ETIKA PROFESI
KETEKNIKAN PERTANIAN
Bismillahhirohmanirohim
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang
Evaluasi diri dengan mengenal diri
1. Siapa saya 2. Dimana saya
Fisik atau tubuh kita terdiri antara lain: 1. Kaki
Tingkatan kecerdasan manusia diantaranya: 1. IQ = Kecerdasan intelektual = fsik= Rogo 2. EQ=Kecercasan emosional=roso =jiwo
Nilai dasar menuju prestasi gemilang: 1. Jujur
2. Tanggung jawab 3. Visioner
4. Disiplin
5. Kerjasama 6. Adil
Suara hati manusia diantaranya: 1.Ingin memberi
2.Kasih dan sayang 3. Ingin maju
Tangga Kepemimpinan:
Tingkat 1: Pemimpin yang dicintai
Tingkat 2: Pemimpin yang dipercaya Tingkat 3: Pembimbing
Apakah Etika?
Kata Etika atau etik berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Dapat juga diartikan norma-norma, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik.
Etika :
dirupakan dalam bentuk aturan (kode) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum dinilai
Etika
dalam pergaulan hidup bermasyarakat,
bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
Dengan demikian
1. etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosial.
2. etika adalah refeksi dari apa yang disebut dengan “ self control” karena segala
Profesional :
merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam
menerapkan semua keahlian dan kemahiran yang tinggi itu hanya dikontrol dan dinilai
BEBERAPA PENGERTIAN DALAM ETIKA PROFESI
1.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika adalah refeksi dari apa yang disebut dengan "self
control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in
mechanism" berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
1.2 Etika dan Estetika
Etika disebut juga flsafat moral adalah cabang flsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma.
Norma dibagi lagi menjadi norma hukum,norma moral, norma agama dan norma sopan santun.
Norma hukum berasal dari hukum dan perundang
1.3 Etika dan Etiket
• Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
• etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai
binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara
normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus
Perbedaan antara etika dengan etiket
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu.
Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika
memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.
Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
1.4 Etika dan Ajaran Moral
• Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.
Pluralisme moral diperlukan karena:
1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan;
2. modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral
tradisional;
Menurut Ahli:
1. Drs. OP Simorangkir: etika atau etik sebagai
pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika flsafat: etika
adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia.
Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan
manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri.
• Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun,
segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa
Etika dan Moralitas
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan flsafat yang merefesikan ajaran moral. Pemikiran flsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar,pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa
perkecualian.
Kritis berarti flsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.
Etika dan Agama
• Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat
untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali
rasionalitas agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak
disinggungsinggung
dalam wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.
1.5 Istilah berkaitan
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis,
ethos,iktikad dan kode etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk.
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di
tengah hutan.
Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita.
Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar seseorang
dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Kode atika atau kode etik
artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi
Teori etika sebenarnya cuma meningkatkan keamanan, kegembiraan dan kesejahteraan manusia.
Peraturan etika melibatkan semua orang yang bertujuan untuk mencapai keputusan yang baik untuk manusia sejagat.
Perilaku yang tidak beretika, walaupun tidak melanggar undang-undang boleh menjejaskan kerjanya dan reputasi kita.
Pengenalan : Teori Etika
French dan Granrose (1995) :
set panduan/peraturan
bertingkahlaku-menyelesaikan konfik terhadap keinginan
Buchnolz (1989) : sistem –panduan tingkahlaku
Perkembangan Teori Etika
Etika bermula di zaman purba apabila ahli-ahli falsafah hanya memberikan tumpuan kepada kebaikan moral.
Socrates (469-399 B.C.) menggunakan pendekatan
yang mencoba dan menggalakkan rekan-rakannya untuk berfkir tentang kebaikan dan kesehatan roh.
Ide utama Socrates tentang etika adalah berhubung dengan menyakinkan orang agar berakhlak mulia.
Socrates mengatakan bahwa kebahagian adalah mustahil
diperoleh tanpa memiliki kebaikan moral dan tindakan yang tidak beretika akan mengganggu orang lain, beliau menganggap
Plato (428-348B.C.) mengkaji hubungan etika
dan personaliti manusia
Kebaikan moral adalah suatu imbangan dan harmoni di kalangan perbedaan yang wujud dalam roh
Kebaikan moral sebagai suatu keperluan
terhadap kesihatan roh tetapi kebaikan yang sejati adalah sukar dicapai
Aristotle (384-322B.C.) pula, beliau melihat kebaikan moral agak berbeda daripada Plato danSocrates di mana beliau menyatakan bahwa kebaikan moral mempunyai hubungan yang sedikit dengan intelektual tetapi lebih kepada sifat (character) atau personaliti.
Plato dan Socrates pula mengatakan beretika itu
mempunyai hubungan yang rapat antara kebaikan moral dan personaliti yang sehat.
Sekiranya etika dahulu menekankan kebaikan moral dan rasionalnya, etika modern banyak menfokuskan kepada menentukan sifat-sifat beretika menerusi
tindakan.
Etika modern telah membentuk dua persaingan yaitu : 1.tindakan yang mempunyai sifat etika dalam dan
memerlukan status moral dari pada akibat (consequences) yang dibuat
2. tindakan itu sama ada betul atau salah.
Dahulunya ia dikenali sebagai Teologikal dan sekarang dikenali dengan Deontologikal yaitu pendekatan
Penyataan dalam Teori Etika
1. Etika deskriptif.
Merupakan suatu disiplin yang membicarakan tentang sejarah sistem moral.
Etika deskriptif memberitahu bagaimana ahli masyarakat harus
bertingkahlaku, apakah peraturan yang digunakan dan dianuti dalam sebuah masyarakat dan sebagainya.
Etika deskriptif menyadarkan manusia bahwa terdapat berbagai sistem moral yang bersifat relatif di muka bumi ini : etika Kristian, Buddha, Islam, Yahudi, Hindu etc
ETIKA DESKRIPTIF:
yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
Penyataan dalam Teori Etika
2. Etika normatif.
Merujuk kepada panduan dan peraturan yang
berkaitan dengan tingkahlaku yang baik dan jahat. Etika normatif juga menjurus kepada kenyataan
yang memberitahu apa yang mesti dilakukan dan apa yang betul.
