Memang sudah menjadi tugas seorang wartawan untuk melakukan tugas jurnalistik yang meliputi, mengumpulkan, mengolah serta menyajikan fakta yang ditemukan menjadi sebuah informasi dan dipublikasikan melalui media massa. Namun dalam melakukan tugas jurnalistik tersebut seorang wartawan harus mempunyai kompetensi tertentu sehingga profesionalisme wartawan tetap terjaga.
Profesi wartawan adalah profesi yang bukan sekedar mengandalkan keterampilan seorang tukang. Ia adalah profesi yang watak, semangat, dan cara kerjanya berbeda dengan seorang tukang. Oleh karena itu, masyarakat memandang wartawan sebagai professional (Hikmat dan Purnama, 2005:115).
Kompetensi wartawan merupakan kemampuan seorang wartawan dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik yang menunjukkan pengetahuan dan tanggung jawab sesuai tuntuan profesionalisme yang dipersyaratkan. Secara luas dapat diartikan kompetensi tersebut mencakup penguasaan keterampilan (skill), didukung dengan pengetahuan (knowledge), dan dilandasai kesadaran (awerness) yang dialakukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi jurnalsitik (Dewan Pers:2005:27).
Apa lagi di era informasi ini, wartawan menghadapi tuntutan masyarakat dan perekembangan persoalan sosialyang tumbuh semaki kompleks. Karena itu, untuk menghadapi tuntutan dan persoalan tersebut wartawan harus memiliki serta terus menerus meningkatkan berbagai kompetensi yang diperlukan.
Dalam perumusan kompetensi wartawan terdapat, tedapat sejumlah aspek mendasar yang perlu diperhatikan. Dari hasil wacana yang berkembang, Dewan Pers (2005:28) mengutip dari hasil lokakarya dan diskusi mengenai kompetensi wartawan, secara
mendasar kompetensi tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga kategori kompetensi yaitu :
1. Kesadaran (Awareness) : mencakup kesadaran tentang etika, hukumm dan karir.
2. Pengetahuan (knowledge) : mencakup pengetahuan umum dan pengetahuan khusus sesuai bidang kewartawanan yang bersangkutan.
3. Keterampilan (skill) : mencakup keterampilan menulis, wawancara, riset, investigasi, menggunakan berbagai peralatan, seperti komputer, kamera, mesin scanner, faksimili, dan sebagainya.
Dari ketiga kompetensi inilah sebenarnya wartawan di tuntut untuk bekerja secara professional bukan menjadi wartawan amatir. Karena dengan sikap profesionalisme tersebut akan menimbulkan dalam dirinya rasa dan sikap menghormati martabat dan hak-hak orang lain yang diliputnya. Demikian pula tidak secara langsung sikap tersebut mejaga martabatnya sendiri karena dengan sikap terebut ia akan mendapat kepercayaan masyarakat dalam menjalankan tugasnya sebagai wartawan profesional.
Hikmat dan Purnama (2005:115) mengatakan :
Dalam persepsi diri para wartawan sendiri, istilah “Profesional” memilii tiga arti : pertama, professional adalah kebalikan dari amatir; kedua, sifat pekerjaan wartawan menuntut pelatihan khusus; ketiga, norma-norma yang mengatur prilakunya dititik beratkan pada kepetingna khalayak pembaca. Selanjutnya ada dua norma yang dapat diidentifikasikan yaitu : pertama, norma teknis (keharusan menghimpun berita dengna cepat, keterampilan menulis, dan menyunting, dsb.), kedua, norma etis (kewajiban kepada pembaca serta nilai-nilai seperti tanggungjawab, sikap tidak memihak, sikap peduli, sikap adil, objektif dan lain-lain yang semuanya harus tercermin dalam produk tulisannya).
Secara ringkas The Poynter Institute sebuah lembaga kajian media di Amerika, menjelaskan aspek-apek kompetensi wartawan dapat dirumuskan dalam bentuk bagan
“Piramida Kompetensi” (The Poynter Institute dikutip dari Dewan Pers:2005 : 29).
