• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penapisan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max. L. Merril.) Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara Kultur In-Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penapisan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max. L. Merril.) Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara Kultur In-Vitro"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENAPISAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.)

TERHADAP BEBERAPA KONSENTRASI GARAM NaCl

SECARA KULTUR IN-VITRO

SKRIPSI

Rizki Akbar

060307001

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENAPISAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.)

TERHADAP BEBERAPA KONSENTRASI GARAM NaCl

SECARA KULTUR IN-VITRO

SKRIPSI

Oleh:

RIZKI AKBAR/ 060307001 BDP – PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Penapisan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max. L. Merril.)

Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara Kultur

In-Vitro

Nama : Rizki Akbar

NIM : 060307001

Departemen : Budidaya Pertanian

Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS Ir. Isman Nuriadi Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

RIZKI AKBAR. Penapisan Toleran Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril.) terhadap Beberapa Konsentrasi NaCl Secara Kultur In-Vitro, dibimbing oleh ROSMAYATI dan ISMAN NURIADI.

Penapisan varietas kedelai penting dilakukan untuk mengetahui potensi toleransi kedelai terhadap salinitas sehingga dapat dijadikan rekomendasi dalam budidaya kedelai di lahan salin. Skrining awal dapat dilakukan secara in vitro. Suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU pada bulan Januari 2010 sampai Maret 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu varietas kedelai dengan 20 varietas yaitu Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, Bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir, Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, dan Kawi dan konsentrasi NaCl pada media tanam yaitu 0 ppm, 2.500 ppm, 5.000 ppm, 7.500 ppm, dan 10.000 ppm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas dan konsentrasi NaCl pada media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang akar, volume akar, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk. Interaksi varietas kedelai dan konsentrasi NaCl pada media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang akar, volume akar. Varietas yang toleran terhadap salinitas adalah Bromo, varietas agak toleran adalah Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, dan Tanggamus, varietas yang agak sensitif adalah Detam 2, Wilis, Gumitir, Detam 1, Sinabung, Panderman dan Malabar, sedangkan varietas yang sensitif adalah Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo, Seulawah, dan Kawi.

(5)

ABSTRACT

RIZKI AKBAR. Screening of Some Soybean (Glycine max L.) Varieties Tolerant to NaCl Concentration in the In Vitro Culture, supervised by ROSMAYATI and ISMAN NURIADI.

Screening of soybean varieties is important to know the potential of soybean tolerance to salinity to recommended in soybean cultivation in the saline land. Preliminary screening can be performed in vitro. A study has been conducted in the Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Agriculture, Faculty of Agriculture, USU in January 2010 until March 2010 .. This research using completely randomized factorial design with two factors, they were soybean varieties with 20 varieties of Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Willis, Bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir, Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, and Kawi and NaCl concentration in growing media (0 ppm, 2,500 ppm, 5,000 ppm, 7,500 ppm and 10,000 ppm).

The results showed that the variety of soybean and concentration of NaCl in the growing media had significant effect on the percentage of live, high planlet, root length, root volume, leaf amount, root dry weight, root fresh weight and dry weight of canopy canopies. Interaction of soybean varieties and NaCl concentration on the growing media had significant effect on the percentage of living. Varieties tolerant to salinity is Bromo, moderately tolerant varieties is the Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, and Tanggamus, a moderately sensitive varieties are Detam 2, Willis, Gumitir, Detam 1, Sinabung, Panderman and Malabar, and sensitive varieties are Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo, Seulwah,andKawi

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pakantan pada tanggal 18 September 1988 putra dari

Bapak Khasman dan Ibunda Ida Warni. Penulis Anak ke tiga dari enam

bersaudara.

Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Nopan dan pada

tahun yang sama terdaftar masuk ke Program Studi Pemuliaan Tanaman,

Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU melalui jalur

Penerimaan Mahasiswa Prestasi (PMP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi,

HIMADITA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian), dan pengajian

Nahdatus Syu’ban. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

PTPP. London Sumatera Indonesia Tbk Sei Merah Estate, Kecamatan Tanjung

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penapisan

Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Beberapa

Konsentrasi Garam NaCl Secara Kultur In-Vitro, yang merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Rosmayati, M.S., dan Ir. Isman Nuriadi

selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan

saran kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis,

ayahanda Khasman dan ibunda Ida Warni yang telah memberi semangat,

dorongan, dan dukungan moril maupun materil kepada penulis untuk terus

berbuat lebih baik dalam hidup ini. Kepada kakanda Gusri Andi, Muhammad

Alkautsar dan ananda Rusdi Ihsan, Rahmad Fadli, dan Aisyah Ika Putri yang telah

memberikan semangat kepada penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima

kasih kepada rekan-rekan mahasiswa BDP stambuk 2006, adik-adik stambuk

2007 dan 2008, para asisten Laboratorium Biokimia, yang telah memberikan

(8)

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Untuk itu penulis berusaha bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam

menyelesaikannya.

Akhir kata, penulis mengucapakan terima kasih banyak atas perhatian para

pembaca.

Medan, Juni 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v i DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Kultur Jaringan... 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan ... 7

Eksplan ... 7

Media Kultur Jaringan ... 8

Lingkungan In Vitro ... 8

Varietas ... 10

Salinitas ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN Sterilisasi Alat ... 19

Pembuatan Larutan Stok... 19

Pembuatan Media ... 19

(10)

Penanaman Eksplan ... 21

Pemeliharaan ... 21

Pengamatan Parameter ... 22

Persentase Hidup (%) ... 22

Panjang Akar(cm) ... 22

Tinggi Tanaman(cm) ... 22

Jumlah Daun... 22

Volume Akar ... 22

Bobot Basah Akar... 23

Bobot Kering Akar ... 23

Bobot Basah Tajuk ... 23

Bobot Kering Tajuk ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24

Pembahasan ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Hal. 1. Persentase hidup beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...25 2. Tinggi tanaman beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...26 3. Panjang Akar beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...27 4. Volume Akar beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...28 5. Jumlah Daun beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...29 6. bobot kering akar beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...30 7. Bobot basah akar beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...31 8. . bobot basah tajuk beberapa varietas kedelai pada berbagai

konsentrasi NaCl ...32 9. Bobot kering tajuk beberapa varietas kedelai pada berbagai

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Deskripsi beberapa varietas kedelai ... 47

2. Bagan Penelitian ... 63

3. Tabel kegiatan penelitian ... 64

4. Komposisi Media Dasar MS... 65

5. Data pengamatan persentase hidup beberapa varietas kedelai ...66

6. Daftar sidik ragam persentase hidup beberapa varietas kedelai...68

7. Data pengamatan tinggi tanaman beberapa varietas kedelai ...69

8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman beberapa varietas kedelai ... 71

9. Data pengamatan panjang akar beberapa varietas kedelai ...72

10. Daftar sidik ragam panjang akar beberapa varietas kedelai ...74

11. Data pengamatan jumlah daun beberapa varietas kedelai ... 75

12. Daftar sidik ragam jumlah daun beberapa varietas kedelai... 77

13. Data pengamatan volume akar beberapa varietas kedelai ... 78

14. Daftar sidik ragam volume akar beberapa varietas kedelai... 80

15. Data pengamatan bobot basah akar beberapa varietas kedelai ... 81

16. Daftar sidik ragam bobot basah akar beberapa varietas kedelai... 83

17. Data pengamatan bobot kering akar beberapa varietas kedelai ... 84

18. Daftar sidik ragam bobot kering akar beberapa varietas kedelai... 86

19. Data pengamatan bobot basah tajuk beberapa varietas kedelai ... 87

20. Daftar sidik ragam bobot basah tajuk beberapa varietas kedelai... 89

21. Data pengamatan bobot kering tajuk beberapa varietas kedelai ... 90

22. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk beberapa varietas kedelai... 92

(13)

ABSTRAK

RIZKI AKBAR. Penapisan Toleran Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril.) terhadap Beberapa Konsentrasi NaCl Secara Kultur In-Vitro, dibimbing oleh ROSMAYATI dan ISMAN NURIADI.