Etika normatif menilai, mengkritik dan membuat keputusan terhadap sistem moral yang ada di samping menerangkan sesuatu undang-undang moral yang dianggap terbaik, bukan
Etika normatif mengemukakan sistem moral yang piawai berpandukan sistem sedia ada.
Etika normatif menyadarkan kita bahwa tidak semua nilai moral berubah mengikuti perubahan masa tetapi ada yang terus
kekal dipelihara meskipun budaya mengalami perubahan.
Inilah yang dikatakan sebagai nilai mutlak dan biasanya berkaitrapat dengan agama.
ETIKA NORMATIF:
etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam
hidup sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan
Etika Normatif: 1. Etika Umum:
berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan
2. Etika Khusus:
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Penerapan bisa: bagaimana mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar, atau bagaimana saya menilai perilaku sendiri atau
Etika Khusus:
1.Etika individual: yaitu menyangkut
kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
2.Etika sosial: yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
Etika Sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan
(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab
Macam Etika Sosial:
1.Sikap terhadap sesama 2.Etika keluarga
3.Etika Profesi 4.Etika politik
Variabel penilaian Etika:
1.Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya tidak baik
2.Tujuan tidak baik, cara pencapaiannya kelihatannya baik
3.Tujuan tidak baik, cara pencapaiannya juga tidak baik
Teori dan Aliran Pemikiran
1. Teologi : Teori ini melihat kebaikan dan keburukan
sesuatu tindakan. Sesuatu perbuatan itu tidak diketahui sama ada baik atau buruk sehinggalah melihat kepada kesannya.
vs
2. Deontologi atau non consequentialist : Teori
deontologi ini berasaskan kepada prinsip asas yaitu kewajipan manusia. Teori ini berasal daripada
AVSH - EB MM IPB 2008 46 1. TEORI DEONTOLOGI
Teori Deontologi diperkenalkan oleh Immanuel Kant
(1724-1804).
◦ Berasaldari kata deon yang berarti: apa yang harus dilakukan atau KEWAJIBAN harus sesuai dengan prosedur dan teori. ◦ Menurut Kant hakekat sesuatu “YANG
BAIK” adalah NIAT YANG BAIK
Deontologi Aturan: suatu tindakan dilakukan
menurut kaidah yang dikehendaki dan dapat diberlakukan secara umum
Deontologi Situasi: suatu tindakan yang secara
moral dibenarkan adalah jika tindakan itu dapat
AVSH - EB MM IPB 2008 47 Teori deontologi aturan menghadapi masalah ketika:
Ada dua norma bertentangan
Semua aturan moral kadang-kadang memunculkan pengecualian.
SOLUSI
Kewajiban moral bersifat prime facie (WD Ross).
Melalui teori Deontologi situasi (Imannuel Kant) (dengan tiga kriteria):
Reversibility (able to be changed or undone)
Universability (relating to the universe or everything; relating to whole word)
AVSH - EB MM IPB 2008 48 2. TEORI TELEOLOGI
Teori Teleologi mengandung makna tentang adanya upaya membedakan tujuan, hasil, sasaran dan akibat dari suatu tindakan dari sudut pandang APA & SIAPA yang melakukan.
Dari sudut Apa dikenal dua versi teleologi, yaitu:
Hedonisme, yang merupakan gambaran suatu situasi dimana seseorang bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar
Eudaimonisme, yaitu situasi dimana seseorang Bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kebahagiaan;
Dari sudut Siapa dikenal DUA versi egoisme etis yaitu:
Egoisme Hedonistik: bertindak sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar
Teori dan Aliran Pemikiran
3. Subjektif. Penilaian terhadap sesuatu etika
berdasarkan kepada penilaian diri sendiri. Individu berhak meletakkan nilai sama ada baik atau
sebaliknya. Perasaan peribadi terlibat dalam menilai dan menentukan baik buruk sesuatu tindakan.
vs
4. Objektif. Kode moral adalah bebas dari
Teori dan Aliran Pemikiran
5. Naturalisme. Sesuatu perbuatan itu baik atau buruk bergantung kepada pengalaman keseronokan. ‘Baik’ perlu dijelaskan dalam bentuk kualiti fakta alam seperti memenuhi keperluan manusia, mendatangkan
kebahagiaan, kenikmatan dan sebagainya kepada manusia.
vs
6. Non Naturalisme. Moral adalah sesuatu yang
Teori dan Aliran Pemikiran
7. Relativisme. Sesuatu yang dianggap baik oleh satu
masyarakat tidak mungkin dianggap sedemikian oleh masyarakat yang lain. (barat-timur) Ini bererti
masyarakat yang berlainan memberikan nilai moral yang berbeda bagi tingkahlaku yang serupa.
vs
8. Absolutisme. Prinsip moral berbeda dari satu
Teori Utilitarianisme
Teori ini merupakan suatu aliran atau dimensi di bawah teori etika Teologikal yang juga dikenali sebagai consequentialism.
Utilitarianisme adalah doktrin moral yang mengkehendaki manusia supaya bertindak untuk menghasilkan kebaikan secara maksimum.
Kebaikan ini termasuklah kegembiraan atau keseronokan kepada semua pihak.
Tindakan dikatakan sebagai bermoral jika menghasilkan kegembiraan yang maksimum.
Bentham mengenal 7 elemen yang perlu dipertimbangkan untuk
mengukur keseronokan mencipta kalkulus Hedonistik Bentham yang memberi skala antara –10 hingga +10.
Elemen yang dimaksudkan oleh Bentham ialah: intensiti, jangka masa, kepastian, kesegeraan, kesadaran, keberkesanan dan had atau batasan.
