• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Olahraga Rutin Dengan Kadar Hemoglobin Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Olahraga Rutin Dengan Kadar Hemoglobin Darah"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN OLAHRAGA RUTIN DENGAN

KADAR HEMOGLOBIN DARAH

Oleh :

EVANDA INDIO WIRYA

090100124

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN OLAHRAGA RUTIN DENGAN

KADAR HEMOGLOBIN DARAH

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

EVANDA INDIO WIRYA

NIM : 090100124

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Olahraga Rutin dengan Kadar Hemoglobin Darah

Nama : Evanda Indio Wirya NIM : 090100124

Pembimbing Penguji 1

(dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK) (dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, M.Pd.Ked)

NIP : 196705271999032001

Penguji 2

(dr. Eka Roina Megawati, M. Kes)

NIP : 197812232003122002

Medan, 9 Januari 2013 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Olahraga merupakan kegiatan fisik yang meningkatkan kualitas kesehatan. Namun kesadaran berolahraga di Indonesia masih relatif rendah meskipun manfaat berolahraga sudah banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat salah satu manfaat olahraga yaitu pengaruhnya terhadap kadar hemoglobin darah.

Metode Penelitian: Penelitian dilakukan dengan studi longitudinal di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada bulan September sampai Oktober 2012. Dilakukan wawancara mengenai kegiatan olahraga dan pemeriksaan kadar Hb pada orang yang berolahraga rutin sebanyak dua kali untuk melihat perbedaannya. Data dianalisa dengan uji t-berpasangan/dependen dengan tingkat kemaknaan 10%.

Hasil Penelitian: Dari 50 sampel mahasiswa yang berolahraga terjadi peningkatan kadar Hb pada 38 orang responden (76%) dan penurunan kadar Hb pada 12 orang responden (24%), dari perhitungan rata-rata kadar Hb terjadi peningkatan sebesar 2,78% dalam rentang waktu satu bulan. Dijumpai hubungan yang bermakna antara olahraga rutin dengan peningkatan kadar hemoglobin darah (p < 0,05).

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara antara olahraga rutin dengan kadar hemoglobin darah.

(5)

ABSTRACT

Background: Physical exercise is an activity that improves health quality. But exercise awareness in Indonesia is still relatively low despite benefits of exercise are well known. This study aims to see one of the benefits of exercise which is its effect on blood hemoglobin levels.

Study Design and Method: The study was conducted with a longitudinal study at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra in September to October 2012. Samples were asked about their physical exercise and got their blood hemoglobin level measured twice to see the difference. Data were analyzed by paired/dependent t-test with a significance level of 10%.

Results: Of the 50 samples of student that exercise regularly, there’s 38 respondents (76%) that experienced increases in blood hemoglobin level and 12 respondents (24%) that experienced decreases in blood hemoglobin level, from the calculation the average hemoglobin level increases by 2.78% in one month. There’s a significant association between regular exercise and increases in blood hemoglobin levels (p <0.05).

Conclusion: Significant association between routine exercise with blood hemoglobin level.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran, konsep menyangkut penelitian dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian yang telah dilaksanakan ini berjudul ”Hubungan Olahraga Rutin dengan Kadar Hemoglobin Darah”.

Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

2. Bapak dr. Zairul Arifin, Sp.A, DAFK, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM, M.Pd.Ked dan dr. Eka Roina Megawati, M. Kes. sebagai dosen penguji yang memberi banyak masukan dan perbaikan pada penulisan proposal.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Rekan-rekan satu dosen pembimbing dari penulis, Joanita K. dan Sylvia, yang telah saling memberikan masukan terhadap karya tulis ilmiah masing-masing.

(7)

7. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2009 yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu,yang telah memberi saran, kritik, dukungan materi, dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, 7 Desember 2012

(8)

DAFTAR ISI

2.2. Pembentukan Eritrosit dan Hemoglobin ... 5

2.3. Olahraga Anaerobik dan Aerobik ... 9

2.4. Perubahan Sistemik Akibat Olahraga ... 11

2.5. Pengaruh Olahraga Terhadap Hemoglobin ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….. 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 14

3.2. Definisi Operasional... 14

3.3. Hipotesis... 15

(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Jenis Penelitian ... 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 19

5.1.3. Hasil Pengukuran Hemoglobin ... 19

5.1.4. Hasil Analisa Statistik ... 20

5.2. Pembahasan ... 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 24

6.2. Saran ... 24

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Struktur Heme 4

Gambar 2.2. Sintesis Porphobilinogen 7

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Data rata-rata kadar hemoglobin

pada pengukuran pertama dan kedua 19 Tabel 5.2. Data frekuensi perubahan kadar

hemoglobin 20

(12)

DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN

ALA : δ-aminolevulinat

ALAS : δ-aminolevulinat synthase ATP : Adenosin Tri-Phosphate BFU-E : Burst Forming Unit Eritroid CFU-E : Colony Forming Unit Eritroid

Hb : Hemoglobin

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 4 Contoh Kuisioner

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Komisi Etik

(14)

ABSTRAK

Latar belakang: Olahraga merupakan kegiatan fisik yang meningkatkan kualitas kesehatan. Namun kesadaran berolahraga di Indonesia masih relatif rendah meskipun manfaat berolahraga sudah banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melihat salah satu manfaat olahraga yaitu pengaruhnya terhadap kadar hemoglobin darah.