Penapisan varietas kedelai penting dilakukan untuk mengetahui potensi toleransi kedelai terhadap salinitas sehingga dapat dijadikan rekomendasi dalam budidaya kedelai di lahan salin. Skrining awal dapat dilakukan secara in vitro. Suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU pada bulan Januari 2010 sampai Maret 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu varietas kedelai dengan 20 varietas yaitu Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, Bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir, Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, dan Kawi dan konsentrasi NaCl pada media tanam yaitu 0 ppm, 2.500 ppm, 5.000 ppm, 7.500 ppm, dan 10.000 ppm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas dan konsentrasi NaCl pada media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang akar, volume akar, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk. Interaksi varietas kedelai dan konsentrasi NaCl pada media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang akar, volume akar. Varietas yang toleran terhadap salinitas adalah Bromo, varietas agak toleran adalah Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, dan Tanggamus, varietas yang agak sensitif adalah Detam 2, Wilis, Gumitir, Detam 1, Sinabung, Panderman dan Malabar, sedangkan varietas yang sensitif adalah Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo, Seulawah, dan Kawi.

(14)

ABSTRACT

RIZKI AKBAR. Screening of Some Soybean (Glycine max L.) Varieties Tolerant to NaCl Concentration in the In Vitro Culture, supervised by ROSMAYATI and ISMAN NURIADI.

Screening of soybean varieties is important to know the potential of soybean tolerance to salinity to recommended in soybean cultivation in the saline land. Preliminary screening can be performed in vitro. A study has been conducted in the Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Agriculture, Faculty of Agriculture, USU in January 2010 until March 2010 .. This research using completely randomized factorial design with two factors, they were soybean varieties with 20 varieties of Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Willis, Bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir, Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, and Kawi and NaCl concentration in growing media (0 ppm, 2,500 ppm, 5,000 ppm, 7,500 ppm and 10,000 ppm).

The results showed that the variety of soybean and concentration of NaCl in the growing media had significant effect on the percentage of live, high planlet, root length, root volume, leaf amount, root dry weight, root fresh weight and dry weight of canopy canopies. Interaction of soybean varieties and NaCl concentration on the growing media had significant effect on the percentage of living. Varieties tolerant to salinity is Bromo, moderately tolerant varieties is the Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, and Tanggamus, a moderately sensitive varieties are Detam 2, Willis, Gumitir, Detam 1, Sinabung, Panderman and Malabar, and sensitive varieties are Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo, Seulwah,andKawi

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring

dengan pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu diperlukan suplai kedelai

tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat

mencukupi keadaan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan

produktivitasnya ditingkatkan (Adisarwanto, 2005).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2009) Angka Ramalan III (ARAM III)

produksi kedelai tahun 2009 diperkirakan sebesar 966,47 ribu ton biji kering.

Dibandingkan produksi tahun 2008, terjadi kenaikan sebesar 190,76 ribu ton

(24,59 persen). Kenaikan produksi tahun 2009 diperkirakan terjadi karena naiknya

luas panen seluas 137,24 ribu hektar (23,22 persen) dan produktivitas sebesar 0,14

kuintal/hektar (1,07 persen). Kenaikan produksi kedelai tahun 2009 tersebut

diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 104,73 ribu ton (20,18 persen) dan di luar

Jawa sebesar 86,03 ribu ton (33,51 persen). Di Jawa, peningkatan produksi

diperkirakan disebabkan oleh naiknya luas panen seluas 69,27 ribu hektar (17,77

persen) dan produktivitas sebesar 0,27 kuintal/hektar (2,03 persen). Di luar Jawa,

kenaikan produksi diperkirakan disebabkan naiknya luas panen seluas 67,97 ribu

hektar (33,79 persen), sedangkan produktivitas mengalami penurunan sebesar

0,03 kuintal/hektar (0,24 persen). Perkiraan kenaikan produksi kedelai tahun 2009

yang relatif besar terjadi di Provinsi Jawa Timur, Nanggroe Aceh Darussalam,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Lampung. Sementara

penurunan produksi diperkirakan terjadi antara lain di Provinsi Maluku Utara dan

(16)

Penurunan produksi kedelai dalam negeri terutama disebabkan oleh

penurunan areal tanam dan produktivitas yang rendah. Walaupun tidak bisa

setinggi produktivitas di daerah sub-tropis (>3 ton/ha), namun peluang

peningkatan produktivitas kedelai di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu dari 1

ton/ha menjadi 2 ton/ha (Deptan, 2008).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai

nasional secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Secara intensifikasi dapat

dilakukan dengan teknologi budidaya, pemakaian varietas unggul dan penanganan

pasca panen yang baik. Secara ekstensifikasi dapat dilakukan dengan perluasan

areal tanam ke lahan-lahan marginal atau lahan basah seperti lahan lebak, lahan

gambut dan lahan salin. Sekitar 6 dari 35 juta hektar lahan pasang surut di

Indonesia diperkirakan cocok untuk produksi pertanian.

Penanaman varietas kedelai yang toleran di lahan salin, merupakan salah

satu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan budidaya pertanaman

kedelai. Sumber ketahanan terhadap salinitas pada kedelai sampai saat ini sangat

terbatas sehingga perbaikan untuk karakter tersebut dilakukan melalui metode

seleksi in vitro. Metode ini telah digunakan untuk meningkatkan sifat resistensi

pada beberapa jenis tanaman, baik cekaman biotik maupun abiotik (Mariska, dkk

(2004); Sutjahjo, 2006).

Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi

yang berlebihan dalam larutan tanah. Pengaruh utama salinitas adalah

berkurangnya pertumbuhan daun yang langsung mengakibatkan berkurangnya

(17)

pertanian penting dan pada kondisi terburuk dapat menyebabkan terjadinya gagal

panen (Yuniati, R., 2004).

Studi mengenai respon tanaman terhadap salinitas penting dalam usaha

teknik penapisan (screening) tanaman yang efektif. Skrining dapat dilakukan pada

di lapangan maupun secara kultur jaringan. Skrining secara in vitro dapat

digunakan sebagai penapisan awal untuk melihat pengaruh kegaraman terhadap

proses fisiologis, morfologi dan pertumbuhan tanaman. Skrining awal dengan

teknik kultur jaringan ini dapat dilanjutkan dengan skrining di lapangan agar

penapisan varietas lebih tepat.

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas kedelai yang

toleran terhadap salinitas, di antaranya dengan melakukan skrining (penapisan)

berbagai varietas kedelai secara in vitro. Skrining beberapa varietas kedelai

toleran salin secara kultur in vitro menggunakan media dengan berbagai

konsentrasi garam (NaCl). Simulasi kondisi salin secara buatan yang

dikombinasikan dengan penerapan teknik in vitro diharapkan dapat membantu

usaha memperoleh genotipe kedelai yang toleran terhadap salinitas dan berdaya

hasil tinggi. Teknik in vitro diketahui sangat berguna untuk menghasilkan

populasi varian somaklon yang memiliki karakteristik unggul tertentu sehingga

dapat membantu pengembangan galur tanaman yang toleran terhadap cekaman

salinitas.

