• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Metodik Kemampuan untuk:

Dalam dokumen ETIKA PROFESI KETEKNIKAN PERTANIAN (Halaman 147-200)

Kekayaan Intelektual

2. Kompetensi Metodik Kemampuan untuk:

- Mengumpulkan dan menganalisa informasi

- Mengevaluasi informasi - Orientasi tujuan kerja

3. Kompetensi Individu Kemampuan untuk: - Inisiatif - Dipercaya - Motivasi - Kreativ

4. Kompetensi Sosisal

Kemampuan untuk: - Berkomunikasi

- Kerja kelompok - Kerjasama

Peran IQ, EQ, SQ, CQ, dan AQ dalam perkembangan Profesi.

Menurut Daniel Goleman (1996):

Orang yang mempunyai IQ tinggi tetapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan

yang lebih besar dibanding dengan orang yang IQ (15%) nya rata-rata tetapi EQ

(85%) nya tinggi. Artinya bahwa

penggunaan EQ atau olahrasa justru menjadi hal yang sangat penting

IQ = Intelegence Quotient (Kecerdasan mengerjakan atau melakukan)

EQ= Emotional Quotient (Kecerdasan Emosi) SQ= Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual) CQ= Creativity Quotient (Kecerdasan

Kreativitas)

AQ=Adversity Quotient (Kecerdasan menghadapi masalah)

Intellegensi (IQ)

Menurut Marten Pali (1993) intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.

Pengukuran Intellegensi Very superior : 130 – Superior : 120 – 129 Brght normal : 110 – 119 Average : 90 – 109 Dull Normal : 80 – 89 Borderline : 70 – 79

Fanatisme adalah sebuah keadaan ketika seseorang atau sekelompok menganut sebuah pemikiran dengan membadibuta

sehingga menganggap diri paling benar dan yang lain salah, atau lebih rendah dari

dirinya.

Jernihkan pikiran anda terlebih dulu sebelum menilai sesuatu. Jangan melihat sesuatu

karena rekaan di pikiran anda, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.

Cooper dan Sawaf dalam Tikollah dkk (2006) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi.Kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri

dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secaraefektif energi

Sedangkan Goleman (2005) mendefnisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan

lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan

kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat Menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

EQ (Emosi) dalah letupan perasaan seseorang Pengertian EQ (kecerdasan emosi:

1. Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,

mengelola emosi dengan baik dan berhubungan dengan orang lain

2. Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi 3. Kemampuan mengindra, memahami dan dengan

efektif menerapkan kekuatan, ketajaman, emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh 4. Bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri,

Aspek EQ ada lima:

1. Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri) 2. Kemampuan mengelola

emosi( Penguasaan diri)

3. Kemampuan memotivasi diri

4. Kemampuan mengendalikan emosi orang lain

5. Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati)

Perilaku Cerdas Emosi

1. Menghargai emosi negatif orang lain

2. Sabar menghadapi emosi negativ orang lain 3. Sadar dan menghargai emosi diri sendiri

4. Emosi negatif untuk membina hubungan 5. Peka terhadap emosi orang lauin

6. Tidak bingung menghadapi emosi orang lain 7. Tidak menganggap lucu emosi orang lain

8. Tidak memaksa apa yang harus dirasakan 9. Tidak harus membereskan emosi orang lain 10.Saat emosional adalah saat mendengarkan

EQ tinggi adalah:  Berimpati

 Mengungkapkan dan memahami perasaan  Mengendalikan amarah

 Kemandirian

 Kemampuan menyesuaikan diri  Disukai

 Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi  Ketekunan

 Kesetiakawanan  Keramahan

EQ mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan

profesional:D GOLEMAN

 90 % prestasi kerja ditentukan oleh EQ  Pengetahuan dan teknis hanya

Goleman , berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi sangat berbeda dengan IQ. Sementara kemampuan yang murni kognitif (IQ)mrelatif tidak berubah, maka kecerdasan emosi dapat dipelajari kapan saja.