1. Intensiti bermaksud kedalaman. Sejauh manakah dalamnya kesan pengalaman terhadap seseorang.
2. Jangka masa. Berapa lamakah keseronokan atau kesengsaraan akan berakhir?
4. Kesegeraan. Kepantasan anda mengalami rasa seronok atau sebaliknya.
5. Kesedaran. Apakah kemungkinan anda mengalami rasa seronok pada masa akan datang?
6. Keberkesanan. Apakah kemungkinan anda mengalami rasa sengsara pada masa hadapan?
Mangsa tragedi selalunya senantiasa berasa takut dan risau
7. Had atau batasan. Berapa kerapkah kesengsaraan dan keseronokan dicetuskan dalam kehidupan orang lain?
Jika jumlah skor kesengsaraan melebihi keseronokan maka sesuatu perbuatan tersebut adalah sememangnya salah dan tidak
Mill membedakan antara keseronokan dengan memasukkan aspek kualiti. Mill mengukur kualiti dan kuantiti sekaligus. Menurut Mill, petunjuk kualiti keseronokan adalah seperti tinggi/rendah,
baik/buruk, objektif/subjektif, dan baru/lama. Faktor yang boleh mempengaruhi keseronokan pula ialah kecerdikan, pendidikan, sensitiviti, bermoral dalam tindakan dan kesihatan yang baik.
Utilitarianisme pada peringkat paling rendah dipanggil ‘act
utilitarinisme’. Kita harus bertanya kepada diri sendiri mengenai kesan akibat sesuatu tindakan dalam keadaan tertentu ke atas pihak-pihak yang terlibat sebelum sebarang tindakan diambil.
UTILITARIANISME
a. Anggapan bahwa klasifkasi kejahatan harus didasarkan atas kesusahan atau penderitaan yang diakibatkannya
terhadap para korban dan masyarakat. b. Menurut kodratnya manusia
menghindari ketidaksenangan dan mencari kesenangan. Kebahagiaan tercapai jika manusia memiliki
c. Karena menurut kodratnya tingkah laku manusia terarah pada kebahagiaan, maka suatu perbuatan dapat dinilai baik atau
buruk, sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan semua orang.
Jenis-jenis Utilitarianism
1. Act utilitarianism
Ciri yang pertama adalah merekadkan akibat sesuatu perbuatan sama ada bermoral atau sebaliknya berdasarkan kajian kes. Ciri ini dipanggil act utilitarianism.
Misalnya aktiviti dengan menonton televisi
mungkin dianggap tidak bermoral karena masa tersebut sepatutnya digunakan untuk
Jenis-jenis Utilitarianism
2. Hedonistic utilitarianism
Ciri yang kedua pula ialah mengambilkira kegembiraan, kesan daripada suatu tindakan dianggap bermoral. Ini kerena
Bentham berpendapat, untuk menentukan benar atau salah (moraliti) tingkah laku individu, ianya perlu mengambilkira kesan dan akibatnya.
Misalnya tindakan atau perbuatan yang boleh meningkatkan ciri kesetiaan dan persahabatan, sehingga mencetuskan ciri kegembiraan.
HEDONISME
Doktrin etika yang mengajarkan bahwa hal terbaik bagi manusia adalah
mengusahakan “kesenangan” (Hedone)
1. Aristipos dri Kyrene (433 – 355s.M):
Yang sungguh baik bagi manusia adalah
kesenangan.
Kesenangan itu bersifat badani belaka,
Tiga Kemungkinan Gerak
1.
Gerak yang kasar: Ketidaksenangan
2.Gerak yang halus: Kesenangan
3.
Ketiadaan gerak: Netral
Hedonisme: Yang baik dalam arti
yang sebenarnya adalah
2. Epikuros (341 – 270 s.M.)
a. Kesenangan adalah tujuan hidup manusia. b. Menurut kodratnya setiap manusia
mencari kesenangan.
c. Kesenangan yang dimaksud bukanlah
kesenangan inderawi, tetapi kebebasan dari rasa nyeri dalam tubuh kita dan
Tiga Macam Keinginan
1. Keinginan alamiah yang perlu.
2. Keinginan alamiah yang tidak perlu. 3. Keinginan yang sia-sia.
Hedonisme: Hidup yang baik adalah
Tinjauan Kritis
a. Ada kebenaran yang mendalam pada
hedonisme: Manusia menurut kodratnya mencari kesenangan dan berupaya
menghindari ketidaksenangan. Tetapi apakah manusia selalu mencari
kesenangan?
b. Hedonisme beranggapan bahwa kodrat manusia adalah mencari kesenangan
c.Para hedonis berpikir bahwa sesuatu adalah baik karena disenangi. Tetapi sesuatu
belum tentu menjadi baik karena disenangi. d.Hedonisme mengatakan bahwa kewajiban
EUDEMONISME
Aristoteles (384 – 322):
a. Bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan akhir yang disebut kebahagiaan. Tetapi apa itu kebahagiaan? b. Manusia mencapai kebahagiaan dengan
menjalankan secara baik
Kritikan Terhadap Teori
Utilitarianisme
Adakah teori ini benar-benar boleh
berfungsi?
Teori ini meminta kita membuat pengiraan
untuk unit kegembiraan/keseronokan yang
terhasil daripada tindakan-tindakan
alternatif.
Adakah kita mempunyai kemampuan dari
segi masa dan kebolehan untuk
Bagaimana dengan tindakan yang sememangnya salah dari segi moral, tetapi dapat membawa
kegembiraan/keseronokan yang tinggi? Adakah fahaman utilitarianisme ini adil?
Keputusan A membawa tiga unit kegembiraan kepada lima orang = 15 unit
Keputusan B membawa 10 unit kepada seorang, 4 unit kepada dua orang dua orang lagi tidak
Teori Moral Kant
German Philosopher (1724 –
1804)
Terdapat tiga persoalan yang perlu dijawab untuk menentukan kemoralan sesuatu perlakuan
Persoalan pertama
Apa yang menjadikan sesuatu perlakuan itu bernilai (worth) dari segi moral?
Seseorang itu perlu bertanggungjawab dari segi moral terhadap motifnya
Nilai sesuatu perlakuan boleh dilihat dari aspek intrumental dan intrinsik
Nilai baik secara intrinsik: Baik kerana perkara/perlakuan itu sendiri
Fikirkan contohnya dalam konteks di sekolah!
Persoalan kedua
Apakah motif yang betul?