Skrining varietas kedelai toleran salin secara in vitro akan dilanjutkan

dengan skrining varietas kedelai toleran salin di lapangan agar penapisan lebih

tepat. Dengan skrining varietas kedelai ini akan diperoleh data awal mengenai

(18)

mendukung pengembangan kedelai pada lahan salin yaitu dengan memberikan

rekomendasi pemilihan varietas kedelai yang paling tepat sesuai dengan tingkat

salinitas lahan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan beberapa varietas kedelai

(Glycine max L. Merril.) terhadap beberapa konsentrasi garam NaCl secara kultur

in-vitro.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan pertumbuhan beberapa varietas kedelai

(Glycine max L. Merril.) pada konsentrasi garam NaCl yang berbeda yang

ditanam secara in-vitro.

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Papilonaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merril

Kedelai mempunyai susunan genom diploid (2n) dengan 20 pasang

kromosom, beberapa jenis liar kedelai juga mempunyai 20 pasang kromosom.

Kedelai yang ditanam sekarang diperkirakan berasal dari jenis liar

Glycine soja = Glycine usunensis. Glycine soja mempunyai bentuk polong dan

biji yang hampir sama dengan kedelai biasa, tetapi tumbuhnya merambat dan kulit

bijinya sangat tebal, sehingga embrio dan keping bijinya terlindungi dengan baik

(Departemen Pertanian, 1990).

Kedelai berakar tunggang, pada tanah subur dan gembur akar dapat

tumbuh sampai kedalaman 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil akar yang

merupakan koloni-koloni dari bakteri Rhizobium yaponicum. Pada tanah-tanah

yang telah mengandung bakteri Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk pada umur

(20)

Rhizobium tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk

(Departemen Pertanian, 1990).

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm),

menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan system perakaran luas

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Kedelai berbatang semak dengan tinggi

30-100 cm. Batang dapat membentuk 3-6 cabang. Tipe pertumbuhan dapat

dibedakan menjadi 3 macam yakni Indeterminit, diterminit dan semi diterminit

(Departemen Pertanian, 1990).

Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji,

daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer sederhana

berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliat) dan bertangkai sepanjang

1-2 cm, terletak bersebrangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun

berikutnya daun bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat

atau daun berlima (Hidayat, 1985).

Susunan bunga ditangkai axilar atau rangkaian terminal dengan

3-30 bunga; bunganya kecil, berwarna ungu atau putih; kelopaknya berbentuk

pipa (Van der Maesen and Somaatmadja, 1992). Corolla (mahkota bunga) terdiri

atas 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan 10 stamen (benang sari). 9 stamen

berkembang membentuk seludang yang mengelilingi putik, sedangkan stamen

yang ke sepuluh terpisah bebas (Poehlman and Sleper, 1995).

Biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji dan tidak mengandung

jaringan endosperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji

(21)

melekat pada dinding buah, bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong,

tetapi ada juga yang bundar atau bulat agak pipih (Departemen Pertanian, 1990).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk

mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ

yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur

yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat

memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap

Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan, adalah

laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratoruim harus menyediakan

alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali, dan fasilitas

dasar seperti air, listrik, dan bahan bakar (Gunawan, 1988).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan Eksplan

Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan

faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran

eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan

awal kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah

(22)

mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan

relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).

Media Kultur Jaringan

Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur

telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman yang dikulturkan (Yusnita, 2003).

Sebelum membuat medium, maka terlebih dahulu kita harus menentukan

medium apa yang akan kita buat. Jenis medium dengan komposisi unsur kimia

yang berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman yang

berbeda pula (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Medium MS yang direvisi (Murashige dan Skoog, 1962) adalah yang

paling luas penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya. Medium

MS yang direvisi-selanjutya disebut MS-banyak digunakan, terutama pada

mikropropagasi tanaman dikotil dengan hasil yang memuaskan. Hal itu

dikarenakan medium MS memiliki kandungan garam-garam yang lebih tinggi

daripada media lain, disamping kandungan nitratnya juga tinggi

(Zulkarnain, 2009).

Lingkungan In-Vitro

Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan pembiakan tanaman

dengan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya

dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur

(23)

dan kualitasnya. Prof. Murashige menyarankan untuk mengasumsikan kebutuhan

lama penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari

kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan di lapangan. Kualitas cahaya

mempengaruhi arah diferensiasi jaringan (Yusnita, 2003).

Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan.

Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah

26 + 2 0C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 20

0

C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 32

0

C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya

memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu

yang diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).

Faktor penting lain yang juga perlu mendapat perhatian, adalah pH yang

harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan

pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan fisiologi

sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-garam

penyusun media, pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan

garam-garam lain, dan efisiensi pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH

yang sedikit asam berkisar antara 5.5-5.8 (Gamborg dan Shyluk 1981).

Pengaturan pH, biasa dilakukan dengan menggunakan NaOH (atau

kadang-kadang KOH) atau HCl pada waktu semua komponen sudah dicampurkan,

seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah. Pada umumnya terdapat penurunan

pH setelah disterilkan dalam autoclave. Untuk mencapai pH sekitar 5.7-5.9, Mann

dkk dalam George dan Sherrington (1984) membuat pH 7.0 dalam media yang

(24)

Murashige dan skoog menyarankan agar dilakukan pemanasan untuk melarutkan

agar-agar dan memanaskan beberapa menit media dalam autoclave, baru diadakan

penetapan pH. Cara lain yang dilakukan adalah penetapan pH setelah media

disterilkan dalam autoclave. Dalam wadah yang besar media disterilkan dan

kemudian dititrasi dengan NaOH/HCl steril sampai pH yang diinginkan.

Selanjutnya media dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah dipersiapkan di

dalam laminar air flow cabinet. Cara ini juga digunakan pada penelitian yang

menggunakan media dengan pH rendah untuk tujuan seleksi (Gunawan, 1988).

Varietas

Varietas-varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria

tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan

penyakit. Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui, akhirnya dapat dihasilkan

varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan

keadaan tempat yang akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru

(unggul) melalui seleksi galur atau persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat

baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal

produksi, umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit

(Andrianto dan Indarto, 2004).

Gen suatu tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter

kecuali tanaman tersebut berada pada lingkungan yang sesuai dan sebaliknya

tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah

tingkat keadaaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun

harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat terutama yang

(25)

terhadap viabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh

perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).

Salinitas

Garam di dalam tanah maupun di dalam air selalu berada di dalam jumlah

yang bervariasi, baik kadarnya maupun jenisnya. Oleh karena itu pengaruh

keragaman terhadap lingkungan tanah dan pertumbuhan tanaman juga beragam.

Pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

1. Kadar garam di atas ambang toleran, peingkatan kadar garam berpengaruh

semakin jelek bagi tanaman

2. Macam garam. Banyak ragamnya dalam tanah yaitu : Klorida (NaCl, CaCl,

KCl), Nitrat (NaNO, Ca(NO3)2), Sulfat (Na2(SO4)2, K2SO4). Garam yang

mengandung Na yang tinggi berpengaruh jelek terhadap tanaman, tetapi garam

yang mengandung K dan Ca tinggi lebih baik bagi tanaman

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang

menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta biomass

tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan

respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan

perubahan secara perlahan. Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan

tingkat salinitas tinggi

Stres garam adalah salah satu dari beberapa bentuk stres pada tanaman

yaitu stres suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan kimia, stres angin dan lainnya.