Kecerdasa emosi dapat meningkat dan terus ditingkatkan sepanjang kita hidup.

Emosi menyulut kreativitas, kolaborasi, inisiatif, dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi untuk

mengantisipasi dorongan-dorongan keliru, untuk kemudian menyelaraskannya dengan proses kehidupan dengan sentuhan

manusiawi. Disamping itu, emosi ternyata salah satu kekuatan penggerak. Bukti2

menunjukkan bahwa nilai-nilai dan watak seseorang dalam hidup ini tidak berakar

Dalam islam, hal2 yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual, seperti

konsistensi (istiqomah), kerendahan hati

(tawadhu), berusaha dan berserah diri

(tawakal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun),

integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan Akhlakul Karimah.

Hasil Penelitian menyatakan bahwa individu yang mempunyai IQ tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sedangkan yang IQ rendah justru sangat berprestasi.

IQ tinggi sering kali memiliki sifat2 menyesatkan sbagai berikut:

 Yakin tahu semuanya

 Sering menggunakan pikiran untuk menalar bukan

untuk merasakan

 Meyakini bahwa IQ lebih penting dari EQ

 Sering membuat prioritas2 yang merusak kesehatan

Membangun benteng untuk mencapai ketrampilan emosional : Dr. Patricia Patton

1. Paham pentingnya peran emosi dan pemahaman yang memungkinkan anda merasakan perbedaan besar dalam bagaimana kita mengendalikan

emosi

2. Mengekspresikan kenyataan bahwa tidak seorangpun memiliki perasaan yang sama tentang persoalan yang serupa

3. Mengekang emosi adalah tindakan tidak sehat dan dapat mengarah kita kedalam cara2 yang negatif

4. Mempertajam intuisi pemecahan masalah

ketuika menghadapi suatu masalah yang kitra tidak mungkin dapat mengontrol

5. Mengetahui keterbatasan diri sendiri dan tahu kapan kita perlu mengubah strategi

6. Memungkinkan orang lain menjadi diri sendiri, tanpa memaksakan harapan kita pada mereka

7. Mengetahui diri sendiri dan menghargai potensi yang kita miliki bagi pertumbuhan pribadi

8.Mengetahui pentingnya kasih sayang, perhatian dan berbagai bersama.

SQ ( Spiritual Quotient)

Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri Menurut Agus N. Germanto, 2001:

Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat

diri

seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu.

Zohar dan Marshall, 2002

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan

makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna

yang

lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Kecerdasan spiritual adalah -Kecerdasan jiwa;

-Kecerdasan yang membuat seseorang menjadi utuh, sehingga dapat keberadaannya;

-Memungkinkan seseorang dapat mengetahui apa sesungguhnya dirinya dan organisasinya;

-Membuat persentuhan dengan sisi dalam keberadaan seseorang dan dengan mata air potensialitasnya;

-Memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk beralih dari sisi dalam itu ke permukaan keberadaan seseorang, tempat seseorang

bertindak, berpikir, dan merasa;

-Juga menolong seseorang untuk berkembang. Lebih dari sekedar melestarikan apa yang diketahui atau yang telah ada; membawa

seseorang pada apa yang tidak diketahui dan pada apa yang mungkin;

-Membuat seseorang menghasratkan motivasi-motivasi yang lebih tinggi dan membuatnya bertindak dengan motivasi-motivasi ini.

Menurut Zohar dan Marshall (2002), ada beberapa indikasi dari kecerdasan spiritual yang telah

berkembang dengan baik yang mencakup: a) Kemampuan untuk bersikap feksibel,

b) Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi,

c) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,

d) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui perasaan sakit,

e) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, f) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang

g) Kecenderungan untuk berpandangan holistik,

h) Kecenderungan untuk bertanya

“mengapa” atau “bagaimana jika” dan

berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar,

i) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

Zohar dan Marshall, 2002

Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama.

Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifk dan budaya manapun, serta

mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan

kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat agama menjadi perlu.

SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan

untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensip dan transendental.