Sesuatu perlakuan itu akan dianggap mempunyai nilai moral sekiranya ia
Persoalan ketiga
Apakah perkara yang betul untuk dilakukan? Motif dan perlakuan itu mestilah betul dan relevan
Perlakuan yang harus kita lakukan (imperatives) yang bersifat individu dan bersyarat
dikategorikan sebagai ‘hypothetical imperative’ Tuntutan moral yang tidak bersifat individu
(universal) dan tidak bersyarat digelar ‘categorical imperative’
Perlakuan seperti ini mempunyai obligasi moral yang tinggi
Apabila peraturan moral dianggap sebagai
mutlak, manusia harus mematuhinya sebagai satu kewajipan dan ketepikan (Fikirkan
Etika keperibadian mulia
Bukan semua teori boleh digolongkan kepada dua katogori di atas. Etika keperibadian mulia boleh tergolong ke dalam consequentialist atau
nonconsequentialist
Ia menitikberatkan budi pekerti manusia. Kehidupan manusia perlu diasaskan kepada keunggulan (ideals)
Keperibadian mulia dapat dipelajari melaui pengulangan
Etika keperibadian mulia
Bukan semua teori boleh digolongkan kepada dua katogori di atas. Etika keperibadian mulia boleh tergolong ke dalam consequentialist atau
nonconsequentialist
Ia menitikberatkan budi pekerti manusia. Kehidupan manusia perlu diasaskan kepada keunggulan (ideals)
Keperibadian mulia dapat dipelajari melaui pengulangan
Contoh untuk nilai kesederhanaan ialah seperti berikut:
lokekkemurahan hatimembazir Rendah ketabahan berlagak hati
Kerelatifan etika (ethical relativism)
Nilai etika dan kepercayaan adalah relatif kepada individu atau kumpulan yang
mendukungnya
Jarang wujud kebenaran/kesalahan secara mutlak
Terdapat dua jenis kerelatifan: Kerelatifan etika individu
Sebab-sebab wujudnya kerelatifan etika:
Kepelbagaian pandangan moral
Kerelatifan dari segi nilai (
value relativism
)
Keliru mengenai prinsip betul dan salah
Perbezaan dalam dunia
perniagaan/korporat dengan dunia
pendidikan
Dunia pendidikan menitikberatkan
nilai-nilai murni, penerapan nilai-nilai-nilai-nilai murni
dalam pengajaran dan sebagainya
Kepelbagaian pandangan
Secara umum: isu pengguguran,
euthanasia, pornograf, keadilan, diskriminasi dan sebagainya
Aspek pendidikan: Tujuan pendidikan
untuk perkembangan IQ, EO, SQ, VQ dan sebagainya
Kesamaan peluang dalam mendapat pendidikan yang berkualiti
Ketidaktentuan moral
Apakah yang penting dari segi moral
dalam keadaan tertentu?
Perbezaan situasi
Teori Etika dan Pendekatan
Moral
Hubungan antara teori etika dengan proses pembuatan keputusan moral
Teori etika
Prinsip etika
Relativisme Etika
Keadaan merupakan pertimbangan utama dalam menentukan suatu tindakan itu sama ada beretika atau tidak. Tindakan dinilai berdasarkan kesan
atau akibatnya.
Relativisme etika melihat kepada beberapa
perspektif jika wujudnya pertentangan budaya dan pendapat antara individu. Perspektif tersebut
1. Tiada nilai moral yang benar atau salah secara universal atau secara mutlak.
Perbedaan ini berlaku apabila wujud pertentangan budaya dan amalan dalam diri individu terhadap sesuatu tindakan.
2. Kepelbagaian nilai budaya dan persekitaran memberikan penilaian yang berbeda terhadap
tindakan individu sama ada bermoral atau sebaliknya.
3. Tiadanya skala penilaian yang piawai dan mutlak dalam menilai suatu perbuatan itu sama ada
Kajian Mengenai Etika 1. Etika umum
a. Etika Deskriptif b. Etika Normatif c. Metaetika
2. Etika Khusus
a. Safsatah
Metaetika:
Kajian ini adalah hasil daripada etika deskriptif dan
normatif, iaitu menyenaraikan ciri-ciri serta istilah yang berkaitan dengan tindakan bermoral atau sebaliknya seperti kebaikan, kejahatan, tanggungjawab dan
kewajipan.
Meta etika pula dibahagikan kepada dua iaitu :
1. Analitik yang berkaitan dengan menganalisis semua peraturan yang berkaitan tingkahlaku baik dan jahat
Etika khusus
1. Safsatah : Suatu seni dan teknik dalam penyelesaian masalah dan dilema yang mengaplikasikan prinsip-prinsip moral.
2. Bidang khusus: Mengaplikasikan kajian etika
Penilaian dalam etika
Penilaian terhadap perbuatan yang baik adalah melalui
peningkatan terhadap kesedaran dan pembangunan rohani individu hasil daripada perbuatannya
Etika mengambilkira penilaian ke atas suatu tindakan itu berbanding hanya dengan :
a.Melabelkan perbuatan yang baik jika ianya memenuhi kehendak dan keperluan manusia sahaja.
Aspek dalam Etika
Terdapat dua aspek dalam etika. Aspek pertama
iaitu keupayaan menilai yang baik dan yang buruk, dosa dan pahala atau sesuai dan sebaliknya. Aspek yang kedua pula melibatkan komitmen dalam
melakukan apa yang baik dan bersesuaian.
Subjektivisme Etika
Subjektivisme etika adalah bergantung kepada faktor kemahuan sama ada individu atau pencipta sebagai subjeknya.
Jika manusia merupakan kemahuannya, badan
perundangan akan menentukan suatu keputusan itu dari segi undang-undang.
Jika kemahuan itu menjadikan Tuhan sebagai subjeknya, maka hukuman lebih berbentuk kepada pembalasan Tuhan.
Pengampunan dan pembalasan atas dosa yang dilakukan atau pahala atas kebaikan
Objektivisme Etika
Menurut objektivisme etika, nilai-nilai moral merupakan suatu kebaikan.
Undang-undang tidak dicipta dan tidak berasaskan subjek sama ada manusia atau Tuhan.
Salah satu bentuk objektivisme etika ialah nilai mutlak moral (moral absolutism). Hukuman yang dikenakan adalah muktamad. Untuk mengelakkan hukuman, seseorang perlulah melengkapkan
kehidupan masing –masing serta mematuhi undang-undang .