Stres garam termasuk stres bahan kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas,

(26)

(2003) berpendapat bahwa stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau

konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini

umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan

semakin meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu

yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan

stres tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut

dalam air. Dalam larutan tanah garam-garam ini mempengaruhi pH dan daya

hantar listrik. Menurut Follet et al, (1981) dalam Sipayung (2003), tanah salin

memiliki pH < 8,5 dengan daya hantar listrik > 4 mmhos/cm. Pada kebanyakan

spesies, pengaruh jenis-jenis garam umumnya tidak khas terhadap tumbuhan

tanaman tetapi lebih tergantung pada konsentrasi total garam. Salinitas tidak

ditentukan oleh garam NaCl saja tetapi oleh berbagai jenis garam yang

berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman.

Dalam konteks ini tanaman mengalami stres garam bila konsentrasi garam

yang berlebih cukup tinggi sehingga menurunkan potensial air sebesar 0,05-0,1

Mpa. Stres garam ini berbeda dengan stres ion yang tidak begitu menekan

potensial air (Lewit, 1980 dalam Sipayung, 2003). Toleransi terhadap salinitas

adalah beragam dengan spektrum yang luas diantara spesies tanaman mulai dari

yang peka hingga yang cukup toleran.

Spesies-spesies tanaman yang hanya mentoleransi konsentrasi garam

rendah termasuk dalam kelompok tanaman glikofita dan spesies-spesies tanaman

yang mentoleransi konsentrasi garam tinggi termasuk kelompok tanaman halofita.

Pengenalan pengaruh tingkat salinitas merupakan bahan yang sangat berguna

(27)

ditimbulkannya terhadap pertumbuhan tanaman. Melalui pengenalan gejala-gejala

yang timbul pada tanaman akibat tingkat salinitas yang cukup tinggi, perbaikan

struktur tanah akan dapat diupayakan seperlunya, ataupun pemilihan jenis

tanaman yang cocok untuk lokasi pertanian yang bermasalah. Kerusakan yang

timbul akibat stres dapat dikelompokkan dalam 3 jenis kerusakan, seperti

pendapat Harjadi dan Yahya (1988) berikut ini :

a. Kerusakan stres langsung primer

b. Kerusakan stres tak langsung primer

c. Kerusakan stres sekunder (dapat terjadi juga stres tersier)

Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi

sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah.

Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi

produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan

meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan

unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke

dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah

persediaan air dalam tanaman. Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl

-diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan

tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi

fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+

oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan

pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid

(28)

Menurut Sigalingging (1985) dalam Sipayung (2003), salinitas akan

mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, yaitu : tekanan osmotik yang

meningkat, peningkatan potensi ionisasi, infiltrasi tanah yang menjadi buruk,

kerusakan dan terganggunya struktur tanah, permeabilitas tanah yang buruk serta

penurunan konduktivitas. Salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang

cukup tinggi akan menimbulkan stres dan memberikan tekanan terhadap

pertumbuhan tanaman. Menurut Maas dan Nieman, (1978) dalam Sipayung 2003,

salinitas dapat berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua cara

yaitu :

a. Dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman

terganggu.

b. Dengan membatasi jumlah suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi

pertumbuhan sel melalui pembentukan tyloses.

Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang

menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan

biomass tanaman.Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat

salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun

mengering di bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena

konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial

larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh

antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin

tinggi konsentrasi NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya

(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman,

Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan, dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini

dimulai Februari 2010 sampai Maret 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah biji kacang kedelai

varietas Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba,

Wilis, Bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir, Argomulyo, Sinabung,

Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, Kawi, NaCl, bahan penyusun media

MS, deterjen, akuades steril, NaOH, HCl, Tween 20, agar-agar, betadine, Clorox,

larutan benlate (benomyl),alkohol dan bahan pendukung penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow, oven,

autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, pengguncang, hot plate dengan pengaduk

magnetik, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, labu takar, cawan petri, pinset,

batang pengaduk, handsprayer, termometer, timer (alat pengatur lama

penyinaran), lampu bunsen, pH meter, sarung tangan, baju laboratorium, masker,

(30)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

dengan dua perlakuan, yaitu:

Faktor I, yaitu varietas yang terdiri dari 20 varietas kedelai:

V1 : Detam 1 V11 : Burangrang

V2 : Detam 2 V12 : Tanggamus

V3 : Anjasmoro V13 : Gumitir

V4 : Cikuray V14 : Argomulyo

V5 : Sibayak V15 : Sinabung

V6 : Ratai V16 : Panderman

V7 : Ijen V17 : Malabar

V8 : Kaba V18 : Grobogan

V9 : Wilis V19 : Seulawah

V10 : Bromo V20 : Kawi

Faktor II, yaitu media tanam yang terdiri dari 5 taraf:

G0 = 0 ppm NaCl

G1 = 2500 ppm NaCl

G2 = 5000 ppm NaCl

G3 = 7500 ppm NaCl

(31)

Kombinasi perlakuan ada 100, yaitu:

Jumlah ulangan : 5 ulangan

Jumlah Kombinasi : 100 kombinasi

Jumlah Tanaman/botol : 3 tanaman

Jumlah seluruh botol : 500 botol kultur

(32)

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Faktorial sebagai berikut:

Dimana :

i : 1, 2, 3, 4,...,20 (varietas)

j : 1, 2, 3, 4 (konsentrasi NaCl)

k : 1,2,3,4,5 (ulangan)

Yijk : Hasil pengamatan dari faktor varietas pada taraf ke-i, konsentrasi NaCl

pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-k.

µ : Nilai tengah

αi : Efek varietas pada taraf ke-i.

βj : Efek konsentrasi NaCl pada taraf ke-j.

(αβ)ij : Efek interaksi antara varietas pada taraf ke-i dengan konsentrasi NaCl

pada taraf ke-j.

εijkl : Efek galat dari kedua faktor yaitu varietas pada taraf ke-i, konsentrasi

NaClpada taraf ke-j dan ulangan ke-k.

Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan DMRT

(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Sterilisasi Alat

Sterilisasi bermanfaat untuk membersihkan seluruh alat-alat yang

digunakan dalam kultur jaringan sehingga terbebas dari hal-hal yang dapat

menimbulkan kontaminasi. Alat-alat tersebut dicuci dengan deterjen, kemudian

dibilas dengan air, setelah itu dikeringkan. Kemudian alat seperti scalpel, pipa

skala, pinset dan cawan petri dibungkus dengan kertas, sedang untuk erlenmeyer

dan gelas ukur permukaannya ditutup dengan aluminium foil. Setelah itu, semua

botol kultur dan alat-alat dimasukkan ke dalam autoklaf pada tekanan 17,5 psi,

dengan suhu 1210C selama 60 menit.

Pembuatan Larutan Stok

Pembuatan larutan stok bertujuan untuk memudahkan pekerjaan dalam

membuat media. Stok dibuat sesuai dengan komposisi media Murashige Skoog

(MS) yang diaduk dalam erlenmeyer dengan konsentrasi yang lebih pekat. Setelah

membuat stok garam-garam, stok harus disimpan di dalam lemari es.

Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media dasar Murashige

Skoog (MS) padat dengan penambahan NaCl dengan konsentrasi sesuai dengan

perlakuan. Tahap pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok

bahan kimia hara makro, hara mikro, larutan ion, sukrosa dan myo inositol.