Gambar 1.1 : Bagan Piramida Kompetensi Wartawan
1. Kesadaran (awareness)
Kesadaran yang dimaksud ialah kesdaran dimana seorang wartawan dalam melakukan tugas juranlisnya dituntut harus menyadari norma-nomra etika dan ketentuan hukum yang berkaitan dengan karya jurnalistik sehingga memahami arti profesionalisme. Kesadaran tersebut meliputi kesadaran etika, kesadaran hukum, dan kesadaran karir (Dewan Pers:2005 : 29).
a. Kesadaran Etika
Kesadaran akan etika merupakan hal yang sangat penting sekali karena menyangkut profesi kewartawanan. Dalam hal ini dengan dengan adanya keadaran tersebut mekanisme kinerja wartawan akan selalu mengacu pada kode etik yang berlaku baik itu dari perusahaan persnya maupun kode etik yang dikeluarkan oleh Dewan Pers. Selain itu dengan kesadaran tersebut akan memudahkan wartawan dalam mengetahui kesalahan-kesalahan dan menghindari kesalahan-keslahan tersebut, seperti plagiasi, menerima imbalan, menentukan kelayakan berita, dan menjaga kerahasiaan sumber berita
Karena itu jika kurangnya kesadaran wartawan terhadap etika akan berakibat serius. Dapat diartikan wartawan tersebut mengalami kegagalan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Tanpa kemampuan menerapkan etika, wartawan rentan terhadap kesalahan dan dapat memunculkan persoalan akibat berita yang tidak akurat dan bias, privasi, tidak menghargai sumber berita dan kerja jurnalistik yang buruk.
Untuk menjaga hal tersebut, maka wartawan harus memiliki beberapa hal berikut ini (Dewan Pers:2005 : 31) :
1) Memiliki integritas, tegas dalam prinsip, kuat dalam nilai-nilai.
Wartawan yang beretika melaksnaakan misinya, memiliki tekad pada standar jurnalistik yang tinggi dan bertanggung jawab.
2) Melayani kepentingan public, memantau mereka yang berkuasa agar bertanggung jawab, menyuaraka mereka yang tidak bersuara.
3) Berani dalam keyakinan dan bersikap independen, mempetanyakan otoritas, dan menghargai perbedaan.
b. Kesadaran Hukum
Selain sadar terhadap etika, wartawan juga dituntut untuk sadar terhadap hukum. Maka dari itu seorang wartawan wajib memahmi UU Pers sebagai landasan hukumnya untuk menjaga kehormatan dan melindungi hak-haknya secara hukum.
Wartawan dituntut untuk memahami ketentuan hukum yang terkait dengan kerja jurnalistik, misalnya UUD 1945 Pasal 28, UU Pers No. 40 Tahun 1999, UU Penyiaran, KUHP dan UU Hak Cipta (Dewan Pers:2005:32). Sementara itu wartawan juga perlu memahami aspek-aspek hukum yang diatur dalam berbagai UU dan pengaruhnya bagi kerja kewartawanan dan keamasyarakatan.
c. Kesadaran Karir
Kesadaran karir ini bertujuan guna memastikan bahwa profesinya menjajikan jenjang karir, kepastian kerja dan kesejahteraan, adanya job deskripsi, hak dan kewajiban dan reward yang jelas. Karena itu bekerja di suatu perusahaan media perlu dilandasi adanya Surat Kesepakatan Kerja Bersama (SKKB) antara perusahaan dan karyawan serta meamahami visi misi perusahaan pers yang tertuang dalam statuta perusahaan.
2. Pengetahuan (knowledge)
Seorang wartawan harus menguasai sejumlah pengetahuan baik itu pnegetahuan umum, pengetahuan khusus atau pengetahuan teknis. Dengan sejumlah
pengetahuan yang dimiliki wartawan, ini akan membantu dalam proses jurnalistik sebagai basis inforasi untuk memerankan fungsi pers sebagia pendidik dan informative. Karena wartawan tanpa pengetahuan yang memadai, hanya akan menghasilkan karya jurnalistik yang dangkal sehingga tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dalam bukunya “Kompetensi Wartawan” Dewan pers (2005) memaparkan pengetahuan yang harus dimiliki seorang wartawan di klasifikasikan mejadi 3 bagian sebagai berikut:
a. Pengetahuan Umum
Kompetensi pengetahuan umum ini mencakup pengetahuan umum dasar, seperti ilmu budaya, ilmu politik, sejarah, sosialdan ekonomi. Kompetensi ini sebagai upaya wartawan untuk mampu mengikuti perkembangan sosialsehingga mampu menyajikan informasi yang layak kepada audiensnya.