Metode Penelitian: Penelitian dilakukan dengan studi longitudinal di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada bulan September sampai Oktober 2012. Dilakukan wawancara mengenai kegiatan olahraga dan pemeriksaan kadar Hb pada orang yang berolahraga rutin sebanyak dua kali untuk melihat perbedaannya. Data dianalisa dengan uji t-berpasangan/dependen dengan tingkat kemaknaan 10%.

Hasil Penelitian: Dari 50 sampel mahasiswa yang berolahraga terjadi peningkatan kadar Hb pada 38 orang responden (76%) dan penurunan kadar Hb pada 12 orang responden (24%), dari perhitungan rata-rata kadar Hb terjadi peningkatan sebesar 2,78% dalam rentang waktu satu bulan. Dijumpai hubungan yang bermakna antara olahraga rutin dengan peningkatan kadar hemoglobin darah (p < 0,05).

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara antara olahraga rutin dengan kadar hemoglobin darah.

(15)

ABSTRACT

Background: Physical exercise is an activity that improves health quality. But exercise awareness in Indonesia is still relatively low despite benefits of exercise are well known. This study aims to see one of the benefits of exercise which is its effect on blood hemoglobin levels.

Study Design and Method: The study was conducted with a longitudinal study at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra in September to October 2012. Samples were asked about their physical exercise and got their blood hemoglobin level measured twice to see the difference. Data were analyzed by paired/dependent t-test with a significance level of 10%.

Results: Of the 50 samples of student that exercise regularly, there’s 38 respondents (76%) that experienced increases in blood hemoglobin level and 12 respondents (24%) that experienced decreases in blood hemoglobin level, from the calculation the average hemoglobin level increases by 2.78% in one month. There’s a significant association between regular exercise and increases in blood hemoglobin levels (p <0.05).

Conclusion: Significant association between routine exercise with blood hemoglobin level.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan individual dan mencegah berbagai penyakit. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko tertinggi ke-empat terhadap angka mortalitas global (WHO, 2010).

Olahraga secara umum mempengaruhi fungsi sistem pernafasan, sirkulasi, neuromuskular dan endokrin (Katch, 2011), pengaruh yang ditimbulkan pada sitem-sistem tersebut cenderung meningkatkan fungsi sistem dan meningkatkan kesehatan (WHO, 2010). Pada sistem sirkulasi salah satu perubahan yang terjadi adalah perubahan parameter hematologis, perubahan ini meliputi peningkatan leukosit dan eritrosit (Bhatti, 2007). Peningkatan komponen hematologis ini (eritrosit) berkaitan erat dengan peningkatan hemoglobin darah, kadar hemoglobin darah meningkat sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan kekurangan oksigen akibat aktivitas fisik yang meningkat (Ganong, 1999).

Meskipun olahraga mempunyai banyak manfaat yang baik, kesadaran berolahraga di Indonesia terutama di daerah perkotaan masih relatif rendah. dari survey singkat yang dilakukan peneliti terhadap 50 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran USU didapati 22 orang saja yang melakukan olahraga paling sedikit sekali dalam seminggu, padahal mahasiswa FK sebagai calon dokter seharusnya menjadi panutan masyarakat dan wajib mempromosikan olahraga sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

(17)

1.2.1. Rumusan Masalah

“Apakah ada hubungan antara olahraga dengan kadar hemoglobin darah?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara olahraga dengan peningkatan kadar hemoglobin dalam darah.

1.3.2. Tujuan Khusus,

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui besar atau tidaknya pengaruh olahraga pada keseimbangan hemodinamik (hemoglobin).

2. Mengetahui gambaran umum kadar hemoglobin mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Data hasil penelitian ini dapat membantu dalam pemilihan jenis olahraga untuk terapi dari penyakit yang melibatkan gangguan hemoglobin.

2. Data atau informasi yang diperoleh dapat meningkatkan kesadaran pentingnya berolahraga bagi kesehatan jasmani.

3. Hasil penelitian dapat diapakai sebagai bahan rujukan untuk penelitian lain atau sebagai dasar dari penelitian ulang.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Eritrosit dan Hemoglobin

Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1995). Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan bagian dalam sel merupakan mekanisme yang mempertahankan sel selama 120 hari masa hidupnya serta menjaga fungsi hemoglobin selama masa hidup sel tersebut (Williams, 2007). Eritrosit berbentu bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 μm, dan tebal 2 μm namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang akan dilaluinya, selain itu setiap eritrosit mengandung kurang lebih 29 pg hemoglobin, maka pada pria dewasa dengan jumlah eritrosit normal sekitar 5,4jt/ μl didapati kadar hemoglobin sekitar 15,6 mg/dl (Ganong, 1999).

