MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM
RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG
PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA
INDAH TIMUR SURABAYA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S – 1)
Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
DITA WAHYU PRIBADI
0653010020
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN
PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA
Disusun Oleh : DITA WAHYU PRIBADI
0653010020
Telah diuji, dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Timur Pada Hari Kamis, 25 November 2010
Pembimbing : Tim Penguji : 1. Pembimbing I 1. Penguji I
Ir. Wahyu Kartini, MT Ir. Sardjono H. S NPT. 3 6304 94 0031 1 NPT. 100 003 939
2. Pembimbing II 2. Penguji II
Ir. Made Dharma Astawa, MT Arifien N, ST, MT NIP. 131 572 783 NIDN. 07 031070 7001
3. Penguji III
Sumaidi Wijaya, ST NPT. 3 7909 05 0204 1 Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya
tugas akhir dengan judul “Modifikasi Perencanaan Upper Struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah Pada Gedung Perkantoran Dan Perdagangan JL. Kertajaya Indah Timur Surabaya” dapat terselesaikan dengan sebaik – baiknya. Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana teknik sipil di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
UPN “Veteran” Jawa Timur.
Menyadari akan keterbatasan penyusunan sebagai manusia biasa yang
tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan dalam penyelesaian tugas akhir. Untuk
itu penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif demi
kesempurnaan hasil tugas akhir.
Selama menyelesaikan tugas akhir hingga tersusunnya laporan, telah
banyak bimbingan, petunjuk, serta bantuan yang sangat berarti bagi penyusun.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini bermaksud menyampaikan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Ir. Edi Mulyadi, SU selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT selaku Dosen Pembimbing utama yang
senantiasa memberikan arahan dan dukungan serta motifasi kepada
penyusun selama pembuatan tugas akhir.
4. Bapak Ir. Made Astawa, MT selaku Dosen Pembimbing kedua atas waktu
dan bantuan yang telah diberikan demi terselesaikan tugas akhir.
5. Para dosen dan Staf Pengajar, yang banyak memberikan pengetahuan dan
membantu selama proses perkuliahan
6. Terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada orang tuaku dan eyang
tercinta yang telah menyertaiku dan memberi dorongan baik dalam bentuk
moril, materi, dan doa.
7. Terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada Fauzi Irfan, Andrianita
Novianti, Nanang Setya, rekan yang maju tugas akhir dan rekan angkatan
06 semuanya yang telah memberi semangat dan doa.
Semoga segala bantuan dan budi baik yang telah diberikan kepada
penyusun mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Tugas Akhir. Oleh karena itu penyusun menerima kritik dan saran guna
membangun penelitian ini. Diharapkan hasil yang masih jauh dari kesempurnaan
dapat berguna bagi perkembangan bangunan khususnya di Indonesia dan pembaca
pada umumnya
Surabaya, 30 November 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 2
1.3. Maksud dan Tujuan ... 2
1.4. Batasan Masalah ... 2
1.5. Lokasi …………... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Umum ... 5
2.2. Dasar – dasar perencanaan... 6
2.3. Peraturan yang digunakan... 6
2.4. Pembebanan Struktur Utama... 7
2.5. Open Frame………... 8
2.6. Daktilitas………... 9
2.7. Dimensi Rencana... 10
2.8. Kombinasi Pembebanan... 12
2.9. Konsep Desain... 12
2.9.1. Mutu Bahan……… 12
2.9.2. Wilayah Gempa………. 13
2.9.3. Ketentuan…….……… 13
2.9.4. Jenis Tanah Setempat……...……… 13
2.9.5. Kategori Gedung…...……...……… 14
2.9.6. Konfigurasi Gedung…...……...……… 15
2.9.7. Sistem Struktur………...……...……… 16
2.9.8. Syarat Kekakuan Komponen Struktur.……… 16
2.9.9. Pengaruh P - Δ………..……… 17
2.9.10. Waktu Getar Alami Fundamental (T1)….………… 17
2.9.11. Pembebanan gempa dinamis………....……… 18
2.9.12. Lantai Tingkat Sebagai Diafragma ....…….……… 18
2.9.13. Arah Pembebanan ………....…………...………… 19
2.9.14. Faktor Respons Gempa ………...……… 19
2.9.15. Respons Spektrum Rencana ………....……… 21
2.9.16. Eksentrisitas Rencana ed………..……… 21
2.9.17. Pembatasan Penyimpangan Lateral…..……… 22
2.9.18. Pengaruh Arah Pembebanan Gempa……… 23
2.9.19. Kompatilibitas Deformasi………..…..……… 23
2.10. Ketentuan – ketentuan Untuk Perencanaan Gempa Dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) ... 24
2.11. Penulangan Lentur……... 29
2.11.1. Tulangan Transversal…...………..…..……… 30
2.12. Persyaratan Kuat Geser……... 31
2.13. Perhitungan Kolom Utama……... 34
2.13.1. Penentuan Dimensi…...…………..…..……… 34
2.13.2. Tulangan Longitudinal Kolom…...…..……… 35
2.13.3. Tulangan Transversal (Sengkang ) untuk Pengekangan Kolom………...…..………. 36
2.13.4. Tulangan Transversal Akibat Gaya Geser…...…..………...………… 38
2.14. Hubungan Balok dan Kolom... 42
2.15. Panjang Penyaluran………... 44
BAB III. METODOLOGI PERENCANAAN ... 50
3.1. Data – Data Perencanaan ... 50
3.1.1 Data Gedung…………... 50
3.1.2. Data Mutu Bahan……... 50
3.2. Peraturan – Peraturan Yang Dipakai... 51
3.3. Metodologi Perencanaan ... 51
3.3.1. Data…….…………... 51
3.3.2. Rencana Pembebanan……... 52
3.3.3. Analisa Struktur Rangka……... 52
3.4. Flowchart………... 53
BAB IV. PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA... 54
4.1. Data Perencanaan………....…………... 54
4.2. Perencanaan Dimensi Balok ... 54
4.2.1. Dimensi Balok memanjang Ruang Parkir... 54
4.2.2. Dimensi Balok memanjang Ruang Parkir... 55
4.2.3. Dimensi Balok memanjang Ruang Kantor... 55
4.2.4. Dimensi Balok melintang Ruang Parkir…... 56
4.2.5. Dimensi Balok melintang Ruang Kantor…... 56
4.3. Perencanaan Dimensi Kolom………... 57
4.4. Data Perencanaan Struktur Bangunan ………. 60
4.5. Perhitungan Pembebanan Pelat………. 60
4.5.1. Pelat Atap………... 60
4.5.2. Pelat Lantai………... 68
4.6. Pelat Atap……….………... 72
4.7. Berat Tiap Lantai……….…………... 73
4.7.1. Berat Lantai Atap………... 73
4.7.2. Berat Lantai L1 – L9...………... 73
4.7.2. Berat Lantai P1 – P6...………... 73
4.8. Pembebanan Gempa Dinamis ……….………... 77
4.8.1. Lantai Tingkat Sebagai Diafragma …………... 77
4.8.2. Arah Pembebanan ……...………...…... 78
4.8.3. Faktor Respons Gempa ………..…...…... 78
4.8.4. Respons Spektrum Rencana ………... 79
4.8.5. Waktu Getar Alami (T)………...…... 80
4.8.6. Perhitungan Beban Geser Gaya Nominal (V)...…... 80
4.8.7. Daktilitas Struktur Bangunan………....…... 80
4.9. Pembatasan Penyimpangan Lateral………..…….……... 81
4.9.1. Kontrol Batas Layan Δs………..…... 81
4.9.2. Kontrol Batas Layan Δm………..…..…... 83
4.10. Perhitungan Balok Induk………..…….……... 85
4.10.1. Momen Tumpuan Kiri……….…... 85
4.10.2. Momen Lapangan………..…... 88
4.10.3. Momen Tumpuan Kanan………….…... 91
4.10.4. Kontrol Torsi……….…... 94
4.10.5. Penulangan Geser Balok………... 95
4.10.4. Kontrol Retak………... 99
4.11. Perhitungan Kolom………..…..…….……... 101