Kelas Teori Etika
Ahli falsafah lazimnya membahagikan teori etika kepada tiga kelas am iaitu metaetika, etika normatif dan etika gunaan. Metaetika mengkaji asal prinsip-prinsip etika dan
penggunaannya. Adakah prinsip etika merupakan suatu rekaan sosial? Adakah prinsip-prinsip etika ini merupakan gambaran hasil daripada emosi individu?
Meta etika menjawab persoalan ini yang memfokuskan kebenaran universal, ketentuan Tuhan, alasan kepada
Etika normatif lebih kepada praktikal.
Misalnya dalam menentukan piawaian moral terhadap tindakan yang betul atau salah. Perlukah saya
mendapat keizinan daripada pemiliknya? Perlukah saya mencuri untuk sesuap nasi? Persoalan ini akan dijawab melalui panduan yang disediakan oleh etika normatif.
A. KEBAIKAN
1. Tidak semua kebaikan merupakan kebaikan akhlak.
Secara umum kebaikan adalah suatu yang diinginkan , yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia.
2. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalan yang ditempuh.
- Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya
- Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir
3. Setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir.
- Seluruh manusia mempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntuk kesempurnaan.
- Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu
4. Kesusilaan
a. Kebaikan atau keburukan perbuatan manusia Objektif : keadaan perseorangan tidak
dipandang
Subjektif : keadaan perseorangan diperhitungkan
Batiniah :berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrisik)
b. Unsur-unsur yang menentukan kesusilaan 1.Perbuatan itu sendiri, yang dikehendaki
pembuat ditinjau dari sudut kesusilaan 2. Alasan (motif). Apa maksud yang
dikehendaki pembuat dengan perbuatannya.
3. Keadan, gejala tambahan yang
c. Penggunaan praktis
1. Perbuatan yang sendirinya jahat, tak dapat menjadi baik atau netral karena alasan
dan keadaan.
2. Perbuatan yang baik, tumbuh dalam
kebaikannya, karena kebaikan alasan dan keadaan.
d. Dalam praktek, tak mungkin ada
perbuatan kemanusiaan netral, sebabnya perbuatan ini setidak-tidaknya secara
implisit mempunyai tujuan.Kesusilaan tidak semata-mata hanya tergantung pada
B. KEBAJIKAN
1. Kebiasaan (habit) merupakan kualitas
kejiwaan, keadaan yang tetap, sehingga memudahkan pelaksanaan pelaksanaan perbuatan.
2. Kebiasaan disebut “kodrat yang kedua”
Ulangan perbuatan memperkuat
kebiasaan, sedangkan meninggalkan suatu perbuatan atau melakukan
2. Kebiasaan yang dari sudut kesusilaan baik dinamakan kebijakan (virtue) sedangkan
yanh jahat, buruk, dinamakan kejahatan (vice).
Kebajikan adalah kebiasaan yang menyempurnakan manusia.
3. Kebajikan budi menyempurnakan akal menjadi alat yang baik untuk menerima pengetahuan
4. Kebajikan pokok, adalah kebajikan susila yang meliputi:
b. Pengendalian keinginan kepada kepuasan badaniah(pertahanan/pengendalian hawa nafsu inderawati)
c. Tidak menyingkir dari kesulitan (kekuatan) d. Memberikan kepada yang memilikinya
C. KEBAHAGIAAN
1.Kebahagiaan subjektif.
a. Manusia merasa kosong, tak puas, gelisah, selama keinginnannya tak terpenuhi.
b. Seluruh manusia mencari kebahagiaan, karena tiap orang berusaha memenuhi keinginannya.
Beberapa jalan fkiran yang perlu
dipertimbangkan, yang menganggap
kebahagiaan sempurna itu dapat dicapai adalah:
1. Manusia mempunyai keinginan akan bahagia sempurna.
2. Keinginan tersebut merupakan bawaan kodrat manusia, yang merupakan
3. Keinginan tersebut berasal dari sesuatu Yang transenden.
4. Sifat bawaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan yang sesuai
dengan harkat manusia.
d. Pada manusia terdapat pula keinginan yang berasal dari nafsu-serakahnya.
2. Kebahagiaan Objektif
a. Manusia berusaha melaksanakan dalam dirinya suasana kebahagiaan (sempurna) yang tetap. Apakah tujuan akhir manusia yang bersifat laheriah dan opjektif.
Terdapat berbagai aliran: 1. Hedonisme
2. Epikurisme
Suasana kebahagiaan, ketremtaman jiwa, ketenangan batin, sebanyak mungkin
dinikmati, sedekit mungkin menderita. 3. Utilitarisme
Kebahgiaan adalah faedah bagi diri sendiru maupun masyarakat.
4. Stoisisme
Kebahagiaan adalah melepas diri dari tiap
keinginan, kebutuhan, kebiasaaan atau ikatan. 5. Evolusionisme
Tujuan akhir manusia sebagai evolusi ke arah
b. Pandangan tentang objek kebahagiaan Apakah objek itu, sejajar, lebih rendah,
atau
lebih tinggi dari manusia?
1. Apa yang lebih rendah dari manusia, tergolong pada benda-benda yang tak dapat memenuhi seluruh kepuasan.
2. Kebutuhan hidup jasmani, sebagai kesehatan; kekuatan, keindahan,
tergolong
3. Kebutuhan jiwa adalah pengetahuan untuk kebaikan.
4. Apakah kenahagiaan sempurna terletak pada kepuasan seluruh orang, jasmani dan rohani?. Kepuasan, kegembiraan, selalu merupakan kesukaan, kegembiraan tentang sesuatu. 5. Pelaksanaan diri tidak pula membawa
kebahagiaan sempurna, karena manusia yang berkembang selengkapnya tak juga seluruhnya merasa puas pada dirinya sendiri.
c. Di atas merupakan pembuktian dengan cara
mengeliminasi objek yang tidak lengkap. d. Untuk pengertian yang benar orang harus memikirkan:
1. Kebahagiaan sempurna tidak berarti
2. Kodrat akal manusia terbatas, kekuatannya setiap saat juda terbatas. Tetapi datangnya kekuatan akal selalu tak terbatas, dan tak dapat terpenuhi dengan baik.
