• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Konsep Desain

2.9.19. Kompatilibitas Deformasi

SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.2.1 menetapkan bahwa dalam

perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh gempa rencana, semua unsur struktur gedung, baik bagian dari subsistem struktur gedung maupun bagian dari sistem struktur gedung seperti ruang (portal), dinding geser, kolom, balok, lantai, dan kombinasinya, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana.

SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.2.2 menetapkan bahwa pengabaian

pemikul pengaruh gempa rencana oleh salah satu atau lebih kolom atau

subsistem struktur gedung yang disebut dalam pasal 5.2.1 hanya diperkenankan, bila partisipasi pemikulan pengaruh gempanya adalah kurang dari 10%. Dalam hal ini, unsur atau subsistem tersebut selain terhadap beban gravitasi juga harus direncanakan terhadap simpangan sistem struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung yang berperilaku elastis penuh, yaitu terhadap simpangan sebesar R / 1,6 kali simpangan akibat beban gempa nominal pada struktur gedung tersebut, dimana R adalah faktor reduksi gempa dari struktur gedung itu dan 1,6 adalah faktor reduksi gempa untuk struktur elastis penuh (R=f1).

2.10. Ketentuan - ketentuan Untuk Perencanaan Gempa Dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)

Struktur direncanakan mampu berperilaku daktail dengan memancarkan energi gempa dan membatasi beban gempa yang masuk kedalam struktur saat terjadi gempa. Ketentuan – ketentuannya sebagai berikut :

1. Detail penulangan komponen SRPMM harus memenuhi ketentuan –

ketentuan Balok, Beban aksial tekan terfaktor pada komponen struktur < 10

/ 'c

g f dan apabila beban aksial > gf'c/10maka kolom harus dipenuhi kecuali bila dipasang tulangan spiral sesuai persamaan

A A s

= 0,45 ( 1 c g A A ) y c f f' , ...(2.11)

Bila konstruksi plat dua arah tanpa balok digunakan sebagai bagian dari sistem rangka pemikul beban lateral, maka detail penulangannya harus memenuhi gambar 2.5

2. Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi plat dua arah yang memikul baban gempa tidak boleh kurang daripada :

a. Jumlah gaya lintang yang timbul akibat termobilisasi kuat lentur nominal komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya lintang akibat beban gravitasi terfaktor (lihat gambar 2.4), atau b. Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana

termasuk pengaruh beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar dua kali yang ditentukan dalam peraturan perencanaan tahan gempa.

W u = 1 , 2 D + 1 , 0 L M n r M n l V u V u V u = M n l M n l l n + +W ul n 2 G a y a l i n t a n g p a d a b a l o k Vu Vu Mnt Mnb hn Pu Pu

Gaya lintang pada kolom

Vu = Mnt Mnb hn

+

Gambar 2.7a : Gaya Lintang Rencana Untuk SRPMM

3. Balok

 Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak boleh lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada muka tersebut. Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap irisan penampang disepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperlima kuat lentur terbesar yang disediakan pada kedua muka kolom di kedua ujung komponen struktur tersebut.

 Pada kedua ujung komponen struktur tersebut harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali tinggi komponen struktur diukur dari muka perletakan ke arah tengah bentang. Sengkang pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih daripada 50 mm dari muka perletakan. Spasi maksimum sengkang tidak boleh melebihi :

 d / 4

 8 x diameter tulangan longitidinal terkecil  24 x diameter sengkang

 300 mm

 Sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok dengan

spasi < d / 2

4. Kolom

 Spasi maksimum sengkang ikat yang dipasang pada rentang o dari muka hubungan balok kolom adalah so. Spasi so tidak boleh melebihi :

 8 x diameter tulangan longitidinal terkecil

 24 x diameter sengkang ikat

 1 / 2 dimensi penampang terkecil komponen struktur

 300 mm

 Panjang o tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini:  1 / 6 tinggi bersih kolom

 Dimensi terbesar penampang kolom

 Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak < 0,5 so dari muka hubungan balok - kolom

 Tulangan hubungan balok – kolom harus memenuhi pada sambungan - sambungan elemen portal ke kolom harus disediakan tulangan lateral dengan luas tidak kurang daripada yang disyaratkan dalam persamaan Av

= y w c f s b f ) 1200 ( ' 75 ...(2.12)

 tapi Av tidak boleh kurang dari y w f s b 3 1

, dengan bw dan s dinyatakan

dalam milimeter dan dipasang di dalam kolom sejauh tidak kurang daripada tinggi bagian sambungan paling tinggi dari elemen portal yang disambung, kecuali untuk sambungan yang bukan merupakan bagian dari sistem utama penahan beban gempa yang dikekang pada keempat sisinya oleh balok atau pelat plat yang mempunyai ketebalan yang kira – kira sama.

 Spasi sengkang ikat pada sebaran penampang kolom tidak boleh melebihi 2 so.

5. Pelat dua arah tanpa balok

 Momen pelat terfaktor pada tumpuan akibat beban gempa harus ditentukan untuk kombinasi beban yang didefinisikan pada persamaan U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) dan U = 0,9 D ± 1,6 W. Semua tulangan yang

disediakan untuk memikul Ms, yaitu bagian dari momen pelat yang

diimbangi momen tumpuan, harus dipasang di dalam lajur kolom.

 Bagian dari momen Ms yang ditentukan oleh persamaan

2 1/ ) 3 / 2 ( 1 1 b b f    ...(2.13) harus dipikul oleh tulangan yang dipasang pada daerah lebar efektif yang ditentukan dalam 15.5(3(2))

 Setidaknya – tidaknya setengah jumlah tulangan lajur kolom di tumpuan diletakkan di dalam daerah lebar efektif pelat sesuai pasal 15.5(3(2))

C2 + 3h C2

Sem u a t u lan gan y an g d ipasan g un t uk m em ik ul

s, t api t idak k ur ang dar i set eng ah t u langan p ada laj u r kolom

Laj u r kolom

Sem ua t u lan gan yan g dir an can g u nt uk m em iku l Ms haru s dipasan g d i daerah laj u r kolom

Gambar 2.7b : Lokasi Tulangan pada Konstruksi Dua Arah

 Paling sedikit 1 / 4 dari seluruh jumlah tulangan atas lajur kolom di daerah tumpuan harus dipasang menerus di keseluruhan panjang bentang.

 Setidak – tidaknya 1 / 2 dari seluruh tulangan bawah di tengah bentang harus diteruskan dan diangkur hingga mampu mengembangkan kuat lelehnya pada muka tumpuan sesuai pasal 15.6(2(5)).

 Pada tepi pelat yang tidak menerus, semua tulangan atas dan bawah pada daerah tumpuan harus dipasang sedemikian hingga mampu mengembangkan kuat lelehnya pada muka tumpuan sesuai pasal 15.6(2(5)) lihat gambar 2.6

Pe n y a lu r an t u la n g a n at as d a n b aw ah , p a lin g se d ik it se t en g a h t u lan g a n b aw a h t e n g ah b en t a n g d it er u sk an ( a ) L a j u r K o l o m p a lin g se d ik it 1 / 4 t u la n g a n a t as t u m p u an y an g d it e r u sk a n

p a lin g sed ik it 1 / 3 t u lan g an a t a s t u m p u an y a n g d it e r u sk an

Pe n y a lu r a n t u la n g a n a t a s d a n b a w a h

p a lin g se d ik it 1 / 2 t u la n g a n b a w a h t e n g a h b e n t a n g d it e r u sk an

( b ) L a j u r t e n g a h

Gambar 2.8 : Pengaturan Tulangan pada Pelat

Dokumen terkait