4.11.1. Perhitungan Kekakuan Lentur Komponen Kolom…...102
4.11.2. Panjang tekuk Kolom( Ψ )………...104
4.11.3. Cek Persyaratan “Strong Column Weak Beam……...105
4.11.4. Kontrol Kelangsingan Kolom ……….….. .108
4.11.5. Daerah sendi plastis ……….….. 111
4.11.6. Perencanaan Pengekangan Kolom………...….. 112
4.11.7. Penulangan Transversal………...….. 113
4.11.8. Panjang Sambungan Tulangan Kolom...….. 116
4.12. Desain Hubungan Balok Kolom………….….….……... 119
4.12.1. Hubungan Balok Kolom Tengah...….. 119
4.12.2. Hubungan Balok Kolom Tepi...……... 122
4.13. Hasil Interpretasi Perhitungan Struktur Utama………... 124
BAB V. KESIMPULAN ...126
DAFTAR PUSTAKA ... 128
LAMPIRAN ...129
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. : Site Plan Lokasi Proyek Gedung Perkantoran dan Perdagangan.…4
Gambar 2.1. : Mekanisme Keruntuhan yang Tidak diinginkan (Side – Way
Mechanism)... 8
Gambar 2.2. : Mekanisme Keruntuhan yang diinginkan... 9
Gambar 2.3 : Tampak Depan Gedung Perkantoran dan Perdagangan...15
Gambar 2.4 : Denah Lantai 3 Gedung Perkantoran dan Perdagangan...15
Gambar 2.5 : Pemodelan Struktur SRPM...16
Gambar 2.6 : Respons Spektrum Gempa Rencana Pada Zona Gempa 3……...26
Gambar 2.7a : Gaya Lintang Rencana untuk SRPMM...25
Gambar 2.7b : Lokasi Tulangan pada Konstruksi Dua Arah...28
Gambar 2.8 : Pengaturan Tulangan pada Pelat...29
Gambar 2.9 : Daerah dimana Leleh Lentur Terjadi Akibat Deformasi Inelastic StrukturRangka(2h)...30
Gambar 2.10: Perencanaan Geser untuk Balok...32
Gambar 2.11 : Perencanaan Geser untuk Kolom...39
Gambar 2.12 : Contoh Tulangan Tranversal pada Kolom...43
Gambar 2.13 : Luas Efektif Hubungan Balok - Kolom Aj...45
Gambar 2.14 : Penyaluran Tulangan Momen Negatif...48
Gambar 4.1. :Pembebanan Pelat Atap Tipe A...61
Gambar 4.2 : Pembebanan Pelat Atap Tipe B...64
Gambar 4.3 :Pembebanan Pelat Lantai Tipe C...67
Gambar 4.4 :Pembebanan Pelat Lantai Tipe A...69
Gambar 4.5 :Pembebanan Pelat Lantai Tipe B...70
Gambar 4.6 :Pembebanan Pelat Lantai Tipe C...71
Gambar 4.7 : Pembebanan Pelat Lantai Tipe A terhadap Balok...72
Gambar 4.8 : Pembebanan Pelat Lantai Tipe A terhadap Balok...77
Gambar 4.9 : Respons Spektrum Gempa Rencana Pada Zona Gempa 3…………....79
Gambar 4.10 : Penampang Balok Ukuran 40/80 pada Tumpuan Bentang Kiri………...87
Gambar 4.11 : Penampang Balok Ukuran 40/80 pada Tengah Bentang……....90
Gambar 4.12 : Penampang Balok Ukuran 40/80 pada Tumpuan Bentang Kanan………...………93
Gambar 4.13 : Penampang Balok Torsi...94
Gambar 4.14 : Desain Gaya Geser Balok Tengah...95
Gambar 4.15 : Penulangan Gaya Geser Balok...98
Gambar 4.16 : Penampang Balok 40/80...99
Gambar 4.17 : Detail Balok Yang Menyatu pada Kolom...105
Gambar 4.18 : Detail Balok Yang Menyatu pada Kolom...106
Gambar 4.19 : Diagram Interaksi Kolom Parkir dengan Tinggi 4 m...108
Gambar 4.20 : Diagram Interaksi Kolom Parkir dengan Tinggi 4,2 m...109
Gambar 4.21 : Diagram Interaksi Kolom Parkir dengan Tinggi 5,2 m...110
Gambar 4.22 : Penentuan Hx pada Perhitungan Sx...111
Gambar 4.23 : Penulangan Geser Kolom Frame 19...118
Gambar 4.24 : Analisa Gambar dari HBK Tengah Joint 287...119
Gambar 4.25 : Analisa gambar dari HBK tepi joint 287...122
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. : Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan...14
Tabel 2.2. : Koefisien ξ Yang Membatasi Waktu Getar Alami Fundamental Struktur...18
Tabel 4.1. : Berat Bangunan Tiap Lantai...76
Tabel 4.2. : Analisa ∆s Akibat Gempa Arah X...81
Tabel 4.3. : Analisa ∆s Akibat Gempa Arah Y...82
Tabel 4.4. : Analisa ∆m Akibat Gempa Arah X...83
Tabel 4.5. : Analisa ∆m Akibat Gempa Arah Y...84
ABSTRAK
PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL.
KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA
Disusun Oleh: Dita Wahyu Pribadi
0653210020
Desain gedung perkantoran dan perdagangan di Surabaya akan direncanakan dengan resiko gempa sedang pada wilayah gempa 3 dengan sistem rangka pemikul momen menengah. Gedung ini mempunyai jumlah lantai total 14 yang terdiri dari plat atap untuk tempat helikopter, lantai P1 sampai P6 untuk ruang parkir, lantai 1 sampai 9 untuk ruang kantor. Tujuan dari perencanaan ini untuk menghitung balok dan kolom yang diharapkan berperilaku daktail yang sesuai dengan prinsip kolom kuat balok lemah (strong column weak beam) dengan memencarkan energi gempa. Walaupun gedung berbentuk simetris namun ketinggian lebih dari 40 meter maka menggunakan gempa dinamis yang dapat memberikan keruntuhan yang aman dengan under reinforcement. Perencanaan gedung ini dengan konsep desain kapasitas yang bertujuan agar elemen struktur kolom lebih kuat. Pendimensian dan penulangan balok melintang antara lain : lantai atap dan lantai kantor 40/80 dengan jarak 10,2 meter digunakan tulangan longitudinal D20 dan sengkang Ø12, pada lantai P1 - P5 (ruang parkir) 40/80 dengan jarak 10,2 meter digunakan tulangan longitudinal D22 dan sengkang Ø12. Balok memanjang antara lain : lantai atap, lantai kantor dan lantai parkir 40/80 dengan jarak 10,2 meter digunakan tulangan longitudinal D20 dan sengkang Ø12. Perencanaan kolom pada ruang parkir dengan jarak 4 meter 120/120 digunakan tulangan longitudinal 18D32 dan sengkang Ø12. Sedangkan kolom pada ruang kantor dengan jarak 4,2 meter 100/100 digunakan tulangan longitudinal 18D28 dan sengkang Ø12, kolom pada ruang kantor dengan jarak 5,2 meter 80/80 digunakan tulangan longitudinal 18D28 dan sengkang Ø12. Pada hubungan balok kolom tepi dan tengah, tulangan transversal 4D22 diteruskan sepanjang 1600 mm (sepanjang sendi plastis) dan sengkang Ø 12-100, diluar sendi plastis memakai sengkang 12-150
Kata kunci : Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah, Daktilitas, Desain Kapasitas, Strong Coloumn Weak Beam, Under Reinforcement.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pembangunan gedung bertingkat pada daerah gempa haruslah menjamin struktur bangunan. Agar struktur bangunan tidak rusak karena gempa kecil atau gempa sedang dan pada saat dilanda gempa kuat struktur mampu berperilaku daktail dengan mempertahankan struktur gedung dari keruntuhan.
Gedung Perkantoran dan Perdagangan yang terletak di jalan Kertajaya Indah Timur Surabaya memiliki tanah lunak, hanya memodifikasi gedung tersebut di wilayah gempa zona 3, dengan konstruksi beton bertulang tahan gempa dengan konsep desain kapasitas dimana nantinya perencanaan ini diharapkan dapat memberikan keruntuhan yang aman apabila terjadi gempa.
Gedung akan di desain ulang dan dimodifikasi dengan memasukkan lokasi gedung kedalam wilayah ”gempa sedang”, maka perhitungan struktur gedung harus menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah. Perencanaan ini berdasasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan gedung (SNI 03 - 2847 - 2002) dan Tata Cara Perancangan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI - 03 - 1726 - 2002).