3. Objek kebahagiaan yang tarafnya rendah turut serta mengalami kebahagiaan dari yang bertaraf lebih tinggi. Intisari
kebahagiaan terdiri dari kepuasan akal dan kepuasan kehendak karena memiliki
KUIS 10-3- 2014
1. Apa yang dimaksud dengan etika dan apa etiket terangkan secara singkat dan jelas. 2. Apa perbedaan antara etika dan etiket
terangkan secara singkat dan jelas.
Kuis 10 – 3 – 2014
1. Apa yang dimaksud dengan etiket, etis,
ethos,iktikad dan kode etik atau kode
etika
terangkan dengan singkat dan jelas.Tugas
1. Etika diskriptif 2. Etika Normatif 3. Hedonisme
4. Eudemonisme 5.
Utilitarianisme
6. Kebaikan
7. Kebajikan
Kuis tanggal 11-3 – 2014
1. Apa yang dimaksud dengan etika dan bagaimana pandangan saudara tentang implenentasinya dalam kehidupan
masyarakat terangkan secara singkat dan jelas.
2. Apa yang dimaksud dengan naturalisme, non naturalisme, relativitas dan
Kuis tanggal 11-3- 2014
1. Apa yang dimaksud dengan etiket, etis, ethos,iktikad dan kode etik atau kode etika terangkan dengan singkat dan jelas.
2. Sebutkan empat variabel dalam menilai etika
Kuis tanggal 12-3-2014
1. Sebutkan empat variabel dalam menilai etika
dan berilah masing-masing contohnya. 2. Apa yang dimaksud dengan kebaikan,
PROFESI
Adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi
perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan dan
Menurut DE GEORGE:
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalan suatu keahlian.
Perbedaan Profesi dan Profesional
Profesi:
1.Mengandalkan suatu ketrampilan atau keahlian khusus
2.Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama
3.Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup 4.Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang
Profesional:
1. Orang yang tahu akan keahlian dan ketrampilannya
2. Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatan itu
3. Hidup dari situ
Ciri-Ciri Profesi
1.Adanya pengetahuan khusus
2.Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
3.Mengabdi pada kepentingan masyarakat 4.Ada ijin khusus untuk menjalankan suatu
profesi
Prinsip-Prinsip Etika Profesi:
1. Tanggung jawab: terhadap pelaksanaan
pekerjaan dan terhadap hasil serta terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masyarakan pada umumnya 2. Keadilan : Prinsip ini menuntut untuk
memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya
3. Otonomi: prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi
Syarat-Syarat Suatu Profesi:
1. Melibatkan kegiatan intelektual
2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus 3. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan
bukan sekedar latihan
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5. Menjajikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi 7. Mempunyai organesasi profesi yang kuat dan
terjalin erat
PERANAN ETIKA DALAM PROFESI
1. Nilai-nilai etika tidak milik satu dua orang atau golongan tetapi milik setiap kelompok
masyarakat bahkan keluarga dan suatu bangsa
2. Salah satu golongan masyarakat yang
mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan adalah masyarakat
profesional
KODE ETIK PROFESI
Kode: yaitu tanda-tanda atau simbul-simbul yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud
Kode Etik:
Yaitu norma atau azas yang diterima oleh
suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat
maupun di tempat kerja.
Menurut UU No. (Pokok-Pokok Kepegawaian) Kode etik profesi adalah pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam
Sangsi Pelanggaran Kode Etik a. Sangsi moral
b. Sangsi dikeluarkan dari organesasi
Profesionalisme
Merupakan suatau tingkah laku, suatu
tujuan atau suatu rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan curaknya suatu “
profesi”
Profesionalisme mengandung pula
pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber
Ciri-ciri Profesionalisme:
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil sehingga dituntut selalu mencari peningkatan mutu
2. Memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan
kebiasaan
3. Menuntut ketekunan dan ketabahan
4. Memerlukan integritas tinggi yang tidak
tergoyahkan oleh” keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup
Menurut TJERK HOOGHIEMSTRA
Seorang yang dikatakan profesional adalah mereka yang sangat kompeten atau
memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang mendasari kinerja.
Kompetensi: adalah karakteristik pokok
seseorang yang berhubungan dengan unjuk kerja yang efektif atau superior pada
Kompetensi meliputi:
1. Keterampilan melaksanakan tugas individu dengan efsien
2. Keterampilan mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaannya
3. Keterampilan merespon dengan efektif hal-hal yang bukan merupakan pekerjaan rutin dan kerusakan
TUJUAN KODE ETIK PROFESIONAL
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3. Meningkatkan pengabdian para anggota 4. Meningkatkan mutu profesi
5. Meningkatkan mutu organesasi
6. Meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi
7. Mempunyai organesasi profesional yang kuat dan terjalin erat
Fungsi Kode Etik Profesional
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
3. Mencegah campur tangan pihak di luar
Etika Profesi Keteknikan adalah etika yang diterapkan dalam bidang keahlian teknik pertanian, yang memaparkan mengenai tatacara bekerja bagi seorang sarjana TEP dalam bekerja dan dituntut
bertanggungjawab atas semua kewajiban yang ada dalam profesi yang ditekuni.
mengembangkan rangkaian kerja guna membangun kewaspadaan terhadap
pandangan dari ethical issue.
1. Profesi
o Memerlukan bidang Ilmu dan keterampilan
o Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari
teori ke praktek
o Memerlukan keahlian Khusus dengan waktu yang
panjang
o Mempunyai kode etik o 2. Pekerjaan
o Sesuatu yang dibuat untuk mata pencaharian o Tidak mempunyai Kode etik
Kode etik adalah norma-norma yang harus diperhatikan oleh setiap anggota profesi
dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
• Merupakan petunjuk-petunjuk bagi para
anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan larangan-larangan, yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa apa yang boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh
mereka, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesi , melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam
pergaulan sehari- hari dalam masyarakat.