(19)

Heme yang terkandung dalam hemoglobin merupakan tertrapirol siklik dengan empat molekul pirol yang terhubung oleh jembatan α-metilen. Stuktur ikatan ganda pada heme menyerap spektrum warna tertentu dan memberi warna merah gelap khas pada hemoglobin maupun myoglobin (Harper, 2003).

Tiap hemoglobin dapat mengikat empat molekul O2, satu molekul untuk tiap subunit/hemenya. Pada proses pengikatan oksigen ini terjadi fenomena yang disebut cooperative binding, yaitu molekul oksigen dalam satu struktur tetramer hemoglobin akan mudah berikatan bila sudah ada molekul oksigen yang telah berikatan. Fenomena ini memungkinkan pengikatan oksigen dari paru-paru dan pelepasan oksigen yang maksimal ke jaringan (Harper, 2003). Selain mengangkut oksigen ke jaringan, hemoglobin juga berperan dalam mengangkut CO2 yang merupakan hasil sampingan respirasi dan proton (H+) dari jaringan perifer. Namun afinitas ikatan CO2lebih tinggi daripada O2, sehingga tingginya kadar CO2

Pengikatan CO

dapat menurunkan kemampuan transpor oksigen dari hemoglobin (Ganong, 1999)

2 terjadi pada ujung terminal polipeptida hemoglobin, ikatan ini membentuk karbamat yang merupakan 15% dari keseluruhan dari CO2 dalam darah vena, sisa CO2 dalam darah vena berbentuk bikarbonat yang merupakan hasil reaksi antara CO2 dengan asam karbonat (H2CO3) yang terjadi dalam eritrosit. Hemoglobin yang telah mengalami deoksigenasi akan mengikat satu proton untuk dua molekul oksigen yang dilepas, reaksi ini menambah sifat buffer darah. Penurunan pH ini ditambah reaksi karbamasi menjaga keseimbangan pH darah dan membantu pelepasan oksigen (Harper, 2003).

(20)

1.2. Pembentukan Eritrosit dan Hemoglobin

Proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik. Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan eritropoiesis berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis di liver berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang (Williams, 2007). Pada masa anak-anak dan remaja semua sumsum tulang terlibat dalam hematopoiesis, namun pada usia dewasa hanya tulang-tulang tertentu seperti tulang panggul, sternum, vertebra, costa, ujung proksimal femur dan beberapa tulang lain yang terlibat eritropoiesis. Bahkan pada tulang-tulang seperti disebut diatas beberapa bagiannya terdiri dari jaringan adiposit. Pada periode stress hematopoietik tubuh dapat melakukan reaktivasi pada limpa, hepar dan sumsum berisi lemak untuk memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai hematopoiesis ekstramedular (Munker, 2006).

(21)

Eritropoietin yang meningkat dalam darah akan mengikuti sirkulasi sampai bertemu dengan reseptornya pada sel hematopoietik yaitu sel bakal/stem cell

beserta turunannya dalam jalur eritropoiesis. Ikatan eritropoietin dengan reseptornya ini menimbulkan beberapa efek seperti :

a. Stimulasi pembelahan sel eritroid (prekursor eritrosit).

b. Memicu ekspresi protein spesifik eritroid yang akan menginduksi diferensiasi sel-sel eritroid.

c. Menghambat apoptosis sel progenitor eritroid.

Eritropoietin bersama-sama dengan stem cell factor, interleukin-3, interleukin-11,

granulocyte-macrophage colony stimulating factor dan trombopoietin akan mempercepat proses maturasi stem cell eritroid menjadi eritrosit (Hoffman,2005). Secara umum proses pematangan eritosit dijabarkan sebagai berikut :

1. Stem cell : eritrosit berasal dari sel induk pluripoten yang dapat memperbaharui diri dan berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit dan megakariosit (bakal platelet).

2. BFU-E : burst-forming unit eritroid, merupakan prekursor imatur eritroid yang lebih fleksibel dalam ekspresi genetiknya menjadi eritrosit dewasa maupun fetus. Sensitivitas terhadap eritropoeitin masih relatif rendah.

3. CFU-E : colony-forming unit eritroid, merupakan prekursor eritroid yang lebih matur dan lebih terfiksasi pada salah satu jenis eritrosit (bergantung pada subunit hemoglobinnya.

4. Proeritroblast, eritroblast dan normoblast : progenitor eritrosit ini secara morfologis lebih mudah dibedakan dibanding sel prekursornya, masih memiliki inti, bertambah banyak melalui pembelahan sel dan ukurannya mengecil secara progresif seiring dengan penambahan hemoglobin dalam sel tersebut.

(22)

waktu dalam 24 jam pertamanya di limpa untuk mengalami proses maturasi dimana terjadi remodeling membran, penghilangan sisa nukleus, dan penambahan serta pengurangan protein, enzim, dan fosfolipid. Setelah proses ini barulah eritrosit mencapai ukuran dan fungsi optimalnya dan menjadi matur (Munker, 2006).

Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin yang membentuk struktur tetramer. Sintesis globin terjadi seperti protein pada umumnya, mRNA dari intisel akan ditranslasi ribosom untuk merakit rantai asam amino untuk membentuk globin. Di sisi lain proses pembentukan heme relatif lebih kompleks, bahan dasar heme adalah asam amino glisin dan suksinil-KoA, hasil dari siklus asam sitrat. Pada awalnya proses ini terjadi di dalam mitokondria, kemudian setelah terbentuk δ-aminolevulinat (ALA) reaksi terjadi di sitoplasma sampai terbentuk coproporhyrinogen III, kemudian substrat akan masuk kembali kedalam mitokondria untuk menyelesaikan serangkaian reaksi pembentukan heme yaitu penambahan besi ferro ke cincin protoporphyrin. Proses pembentukan heme dapat dilihat di gambar 2.2. dan gambar 2.3. (Harper, 2003).

(23)

Sintesis heme terjadi hampir pada semua sel mamalia dengan pengecualian eritrosit matur yang tidak memiliki mitokondria, namun hampir 85% heme dihasilkan oleh sel prekursor eritroid pada sumsum tulang dan hepatosit. Regulasi sintesis heme terjadi melalui mekanisme umpan balik oleh enzim δ -aminolevulinat sintase (ALAS), ALAS tipe 1 ditemukan pada hati sedangkan ALAS tipe 2 ditemukan pada sel eritroid. Heme tampaknya bekerja melalui molekul aporepresor bekerja sebagai regulator negatif terhadap sintesis ALAS1, pada percobaan tampak bahwa sintesis ALAS1 tinggi saat kadar heme rendah dan hampir tidak terjadi saat kadar heme tinggi. Selain sintesis hemoglobin, heme juga dibutuhkan enzim hati sitokrom P450 untuk memetabolisme zat lain, keadaan ini dapat meningkatkan kerja ALAS1 (Harper, 2003).

(24)

1.3. Olahraga Anaerobik dan Aerobik

Pembagian kedua tipe olahraga ini didasari oleh cara penghasilan energi serta metabolisme dan konsumsi oksigennya. Olahraga anaerobik sering juga disebut sebagai latihan kekuatan/strength training sementara olahraga aerobik disebut sebagai latihan ketahanan/endurance training. Yang termasuk olahraga anaerobik adalah angkat beban, lari sprint, berenang 50 meter, dll. Sedangkan yang termasuk olahraga aerobik adalah lari jarak jauh/marathon, basket, sepak bola, berenang jarak jauh, jogging, dll.

Olahraga Anaerobik merupakan aktivitas fisik yang memerlukan letupan energi relatif besar dalam waktu singkat, keadaan ini menuntut penghasilan energi yang cepat melalui proses glikolisis tanpa memerlukan oksigen. Tanpa suplai dan utilisasi oksigen yang adekuat, hidrogen yang terbentuk dari proses glikolisis gagal teroksidasi; pada keadaan ini, piruvat akan bereaksi dengan hidrogen membentuk laktat. Keadaan ini memungkinkan penghasilan ATP berkesinambungan dengan fosforilasi anaerobik pada tingkat substrat. Glikogen pada aktivitas fisik anaerobik ini dapat digolongkan sebagai “bahan bakar cadangan” yang diaktivasi saat perbandingan kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen mencapai 1:0 (Katch, 2011).

(25)

Olahraga aerobik, berbeda dengan olahraga anaerobik, membutuhkan penghasilan energi yang relatif kecil namun berkesinambungan dalam jangka waktu lebih lama (lebih dari 2 atau 3 menit). Untuk memenuhi kebutuhan ini tubuh mengambil jalur metabolisme aerobik yang menghasilkan lebih banyak ATP per substrat yang dibutuhkan. Pada individu yang terlatih dalam olahraga aerobik, pemakaian oksigen akan lebih efisien karena tubuh memasuki fase konsumsi oksigen stabil lebih cepat daripada individu tidak terlatih. Fase konsumsi oksigen stabil yang lebih cepat dicapai ini berarti hanya terjadi sintesis ATP anaerobik yang singkat, sehingga individu terlatih mengkonsumsi oksigen lebih banyak dengan penghasilan energi yang lebih efisien dan defisit oksigen lebih sedikit dibanding individu tak terlatih.

Peningkatan fungsi aerob ini merupakan perubahan dari beberapa sistem seperti serabut otot yang lebih efisien (terjadi peningkatan vaskularisasi dan jumlah serta ukuran mitokondria), kapasitas pernafasan yang lebih besar dan efisien untuk menunjang kebutuhan oksigen, sistem kardiovaskuler, dll (Tipton,2003). Salah satu mekanisme kompensasi untuk membantu utilisasi dan suplai oksigen ke otot adalah peningkatan penyimpanan oksigen otot dalam myoglobin serta transpor oksigen melalui hemoglobin – eritrosit. Perubahan-perubahan ini secara teoritis lebih signifikan pada orang yang terlatih dalam olahraga aerobik dibandingkan olahraga anaerobik (Katch, 2011).

(26)

1.4. Perubahan Sistemik Akibat Olahraga

Olahraga atau aktivitas fisik mempunyai kecenderungan memberikan beban kerja yang lebih pada tubuh. Bila beban ini diberikan terus menerus pada tubuh, maka berbagai sistem dalam tubuh akan mengalami perubahan untuk bekerja lebih efisien dibawah tambahan beban tersebut. Beberapa sistem organ yang terlibat adalah sistem respiratori, sistem kardiovaskular, endokrin, dan sistem neuromuskular (Katch, 2011).

