortasi dan grading.
Tanaman jambu mete merupakan tanaman perkebunan yang
menjadi primadona di Kabupaten Wonogiri. Berikut ini adalah data
tentang luas panen, produksi, dan rata-rata produksi gelondong
perkebunan rakyat jambu mete di Kabupaten Wonogiri:
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Gelondong Perkebunan Rakyat Jambu Mete di Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui perkembangan rata-rata
produksi gelondong mete dari tahun 2006 sampai 2010 mengalami
kenaikan dan penurunan. Produksi gelondongan jambu mete di
Kabupaten Wonogiri pada tahun 2006-2010 cenderung mengalami
sebesar 4.371 ton yang kemudian pada tahun 2009 mengalami kenaikan
hingga 13.877 ton, dan pada tahun 2010 turun menjadi 7.145 ton.
Fluktuasi produksi gelondong mete ini disebabkan oleh kurangnya
keterpaduan dalam pengelolaan tanaman dan lahan, serta kurangnya
usaha pengadaan dan penyaluran sarana dan prasaran usahatani.
Menurut Cahyono (2009), kacang mete memiliki nilai nutrisi
cukup tinggi, terutama protein dan lemak sehingga dapat menjadi bahan
makanan yang berenergi tinggi pula. Komposisi (jumlah) nutrisi kacang
mete sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh dan
varietas jambu mete. Kandungan nutrisi kacang mete kering adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kacang Mete Kering (per 100 gram)
Nutrisi Kandungan
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan menjadikan masyarakat mempertimbangkan kandungan nutrisi
yang terdapat pada makanan sebelum mengkonsumsinya. Berdasarkan
Tabel 2. dapat diketahui bahwa kacang mete mengandung lemak, protein
dan karbohidrat yang tinggi dibandingkan dengan nutrisi yang lain yang
commit to user
dan buah semunya juga mengandung gula, abu, selulosa, dan pati
Ascorbic Acid. Kandungan nutrisi dapat menjadi pertimbangan untuk
mengonsumsi kacang mete karena akan berpengaruh pada kesehatan
apabila mengonsumsinya terlalu banyak.
Selamjutnya menurut Cahyono (2009), kacang mete umumnya
memiliki berat rata-rata 5-6 gram, panjang 2,5-3,5 cm, lebar 2 cm, lebar 2
cm, dan tebal 1,0-1,5 cm. Kacang mete yang masih muda berwarna hijau
mengkilap atau hijau pucat. Bila kacang mete terseebut telah tua akan
berubah warna menjadi keabu-abuan dan bila telah mongering akan
menjadi cokelat keabu-abuan. Kacang mete terdiri atas kulit buah
(pericarp) dan biji mete (kernel). Biji mete terdiri atas dua keeping biji
berwarna putih. Kacang mete tergolong memiliki nilai gizi tinggi karena
kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi sehingga dapat menjadi
bahan makanan yang berenergi tinggi pula.
Menurut warnanya, biji kacang mete dibedakan menjadi:
a. Kacang mete putih (white kernels), yakni kacang mete berwarna putih
bersih, tidak terdapat bercak berwarna cokelat atau hitam.
b. Kacang mete agak putih (fancy kernels), yakni kacang mete berwarna
agak putih atau agak gosong.
c. Kacang mete setengah gosong (dessert kernels), yakni kacang mete
setengah gosong atau bercak-bercak hitam.
d. Kacang mete gosong (scorched kernels), yakni kacang mete yang
gosong berwarna cokelat muda sampai cokelat akibat pemanasan
yang berlebihan.
Cahyono (2009) juga menyatakan bahwa menurut ukuran biji
kacang mete dibedakan menjadi:
a. Kacang mete utuh (whole kernels), yakni kacang mete utuh
seluruhnya dan tanpa cacat.
b. Kacang mete tidak utuh, yakni sebagian kecil sudah pecah (buus
c. Kacang mete belahan (splits kernels), yakni kacang mete setengah
utuh atau merupakan belahan kacang mete yang utuh.
d. Kacang mete remukan besar (large pieces kernels), kacang mete yang
pecah lebih dari dua bagian dengan ukuran di atas 0,6 cm dan tidak
lolos dengan ayakan 4 mesh.
e. Kacang mete remukan kecil (small pieces kernels), yakni kacang mete
yang pecah/remuk dengan ukuran antara 0,4 – 0,5 cm dan tidak lolos
dengan ayakan 6 mesh.
f. Kacang mete remukan halus (baby bits kernels), yakni kacang mete
yang pecah/remuk halus, tetapi tidak lolos ayakan 10 mesh.