Karena harus memiliki kompetensi dan latar belekang profesi yang diperoleh dari proses pendidikan dan pelatihan khusus
Harus memiliki semangat pengabdian
didalam melaksanakan suatu kegiatan atas dasar panggilan profesi
1. Menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kesejahteraan amnusia
2. Bersikap jujur dan tidak memihak
3. Berusaha meningkatkan kompetensi dan gengsi profesi rekayasa
4. Mendukung organesasi profesi dan teknis dari disiplin ilmu
1. Menjaga keselamatan,kesehatan dan kesejahteraan dalam melaksanakan tugas profesional
2. Akan melakukan layanan hanya dibidang kompetensi
3. Mengeluarkan pernyataan publik hanya dalam hal obyektif dan jujur.
4. Harus bertindak profesional dan menghindari konfik kepentingan
5. Membangun reputasi profesional dan tidak akan bersaing secara tidak adil
5. Bertindak untuk menegakkan dan meningkatkan kehormatan, integritas dan martabat
1. Hak cipta: hak dari bembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaannya dan
salinannya.
2. Paten : hak untuk melindungi sebuah ide 3. Merek dagang: merek yang digunakan
pebisnis untuk mengidentifkasikan sebuah prodak atau layanan
4. Rahasia dagang: sesuata hal yang dirahasiakan
Komponen yang perlu untuk Kompetensi Profesional:
1.Kompetensi Spesialis Kemampuan untuk:
- Ketrampilan dan Pengetahuan
- Menggunakan perkakas dan peralatan dengan sempurna
Kompetensi meliputi:
1. Ketrampilan melaksanakan tugas indifdu dengan efsien (Task skill)
2. Ketrampilan mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaannya (Task management skill)
3. Ketrampilan merespon dengan efektif hal-hal yang bukan pekerjaan rutin dan kerusakan (Contigency management skill)
4. Ketrampilan menghadapi tanggung jawab dan
tuntutan lingkungan termasuk bekerja dengan orang lain dan bekerja dalam kelompok (Job/role
2. Kompetensi Metodik Kemampuan untuk:
- Mengumpulkan dan menganalisa informasi
- Mengevaluasi informasi - Orientasi tujuan kerja
3. Kompetensi Individu
Kemampuan untuk: - Inisiatif
4. Kompetensi Sosisal
Kemampuan untuk: - Berkomunikasi
Peran IQ, EQ, SQ, CQ, dan AQ dalam perkembangan Profesi.
Menurut Daniel Goleman (1996):
Orang yang mempunyai IQ tinggi tetapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan
yang lebih besar dibanding dengan orang yang IQ (15%) nya rata-rata tetapi EQ
(85%) nya tinggi. Artinya bahwa
IQ = Intelegence Quotient (Kecerdasan mengerjakan atau melakukan)
EQ= Emotional Quotient (Kecerdasan Emosi) SQ= Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual) CQ= Creativity Quotient (Kecerdasan
Kreativitas)
Intellegensi (IQ)
Pengukuran Intellegensi
Very superior : 130 –
Superior : 120 – 129 Brght normal : 110 – 119 Average : 90 – 109 Dull Normal : 80 – 89 Borderline : 70 – 79
Fanatisme adalah sebuah keadaan ketika seseorang atau sekelompok menganut sebuah pemikiran dengan membadibuta
sehingga menganggap diri paling benar dan yang lain salah, atau lebih rendah dari
dirinya.
Jernihkan pikiran anda terlebih dulu sebelum menilai sesuatu. Jangan melihat sesuatu
Cooper dan Sawaf dalam Tikollah dkk (2006) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi.Kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri
dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secaraefektif energi
Sedangkan Goleman (2005) mendefnisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan
lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan
EQ (Emosi) dalah letupan perasaan seseorang Pengertian EQ (kecerdasan emosi:
1. Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,
mengelola emosi dengan baik dan berhubungan dengan orang lain
2. Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi 3. Kemampuan mengindra, memahami dan dengan
efektif menerapkan kekuatan, ketajaman, emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh 4. Bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri,
Aspek EQ ada lima:
1. Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri) 2. Kemampuan mengelola
emosi( Penguasaan diri)
3. Kemampuan memotivasi diri
4. Kemampuan mengendalikan emosi orang lain
Perilaku Cerdas Emosi
1. Menghargai emosi negatif orang lain
2. Sabar menghadapi emosi negativ orang lain 3. Sadar dan menghargai emosi diri sendiri
4. Emosi negatif untuk membina hubungan 5. Peka terhadap emosi orang lauin
6. Tidak bingung menghadapi emosi orang lain 7. Tidak menganggap lucu emosi orang lain
EQ tinggi adalah: Berimpati
Mengungkapkan dan memahami perasaan Mengendalikan amarah
Kemandirian
Kemampuan menyesuaikan diri Disukai
Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi Ketekunan
Kesetiakawanan Keramahan
EQ mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan
profesional:D GOLEMAN
90 % prestasi kerja ditentukan oleh EQ Pengetahuan dan teknis hanya
Goleman , berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi sangat berbeda dengan IQ. Sementara kemampuan yang murni kognitif (IQ)mrelatif tidak berubah, maka kecerdasan emosi dapat dipelajari kapan saja.
Emosi menyulut kreativitas, kolaborasi, inisiatif, dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi untuk
mengantisipasi dorongan-dorongan keliru, untuk kemudian menyelaraskannya dengan proses kehidupan dengan sentuhan
manusiawi. Disamping itu, emosi ternyata salah satu kekuatan penggerak. Bukti2
menunjukkan bahwa nilai-nilai dan watak seseorang dalam hidup ini tidak berakar
Dalam islam, hal2 yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual, seperti
konsistensi (istiqomah), kerendahan hati
(tawadhu), berusaha dan berserah diri
(tawakal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun),
Hasil Penelitian menyatakan bahwa individu yang mempunyai IQ tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sedangkan yang IQ rendah justru sangat berprestasi.