Sistem respiratorik atau pernafasan memegang peranan penting dalam olahraga, selain berperan dalam pemasukan oksigen ke tubuh, sistem ini juga mengatur pengeluaran CO2

Sistem kardiovaskular, seperti sistem respirasi, juga terlibat dalam berbagai fungsi seperti penghantaran oksigen dan nutrisi ke jaringan yang membutuhkan, transport zat sisa, regulasi panas tubuh dan keseimbangan asam-basa darah. Sistem ini bekerja bersama-sama dengan sistem lainnya untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat aktivitas fisik. Tekanan darah merupakan salah satu parameter yang mengalami kompensasi paling cepat pada sistem ini, olahraga tipe

endurance/ketahanan meningkatkan tekanan darah untuk memenuhi kebutuhan perfusi jaringan-jaringan tubuh yang membutuhkan. Keadaan ini berbeda dengan olahraga tipe kekuatan yang meningkatkan tekanan darah akibat otot-otot rangka yang bekerja menekan arteriol perifer dan meningkatkan resitensi vaskular. Pada individu yang terlatih dengan olahraga aerobik dapat ditemukan peningkatan ukuran jantung (massa otot dan volume ruang jantung) dan volume plasma yang lebih signifikan dibanding individu yang terlatih dengan olahraga anaerobik (Katch, 2011).

(27)

Berbeda dengan kedua sistem yang telah dibahas, sistem neuromuskular mengalami perubahan yang lebih dapat diamati secara makroskopis. Secara umum terdapat dua tipe serabut otot; serabut fast-twitch dan slow-twitch. Serabut tipe

fast-twitch merupakan otot dengan kemampuan menghasilkan energi cepat dengan proses metabolisme anaerob, sedangkan serabut slow-twitch bergantung pada metabolisme aerob sebagai sumber energinya. Pada individu yang terlatih dalam olahraga tipe anaerobik, pada ototnya ditemukan peningkatan ukuran sel (hipertropi) akibat peningkatan serabut aktin-miosin, enzim-enzim glikolitik, penurunan jumlah mitokondria dan warna otot cenderung lebih pucat. Sedangkan pada otot individu yang terlatih dalam olahraga aerobik ditemukan peningkatan jumlah maupun ukuran mitokondria, vaskularisasi, enzim-enzim mitokondria dan myoglobin sehingga warna otot tampak lebih merah (Tipton, 2003).

1.5. Pengaruh Olahraga terhadap Hemoglobin

Secara umum olahraga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme tubuh terutama pada otot-otot skeletal, peningkatan metabolisme ini bertujuan meningkatan produksi energi (ATP) untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas tersebut. Peningkatan metabolisme ini diikuti peningkatan kebutuhan O2, untuk memenuhi kebutuhan O2 dan pengeluaran CO2

Aktivitas fisik yang terus menerus tersebut akan menimbulkan keadaan hipoksia pada tubuh, pada level seluler keadaan hipoksia ini akan memicu faktor transkripsi HIF-1 (hypoxia induced factor-1) yang berperan dalam adaptasi jaringan terhadap keadaan rendah oksigen, HIF-1 pada jaringan di ginjal dan hati akan memicu teranskripsi gen eritropoietin sehingga akan dihasilkan eritropoietin yang akan dilepas ke peredaran darah (Williams, 2007). Teori ini juga didukung oleh penelitian yang memaparkan individu yang hidup di dataran rendah dengan kondisi rendah oksigen pada dataran tinggi, kondisi hipoksia yang terus menerus ini didapati meningkatkan kadar hemoglobin secara signifikan (Calbet, 2002)

(28)
(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel independen Variabel dependen

3.2. Definisi Operasional

Variabel : Olahraga Rutin

a. Definisi : Kegiatan fisik yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesehatan atau memperbaiki cacat fisik (Dorland, 2002) dilakukan 2-5 kali setiap minggu dengan lama 30-60 menit selama lebih dari satu bulan.

b. Cara ukur : wawancara c. Alat ukur : kuesioner d. Skala pengukuran : ordinal

Variabel : Kadar hemoglobin darah

a. Definisi : kandungan hemoglobin dalam jumlah tertentu darah b. Cara ukur : pemeriksaan darah

c. Alat ukur : hemoglobin meter STAT-site® d. Skala pengukuran : interval

e. Hasil ukur : dalam satuan gr/dL (gr%) Olahraga

Rutin

(30)

3.4. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dibahas pada bab sebelumnya, hipotesis untuk penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada perbedaan kadar Hb pada orang yang melakukan olahraga rutin selama satu bulan.

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik dengan pendekatan longitudinal yang bertujuan melihat hubungan olahraga rutin dengan kadar hemoglobin darah. Variabel-variabel yang terlibat akan diambil pada waktu berbeda dan dianalisis untuk melihat kontribusi varibel independen terhadap variabel dependen.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara antara bulan September sampai Nopember 2012.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Semua Mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara angkatan 2009.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu setiap mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah mahasiswa yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2008).