Untuk pembuatan media 4 liter dilakukan dengan mengisi beaker glass

(34)

hara makro, hara mikro, 0,4 g myo-inositol, dan larutan ion. Selanjutnya

ditambahkan vitamin sebanyak 20 ml yang diambil dari larutan stok, sambil

diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer. Penambahan bahan-bahan tersebut

harus dilakukan secara berurutan dan bahan-bahan tersebut harus larut secara

homogen, setiap bahan yang dimasukkan harus larut terlebih dahulu sebelum

masuk bahan berikutnya. Kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam gelas ukur

setelah itu ditambahkan aquadest steril hingga volume mencapai 4 liter sambil

diaduk hingga merata. Lalu dibagi menjadi empat bagian sehingga masing-masing

menjadi 1000 ml. Setiap bagian diberi Nacl sesuai dengan perlakuan. Keasaman

diukur dengan menetapkan pH yang dikehendaki yaitu 5,8. Jika pH terlalu rendah

maka ditambahkan NaOH secukupnya dan jika pH terlalu tinggi maka

ditambahkan HCl secukupnya.

Tepung agar sebanyak 3,2 g ditambahkan ke dalam setiap perlakuan

sesuai dengan kebutuhan, lalu dipanaskan di atas piring pemanas dengan

pengaduk magnetik sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut).

Media siap dipindahkan ke dalam botol kultur steril dan dibagi sesuai dengan

banyak ulangan serta jumlah sampel. Setiap botol berisi 20 ml media. Kemudian

botol tersebut ditutup dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan

perlakuan. Media dalam botol tersebut disterilkan dengan menggunakan autoklaf

dengan tekanan 17,5 psi, suhu 1210C selama 15 menit. Selanjutnya dapat

disimpan dalam ruang kultur dengan suhu 240 C sebelum digunakan.

Sterilisasi Bahan Tanaman

Biji-biji kedelai direndam dalam larutan deterjen 30g/l akuades selama 30

(35)

direndam lagi dalam larutan Benlate 2 g/l selama 15 menit, dan setelah itu dibilas

dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Selanjutnya dilakukan sterilisasi biji

kedelai didalam laminar air flow. Sebelum memakai laminar air flow, laminar air

flow dibersihkan dan meja lap dengan kertas tissue atau kapas yang diberi alkohol

96%. Kemudian biji kacang kedelai disterilkan dengan larutan Clorox 20 %

selama 10 menit, dan direndam dalam larutan betadin 10 % selama 5 menit.Pada

setiap tahap biji-biji kacang kedelai dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga

kali.

Penanaman Eksplan

Penanaman eksplan dilakukan di Laminar Air Flow (LAF) yang telah

disterilkan dengan alkohol 96%. Eksplan yang sudah steril diletakkan di petridis.

Diambil botol media lalu di dekatkan dengan api bunsen kemudian eksplan

ditanamkan ke dalam botol media sesuai dengan perlakuan, setiap botol media

terdapat 3 eksplan. Setelah itu botol media dikembalikan ke dalam ruang kultur.

Pemeliharaan

Botol-botol yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak kultur di

dalam ruang kultur. Setiap hari disemprot dengan alkohol 96% agar bebas dari

(36)

Parameter Pengamatan

Persentase Hidup (%)

Kultur dikatakan hidup adalah berwarna hijau, secara visual ukuran

bertambah, berat bertambah dan biji menghasilkan organ tanaman

(organogenesis).

Persentase hidup dihitung pada akhir penelitian dengan rumus:

Persentase Hidup =

Panjang Akar (cm)

Panjang akar dihitung dari pangkal hingga ujung akar planlet. Pengukuran

dilakukan di akhir penelitian.

Tinggi Planlet (cm)

Tinggi planlet diukur dengan menggunakan kertas millimeter yang diukur

dari pangkal planlet hingga titik tumbuh planlet. Pengukuran tinggi planlet

dilakukan pada akhir penelitian.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk (daun semu) yang telah

terbuka sempurna dari setiap planlet. penghitungan jumlah daun dilakukan pada

akhir penelitian.

Volume Akar (ml)

Volume akar diukur dengan cara mencabut tanaman hingga ke akar.

Kemudian akar dibersihkan dengan air bersih dan dimasukkan ke dalam

beaker glass yang berisi air. Volume air yang naik akibat dimasukkannya

(37)

Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar dihitung dengan menimbang semua bobot basah akar

yang terbentuk pada setiap planlet. Pengukuran bobot basah akar dilakukan pada

akhir penelitian.

Bobot Kering Akar (g)

Bobot kering akar dihitung dengan menimbang semua bobot kering akar

yang sudah diovenkan selama 14 jam. Pengukur an bobot kering akar dilakukan

pada akhir penelitian.

Bobot Basah Tajuk (g)

Bobot basah tajuk dihitung dengan menimbang semua bobot basah tajuk

yang terbentuk pada setiap planlet. Pengukuran bobot basah tajuk dilakukan pada

akhir penelitian.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot kering akar dihitung dengan menimbang semua bobot kering tajuk

yang sudah diovenkan salama 14 jam. Pengukuran bobot kering tajuk dilakukan

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan

beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup (%),

tinggi planlet (cm), panjang akar (cm), volume akar (ml), jumlah daun (helai),

bobot basah akar (g), bobot kering akar (g), bobot basah tajuk (g) dan bobot

kering tajuk (g). Selanjutnya perlakuan konsentrasi garam Nacl berpengaruh nyata

terhadap parameter persentase hidup (%), tinggi planlet (cm), panjang akar (cm),

volume akar (ml), jumlah daun (helai), bobot basah akar (g), bobot kering tajuk

(g), bobot basah tajuk (g) dan bobot kering akar (g). Sedangkan interaksi kedua

faktor berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup (%), tinggi planlet

(cm), panjang akar (cm), volume akar (ml) dan berpengaruh tidak nyata terhadap

parameter jumlah daun (helai), bobot basah tajuk (g), bobot basah akar (g), bobot

kering tajuk (g), bobot kering akar (g).

Hasil pengamatan untuk parameter persentase hidup, tinggi tanaman,

jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, panjang akar, volume akar,

bobot kering tajuk dan bobot kering akar adalah sebagai berikut:

Persentase Hidup (%)

Berdasarkan sidik ragam pada Lampiran 6 terlihat bahwa konsentrasi

NaCl berpengaruh nyata terhadap persentase hidup. Persentase hidup yang

tertinggi diperoleh pada interaksi varietas Grobongan, Cikuray, Malabar, dan

Kawi tanpa diberi NaCl (NaCl 0 ppm) yaitu 100%, diikuti varietas Detam 1,

(39)

pemberian NaCl sampai 7500 ppm persentase hidup menurun sampai 60%,

dengan ditambahnya NaCl sampai 10.000 ppm turun menjadi 13,32%. Hal yang

sama terjadi pada varietas Grobogan. Varietas Malabar dengan pemberian NaCl

sebesar 2.500 ppm masih mampu bertahan sampai 60%, semakin tinggi

pemberian NaCl persentase hidup semakin menurun, demikian juga dengan

varietas Kawi dengan pemberian NaCl 2.500 ppm turun sampai 66,66%.