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana mendesain struktur beton bertulang pada gedung dengan metode Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah?
2. Bagaimana mendesain kolom daktail sesuai SNI 03 - 2847 - 2002 dan SNI 03 - 1726 - 2002 sehingga struktur memenuhi persyaratan strong column weak beam?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Dapat mendesain struktur beton bertulang pada gedung dengan metode Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah.
2. Dapat mengetahui desain kolom daktail sesuai SNI 03 - 2847 - 2002 dan SNI 03 - 1726 - 2002 sehingga struktur memenuhi persyaratan strong column weak beam.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan proposal ini perlu batasan masalah agar lebih fokus. Adapun batasan masalah tersebut antara lain :
1. Pada perencanaan struktur Gedung Perkantoran dan Perdagangan ini menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) sesuai SNI 03 -2847 - 2002 dan SNI 03 - 1726 - 2002.
2. Perencanaan struktur Perkantoran dan Perdagangan tidak termasuk memperhitungkan sistem utilitas bangunan, pembuangan, saluran air bersih, instalasi atau jaringan listrik.
3. Komponen struktur sekunder yang tidak dihitung.
4. Plat lantai dan plat atap tidak dihitung hanya menghitung balok kolom saja 5. Perhitungan balok hanya menggunakan balok persegi dan memakai tulangan
tunggal.
4 JL. KERTAJAYA
GALAXI MALL
ITS
PERTOKOAN GALAXI RSU HAJI
KANTOR ASRAMA HAJI
JL.
K
E
R
T
A
JA
Y
A
I
N
D
A
H
JL. A. RAHMAN HAKIM
ITATS
LOKASI :
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN
SLTP N 19 SBY 1.5 Lokasi
Perencanaan Gedung Perkantoran dan Perdagangan ini terletak pada jalan Kertajaya Indah Timur Surabaya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Dalam perencanaan struktur ini apabila ada gempa besar hanya
mengutamakan kerusakan lentur terlebih dahulu daripada rusak geser yang
dapat menyebabkan keruntuhan bangunan. Hal ini untuk memperhitungkan
keselamatan manusia, kerusakan pada balok / beam masih ada waktu untuk
memperbaikinya. Sistem penahan beban lateral yang digunakan adalah portal
terbuka. Portal terbuka ini terhadap beban gempa rencana harus tetap dalam
keadaan elastis, sedang terhadap beban gempa besar mempunyai pola
keruntuhan yang aman. Pola keruntuhan ini didapatkan dengan memberikan
daktilitas yang cukup pada balok dengan menggunakan konsep ”Strong
collumns weak beam”.
Pengertian dari Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah suatu
sistem rangka ruang dalam dimana komponen – komponen struktur dan join –
joinnya dapat menahan gaya – gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan
aksial. Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
SRPMB dipakai untuk daerah dengan resiko gempa rendah
(wilayah gempa 1 dan 2).
Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
SRPMM dipakai untuk daerah dengan resiko gempa menengah
(wilayah gempa 3 dan 4).
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
SRPMK dipakai untuk daerah dengan resiko gempa tinggi
(wilayah gempa 5 dan 6).
Perencanaan struktur gedung dalam penulisan proposal tugas akhir ini
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM).
2.2. Dasar – dasar perencanaan
1. Sesuai ketentuan SNI 03 – 2847 – 2002, untuk daerah dengan resiko gempa
menengah harus digunakan sistem rangka pemikul momen menengah atau
khusus, dalam struktur ini menggunakan sistem rangka pemikul momen
menengah.
2. Dalam ketentuan SNI 03 – 1726 – 2002 gambar 1, wilayah kota surabaya
merupakan daerah dengan resiko gempa kecil (zona 2), dalam struktur ini
akan merubah wilayah tersebut dengan resiko gempa menengah (zona 3).
3. f' beton pada suatu komponen – komponen struktur tidak boleh kurang c
dari 20 Mpa (SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 23.2.(4.(1))
2.3. Peraturan yang Digunakan
Perencanaan proposal tugas akhir ini akan menggunakan peraturan – peraturan yang berlaku :
- SNI 03 – 2847 – 2002 mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung,
- SNI 03 – 1726 – 2002 mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Bangunan Gedung,
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG’83),
- Peraturan ACI
- Peraturan UBC
2.4. Pembebanan Struktur Utama
Jenis pembebanan yang dipakai dalam perhitungan ini adalah :
1. Beban Mati
Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk
segala beban tambahan, finishing, mesin - mesin serta peralatan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut.
2. Beban Hidup
Semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung, termasuk beban - beban pada lantai yang berasal dari barang -
barang yang dapat berpindah dan atau beban akibat air hujan pada atap.
3. Beban Gempa
Beban hidup pada gedung ikut menentukan besarnya beban gempa
rencana yang harus dipikul oleh sistem struktur. Seperti yang telah
diuraikan diatas bahwa karena peluang terjadinya beban hidup yang kecil,
maka untuk perencanaan beban gempa ini sesuai dengan PPIUG’83 beban
massa hidup dapat direduksi sebesar 0,30.
4. Beban Angin
Beban angin diambil sebesar 25 kg / m2, karena jauh dari pantai.
2.5. Open Frame
Struktur utama bangunan ini terdiri atas balok utama dan kolom –
kolom, kerangka struktur sebagian besar tidak diisi tembok sehingga struktur
dimodelkan dengan rangka terbuka (open frame). Untuk memperhitungkan
beban gempa maka pada struktur dikenakan kombinasi beban statis dengan
beban dinamis, dengan mewakilkan setiap lantai ke dalam bentuk massa
terpusat.
Sumber utama pemencaran energi pada open frame adalah sendi – sendi
plastis pada balok – balok diseluruh lantai. Gambar berikut merupakan goyang
mekanisme goyang khas pada rangka terbuka :
Gambar 2.1. Mekanisme Keruntuhan Yang Tidak Diinginkan (Side – Way Mechanism)
Gambar 2.2. Mekanisme Keruntuhan Yang Diinginkan
2.6. Daktilitas
Dalam SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 3.1.2 dijelaskan daktilitas adalah
kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca – elastik
yang besar secara berulang kali dan bolak balik akibat beban gempa diatas
beban gempa yang menyebab terjadi pelelehan pertama.
Daktilitas struktur bangunan dikenal dengan nama faktor daktilitas
struktur gedung () adalah rasio antar simpangan maksimum struktur akibat
pengaruh gempa rencana pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan m
dan simpangan struktur gedung pada saat terjadi pelelehan pertama y, yaitu :
1,0 ≤ = y m
≤
m
...(2.1)
Dimana :
: Faktor daktilitas struktur gedung, rasio antara simpangan maksimum
struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat mencapai
kondisi diambang keruntuhan dan simpangan struktur gedung pada saat
terjadi pelelehan pertama.
m
: Simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana
pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan.
y
: Simpangan struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat
terjadinya pelelehan pertama.
m
: Nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem
atau subsistem struktur gedung.
2.7. Dimensi Rencana
Secara keseluruhan langkah – langkah perhitungan dalam perencanaan
gedung ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
1. Perhitungan struktur sekunder, yang meliputi : perhitungan rangka atap baja,
pelat atap beton, tangga dan balok anak. Oleh karena struktur sekunder
dianggap menumpu pada struktur utama, maka gaya – gaya reaksi pada
tumpuan yang didapat dari perhitungan sekunder ini dianggap sebagai beban
pada perhitungan struktur utama.
2. Perhitungan struktur utama, yang meliputi : perhitungan balok – balok
utama, dan kolom – kolom yang menggangap kolom terbawah terjepit pada
tanah.
3. Perhitungan struktur pondasi, yang meliputi : poer, balok sloof, dan tiang
pancang dimana beban – beban diperhitungkan berasal dari reaksi – reaksi
yang terjadi pada ujung kolom yang terbawah dari struktur utama, dan untuk
kebutuhan tulangan tiang pancang didasarkan gaya – gaya yang terjadi
akibat pengangkatan daripada tulang pancang sendiri.
Pada tugas akhir ini, hanya diuraikan langkah – langkah pada tahap
perhitungan struktur utama, karena pada tahap ini tata cara perhitungannya
termasuk yang paling kompleks dari keseluruhan langkah – langkah yang harus
dijalani.