Karena itu, sebuah kewajiban bagi para wartawn untuk memperbarui pengetahuannya dengan menggali pengetahuan dari berbagai sumber baik buku atau jurnal ilmiah dan lain sebagainya.
b. Pengetahuan Khusus
Kompetensi pengetahuan khusus diperlukan bagi wartawan yang memilih atau ditugaskan pada liputan isu-isu spesifik. Misalnya bagi wartawan peliput masalah ekonomi perlu kiranya memahami ekonomi makro, keuangan, statistika dan lain sebagainya.
c. Pengetahuan teori jurnalistik dan komunikasi
Sebelum terjun ke lapangan perlu kiranya seorang wartawan mengetahui teori jurnalistik dan komunikasi sebagai bekal dasar dalam proses peliputan dan juga supaya memhami bidang dan wilayah kerjanya. Karena kegiatan jurnalisme tidak sekedar berita dan informasi tetapi didalamnya mencakup juga etika, dan tanggung jawab social.
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (dikutip dari Dewan Pers 2005), mengatakan ada sembilan elemen jurnalisme yang patut diketahui wartawan :
Kewajiban jurnalisme adalah pada kebenaran; jurnalisme loyal pada public;
jurnalisme berarti disiplin verifikasi; para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita; selalu bersikap sebagai pemantau kekuasaan; menyediakan forum public untuk mengkritik maupun mendukung warga; berupaya membuat hal yang penting, menarik dan
relevan; menjaga berita agar selalu komprehensif dan proporsional; dan para praktisinya bekerja mengikuti hati nurani.
3. Keterampilan (Skill)
Penguasaan keterampilan mutlak harus dimiliki oleh wartawan, karena mustahil mampu mejalankan tugas sebagai wartawan jika tidak menguasai teknis jurnalistik, seperti teknik menulis, wawancara dan sebagainya. Ketrampilan yang dimaksud ialah keterampilan reportase, keterampilan menggunakan alat, dan keterampilan teknologi informasi (Dewan Pers:2005 : 35).
a. Keterampilan Reportase
Kompetensi reportase mencakup kemapampuan menulis, mewawancara dan melaporkan informasi secara akurat, jelas, bias dipertanggung jawabkan dan layak. Keterampilan menulis meliputi mampu menulis dengan jerlas dalam penggunaan tata bahasa, pemilihan kata, dan tanda baca. Memiliki pembendaharran kata yang luas sehingga mampu paragraf dengan baik.
Sedangkan keterampilan wawancara sangat penting untuk memastikan saling kepemahaman dengan sumber berita. Dengan demikian wartawan diharapkan bias berkomuniksi secara efektif menggunakan bahasa yang baik dan benar.
b. Keterampilan Menggunakan Alat
Keterampilan dalam menggunakan alat merupakan hal penting terutama dalam menggunakan komputer ketika proses penyusunan laporan, bukan hanya mengetik tulisan melainkan untuk menyusun data base ketika menysusun laporan investigasi. Keterampilan ini juga harus didukung dengan kemampuan menggunakan aplikasi multimedia seperti, photoshop, page maker (pembuat layout), dan sebagainya.
Selain itu, wartawan dituntut mampu mengoperasikan foto kamera, video kamera, dan mampu mengoperasikan alat scan dan dapat mengoperasikan alat rekam suara.
c. Keterampilan Teknologi Informasi
Seorang wartawan harus mampu juga dalam hal tekonologi informasi, seperti keterampilan dalam mengakses internet seperti e-mail, mailing list, newsgroup, serta menyusun laporan dalamp format internet apa lagi sekarang adanya media online.
Kompetensi ini harus dimiliki wartawan jika ia ingin tetap kompetitif di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini.disaping itu pula wartawan harus memiliki otentisitasi inforamasi yang tersebar di internet terkait akurasi dan keshahihan informasinya.