Kriteria inklusi :

a. Mahasiswa FK USU laki-laki yang aktif berkuliah

b. Bersedia menjadi responden setelah mendapat info mengenai penelitian dari peneliti (informed consent)

(32)

Kriteria eksklusi :

a. Menderita penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dll

b. Dalam satu bulan terakhir terkena penyakit akut yang relatif berat seperti malaria, demam berdarah, dll

c. Mempunyai gangguan pembekuan darah

d. Mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam satu bulan terakhir

Perhitungan sampel dilakukan dengan memakai rumus data proporsi dengan populasi terbatas (Wahyuni, 2007) :

N.Z2

1-α = nilai distribusi normal baku (pada α = 0,10; 1,645)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,10) N = jumlah populasi (184)

Dari hasil perhitungan didapati hasil n = 49,312, maka besar sampel minimal adalah 50 orang

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Setelah sampel diseleksi melalui kriteria eksklusi dan inklusi, pengukuran data-data yang diperlukan akan dilaksanakan. Peneliti akan mengajukan pertanyaan pada responden sesuai dengan kuesioner yang telah dirancang. Kuesioner yang dibuat bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden seperti nama, usia, jenis kelamin dan lain-lain, serta untuk mengetahui aktivitas olahraga responden.

Kemudian kadar Hb responden akan diukur dengan hemoglobin meter dengan mengambil sampel darah kapiler dari responden, setelah satu bulan akan dilakukan pengukuran Hb responden kedua kali.

(33)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah dengan memakai bantuan program SPSS versi 17. Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah editing

dimana pada tahap ini peneliti akan memeriksa kuesioner yang telah diisi, apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya. Kemudian coding, yaitu data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. Tahap berikutnya adalah entry yang merupakan kegiatan memasukkan data dari hasil kuesioner ke dalam komputer setelah kuesioner terisi semua. Selanjutnya adalah

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jl. dr. Mansyur no.5 Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berjenis kelamin laki-laki yang telah diseleksi melalui kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Didapati responden 50 orang berusia antara 20 sampai 23 tahun yang melakukan olahraga secara rutin.

Olahraga aerobik dilakukan oleh 34 orang atau 68% sampel yang berupa sepak bola, bola basket, berenang, lari/jogging, yoga, badminton dan futsal. Sedangkan 16 atau 32% sampel melakukan olahraga tipe anaerobik berupa angkat beban.

5.1.3. Hasil Pengukuran Hemoglobin

Setelah pengukuran kadar hemoglobin sebanyak dua kali dengan rentang waktu satu bulan, data diolah dan didapati perubahan kadar hemoglobin darah yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1. Data rata-rata kadar hemoglobin darah pada pengukuran pertama dan pengukuran kedua

Pengukuran Hb Rata-rata Hb Standar Deviasi

Pertama 13.312 1.3823

(35)

Dari tabel rata-rata (tabel 5.1.) diatas didapati peningkatan kadar hemoglobin darah sebesar 2,78% antara pengukuran pertama dengan pengukuran kedua.

Tabel 5.2. Data frekuensi perubahan kadar hemoglobin

Kadar Hemoglobin Total

Meningkat Menurun

38 orang 12 orang 50 orang

Dari tabel rata-rata (tabel 5.2.) diatas didapati peningkatan kadar hemoglobin terjadi pada 38 orang atau 76% dari sampel yang diteliti, sedangkan pada 12 orang atau 24% sampel terjadi penurunan kadar hemoglobin. Pada 12 sampel yang mengalami penurunan hemoglobin didapati 10 diantaranya melakukan olahraga aerobik dan 2 yang melakukan olahraga anaerobik.

5.1.4 Hasil Analisa Statistik

Setelah data diperoleh dan dimasukkanke program SPSS, maka data dapat diuji dan dianalisis. Sebelumnya data yang diperoleh diuji menggunakan metode Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusinya normal atau tidak, dari uji tersebut didapati nilai p sebesar 0.282 (p > 0.05) pada pengukuran pertama dan 0.362 (p > 0.05) yang berarti hipotesis 0 diterima / data terdistribusi normal. Dari hasil uji korelasi juga didapat nilai p 0.000 (p < 0.05) yang berarti terdapat korelasi positif yang kuat antara kedua variabel.

(36)

Tabel 5.3. Hasil perhitungan t-paired-sample test

Perbedaan berpasangan

Sig

Mean SD

Pengukuran 1 – Pengukuran 2

-0.374 1.1137 0.022

(37)

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan secara rutin pada waktu yang relatif lama dapat meningkatkan kadar Hb. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dan penelitian yang menyatakan bahwa olahraga dapat menginduksi produksi eritrosit yang menimbulkan peningkatan kadar Hb. Hasil yang serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan terhadap peserta balap sepeda-gunung yang diukur kadar hemoglobin, hematokrit dan volume plasmanya selama perlombaan dan sesudahnya (Wirnitzer, 2007).