Dimensi balok menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3.2 s / d 23.3.4
mensyaratkan :
1. o> 4d → d < 4
o
2. h bw
> 0,3
3. Bw > 250
4. Bw < bk + 1,5 d
Dimana :
o
= bentang bersih balok
d = tinggi efektif
h = tinggi balok
bw = lebar balok
bk = lebar kolom
2.8. Kombinasi Pembebanan
Dimana kombinasi pembebanan yang digunakan sesuai dengan SNI
03 – 2847 – 2002 pasal 11.2 :
µ = 1,4 D
µ = 1,2 D + 1,6 L + 0,5
µ = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5 ( A atau R )
µ = 0,9 D + 1,6 W
µ = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
µ = 0,9 D + 1,0 E
dimana : µ= kuat perlu
D = beban mati
L = beban hidup
W = beban angin
A = beban atap
R = beban hujan
E = beban gempa
2.9. Konsep Desain 2.9.1. Mutu Bahan
Sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.2.4.1, kuat tekan beton (f’c)
tidak boleh kurang dari 20 Mpa. Kuat tekan beton (f’c) 20 Mpa atau lebih
dipandang menjamin kualitas beton.
2.9.2. Wilayah Gempa (WG)
Perencanaan struktur Gedung Perkantoran dan Perdagangan
diasumsikan dalam Wilayah Gempa (WG) 3 dengan Percepatan Puncak
Efektif Batuan Dasar (PPEBD) atau Peak Ground Accelaration (PGA) = 0.15
g.
2.9.3. Ketentuan Umum Syarat Pendetailan
Untuk daerah dengan Resiko Gempa (RG) Tinggi (WG 3 dan 4)
berlaku selain SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 3 s / d 20 ditambah pasal 23.2 s / d
23.8 yang merupakan pendetailan khusus.
2.9.4. Jenis Tanah Setempat
Jenis – jenis tanah menurut SNI 1726 dibagi 4 jenis yaitu tanah keras,
tanah sedang, tanah lunak, dan tanah khusus. Pada data yang terlampir
bangunan ini menggunakan tanah lunak.
2.9.5. Kategori Gedung
Ada lima kategori gedung menurut SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 4.1.2 :
Faktor Keutamaan Kategori Gedung
I1 I2 I3 Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan
perkantoran. 1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental. 1,0 1,6 1,6 Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit,
instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas,
produk minyak bumi, asam, bahan beracun. 1,6 1,0 1,6 Cerobong, tangki di atas menara. 1,5 1,0 1,5
Catatan :
Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya standar ini maka Faktor Keutamaan ( I ) dapat dikalikan 80%.
Tabel 2.1 : Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan.
Pada perencanaan struktur Gedung Perkantoran dan Perdagangan
adalah termasuk kategori gedung umum yang mempunyai Faktor Keutamaan
(I) = 1,0
2.9.6. Konfigurasi Struktur Gedung
Gambar 2.3 : Tampak Depan Gedung Perkantoran dan Perdagangan
B C D E F G
2 4 6
3
Gambar 2.4 : Denah Lantai 9 Gedung Perkantoran dan Perdagangan
Dari gambar arsitek diatas terdapat lift dan shear wall, setelah
dimodifikasi perencanaan lift dan shear wall tidak diperhitungkan. Dilihat dari
bentuk denah, tampak gedung dan ketinggian gedung yang lebih dari 40 meter
ini telah memenuhi SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 4.2.1 sehingga termasuk
struktur gedung beraturan. Pengaruh gempa rencana untuk struktur gedung
beraturan dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa dinamik, sehingga
analisis gempa yang digunakan yaitu analisis gempa dinamis. Perlu diketahui
perhitungan modifikasi perencanaan gedung menggunakan balok persegi dan
menggunakan tulangan tunggal karena untuk mempercepat perhitungan desain
(saat desain)
2.9.7. Sistem Struktur
Konfigurasi struktur gedung menggunakan Sistem Rangka Pemikul
Momen (SRPM), karena berada di Wilayah Gempa 3 maka termasuk jenis
Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) harus memenuhi
[image:30.595.186.407.428.570.2]persyaratan desain pada SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.2 – pasal 23.10.
Gambar 2.5 : Pemodelan Struktur SRPM
2.9.8. Syarat Kekakuan Komponen Struktur
Pengaruh retak – retak pada komponen – komponen struktur akibat
beban gempa juga harus diperhitungkan pada analisa struktur untuk distribusi
beban, dan perhitungan Kinerja Batas Layan (∆s). Baik pada SNI 03 – 2847 -
2002 pasal 12.11.1 maupun SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.5.1 keduanya
menentukan momen inersia penampang komponen - komponen struktur utuh
(Ig) harus dikalikan dengan suatu persentase efektivitas penampang < 1.
2.9.9. Pengaruh P - ∆
Semua struktur akibat beban lateral akan melentur kesamping (∆),
begitu juga akibat beban gempa. ∆ ini akan menimbulkan momen sekunder
atau momen tambahan pada komponen – komponen kolom (disebut pengaruh P
- ∆) oleh beban gravitasi yang titik tangkapnya menyimpang ke samping. Pada
SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.7 ditetapkan, struktur gedung yang bertingkat
lebih dari 10 lantai atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap pengaruh P - ∆
tersebut.
Sedangkan pada gedung perkantoran dan perdagangan ini bertingkat
17 lantai, sehingga sesuai yang diisyaratkan, maka pengaruh P - ∆ perlu
diperhitungkan.
2.9.10. Waktu Getar Alami Fundamental (T1)
SNI 03 – 1726 – 2002 mengatur perhitungan T1 dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Pasal 6.2.2 menyebut T1 harus ditentukan dengan rumus – rumus empiris :
V = 1 1
W R
I C
...(2.2)
b. Pasal 5.6 mensyaratkan T1 harus lebih kecil dari
ξ
n (T1 <ξ
n) untukmencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel. Nilai
ξ
tergantung lokasi Wilayah Gempa.Wilayah Gempa
ξ
1 0,20
2 0,18
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
Tabel 2.2 : Koefisien ξ Yang Membatasi Waktu Getar Alami Fundamental Struktur
c. Nilai T1 dari rumus empiris oleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai T1
yang dihitung dengan rumus Rayleigh tersebut di pasal 6.2.1 :
n
i
i i n
i
i i
d F g
d W T
1 1
2
1 6,3 ...(2.3)
2.9.11. Pembebanan Gempa Dinamis
Pembebanan gempa secara dinamis menggunakan bantuan program SAP
2000 v9.0.3 dengan analisa dinamis respons spektrum. Sebelumnya dilakukan
permodelan 3D struktur terlebih dahulu
2.9.12. Lantai Tingkat Sebagai Diafragma
Menurut SNI 03-1726-2002 Ps 5.3.1 bahwa lantai tingkat, atap beton
dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur gedung, dapat dianggap sangat
kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat dianggap bekerja sebagai
diafragma terhadap beban gempa periodical.
Menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 5.3.2 bahwa syarat lantai beton dapat
dianggap sebagai diafragma adalah tidak boleh ada lubang atau bukaan yang
luasnya lebih dari 50% luas seluruh tingkat. Karena pada denah Tugas Akhir
ini tidak ada bukaan yang melebihi 50 % luas seluruh tingkat, maka
lantai-lantai beton pada gedung ini dapat dianggap sebagai diafragma.
2.9.13. Arah Pembebanan
Beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan terjadi dalam arah
sembarang (tidak terduga) baik dalam arah x dan y secara bolak balik dan
periodical. Menurut SNI 03-1726-2002 ps 5.8.2, untuk mensimulasikan arah
pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh
pembebanan gempa rencana dalam arah utama harus dianggap efektif 100%
dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa
yang arahnya tegak lurus dengan arah utama dengan efektifitas 30%.
- Gempa Respon Spektrum X :
100% efektifitas untuk arah X dan 30% efektifitas arah Y
- Gempa Respon Spektrum Y :
100% efektifitas untuk arah Y dan 30% efektifitas arah X
2.9.14. Faktor Respons Gempa
Faktor Respon Gempa (C) dinyatakan dalam percepatan gravitasi
yang Nilai Faktor Respon Gempa (C1) bergantung pada waktu getar alami
struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam spektrum respon gempa
rencana. Respon Spektrum gempa rencana untuk masing masing wilayah
gempa ditetapkan grafik nilai C-T dalam Gambar 2 SNI 03-1726-2002
dimana pada perencanaan gedung ditetapkan Respon Spektrum gempa
[image:34.595.136.496.239.481.2]Rencana Wilayah Gempa 3 pada tanah lunak.