Hasil uji beda rataan pengaruh interaksi varietas dan konsentrasi NaCl

terhadap persentase hidup kedelai dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 1. Persentase hidup (%) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

V3=Anjasmoro 93,34ab 73,36 a-e 66,68a-f 53,34b-h 33,32e-h 64,01

V4=Cikuray 100,00a 93,34 ab 66,68a-f 60,00a-f 13,32h 66,67

V5=Sibayak 73,34a-e 53,32b-h 46,64c-h 39,98d-h 33,32e-h 49,32

V6=Ratai 73,34a-e 46,66c-h 40,08d-h 33,32e-h 26,66f-h 44,01

V7=Ijen 66,66a-f 46,68c-h 40,00d-h 33,34e-h 20,00gh 41,34

V8=Kaba 80,00a-d 46,64c-h 33,34e-h 33,32e-h 26,66f-h 45,33

V9=Wilis 66,68a-f 60,00a-f 46,66 c-h 40,00d-h 13,32h 45,33

V10=Bromo 93,34ab 80,02 a-d 66,68a-f 60,02a-f 53,32b-h 70,68

V11=Burangrang 53,34b-h 46,66 c-h 39,98d-h 33,32e-h 20,00gh 38,66

V12=Tanggamus 80,00a-d 53,32 b-h 53,32b-h 53,32b-h 46,66c-h 57,32

V13=Gumitir 73,32a-e 60,00 a-f 60,00a-f 33,34e-h 33,32e-h 52,00

V14=Argomulyo 60,02a-g 26,66 f-h 19,98gh 19,98gh 13,32h 27,99

V15=Sinabung 80,00a-d 73,34 a-e 46,66c-h 40,00d-h 13,32h 50,66

V16=Panderman 73,34a-e 59,98 a-g 40,00d-h 33,32e-h 20,00gh 45,33

V17=Malabar 100,00a 60,00 a-f 26,66f-h 19,98gh 19,98gh 45,32

V18=Grobogan 100,00a 86,68 a-c 73,34a-e 60,02a-g 39,98d-h 72,00

V19=Seulawah 53,34b-h 33,30b-h 26,64f-h 19,98gh 13,32h 29,32

V20=Kawi 100,00a 33,34b-h 26,66f-h 19,98gh 13,32h 38,66

Rataan 79,00 60,00 48,00 37,66 24,66

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa varietas yang memiliki persentase hidup

lebih dari 80% adalah varietas Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Bromo,

(40)

Sedangkan varietas yang memiliki persentase hidup lebih dari 80% pada

perlakuan 2.500 ppm NaCl adalah Detam 1, Detam 2, Cikuray, Bromo, dan

Grobogan.

Varietas yang mampu mempertahankan dengan persentase hidup 60%

dengan pemberian NaCl 7.500 ppm adalah varietas Cikuray (60,00%), Bromo

(60,02%) dan Grobogan (60,02) pada konsentrasi NaCl 10.000 ppm adalah

Bromo (53,32%), diikuti Tanggamus (46,66%). Varietas yang mampu hidup

sampai 70% dengan pemberian NaCl 5.000 ppm adalah Detam 2 dan Grobogan.

Persentase hidup antara 50-70% adalah Anjasmoro, Cikuray, Bromo Tanggamus,

Gumitir. Varietas yang mampu hidup sampai 70-80% dengan pemberian NaCl

(41)

Tinggi Planlet (cm)

Berdasarkan sidik ragam pada Lampiran 8 terlihat bahwa perlakuan

beberapa varietas kedelai dan pemberian NaCl dengan konsentrasi yang berbeda

berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet. Interaksi kedua faktor berpengaruh

nyata terhadap Tinggi planlet (cm).

Tabel 2. Tinggi tanaman (cm) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

V12=Tanggamus 14,17b-g 10,77f-k 3,23m-y 2,03o-y 0,95s-y 6,22

V13=Gumitir 12,85c-i 3,93l-y 1,89o-y 1,02s-y 0,46u-y 4,03

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa tanpa pemberiaan NaCl pada parameter

tinggi planlet (cm) lebih dari 10cm yang tertinggi diperoleh pada interaksi varietas

Cikuray (19,97cm), Grobogan (18,09cm), Anjasmoro (17,31cm), Detam 2

(17,19cm), Detam1 (14,42cm), Tanggamus (14,17cm), Gumitir (12,85), Malabar

(42)

(NaCl 0 ppm). Sedangkan tinggi planlet kurang dari 5cm pada varietas Sinabung,

Argomulyo, Seulawah.

Pemberian 2500 ppm NaCl Varietas yang memiliki tinggi planlet lebih

dari 10 cm pada perlakuan 2500 ppm NaCl adalah Cikuray (16,02cm), Detam 2

(13,29cm), Tanggamus (10,77cm). Sedangkan tinggi planlet dibawah 5cm adalah

varietas Kaba (4,76cm), Ratai (4,7cm), Gumitir (3,93cm), Panderman (3,57cm),

Ijen (3,55cm), Sibayak (3,50cm), Burangrang (2,07cm), Wilis (2,00cm),

Sinabung (1,81cm), Argomulyo (0,77cm), dan Seulawah (0,73cm).

Pemberian 10.000 ppm NaCl, varietas Anjasmoro menunjukkan tinggi

planlet yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 1,94 cm, diikuti

varietas Detam 2 (1,87cm), Sibayak (1,51cm), Grobogan 1,13cm. Sedangkan

tinggi planlet yang terendah pada varietas Seulawah yang diberi 10.000 ppm NaCl

(43)

Panjang Akar (cm)

Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 10 terlihat perlakuan beberapa

varietas kedelai dan konsentrasi NaCl berpengaruh nyata terhadap panjang akar.

Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata terhadap panjang akar (cm).

Tabel 3. Panjang Akar (cm) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa dengan pemberian tanpa NaCl

(NaCl 0 ppm) panjang akar (cm) lebih dari 5 cm yang tertinggi diperoleh pada

interaksi varietas Gumitir (7,93cm), Tanggamus (6,98cm), pada perlakuan tanpa

NaCl (NaCl 0 ppm). Sedangkan tinggi planlet kurang dari 5cm pada varietas

Burangrang (4,77cm), Bromo (4,72cm), Kaba (4,18cm), Cikuray (4,04cm),

(44)

Malabar (3,22cm), Panderman (3,22cm), Detam 1 (3,15cm), Wilis (3,14cm),

Grobogan (2,99cm), Sinabung (2,52cm), Ijen (2,46cm), Seulawah (2,29cm),

Argomulyo (2,27cm), Kawi (2,27cm).

Dengan pemberian 2.500 ppm NaCl, varietas Tanggamus menunjukkan

panjang akar yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 4,62 cm,

diikuti oleh varietas Bromo (4,56cm). Sedangkan panjang akar yang terendah

pada varietas Argomulyo yang diberi 10.000 ppm NaCl yaitu 1,11 cm.

Dengan pemberian 10.000 ppm NaCl, varietas bromo menunjukkan

panjang akar yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 1,09 cm.

Sedangkan panjang akar yang terendah pada varietas Kawi yang diberi 10.000

(45)

Volume Akar (ml)

Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 12 terlihat perlakuan beberapa

varietas kedelai dan konsentrasi NaCl berpengaruh nyata terhadap volume akar.

Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata terhadap volume akar (cm).

Tabel 4. Volume Akar (ml) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

Varietas Konsentrasi NaCl Rataan

G0

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dengan pemberian tanpa Nacl

(NaCl 0 ppm)volume akar (ml) lebih dari 1 ml yang tertinggi diperoleh pada

interaksi varietas Gumitir (1,98ml), Detam 2 (1, 86ml), anjasmoro (1,80ml),

Grobogan (1,46ml), Tanggamus (1,16ml), dengan pemberian tanpa NaCl (NaCl 0

ppm). Sedangkan volume akar kurang dari 1 ml pada varietas Detam 1 (1 ml),

(46)

(0,68ml), Kaba (0,60ml), Bromo (0,56ml), Ratai (0,52ml), Ijen (0,44ml), Malabar

(0,40ml), Seulawah dan Burangrang (0,32ml).