Namun pada penelitian didapati penurunan kadar hemoglobin, keadaan ini mungkin ditimbulkan faktor yang tidak diperhitungkan seperti adanya pendarahan yang tidak disadari, pengaruh kekurangan tidur kronis, atau faktor yang tidak diketahui atau tidak terduga lainnya.

Salah satu faktor yang ternyata mempengaruhi kadar Hb adalah Growth Factor, kesimpulan ini didapati pada penelitian terhadap sekelompok penderita anemia yang diberi perlakuan berupa olahraga. Pada penelitian ini yang diteliti adalah sitokin-sitokin yang terlibat pada proses hematopoiesis dan diukur pada saat olahraga dilakukan (Dimeo, 2004). Selain itu juga pernah dilakukan penelitian terhadap pasien kanker yang disertai anemia, pada penelitian ini didapati bahwa pada individu yang melakukan olahraga dalam jangka waktu 12 minggu terdapat peningkatan respon pemberian eritropoietin eksogen terhadap kadar Hb (Courneya, 2008).

(38)

Pada penelitian Choudhary et al (2011) ditemukan peningkatan kadar Hb didapati juga sebagai efek akut dari olahraga, hal ini disebabkan oleh pengeluaran darah kaya hemoglobin dari limpa yang mengandung sekitar 40% lebih banyak eritrosit dari darah vaskuler. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Wirnitzer et al (2007) yang mendapatkan penurunan kadar Hb dan Ht pada saat olahraga, selain itu pada penelitian Banerjee et al (2004) juga didapati penurunan jumlah eritrosit saat olahraga yang dilakukan pada pasien hemodialisis. Sedangkan pada penelitian Bhatti et al (2007) tidak terdapat perubahan kadar Hb sebelum dan setelah olahraga.

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara olahraga rutin dengan kadar hemoglobin darah.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini maka dapat diajukan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat. Adapun saran tersebut, yaitu :

1. Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat menjadi salah satu terapi untuk memperbaiki atau meningkatkan keadaan hemodinamik terutama kadar hemoglobin darah.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan hemoglobin di laboratorium klinik disertai peninjauan olahraga pada individu terlatih maupun tidak terlatih agar diperoleh hasil yang lebih mendalam.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan rentang waktu yang lebih lama dengan pengukuran kadar hemoglobin yang lebih sering agar data yang diperoleh lebih lengkap.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Banerjee, A., et al., 2004. The Haemodynamic Response to Submaximal Exercise During Isovolaemic Haemodialysis. University of Hertfordshire, UK.

Bhatti, R. dan Shaikh, D.M., 2007. Effect of Exercise on Blood Parameters. University of Sindh, Jamshoro.

Calbet, J.A.L., et al., 2002. Effect of blood haemoglobin concentration on VO2

Choudhary, S., et al., 2011. Effect of Exercise on Serum Iron, Blood Haemoglobin, and Cardiac Efficiency. Sardar Patel Medical College, India.

max and cardiovascular function in lowlanders acclimatised to 5260 m.

University of Las Palmas de Gran Canaria, Spain.

Courneya, K.S., et al., 2008. Effects of Aerobic Exercise Training in Anemic Cancer Patients Receiving Darbepoetin Alfa: A Randomized Controlled

Trial. University of Alberta, Canada.

Dimeo, F., et al., 2004. Endurance Exercise and the Production of Growth Hormone and Haematopoietic Factors in Patients with Anaemia. Charite´ University of Medicine, Berlin.

Dolan, L.B., et al., 2010. Hemoglobin and Aerobic Fitness Changes with Supervised Exercise Training in Breast Cancer Patients Receiving

Chemotherapy. University of British Columbia, Canada.

Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Ed 29. Jakarta : EGC, 779. Ganong, W.F., 1999. Buku-Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 17. Jakarta : EGC,

516-520.

(41)

Hoffman, R., et al., 2005. Hematology : Basic Principles and Practice. Ed 4. USA : Elesvier.

Katch, V.L., et al., 2011. Essentials of Exercise Physiology. Ed 4. USA : Lippincott, Williams & Wilkins, 407-435.

Lichtman, M.A., et al., 2007. William’s Hematology. Ed 7. USA : McGraw-Hill Companies.

Michelli, L.J., et al., 2011. Encyclopedia of Sports Medicine. USA : SAGE Publication Inc. 19-21.

Munker, R., et al., 2007. Modern Hematology : Biology and Clinical Management. Ed 2. USA : Humana Press, 2-8.

Murray, R.K., et al., 2003. Harper’s Illustrated Biochemistry. Ed 26. USA : McGraw-Hill Companies, 40-47.

Sastroasmoro, S., et al., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto, 29-57.

Tipton, C., 2003. Exercise Physiology : People and Ideas. USA : Oxford University Press, 78-81.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran disertai aplikasi dengan SPSS. Ed 1. Jakarta : Bamboedoea Communications, 108-122.

Wirtnitzer, K.C., 2007. Hemoglobin and hematocrit during an 8 day mountainbike race: A field study. University of Innsbruck, Austria.