Gambar 2.6. Respons Spektrum Gempa Rencana Pada Zona Gempa 3
Pada gambar dapat dilihat untuk menentukan nilai faktor respon
gempa (C1) pada tanah lunak didapat dengan nilai
T 75 , 0
……… (2.4)
dimana T adalah waktu getar alami struktur gedung yang didapat dari
hasil analisa struktur setelah men-define Respon Spektrum Rencana dan
mengeplot grafik C-T pada analisa Respon Spektrum.
2.9.15. Respons Spektrum Rencana
Menurut SNI 03-1726-2002 ps 7.2.1 menyatakan bahwa analisis
Respons Spektrum Gempa Rencana, nilai ordinatnya harus dikalikan dengan
I/R. Lalu karena nilai C dinyatakan dengan percepatan gravitasi, maka nilai C
harus dikalikan faktor pengali percepatan gravitasi sebesar 9,81 m/s.
2.9.16. Eksentrisitas Rencana ed
Pada SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.4.3 dan pasal 5.4.4 mengatur ed sebagai
berikut :
A . SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.4.3 :
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat (e) harus ditinjau
suatu eksentrisitas rencana ed. Bila ukuran horizontal terbesar denah struktur
pada lantai tingkat itu, diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa,
dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai
berikut :
- Untuk 0 < e ≤ 0,3 b :
ed = 1,5 e + 0,05 b ...(2.5)
atau
ed = e - 0,05 b ...(2.6)
dan dipilih diantara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk
unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
- Untuk e > 0,3 b
ed = 1,33 e + 0,1 b ...(2.7)
atau
ed = 1,17 e + 0,1 b ...(2.8)
dan dipilih diantara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk
unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
B . SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.4.4 :
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh gempa
rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai
tingkat menurut pasal 5.4.3 harus ditinjau baik dalam analisis statik, maupun
dalam analisis dinamik 3 dimensi.
2.9.17. Pembatasan Penyimpangan Lateral
Pada SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 8, simpangan antara tingkat akibat
pengarah gempa nominal dibedakan dua macam :
1. Kinerja Batas Layan (KBL) struktur gedung yang besarnya dibatasi :
KBL ≤ 0,03 h1
R ≤ 30 mm ...(2.9)
Pembatasan ini bertujuan mencegah terjadinya pelelehan baja dan
peretakan beton yang berlebihan disamping menjaga kenyamanan
penghuni.
2. Kinerja Batas Ultimit (KBU) struktur gedung akibat gempa rencana untuk
struktur gedung beraturan dibatasi sebesar :
KBU ≤ 0,7 R x (KBL) atau ≤ 0,02 h1 ...(2.10)
Pembatasan ini bertujuan membatasi kemungkinan terjadi keruntuhan
struktur yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk
mencegah benturan berbahaya antar gedung.
2.9.18. Pengaruh Arah Pembebanan Gempa
Untuk memperhitungkan pengaruh arah gempa yang kemungkinan
tidak searah sumbu utama struktur gedung, maka SNI 03 – 1726 – 2002 pasal
5.8.2 menetapkan, pengaruh pembebanan searah sumbu utama harus dianggap
terjadi bersamaan dengan 30% pengaruh pembebanan dalam arah tegak lurus.
Ada dua cara menggabungkan dua pengaruh pembebanan tersebut :
1) Disain komponen dengan 100% beban disain gempa pada satu arah
ditambah 30% beban disain gempa dari arah tegak lurus.
2) Gabung pengaruh beban gempa dari dua arah orthogonal tersebut dari
hasil akar dua dari jumlah kuadrat masing – masing beban.
2.9.19. Kompatilibitas Deformasi
SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.2.1 menetapkan bahwa dalam
perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh gempa rencana, semua unsur
struktur gedung, baik bagian dari subsistem struktur gedung maupun bagian
dari sistem struktur gedung seperti ruang (portal), dinding geser, kolom, balok,
lantai, dan kombinasinya, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa
rencana.
SNI 03 – 1726 – 2002 pasal 5.2.2 menetapkan bahwa pengabaian
pemikul pengaruh gempa rencana oleh salah satu atau lebih kolom atau
subsistem struktur gedung yang disebut dalam pasal 5.2.1 hanya
diperkenankan, bila partisipasi pemikulan pengaruh gempanya adalah kurang
dari 10%. Dalam hal ini, unsur atau subsistem tersebut selain terhadap beban
gravitasi juga harus direncanakan terhadap simpangan sistem struktur gedung
akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung yang berperilaku elastis
penuh, yaitu terhadap simpangan sebesar R / 1,6 kali simpangan akibat beban
gempa nominal pada struktur gedung tersebut, dimana R adalah faktor reduksi
gempa dari struktur gedung itu dan 1,6 adalah faktor reduksi gempa untuk
struktur elastis penuh (R=f1).
2.10. Ketentuan - ketentuan Untuk Perencanaan Gempa Dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
Struktur direncanakan mampu berperilaku daktail dengan
memancarkan energi gempa dan membatasi beban gempa yang masuk kedalam
struktur saat terjadi gempa. Ketentuan – ketentuannya sebagai berikut :
1. Detail penulangan komponen SRPMM harus memenuhi ketentuan –
ketentuan Balok, Beban aksial tekan terfaktor pada komponen struktur <
10 / 'c
g f dan apabila beban aksial > gf'c/10maka kolom harus dipenuhi
kecuali bila dipasang tulangan spiral sesuai persamaan
A A
s
= 0,45 ( 1c g A A
) y
c f f'
,
...(2.11)
Bila konstruksi plat dua arah tanpa balok digunakan sebagai bagian
dari sistem rangka pemikul beban lateral, maka detail penulangannya harus
memenuhi gambar 2.5
2. Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi plat dua arah yang memikul baban gempa tidak boleh kurang daripada :
a. Jumlah gaya lintang yang timbul akibat termobilisasi kuat lentur
nominal komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan
gaya lintang akibat beban gravitasi terfaktor (lihat gambar 2.4), atau
b. Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana
termasuk pengaruh beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar dua
kali yang ditentukan dalam peraturan perencanaan tahan gempa.
W u = 1 , 2 D + 1 , 0 L
M n r M n l
V u V u
V u = M n l M n l l n
+
+W ul n 2
G a y a l i n t a n g p a d a b a l o k
Vu Vu Mnt
Mnb hn
Pu
Pu
Gaya lintang pada kolom
Vu = Mnt Mnb hn
[image:39.595.200.412.335.692.2]+
Gambar 2.7a : Gaya Lintang Rencana Untuk SRPMM
3. Balok
Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak
boleh lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada muka
tersebut. Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap
irisan penampang disepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperlima
kuat lentur terbesar yang disediakan pada kedua muka kolom di kedua
ujung komponen struktur tersebut.
Pada kedua ujung komponen struktur tersebut harus dipasang sengkang
sepanjang jarak dua kali tinggi komponen struktur diukur dari muka
perletakan ke arah tengah bentang. Sengkang pertama harus dipasang
pada jarak tidak lebih daripada 50 mm dari muka perletakan. Spasi
maksimum sengkang tidak boleh melebihi :
d / 4
8 x diameter tulangan longitidinal terkecil
24 x diameter sengkang
300 mm
Sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok dengan
spasi < d / 2
4. Kolom
Spasi maksimum sengkang ikat yang dipasang pada rentang o dari
muka hubungan balok kolom adalah so. Spasi so tidak boleh melebihi :
8 x diameter tulangan longitidinal terkecil
24 x diameter sengkang ikat
1 / 2 dimensi penampang terkecil komponen struktur
300 mm
Panjang o tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini:
1 / 6 tinggi bersih kolom
Dimensi terbesar penampang kolom
Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak < 0,5 so dari muka
hubungan balok - kolom
Tulangan hubungan balok – kolom harus memenuhi pada sambungan -
sambungan elemen portal ke kolom harus disediakan tulangan lateral
dengan luas tidak kurang daripada yang disyaratkan dalam persamaan Av
=
y w c
f s b f
) 1200 (
' 75
...(2.12)
tapi Av tidak boleh kurang dari
y w f
s b 3 1
, dengan bw dan s dinyatakan
dalam milimeter dan dipasang di dalam kolom sejauh tidak kurang
daripada tinggi bagian sambungan paling tinggi dari elemen portal yang
disambung, kecuali untuk sambungan yang bukan merupakan bagian
dari sistem utama penahan beban gempa yang dikekang pada keempat
sisinya oleh balok atau pelat plat yang mempunyai ketebalan yang kira –
kira sama.