Kriteria kacang mete yang berkualitas baik sebagai berikut: (a)
Kacang mete utuh seluruhnya tanpa cacat, tidak terdapat bintik hitam
atau cokelat karena serangan hama atau cendawan; (b) Kacang mete
cukup kering dengan kadar air maksimal 5%; (c) Kacang mete tua; (d)
Kacang mete tidak tercampur dengan biji yang busuk; (e) Kacang mete
berwarna putih, pucat atau kelabu terang; dan (f) Kacang mete tidak
tercampur kotoran atau benda-benda asing. Harga jual kacang mete ke
pengepul/pedagang besar umumnya lebih rendah dibandingkan dengan
harga jual langsung ke konsumen (Anonimc, 2008).
Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang
berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan
maupun yang tersirat (Susanto, 1999). Menurut Samadi (2007), dalam
dunia perdagangan, kacang mete digolongkan menjadi empat jenis mutu
biji mete, yaitu:
a. Mutu I, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95%
merupakan kacang mete utuh.
b. Mutu II, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95%
merupakan kacang mete belah dua.
c. Mutu III, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas
commit to user
d. Mutu IV, yakni kacang mete merupakan campuran dari kacang mete
utuh, kacang mete belah dua, dan kacang mete pecah.
Petani jambu mete menjual hasil panen yang masih berupa biji
(gelondong) mete kepada pada pengumpul. Harga produsen untuk
subsektor tanaman perkebunan rakyat biji jambu mete Indonesial tahun
2011 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga Produsen Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Biji Jambu Mete Tahun 2011 (Rp/100 Kg)
No. Bulan Harga Produsen (Rp/100 Kg)
1. Januari 723.322
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2012
Harga produsen merupakan harga transaksi antara petani
(penghasil) dan pembeli (pedagang pengumpul/tengkulak) untuk setiap
komuditas di suatu tempat. Tabel 3. menunjukkan bahwa harga rata-rata
kacang mete di tingkat produsen adalah Rp 730.048 per 100 kg. Harga
produsen ini merupakan harga mete yang masih dalam bentuk
gelondong. Harga kacang mete yang dijual di pasaran sangat berbeda
dengan harga produsen, hal ini karena kacang mete telah mengalami
proses pengolahan yang panjang sehingga meningkatkan harga jual
kacang mete.
Prospek pengembangan tanaman jambu mete dapat dilihat dari
permintaan kacang mete, baik permintaan dalam negeri maupun luar
negeri. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi masih luasnya potensi
usaha pengolahan mete. Selama ini, kacang mete dari Indonesia sudah
Inggris, Jerman, Australia, Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Jepang,
India, Libanon, Malaysia, Italia, Kanada, Korea Selatan dan Swiss.
Sementara itu, permintaan kacang mete dalam negeri, khususnya kacang
mete yang berasal dari Kabupaten Wonogiri adalah dari pedagang besar
dan industri makanan yang ada di Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya
serta pedagang-pedagang eceran di pasar Solo, Klaten, Yogyakarta, dan
kota-kota terdekat lainnya. Perkembangan ekspor kacang mete Indonesia
tahun 1999-2009 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Gelondong Mete Indonesia Tahun 1999-2009
Tahun Volume (Ton) Nilai (000 US$)
1999 34.520 43.507
2000 27.619 31.502
2001 41.313 28.929
2002 51.717 34.810
2003 60.429 43.534
2004 59.372 58.187
2005 69.415 68.972
2006 63.406 56.584
2007 83.646 82.833
2008 66.990 77.755
2009 68.767 82.650
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010
Tabel 4. menunjukkan bahwa ekspor gelondong mete tertinggi
selama periode 1999-2009 terjadi pada tahun 2007 dengan volume dan
nilai ekspor mencapai 83.646 ton atau US$ 82,833 juta. Setelah tahun
2007, ekspor mete cenderung menurun meskipun kembali meningkat
pada tahun 2009. Dari data tersebut, secara umum peluang ekspor mete
masih sangat menjanjikan bagi pasar internasional.
Menurut Saragih dan Haryadi (1994), kacang mete yang diekspor
biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara 4-6%. Produk ini
biasanya dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan
karbondioksida. Kaleng pengemasan yang digunakan sebaiknya masih
baru, bersih, kering, kedap udara, dan bocor. Selain itu kaleng juga harus