(42)

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Evanda Indio Wirya Tempat/ tanggal lahir : Balige, 5 Januari 1992 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen Protestan

Alamat : komp. Taman Setia Budi Indah, Blok : 1 No : 17 Nomor Telepon : 061-8210558

Orang Tua : - Ayah : Irwan Wirya - Ibu : Sumiaty Lukman Riwayat Pendidikan : TK Sutomo 1 Medan (1995– 1997)

SD Sutomo 1 Medan (1997 – 2003) SMP Sutomo 1 Medan (2003 – 2006) SMA Sutomo 1 Medan (2006 – 2009)

Universitas Sumatera Utara (2009 – sekarang)

Riwayat Organisasi : 1. Pengurus KRMI GMI Gloria Medan (2006-2008; 2012 – 2014)

(43)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

“Hubungan Olahraga Rutin dengan Kadar Hemoglobin Darah”

Saya, Evanda mahasiswa tingkat IV Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sedang melaksanakan penelitian berjudul “Hubungan Olahraga Rutin dengan Kadar Hemoglobin Darah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan olahraga dengan peningkatan kadar hemoglobin.

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan saudara untuk menjawab pertanyaan di dalam kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian ini saja.

Saya juga meminta kesediaan saudara untuk memberikan sampel darah yang akan diambil dari kapiler di ujung jari dengan menusukkan lancet. Setelah itu sampel darah saudara akan diukur kadar hemoglobinnya dengan hemoglobin meter STAT-site® yang akan dicatat, kemudian pengambilan sampel darah yang kedua akan dilakukan satu bulan berikutnya untuk dianalisa.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan saudara dapat mengisi lembaran persetujuan dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Medan, September 2012 Hormat saya

(44)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ___________________________________________________________ Alamat : ___________________________________________________________ telah mendapat penjelasan yang baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul Hubungan Olahraga dengan Kadar Hemoglobin Darah.

Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk menjawab kuesioner melalui angket. Saya bersedia untuk diambil darah dan diukur kadar hemoglobinnya sebanyak dua kali. Saya bersedia berpartisipasi untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Medan,………..2012

Yang membuat pernyataan,

(45)

Lampiran 4

CONTOH KUESIONER

Identitas Responden Nama : Alamat : No. telp/hp :

Usia :

Kegiatan Olahraga

1. Jenis olahraga yang dilakukan _________________________ 2. Frekuensi olahraga ___________ kali/minggu

3. Durasi/lama olahraga ___________menit/kali

Kadar Hemoglobin

(46)

Lampiran 6

TABEL HASIL PERHITUNGAN SPSS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

HbSebelum .123 50 .056 .972 50 .282

HbSesusdah .106 50 .200* .975 50 .362

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

(47)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 HbSebelum 13.312 50 1.3823 .1955

HbSesusdah 13.686 50 1.2677 .1793

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 HbSebelum & HbSesusdah 50 .650 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-tailed) Mean

Std.

Deviation Std.

Error

Mean

90% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 HbSebelum -

HbSesusdah

(48)
(49)

o1 21 16 16.2 Meningkat Anaerobik 3 Angkat Beban

p1 21 12.7 13 Meningkat Aerobik 4 Bulutangkis q1 22 12 11.9 Menurun Aerobik 2 Lari r1 23 13.4 13.7 Meningkat Aerobik 2 Bulutangkis

s1 22 15.6 16 Meningkat Aerobik 3 Lari, Berenang

t1 22 13.4 13.8 Meningkat Anaerobik 3 Angkat Beban

u1 23 11.5 12 Meningkat Anaerobik 2 Angkat Beban v1 21 12.6 12.2 Menurun Aerobik 2 Basket

Gambar

Gambar 2.1.menunjukkan
Gambar 2.2. Pembentukan heme dari Glisin + Suksinil-KoA sampai porphobilinogen (Harper, 2003)
Gambar 2.3.  Reaksi dari ALA sampai coproporphyrinogen III terjadi di
Tabel 5.1.  Data rata-rata kadar hemoglobin darah pada pengukuran pertama dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

SIMABA merupakan suatu sistem informasi berbasis web Geographic Information System (GIS) yang dapat menvisualisasi peta multi ancaman akan beberapa ancaman alam

Ympäristöviranomainen tekee ilmoituksen johdosta päätöksen, jossa annetaan määräyksiä työn toteutuksesta ja tavoitteista (YSL 136 §). Ilmoituksessa voidaan hyväksyä

Uraian target, realisasi dan capaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis 2 dua adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran Strategis 2 Tahun

Salah satu cara untuk memenuhi ekspektasi stakeholder adalah dengan menjalin hubungan secara kontinu. Misalnya, sebuah bisnis global yang berusaha untuk memonitor

Dengan memanjatkan rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Dari hasil penelitian didapatkan nilai kadar formalin yang keluar pada sampel yang diperoleh di pasar yaitu pada sampel 1 dibeli di Pasar Raya Padang,

meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dikelas karena media pembelajaran merupakan salah satu bentuk sarana komunikasi antara guru dengan

Kemudian disaring dan ampas yang diperoleh dari masing-masing sampel direndam kembali dengan 300 mL pelarut metanol hingga diperoleh filtrat yang berwarna lebih