Spasi sengkang ikat pada sebaran penampang kolom tidak boleh melebihi
2 so.
5. Pelat dua arah tanpa balok
Momen pelat terfaktor pada tumpuan akibat beban gempa harus ditentukan
untuk kombinasi beban yang didefinisikan pada persamaan U = 1,2 D + 1,0
L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) dan U = 0,9 D ± 1,6 W. Semua tulangan yang
disediakan untuk memikul Ms, yaitu bagian dari momen pelat yang
diimbangi momen tumpuan, harus dipasang di dalam lajur kolom.
Bagian dari momen Ms yang ditentukan oleh persamaan
2 1/
) 3 / 2 ( 1
1
b b f
...(2.13)
harus dipikul oleh tulangan yang dipasang pada daerah lebar efektif yang
ditentukan dalam 15.5(3(2))
Setidaknya – tidaknya setengah jumlah tulangan lajur kolom di tumpuan
diletakkan di dalam daerah lebar efektif pelat sesuai pasal 15.5(3(2))
C2 + 3h
C2
Sem u a t u lan gan y an g d ipasan g un t uk m em ik ul
s, t api t idak k ur ang dar i set eng ah t u langan p ada laj u r kolom
Laj u r kolom
[image:42.595.226.405.479.586.2]Sem ua t u lan gan yan g dir an can g u nt uk m em iku l Ms haru s dipasan g d i daerah laj u r kolom
Gambar 2.7b : Lokasi Tulangan pada Konstruksi Dua Arah
Paling sedikit 1 / 4 dari seluruh jumlah tulangan atas lajur kolom di daerah
tumpuan harus dipasang menerus di keseluruhan panjang bentang.
Setidak – tidaknya 1 / 2 dari seluruh tulangan bawah di tengah bentang harus
diteruskan dan diangkur hingga mampu mengembangkan kuat lelehnya pada
muka tumpuan sesuai pasal 15.6(2(5)).
Pada tepi pelat yang tidak menerus, semua tulangan atas dan bawah pada
daerah tumpuan harus dipasang sedemikian hingga mampu mengembangkan
kuat lelehnya pada muka tumpuan sesuai pasal 15.6(2(5)) lihat gambar 2.6
Pe n y a lu r an t u la n g a n at as d a n b aw ah , p a lin g se d ik it se t en g a h t u lan g a n b aw a h t e n g ah b en t a n g d it er u sk an
( a ) L a j u r K o l o m
p a lin g se d ik it 1 / 4 t u la n g a n a t as t u m p u an y an g d it e r u sk a n
p a lin g sed ik it 1 / 3 t u lan g an a t a s t u m p u an y a n g d it e r u sk an
Pe n y a lu r a n t u la n g a n a t a s d a n b a w a h
p a lin g se d ik it 1 / 2 t u la n g a n b a w a h t e n g a h b e n t a n g d it e r u sk an
[image:43.595.173.451.331.545.2]( b ) L a j u r t e n g a h
Gambar 2.8 : Pengaturan Tulangan pada Pelat
2.11. Penulangan lentur
Sesuai dengan perencanaan penulangan lentur, Asmin berdasarkan SNI
03 – 2847 – 2002 pasal 12.5.1 analisis diperlukan tulangan tarik, maka luas
As yang ada tidak boleh kurang dari :
As min = b d
fy c f
w. 4
'
...(2.14)
Dan tidak lebih kecil dari
As min = b d
fy w. 4 , 1
...(2.15)
dan rasio penulangan ρ tidak boleh melebihi 0,025 dan sekurang –
kurangnya harus ada dua batang tulangan atas dan tulangan batang bawah
yang dipasang secara menerus.
2.11.1. Tulangan Transversal (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3.3) :
sengkang harus dipasang pada komponen struktur pada daerah –
daerah di bawah ini:
1. Pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari muka tumpuan ke
arah tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur lentur. Di
sepanjang daerah dua kali balok pada kedua sisi dari suatu penampang
dimana leleh lentur diharapkan dapat terjadi sehubungan dengan
terjadinya deformasi anelastik struktur rangka.
[image:44.595.243.415.561.616.2]2 h 2 h
Gambar 2.9 : Daerah Dimana Leleh Lentur Terjadi Akibat Deformasi Inelastic Struktur Rangka(2h)
2. Sengkang pertama harus dipasang ≤ 50mm dari muka tumpuan. Jarak
maksimum sengkang (S mak) :
- S mak ≤ d / 4
- S mak ≤ 8 kali diameter terkecil tulangan memanjang
- S mak ≤ 24 kali diameter batang tulangan sengkang
- S mak ≤ 300 mm
3. Sengkang pada daerah lebih dari dua kali tinggi balok diukur dari muka
tumpuan pada kedua sisi dari suatu penampang dengan kait gempa pada
kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d / 2
sepanjang bentang komponen struktur ini.
2.12. Persyaratan Kuat Geser (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3.4) : 1. Gaya Rencana
Gaya geser rencana (Ve) harus ditentukan dari peninjauan gaya
static pada bagian komponen struktur antara dua muka tumpuan. Momen
– momen dengan tanda berlawanan sehubungan dengan kuat lentur
maksimum (Mpr), harus dianggap bekerja pada muka – muka tumpuan,
dan komponen struktur tersebut dibebani dengan gravitasi terfaktor
sepanjang bentangnya.
Untuk balok : Ve =
2
2
1 WuL
L M
Mpr pr
...(2.16)
Beban gravitasi Wu = 1.2 D + 1.0 L
Mpr 1
Ve
Mpr 2
Ve
L
Gambar 2.10: Perencanaan Geser untuk Balok
Gaya geser rencana Ve ditahan oleh beton sebesar Vc dan oleh
tulangan geser berbentuk sengkang sebesar Vs.
Vc + Vs > Ve ...(2.17)
Dimana Vs = Av . fy . bw / s
Dan Vc ada 2 alternatif cara perhitungannya :
Vc =
6 'c f
. bw . d ...(2.18)
(SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.3.1.1)
Atau dengan perhitungan yang lebih rinci :
Vc =
u u w
M d V c
f' 120
7 d bw
...(2.19)
(SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.3.2.1) dengan syarat – syarat :
Vc < 0,3 . f'c . bw . d .
...(2.20)
Vu . d / Mu ≤ 1 ...(2.21)
Tetapi apabila :
- Gaya geser akibat Mpr > 0,5 gaya geser total (akibat Mpr + beban
gravitasi Wu).
- Gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat gempa < Ag f’c / 20.
Maka sesuai (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3.4.2) Vc harus
dianggap = 0, dan seluruh nilai Ve ditahan oleh tulangan geser Vs.
Dengan syarat – syarat tambahan :
- Vs < 2 / 3 . bw . f'c (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.5.6.9)
- Dari muka bentang sampai sepanjang 2 x tinggi balok harus dipasang
sengkang tertutup (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3.3.1).
- Sengkang pertama dipasang < 50 mm dari muka tumpuan.