Pemberian 2.500 ppm NaCl, varietas Detam 2 menunjukkan volume akar

yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 1,50 ml, diikuti oleh

varietas Gumitir (1,00 ml). Sedangkan volume akar yang terendah pada varietas

Argomulyo yang diberi 10.000 ppm NaCl yaitu 0,08 ml.

Pemberian 10.000 ppm NaCl, varietas Gumitir menunjukkan volume akar

yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 0.16 ml. Sedangkan

panjang akar yang terendah pada varietas Sinabung yang diberi 10.000 ppm NaCl

yaitu 0,02 ml.

Jumlah Daun

Berdasarkan sidik ragam pada Lampiran 14 terlihat bahwa konsentrasi

NaCl berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tetapi dapat dilihat ada

kecenderungan penurunan jumlah daun terhadap peningkatan konsentrasi NaCl

pada media. Jumlah daun yang tertinggi diperoleh pada interaksi varietas Kaba

dengan pemberian tanpa diberi NaCl (NaCl 0 ppm) (1,47), diikuti varietas Detam

2 (1,33), Tanggamus (1,27), Grobogan (1,20), Ratai (1,13), Cikuray dan

Panderman (1,07), dengan pemberian tanpa diberi NaCl. Pada perlakuan yang

telah diberi NaCl dengan konsentrasi 2.500 ppm, varietas Cikuray dan Ratai

menunjukkan jumlah daun tertinggi (1,07).

Dengan pemberian 10.000 ppm NaCl, varietas Detam 1, Tanggamus, dan

Grobogan menunjukkan jumlah daun yang tertinggi dibandingkan dengan varietas

(47)

Tabel 5. Jumlah Daun beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom dan baris yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

Bobot Basah Akar (g)

Berdasarkan sidik ragam pada Lampiran 18 terlihat bahwa konsentrasi

NaCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar, tetapi dapat dilihat ada

kecenderungan penurunan bobot basah akar terhadap peningkatan konsentrasi

NaCl pada media. Bobot basah akar yang tertinggi diperoleh pada interaksi

varietas Detam 2 dengan pemberian tanpa diberi NaCl (NaCl 0 ppm) yaitu 1,51g,

diikuti varietas Grobogan (1,38 g), Cikuray (1,33 g), Anjasmoro (1,26 g),

Tanggamus (1,01 g) dan Gumitir (1,00 g) dengan pemberian tanpa diberi NaCl.

Pada perlakuan yang telah diberi NaCl dengan konsentrasi 2.500 ppm, varietas

Detam 2 menunjukkan bobot basah akar yang tertinggi yaitu 1,12 g.

Dengan pemberian 10.000 ppm NaCl, varietas Grobogan menunjukkan

(48)

diikuti varietas Anjasmoro, Tanggamus dengan bobot basah akar 0,32g.

Sedangkan bobot basah akar yang terendah pada varietas Burangrang dan

Argomulyo yang diberi 10.000 ppm NaCl yaitu 0,01g.

Tabel 6. Bobot basah akar (g) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

Varietas Konsentrasi NaCl Rataan

G0

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom dan baris yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

Bobot Kering Akar (g)

Berdasarkan sidik ragam pada Lampiran 16 terlihat bahwa konsentrasi

NaCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar, tetapi dapat dilihat ada

kecenderungan penurunan bobot kering akar terhadap peningkatan konsentrasi

NaCl pada media. Bobot kering akar yang tertinggi diperoleh pada interaksi

varietas Grobongan pada perlakuan tanpa diberi NaCl (NaCl 0 ppm) yaitu

0,3140 g, diikuti varietas Tanggamus (0,3004 g), Anjasmoro (0,2742 g), dan

(49)

diberi NaCl dengan konsentrasi 2.500 ppm, varietas Grobogan menunjukkan

bobot kering akar yang tertinggi yaitu 0,1720 g.

Pada perlakuan 10.000 ppm NaCl, varietas Detam 2 menunjukkan bobot

kering akar yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 0,0112 g,

diikuti varietas Grobogan dengan bobot kering akar 0,0102 g. Sedangkan bobot

kering akar yang terendah pada varietas Kawi pada perlakuan 10.000 ppm NaCl

yaitu 0,0001 g.

Tabel 7. Bobot kering akar (g) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

Varietas Konsentrasi NaCl Rataan

G0

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom dan baris yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

Bobot basah tajuk (g)

Berdasarkan sidik ragam pada Lampiran 20 terlihat bahwa konsentrasi

NaCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk, tetapi dapat dilihat ada

(50)

NaCl pada media. Bobot basah tajuk yang tertinggi diperoleh pada interaksi

varietas Grobongan pada perlakuan tanpa diberi NaCl (NaCl 0 ppm) yaitu 1,89

g, diikuti varietas Bromo (1,66 g), Tanggamus (1,59 g), Cikuray (1,46 g) dan

Anjasmoro (1,44 g) pada perlakuan tanpa diberi NaCl. Pada perlakuan yang telah

diberi NaCl dengan konsentrasi 2.500 ppm, varietas Bromo menunjukkan bobot

basah tajuk yang tertinggi yaitu 1,47 g.

Pada perlakuan 10.000 ppm NaCl, varietas Bromo menunjukkan bobot

basah tajuk yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 0,74 g,

diikuti varietas Tanggamus (0,67 g) dan Detam 2 (0,49 g). Sedangkan bobot basah

tajuk yang terendah pada varietas Argomulyo pada perlakuan 10.000 ppm NaCl

yaitu 0,05 g.

Tabel 8. Bobot basah tajuk (g) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

Varietas Konsentrasi NaCl Rataan

G0

(51)

Bobot kering tajuk (g)

Berdasarkan sidik ragam pada Lampiran 22 terlihat bahwa konsentrasi

NaCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk, tetapi dapat dilihat ada

kecenderungan penurunan bobot kering tajuk terhadap peningkatan konsentrasi

NaCl pada media. Bobot kering tajuk yang tertinggi diperoleh pada interaksi

varietas Anjasmoro pada perlakuan tanpa diberi NaCl (NaCl 0 ppm) yaitu 0,76 g,

diikuti varietas, Tanggamus (0,70 g), Ratai (0,69), Cikuray (0,66 g) dan Detam 2

(0,63 g) pada perlakuan tanpa diberi NaCl. Pada perlakuan yang telah diberi NaCl

dengan konsentrasi 2.500 ppm, varietas Ratai menunjukkan bobot kering tajuk

yang tertinggi yaitu 0,66 g.

Pada konsentrasi 10.000 ppm NaCl, varietas Tanggamus menunjukkan

bobot kering tajuk yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu

0,32g, diikuti varietas Bromo (020 g). Sedangkan bobot kering tajuk yang

terendah pada varietas Malabar dan Seulawah pada perlakuan 10.000 ppm NaCl

yaitu 0,01 g.

Tabel 9. Bobot kering tajuk (g) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl

V11=Burangrang 0,34 0,25at 0,26at 0,24at 0,08as 0,23cde

V12=Tanggamus 0,70 0,63at 0,59at 0,52t 0,32t 0,55a

V13=Gumitir 0,58 0,48at 0,14s 0,06s 0,04as 0,26cd

(52)

V15=Sinabung 0,50 0,42at 0,12at 0,10as 0,02as 0.23cde

V16=Panderman 0,27 0,21at 0,04s 0,02s 0,02as 0,12efg

V17=Malabar 0,30 0,14as 0,05s 0,03s 0,01as 0,11efg

V18=Grobogan 0,59 0,42at 0,15as 0,12as 0,04as 0,26cd

V19=Seulawah 0,19 0,10as 0,04s 0,02s 0,01s 0,07fg

V20=Kawi 0,34 0,20as 0,10as 0,05s 0,03s 0,15defg

Rataan 0,46a 0,35b 0,20c 0,14d 0,08e

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji jarak duncan pada taraf α =0,05 (atau 5%)

s = sensitif as = agak sensitif at = agak toleran t = toleran

Pembahasan

Interaksi antara varietas dan media tanam dengan berbagai konsentrasi

NaCl secara nyata berpengaruh terhadap persentase hidup kedelai. Konsentrasi

NaCl 0 ppm menunjukkan persentase hidup yang tinggi untuk semua varietas

yang diuji. Semakin tinggi konsentrasi NaCl pada media tanam persentase hidup

menurun.