Penemu Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah Danah Zohar dan Lan Marshall, 2000

menyatakan bahwa SQ cenderung

diperlukan bagi setiap hamba Tuhan untuk dapat berhubungan dengan Tuhannya.

Gagasan, energi, nilai, visi, dorongan, dan arah panggilan hidup, mengalir dari dalam dari suatu keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta.

Paul Edwar menyatakan bahwa SQ adalah bukti ilmiah.

Ini adalah benar ketika anda merasakan keamanan (secure), kedamaian (peace), penuh cinta (Loved) dan bahagia (happy). Ketika dibedakan dengan suatu kondisi

dimana anda merasakan ketidak amanan, ketidak bahagiaan, dan ketidak cintaan.

Victor Frank (Psikolog); Pencarian manusia akan makna hidup merupakan motivasi

utamanya dalam hidup itu.

Kearifan spiritual adalah sikap hidup arif

dan bijak secara spiritual, yang cenderung lebih bermakna dan bijak, bisa menyikapi sesuatu secara lebih jernih dan benar

SQ dalam Penelitian Neurolog V.S.

Ramachandran dan Timnya di Universitas California dari hasil penelitiannya

menemukan adanya “ Titik Tuhan” (Got Spot) di dalam otak manusia.

Pusat spiritual tersebut bersinar(bergetar) ketika seseorang terlibat dalam

pembicaraan tentang topik-topik spiritual dan agama

Ciri-ciri SQ tinggi

Menurut Dimitri Mahayana ciri-ciri orang ber SQ tinggi adalah:

1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat 2. Mampu melihat kesatuan dalam

keanekaragaman

3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan 4. Mampu mengelola dan bertahan dalam

Memiliki Prinsip dan visi yang kuat

Prinsip: adalah suatu kebenaran yang hakiki dan fundamental berlaku secara universal bagi seluruh umat

Prinsip merupakan pedoman berperilaku,

yang berupa nilai-nilai yang permanen dan mendasar.

Tiga prinsip utama bagi orang yang tinggi spiritualnya:

1. Prinsip kebenaran

Suatu yang paling nyata dalam kehidupan ini adalah kebenaran.

Pelanggaran atas nilai kebenaran membuat kita kehilangan jati diri, hati nurani yang tidak jernih. 2. Prinsip keadilan

Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan hak yang seharusnya diterima, tidak mengabaikan, tidak mengurangi-mengurangi

3. Prinsip kebaikan

Kebaikan adalah memberikan sesuatu lebih dari hak yang seharusnya.

Contoh: seharusnya naik miklrolet sekali tiga ribu tapi kita membayar empat ribu

Visi yang kuat

Visi adalah cara pandang bagaimana

memandang sesuatu dengan visi yang benar. Dengan visi kita bisa melihat

bagaimana sesuatu dengan apa adanya, jernih dari sumber cahaya kebenaran.

Contoh: Belajar itu tidak sekedar mencari

angka raport, ijazah atau bisa mencari kerja yang bergaji pantas.

Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.

Para mahasiswa menuntut suasana kuliah

yang menyenangkan. Dosen menginginkan semangat dan hasil kuliah yang optimal.

Semua pihak berbeda tetapi sama- sama menginginkan kebaikan.

Mampu memaknai setiap sisi kehidupan. Semua yang terjadi di alam raya ini ada

maknanya. Semua kejadian pada diri kita dan lingkungan adalah ada hikmah, semua diciptakan ada tujuannya. Dalam sakit,

gagal. Jatuh, kekurangan dan penderitaan lainnya banyak pelajaran yang

mempertajam kecerdasan spiritual kita.

Demikian juga ketika berhasil kita bersyukur dan tidak lupa diri

Mampu bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

Sejarah telah membuktikan, semua orang besar atau orang sukses telah melewati liku-liku dan ujian yang besar juga.

Penderitaan dan kesulitanlah yang

menumbuhkan dan mengembangkan dimensi spiritual.