- Jarak sengkang maksimum menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal
23.3.3.2 adalah :
d / 4
8 x dk
24 x dsh
300 mm
Dimana :
- Av : Luas tulangan sengkang (mm2)
- Ve : Gaya geser rencana (N)
- Vc : Kuat geser yang disumbang oleh beton (N)
- Vs : Kuat geser yang disumbang oleh sengkang (N)
- w : As / bwd
- As : Tulangan sengkang (mm2)
- Vu : Nilai gaya geser terbesar pada balok dari beberapa
kombinasi pembebanan terfaktor (N)
- Mu : Nilai momen terbesar pada balok dari beberapa
kombinasi pembebanan terfaktor (N)
- s : Jarak tulangan sengkang (mm)
- f’c : Kuat takan beton (Mpa)
- bw : Lebar balok (mm)
- d : Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik (mm)
- dk : Diameter terkecil tulangan memanjang longitudinal (mm)
- dsh : Diameter tulangan sengkang (mm)
2.13. Perhitungan Kolom Utama 2.13.1. Penentuan Dimensi :
Dimensi kolom menurut SNI 03 – 2847 – pasal 23.4.1 harus
memenuhi syarat – syarat :
- Syarat maksimum : b . h . f’c / 10 < beban aksial terfaktor
- Syarat minimum : b > 300 mm
b / h > 0,4
Dimana :
- b : Lebar kolom (mm)
- h : Tinggi kolom (mm)
- f’c : Kuat tekan beton (Mpa)
2.13.2. Tulangan longitudinal Kolom.
Kolom adalah elemen struktur yang tidak hanya menerima momen
(seperti balok) tetapi juga menerima gaya aksial, maka untuk menentukan
kebutuhan kebutuhan luas tulangan ini, diperlukan bantuan diagram
interaksi gaya aksial – momen yang bisa menampung berbagai kombinasi
pembebanan yang telah ditetapkan menurut SNI 03 – 2847 – pasal 11.2
µ = 1,4 D
µ = 1,2 D + 1,6 L + 0,5
µ = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W + 0,5 ( A atau R )
µ = 0,9 D + 1,6 W
µ = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
µ = 0,9 D + 1,0 E
dimana : µ = kuat perlu
D = beban mati
L = beban hidup
W = beban angin
A = beban atap
R = beban hujan
E = beban gempa
Momen lentur kolom harus memenuhi persamaan :
Me>
Mg 6 5(SNI 03 –
2847 – 2002 pasal 23.4.2.2), hal ini untuk memenuhi salah satu persyaratan
utama dari perencanaan bangunan tahan gempa berdasarkan ”capacity design”
yaitu bahwasanya elemen – elemen struktur kolom harus lebih kuat daripada
elemen struktur balok atau dikenal istilah ”strong collumns weak beam”.
Dimana :
-
Me : Jumlah momen pada pusat hubungan balok kolom sehubungandengan kuat lentur nominal kolom pada hubungan balok – kolom tersebut.
-
Mg : Jumlah momen pada pusat hubungan balok kolom dalam keadaantertarik sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom pada hubungan balok
– kolom tersebut.
Pada konstruksi balok T, apabila plat dalam keadaan tertarik, tulangan
yang berada didalam daerah lebar efektif harus diperhitungkan dalam
menentukan Mg diatas SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.4.2.2
- Syarat luas tulangan : 0,01 < g< 0,06
Dimana :
g
: Luas tulangan tarik / luas penampang total kolom
2.13.3. Tulangan Transversal (Sengkang) untuk Pengekangan Kolom
Tulangan ini dipasang untuk menjamin kekuatan dan kekakuan lateral
sebagai elemen struktur utama penahan beban.
Syarat penempatan :
Tulangan ini harus dipasang sepanjang dari muka hubungan balok
kolom, dengan syarat – syarat panjang menurut SNI 03 – 2847 – 2002
pasal 23.4.4.4 tidak kurang dari :
o
o
- h
- o / 6
- 500 mm
Dimana :
- h : tinggi penampang kolom
- o : bentang bersih kolom
Syarat jarak antar tulangan :
Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.4.4.2, jarak tulangan
sengkang terpasang tidak boleh lebih dari :
- 1 / 4 b
- 6 ds
- 100 mm
Dimana :
- b : Lebar kolom
- ds : diameter tulangan longitudinal
Syarat luas tulangan
Sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.4.4.1b, jarak tulangan sengkang
diambil dari nilai terbesar 2 persamaan berikut ini :
- Ash = 0,3 (s . hc . f’c / fyh)[(Ag / Ach) – 1
Ash = 0,09 (shc f’c / fyh) ...(2.23)
...(2.22)
-
Dimana :
- Ash : Luas tulangan sengkang (mm2)
- hc lom diukur dari sumbu ke sumbu
ng (mm2)
- fyh Kuat leleh tulangan transversal yang disyaratkan (Mpa)
Mpr kolom itu sendiri tanpa perlu
002 hal 211) dan SNI 03 – 2847 –
i analisa struktur.
- S : Jarak sengkang (mm)
: Dimensi penampang inti ko
tulangan pengekang (mm)
- Ag : Luas total penampang kolom
- Ach : Luas penampang beton dalam sengka
- f’c : Kuat beton yang diisyaratkan (Mpa)
:
2.13.4. Tulangan Transversal akibat Gaya Geser
Seperti juga disebutkan diatas bahwa satu dari dua tujuan pokok
dalam desain kapasitas adalah keruntuhan getas elemen struktur yang
mendadak akibat gaya geser tidak terjadi lebih dahulu sebelum tulangan
lentur mengalami simpangan bolak – balik akibat momen dari beban
gempa yang menyebabkan tegangannya melampaui tegangan leleh
pertamanya. Maka gaya geser rencana Ve harus ditentukan dengan
memperhatikan kuat momen kapasitas
lebih besar dari Mpr balok.
Pada gambar 41 (SNI 03 – 2847 – 2
2002 pasal 23.4.5.1 ditentukan bahwa :
Gaya geser rencana Ve harus > gaya geser hasil dar
Mpr kolom tidak perlu (tidak harus) > Mpr balok.
Gaya geser rencana kolom harus ditentukan dari Mpr kolom
Untuk kolom : Ve =
H M Mpr3 pr4
...(2.24)
M
pr 4Ve
Ve
M
pr 3Pu
H
Gambar 2.11 : Perencanaan Geser untuk Kolom
Mpr :
al sebesar min 1,25fy dan factor reduksi
.
Pu : Beban aksial terfaktor pada eksentrisitas yang diberikan ≤ Dimana:
Ve : kuat geser rencana, N
kuat momen lentur mungkin dari suatu komponen struktur, dengan
atau tanpa beban aksial, yang ditentukan menggunakan sifat-sifat
komponen struktur pada muka join dengan menganggap kuat tarik
pada tulangan longitudin
kekuatan ø = 1, N-mm
L : Panjang balok, mm
H : Panjang kolom, mm
Pn
sebesar Vc dan oleh
tulangan geser berbentuk sengkang sebesar Vs.
Ve
Gaya geser rencana Ve ditahan oleh beton
Vc + Vs > ...(2.25)
Dimana Vs = Av . fy . bw / s ...(2.26)
Dan Vc ada 2 alternatif cara perhitungannya :
Vc =
6 f'c
. bw . d .
14Ag
Nu
1 ...(2.27)
Atau dengan perhitungan yang lebih rinci :
(SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.3.1.2)
Vc =
m
w
M
Vud
c
f' 120
7 d bw
...(2.28)
sal 13.3 .2
SNI 03 – 2847 – 2002 pa .2
8 ) 4 ( hd
dimana Mm = Mu – Nu ...(2.29)
Dengan syarat – syarat :
Vc < 0,3 . bw . d
g u A
N 3 , 0 1
c
f' ...(2.30)
Mm > 0 bila Mm < 0 maka :
Vc < 0,3 f'c . bw . d
g A
Sesuai SNI 03 – 2847 – u N 3 , 0
1 ...(2.31)
2002 pasal 23.4.2b ada dua kemungkinan
n nilai Ve kesemuaannya ditahan oleh tulangan
ser rencana (Ve)
dipikul oleh beton (Vc) dan tulangan transversal (Vs). penulangan geser yang terjadi :
1. Bila Pu < Ag . f’c / 20 maka Vc = 0 (beton dianggap tidak memikul
beban geser) da
transversal (Vs).