Varietas Bromo menunjukkan kemampuan bertahan hidup dengan

persentase hidup yang terbesar dibandingkan varietas lain sejalan dengan

peningkatan konsentrasi garam pada media, bahkan pada konsentrasi 10.000 ppm

persentase hidup varietas Bromo masih mencapai 53,32%. Varietas lain yang juga

menunjukan potensi cukup baik untuk hidup pada konsentrasi NaCl yang tinggi

adalah Tanggamus, Grobogan, Anjasmoro dan Sibayak.

Varietas yang menunjukkan persentase hidup tertinggi pada konsentrasi

NaCl 10.000 ppm adalah Bromo. Varietas lain yang menunjukkan persentase

hidup cukup tinggi pada konsentrasi NaCl 10.000 ppm adalah Grobogan,

Tanggamus, Anjasmoro dan Gumitir. Sedangkan persentase hidup yang terendah

(53)

Varietas Cikuray menunjukkan kemampuannya mempertahankan

persentase hidup dengan baik sampai konsentrasi NaCl 7.500 ppm, tetapi

mengalami penurunan yang nyata pada konentrasi NaCl 10.000 ppm. Varietas

lain yang menunjukkan penurunan persentase hidup yang tinggi sejalan dengan

peningkatan konsentrasi NaCl pada media adalah Argomulyo, Kawi dan

Seulawah.

Perbedaan toleransi setiap varietas terhadap kondisi salin yang disebabkan

penambahan garam NaCl pada media menunjukkan perbedaan sifat genetis yang

terdapat pada masing-masing varietas. Phang et al (2008) menyatakan bahwa

tingkat toleransi kedelai terhadap garam bervariasi menurut varietas dan stadia

tumbuh. Pengaruh garam pada tahap awal dan persentase perkecambahan lebih

menonjol pada varietas yang sensitif terhadap garam dibandingkan dengan

varietas yang toleran. Varietas yang toleran terhadap salinitas akan mampu

beradaptasi terhadap kondisi salin yang ekstrim melalui mekanisme adaptasi

morfologi dan fisiologis.

Perbedaan persentase hidup sebagai hasil interaksi antara berbagai varietas

dan konsentrasi NaCl pada media tanam menunjukkan tingkat toleransi kedelai

terhadap salinitas. Blaylock (1994) mengklasifikasikan tingkat toleransi tanaman

terhadap salinitas menjadi empat kelompok yaitu tanaman yang sensitif, agak

sensitif, agak toleran dan toleran. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka

varietas yang toleran adalah Bromo, varietas agak toleran adalah Anjasmoro,

Grobogan, Cikuray, dan Tanggamus, varietas yang agak sensitif adalah Detam 2,

Wilis, Gumitir, Detam 1, Sinabung, Panderman dan Malabar, sedangkan varietas

(54)

Seulawah, dan Kawi. Varietas kedelai yang toleran dan agak toleran diharapkan

dapat dikembangkan di lahan dengan tingkat salinitas tinggi sehingga akan

diperoleh pertumbuhan dan produksi kedelai yang lebih baik.

Pengaruh masing-masing faktor yaitu varietas dan konsentrasi NaCl pada

media berpengaruh nyata terhadap kesemua peubah amatan. Pertumbuhan kedelai

sangat dipengaruhi oleh varietas yang dikaitkan dengan kondisi lingkungan,

pemilihan varietas yang tepat akan akan mendukung pertumbuhan kedelai. Hal ini

sesuai dengan pendapat Allard (2005) yang menyatakan bahwa gen suatu tanaman

tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter kecuali tanaman tersebut

berada pada lingkungan yang sesuai dan sebaliknya tidak ada pengaruh terhadap

berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaaan lingkungan

terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun harus disadari bahwa keragaman

yang diamati terhadap sifat-sifat terutama yang disebabkan oleh perbedaan gen

yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap viabilitas di dalam sifat

yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu

berada.

Sitompul dan Guritno (1995) juga menyatakan bahwa perbedaan susunan

genetik merupakan salah satu penyebab keragaman penampilan tanaman.

Keragaman penampilan tanaman akibat susunan genetik selalu mungkin terjadi

sekali pun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama.

Penambahan NaCl dengan berbagai konsentrasi pada penelitian ini secara

nyata mempengaruhi pertumbuhan kedelai. Hasil penelitian menunjukkan

pertumbuhan kedelai akan semakin terganggu dengan semakin meningkatnya

(55)

persentase hidup, tinggi planlet, panjanga akar, volume akar, bobot basah akar,

bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk yang terendah.

Penurunan persentase hidup disebabkan oleh faktor salinitas media tanam

yang mempengaruhi proses perkecambahan benih. Rini dkk (2005) menyatakan

bahwa faktor salinitas dapat menurunkan potensial air pada media tanam sehingga

menghambat penyerapan air oleh benih yang berkecambah.

Peningkatan konsentrasi NaCl pada media juga berpengaruh negatif

terhadap pertumbuhan kedelai sebagaimana terlihat pada penurunan bobot kering

akar dan tajuk tanaman. Tertekannya pertumbuhan tanaman disebabkan tingginya

konsentrasi NaCl pada media sehingga akar tidak mampu secara aktif menyerap

air karena tekanan osmotik di akar lebih rendah dibandingkan dengan tekanan

osmotik pada media tanam. Selain itu juga disebabkan tanaman mengalami

keracunan unsur Na dan Cl. Noor (2004) menyatakan bahwa kelarutan garam

yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara oleh tanaman, seiring

terjadinya peningkatan tekanan osmotik. Sipayung (2003) juga menyatakan bahwa

salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat

pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa

Gambar

Tabel 1. Persentase hidup (%) beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl Konsentrasi NaCl
Tabel 2. Tinggi tanaman (cm)  beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl
Tabel 3. Panjang Akar (cm)  beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl
Tabel 4. Volume Akar (ml)  beberapa varietas kedelai pada berbagai konsentrasi NaCl Varietas Konsentrasi NaCl Rataan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yayasan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai macam bentuk dan tujuan. Yayasan tersebut secara khusus berada pada bidang kerja yang

Untuk itu diperlukan kajian yang mendalam terhadap potensi rambut jagung sebagai salah satu sumber antioksidan alami dengan mempelajari pengaruh konsentrasi pelarut

[r]

[r]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

The social marketing process can be broadly modelled in terms of three components: a social network through which advertising information is propagated, a set of users that propagate

Koordinasi diantara petani, tengkulak, distributor dan pedagang sangat penting untuk mewujudkan kelancaran supply chain. Di Kota Medan koordinasi yang ada terbatas

H0 = Tidak terdapat aktivitas hepatoprotektif dari pemberian ekstrak kurma ruthab ( Phoenix dactylifera ) terhadap sayatan histologi hepar mencit ( Mus musculus )

Berdasarkan hasil analisis peneliti dilapangan, dari penelitian yang berjudul (Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Pelaksanaan nya