IQ tinggi sering kali memiliki sifat2 menyesatkan sbagai berikut:
Yakin tahu semuanya
Sering menggunakan pikiran untuk menalar bukan
untuk merasakan
Meyakini bahwa IQ lebih penting dari EQ
Sering membuat prioritas2 yang merusak kesehatan
Membangun benteng untuk mencapai ketrampilan emosional : Dr. Patricia Patton
1. Paham pentingnya peran emosi dan pemahaman yang memungkinkan anda merasakan perbedaan besar dalam bagaimana kita mengendalikan
emosi
2. Mengekspresikan kenyataan bahwa tidak seorangpun memiliki perasaan yang sama tentang persoalan yang serupa
4. Mempertajam intuisi pemecahan masalah
ketuika menghadapi suatu masalah yang kitra tidak mungkin dapat mengontrol
5. Mengetahui keterbatasan diri sendiri dan tahu kapan kita perlu mengubah strategi
6. Memungkinkan orang lain menjadi diri sendiri, tanpa memaksakan harapan kita pada mereka
7. Mengetahui diri sendiri dan menghargai potensi yang kita miliki bagi pertumbuhan pribadi
SQ ( Spiritual Quotient)
Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri Menurut Agus N. Germanto, 2001:
Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat
diri
Zohar dan Marshall, 2002
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna
yang
Kecerdasan spiritual adalah -Kecerdasan jiwa;
-Kecerdasan yang membuat seseorang menjadi utuh, sehingga dapat keberadaannya;
-Memungkinkan seseorang dapat mengetahui apa sesungguhnya dirinya dan organisasinya;
-Membuat persentuhan dengan sisi dalam keberadaan seseorang dan dengan mata air potensialitasnya;
-Memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk beralih dari sisi dalam itu ke permukaan keberadaan seseorang, tempat seseorang
bertindak, berpikir, dan merasa;
-Juga menolong seseorang untuk berkembang. Lebih dari sekedar melestarikan apa yang diketahui atau yang telah ada; membawa
seseorang pada apa yang tidak diketahui dan pada apa yang mungkin;
Menurut Zohar dan Marshall (2002), ada beberapa indikasi dari kecerdasan spiritual yang telah
berkembang dengan baik yang mencakup: a) Kemampuan untuk bersikap feksibel,
b) Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi,
c) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,
d) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui perasaan sakit,
e) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, f) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang
g) Kecenderungan untuk berpandangan holistik,
h) Kecenderungan untuk bertanya
“mengapa” atau “bagaimana jika” dan
berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar,
Zohar dan Marshall, 2002
Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama.
Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifk dan budaya manapun, serta
mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan
SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia.
Penemu Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah Danah Zohar dan Lan Marshall, 2000
menyatakan bahwa SQ cenderung
diperlukan bagi setiap hamba Tuhan untuk dapat berhubungan dengan Tuhannya.
Paul Edwar menyatakan bahwa SQ adalah bukti ilmiah.
Ini adalah benar ketika anda merasakan keamanan (secure), kedamaian (peace), penuh cinta (Loved) dan bahagia (happy). Ketika dibedakan dengan suatu kondisi
Victor Frank (Psikolog); Pencarian manusia akan makna hidup merupakan motivasi
utamanya dalam hidup itu.
Kearifan spiritual adalah sikap hidup arif
dan bijak secara spiritual, yang cenderung lebih bermakna dan bijak, bisa menyikapi sesuatu secara lebih jernih dan benar
SQ dalam Penelitian Neurolog V.S.
Ramachandran dan Timnya di Universitas California dari hasil penelitiannya
menemukan adanya “ Titik Tuhan” (Got Spot) di dalam otak manusia.
Pusat spiritual tersebut bersinar(bergetar) ketika seseorang terlibat dalam
Ciri-ciri SQ tinggi
Menurut Dimitri Mahayana ciri-ciri orang ber SQ tinggi adalah:
1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat 2. Mampu melihat kesatuan dalam
keanekaragaman
3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan 4. Mampu mengelola dan bertahan dalam
Memiliki Prinsip dan visi yang kuat
Prinsip: adalah suatu kebenaran yang hakiki dan fundamental berlaku secara universal bagi seluruh umat
Prinsip merupakan pedoman berperilaku,
Tiga prinsip utama bagi orang yang tinggi spiritualnya:
1. Prinsip kebenaran
Suatu yang paling nyata dalam kehidupan ini adalah kebenaran.
Pelanggaran atas nilai kebenaran membuat kita kehilangan jati diri, hati nurani yang tidak jernih. 2. Prinsip keadilan
3. Prinsip kebaikan
Kebaikan adalah memberikan sesuatu lebih dari hak yang seharusnya.
Visi yang kuat
Visi adalah cara pandang bagaimana
memandang sesuatu dengan visi yang benar. Dengan visi kita bisa melihat
bagaimana sesuatu dengan apa adanya, jernih dari sumber cahaya kebenaran.
Contoh: Belajar itu tidak sekedar mencari
Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
Para mahasiswa menuntut suasana kuliah
yang menyenangkan. Dosen menginginkan semangat dan hasil kuliah yang optimal.
Mampu memaknai setiap sisi kehidupan. Semua yang terjadi di alam raya ini ada
maknanya. Semua kejadian pada diri kita dan lingkungan adalah ada hikmah, semua diciptakan ada tujuannya. Dalam sakit,
gagal. Jatuh, kekurangan dan penderitaan lainnya banyak pelajaran yang
mempertajam kecerdasan spiritual kita.
Mampu bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.
Sejarah telah membuktikan, semua orang besar atau orang sukses telah melewati liku-liku dan ujian yang besar juga.
Penderitaan dan kesulitanlah yang
Kecerdasan spiritual bagi pelaksana profesi SDM seabagai pelaksana dari suatu profesi
dengan tingkat kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi adalah pemimpin yang tidak sekedar
beragama, tetapi terutama beriman dan bertaqwa kepada Allah AWT. Seorang
pelaksana profesi yang beriman adalah orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada, Maha
Melihat, Maha Mendengar dan Maha
Selain dari pada itu SDM sebagai pelaksana suatu profesi yang beriman adalah seorang yang percaya adanya malaikat yang
mencatat segala perbuatan yang baik
maupun yang tercela dan tidak dapat diajak kolusi. SDM sebagai pelaksana profesi tahu mana yang baik dan mana yang buruk,
SDM sebagai pelaksana profesi harus selalu memegang amanah, konsisten (istiqomah) dan tugas yang diembannya adalah ibadah terhadap Tuhan, oleh karena itu semua sikap, ucapan dan tindakan selalu mengacu pada nilai-nilai moral dan etika agama, selalu
memohon taufq dan hidayah Allah SWT dalam melaksanakan amanah yang
dipercayakan kepadanya.