2. Bila Pu > Ag . f’c / 20 maka Vc + Vs > Ve, gaya ge
Khusus untuk kolom yang mengalami gaya tarik aksial yang cukup besar,
maka gaya geser dipikul semua oleh tulangan geser atau dipikul bersama –
sama dengan beton SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.3.1.3 dengan :
Vc =
6 'c f
. bw . d
g u A
N 3 , 0
1 ...(2.32)
SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.3.2.3
Dengan syarat :
Vc > 0 ; Nu untuk tarik ; Nu / Ag dalam Mpa
Luas tulangan transversal yang dibutuhkan apabila masih < dari luas
tulangan sengkang yang telah terpasang untuk pengekangan kolom, maka
tidak perlu ada penambahan tulangan transversal, tetapi apabila telah
melebihi, maka perlu adanya penambahan sebanyak selisihnya. SNI 03 –
2847 – 2002 pasal 23.4.4.1
Dimana :
- Av : Luas tulangan transversal (mm2)
- s : Jarak tulangan transversal (mm)
- fy : Kuat leleh tulangan (Mpa)
- Ag : Luas total penampang kolom
- b : Lebar kolom (mm)
- f’c : Kuat beton yang diisyaratkan (Mpa)
- Ve : Gaya geser rencana (N)
- Vc : Kuat geser yang disumbang oleh beton (N)
- Vs : Kuat geser yang disumbang oleh sengkang (N)
- w : As / bwd
- Vu : Nilai gaya geser terbesar pada balok dari beberapa
kombinasi pembebanan terfaktor (N)
- Nu : Nilai gaya aksial terbesar pada kolom dari beberapa
kombinasi pembebanan terfaktor yang terjadi bersamaan
dengan Vu diambil untuk tekan akibat rangkak dan susut
(N).
- s : Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik (mm)
2.14. Hubungan Balok dan Kolom A. Ketentuan umum
1. Gaya – gaya pada tulangan longitudinal balok dimuka hubungan
balok-kolom harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada
tulangan tarik lentur adalah 1,25 fy.
2. Kuat hubungan balok - kolom harus direncanakan menggunakan factor
reduksi kekuatan.
3. Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada suatu kolom harus
diteruskan hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan
diangkur, begitu juga tulangan tarik dan tulangan tekan.
4. Dimensi kolom ≤ 20 kali tulangan longitudinal.
B.Tulangan Tranversal (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.4.4)
1. ρg ≥ 0,01 dan ρg ≤ 0,06 ...(2.33)
a. Luas sengkang tidak boleh kurang dari :
Ash = 0,3 (shc fc’ / fyh)[(Ag / Ach)-1]
...(2.34) Ash = 0,09 (shc fc’ / fyh)
...
...(2.35)
b. Tulangan tranversal harus berupa sengkang tunggal atau tumpuk.
c. Bila kuat rencana komponen struktur telah memenuhi ketentuan
kombinasi pembebanan termasuk pengaruh gempa maka Ash tidak
perlu diperhatikan.
d. Bila tebal selimut beton diluar tulangan tranversal pengekang ≥ 100
mm, tulangan tranversal tambahan perlu dipasang dengan spasi ≤
300 mm. Tebal selimut tulangan tranfersal tambahan tidak boleh ≥
100 mm.
x m m
x x x
x
x
6 db ( m m )
6 db
dua pengik at silang ber u r ut an y ang m engik at t u langan longit udinal y ang sam a har us m em pu ny ai k ait 90 ° y ang dipasang selang selin g
Gambar 2.12 : Contoh Tulangan Tranversal pada Kolom
2. Tulangan tranversal harus diletakan dengan spasi tidak lebih daripada :
a. 1 / 4 dari dimensi terkecil komponen struktur
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal
c. sx sesuai dengan rumus s = x
3 350
100 hx
...(2.36) nilai sx≤ 150mm dan sx ≥ 100 m.
dimana:
hx : spasi horizontal maksimum untuk kaki - kaki sengkang tertutup /
sengkang ikat pada semua muka kolom, mm
sx : spasi longitudinal tulangan transversal dalam rentang panjang λo,
mm
3. Tulangan pengikat silang tidak boleh dipasang dengan spasi ≥ 350 mm
dari sumbu – sumbu dalam arah tegak lurus sumbu komponen struktur.
4. Panjang λo ditentukan tidak kurang dari:
a. tinggi penampang komponen struktur pada muka hubungan balok -
kolom atau segmen yang berpotensi membentuk leleh lentur
b. 1 / 6 bentang bersih komponen struktur
c. 500mm
5. bila gaya aksial terfaktor pada kolom akibat beban gempa melampaui
Ag.fc / 10 dan gaya aksial tersebut berasal dari komponen struktur
lainnya yang sangat kaku yang didukungnya, maka kolom tersebut
harus harus diberi tulangan transversal.
C.Kuat geser (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.5.3)
1. kuat geser nominal hubugan balok - kolom tidak boleh diambil lebih
besar dari pada :
a. untuk hubungan balok - kolom yang terkekang pada keempat sisinya
Vc ≤ 1,7 fcAj ...(2.37)
b. untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang
berlawanan : Vc ≤ 1,25 fcAj ...(2.38)
untuk hubungan lainnya: Vc ≤ 1,0 fcAj ...(2.39)
Ar ah gay a peny ebab geser Tulangan peny ebab geser h,t inggi pada j oin bidan g t u langan peny ebab geser
Luas efek t if
b
x
h
lebar efek t if j oin b+ h b+ 2h
Gambar 2.13 : Luas Efektif Hubungan Balok - Kolom Aj
Suatu balok yang merangka pada suatu hubungan balok - kolom
dianggap memberikan kekangan bila setidak - tidaknya 3 / 4 bidang muka
hubungan balok - kolom tersebut ditutupioleh balok yang merangka.
D. Panjang penyaluran tulangan tarik (SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.5.4)
1. Panjang penyaluran untuk tulangan tarik dengan kait standart 90˚ tidak
boleh diambil ≤ 8db, 150 mm dan nilai yang ditentukan oleh rumus (SNI
03 - 2847 - 2002 pasal 23.5.4.1) :
fc db fy dh
4 , 5
.
...(2.40)
Untuk diameter tulangan 10 mm hingga 36 mm.
2.15. Panjang Penyaluran
Gaya tarik dan tekan pada tulangan disetiap penampang komponen
struktur beton bertulang disalurkan pada masing - masing sisi penampang
tersebut melalui panjang pengangkuran, kait atau alat mekanis, atau kombinasi
dari cara - cara tersebut. Kait sebaiknya tidak dipergunakan untuk menyalurkan
tulangan yang berada dalam kondisi tekan. f'c yang dipakai tidak boleh
melebihi 25/3 Mpa
Syarat - syarat tentang panjang penyaluran dan penyambungan
tulangan diatur dalam SNI 03 - 2847 - 2002 pasal 14 yaitu :
1. Panjang Penyaluran Tulangan Tarik
- Pasal 14.2.3 :
db d
=
' 10 fc
9fy
b tr
d k c
...(2.41)
(C + Ktr) / db tidak boleh > 2,5
- Pasal 14.2.4 :
Ktr =
sn f Atr yt
10 ...(2.42)
2. Panjang Penyaluran Batang Ulir Yang Berada Pada Tulangan Tekan
- Pasal 14.3.1 :
d1 = db x {(As perlu) / (As terpasang)} ...(2.43)
- Pasal 14.3.2 :
db =
) ' 4 (
.fy db
< 0
c ,04 . db . fy ...(2.44)
3. Panjang Penyaluran Kait Standar Dalam Kondisi Tarik
- Pasal 14.5.2 :
...(2.45)
b u a selain 00 M
- Pasal 14.5.1 :
pi tid g dar
atau 150 mm ...(2.47)
4. en Positif
M
sitif dan 1 / 4 dari
f
dh = dh1 x hb ...
Pasal 14.5.3.1 :
ila kuat leleh t lang n 4 pa, harus dikalikan dengan factor
seperti :
hb = fy / 400 ...(2.46)
Teta ak boleh kuran i :
dh = 8 . db
Panjang Penyaluran Dari Tulangan Mom
enurut SNI SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 14.11 menyebutkan bahwa
paling sedikit sepertiga dari tulangan momen po
tulangan momen positif komponen struktur menerus harus diteruskan
hingga kedalam tumpuan. Tulangan tersebut harus diteruskan ke dalam
tumpuan paling sedikit sejauh 150 mm
Pada tumpuan sederhana dengan kait standart menggunakan persamaan
(SNI 03 – 2847 – 2002) pasal 14.11.3 :
a d
Vu Mn
...(2.48)
b) Pengangk ur an k e dalam balok y ang m om en negat if
d k ait st andar t
90° at au 180°
a) Pengangk ur an Unt uk kolom
P.I . = t it ik belok
d
Paling sedik it 1/ 3 As diper panj ang sej auh nilai t er besar dar i d, 12db1 at au n/ 16 4.
(SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 14.12) <