Kecerdasan spiritual bagi pelaksana profesi SDM seabagai pelaksana dari suatu profesi

dengan tingkat kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi adalah pemimpin yang tidak sekedar

beragama, tetapi terutama beriman dan bertaqwa kepada Allah AWT. Seorang

pelaksana profesi yang beriman adalah orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada, Maha

Melihat, Maha Mendengar dan Maha

Mengetahui apa2 yang diucapkan, diperbuat bahkan isi hati atau niat manusia.

Selain dari pada itu SDM sebagai pelaksana suatu profesi yang beriman adalah seorang yang percaya adanya malaikat yang

mencatat segala perbuatan yang baik

maupun yang tercela dan tidak dapat diajak kolusi. SDM sebagai pelaksana profesi tahu mana yang baik dan mana yang buruk,

mana yang benar dan mana yang salah, mana yang halal dan mana yang haram, mana yang melanggar hukum dan mana yang sesuai dengan hukum

SDM sebagai pelaksana profesi harus selalu memegang amanah, konsisten (istiqomah) dan tugas yang diembannya adalah ibadah terhadap Tuhan, oleh karena itu semua sikap, ucapan dan tindakan selalu mengacu pada nilai-nilai moral dan etika agama, selalu

memohon taufq dan hidayah Allah SWT dalam melaksanakan amanah yang

dipercayakan kepadanya.

“ Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah kamu dari perbuatan keji dan dan munkar”

PROSES PEMBERSIHAN HATI DAN PIKIRAN.

Seringkali manusia mengabaikan belenggu, yang pada akhirnya mengakibatkan dirinya terjerumus kedalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan dan lain-lainnya.

Ada tujuh belenggu yang dapat menutupi ftrah suara hati, yang tanpa disadari

Setiap diri telah dikaruniai oleh Tuhan

sebuah Jiwa, yang dengan jiwa itu, ia bebas menentukan pilihan reaksi. Berekasi positif atau negatif, bereaksi berhenti atau

melanjutkan, bereaksi marah atau sabar, berekasi reaktif atau proaktif, bereaksi baik atau buruk.

Jutuh belenggu 1. Prasangka 2. Prinsip-prinsip hidup 3. Pengalaman 4. Kepentingan 5. Sudut pandang 6. Pembanding 7. Fanatisme

1. Prasangka Negatif

“ Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan

janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian dari kamu

menggunjing sebagian yang lain”

Tindakan seseorang sangat bergantung pada pikiran

Hindari prasangka buruk, upayakan prasangka baik kepada orang lain.

Jenis Prasangka

1.Sisi Positif: tindakan positif a. Saling percaya

b. Saling mendukung c. Kooperatif

d. Terbuka

e. Performa terbaik

2. Sisi Negatif: tindakan negatif a. Defensif

b. Tertutup

c. Menahan informasi d. Non kooperatif

2. Prinsip Hidup

Prinsip hidup menghasilkan tindakan yang beragam. Prinsip hidup yang dianut telah menciptakan berbagai tipe orang dengan pemikiran dan tujuan masing-masing.

Setiap orang terbentuk dari prinsip yang dianut, hasilnya bisa dianggap hebat,

“ Dan janganlah layangkan pandanganmu kepada kenikmatan yang kami berikan kepada beberapa golongan diantara

mereka. Itu (hanyalah) kembang kehidupan dunia, supaya dapat Kami dengan demikian menguji mereka. Tapi rezeki Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal”

Di bidang politik, berlaku prinsip” Tidak ada

persahabatan abadi, yang ada kepentingan abadi” Prinsip ini sungguh melawan suara hati manusia,

yang sejatinya sangat memuliakan arti

persahabatan, tolong-menolong, kasih-sayang dan kejujuran.

“ Yang penting penampilan”, adalah salah satu prinsip yang telah membelokkan pemikiran sebagian

masyarakat menjadi konsumtif dan mendewakan penampilan luar, tanpa memperhatikan sisi

Dalam dokumen ETIKA PROFESI KETEKNIKAN PERTANIAN (Halaman 147-200)

Dokumen terkait