• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA PROFESI SANITARIAN MAKALAH Kelompok 5

N/A
N/A
NABILA ASY-SYIFA

Academic year: 2023

Membagikan "ETIKA PROFESI SANITARIAN MAKALAH Kelompok 5"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA PROFESI SANITARIAN MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi Dosen Pengampu: Pujiono, SKM., M.Kes.

Disusun Oleh:

Adinda Aprilianti P17333121001 Chyntan Aulia Lestari P17333121013

Falya Triantama P17333121022

Fanny Maharani P17333121023

Hilmayati Risa Maulida P17333121030 Mochamad. Rafiealdo Said P17333121037 Nabila Asy-Syifa P17333121042

Rinda Maria P17333121053

Shifa Lizpasha P17333121059

Vania Nurul P17333121065

PROGRAM STUDI DIPLOMA III SANITASI JURUSAN SANITASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG 2023

(2)

i Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Etika Profesi Sanitarian ini dengan tepat waktu. Tak lupa kamu haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW.

Semoga syafaatnya mengalir pada kita sampa akhir zaman.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Pujiono, SKM., M.Kes. sebagai dosen pengampu mata kuliah Etika Profesi yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah dengan judul ‘Etika Profesi Sanitarian’.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kriitik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

Cimahi, September 2023

(3)

ii Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II ... 3

LANDASAN TEORI ... 3

2.1. Pengertian Etika ... 3

2.2. Pengertian Sanitasi ... 3

2.3. Pengertian Profesi Menurut Para Ahli ... 4

2.4. Definisi Profesi Sanitarian ... 6

2.5. Peran dan Fungsi Profesi Sanitarian ... 6

2.6. Pembinaan Kode Etik Sanitarian ... 7

2.7. Pelanggaran Kode Etik Sanitarian ... 8

2.8. Sanksi ... 8

BAB III ... 10

PEMBAHASAN ... 10

3.1. Pengertian Etika ... 10

3.2. Etika Profesi Sanitarian ... 11

3.3. Pentingnya Etika Profesi... 12

3.4. Hubungan Etika Profesi dengan Sanitarian ... 13

3.5. Kode Etik Sanitarian ... 14

BAB IV ... 17

PENUTUP ... 17

4.1. Kesimpulan... 17

4.2. Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berkembang di berbagai bidang termasuk pembangunan kesehatan masyarakat yang optimal guna mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan mampu mengakses fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil, merata dan sejahtera.

Pembangunan adalah upaya sadar manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Pada dasarnya, kesehatan sosial merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial dan bahkan salah satu elemen penentu atau penentu kesejahteraan manusia.

Etika pada dasarnya berkaitan dengan kepatutan dan kepantasan seseorang berperilaku di dalam menjalankan peran yang diemban. Ukuran kepatutan adalah pada norma atau standar yang berlaku umum pada suatu masyarakat atau pada norma yang telah ditetapkan. Di dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada norma yang berlaku, didalam kehidupan beragama, setiap agama mempunyai norma. Demikian pun pada anggota profesi, terdapat norma yang membatasi seorang profesi dan dalam menjalankan tugas profesionalnya. Norma adalah patokan atau ukuran atau standard.

Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vektor penyakit pada kawasan perumahan, tempat-tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan matra.

Etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subjek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan- tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknik desainer, tenaga pendidik.

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalani kehidupan sebagai pengemban profesi. Hanya pengemban profesi yang bersangkutan yang dapat atau yang paling mengetahui tentang apakah perilakunya dalam mengemban profesi memenuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Karena

(5)

2 tidak memiliki kompetensi teknikal, maka awam tidak dapat menilai hal itu. Ini berarti, kepatuhan terhadap etika profesi akan sangat tergantung pada akhlak dan moral pengemban profesi yang bersangkutan.

Profesionalisme tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan ditunjukkan dengan perilaku tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan standar pelayanan, mandiri, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta senantiasa mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam era globalisasi, tuntutan mutu pelayanan kesehatan lingkungan tidak dapat dielakkan lagi. Peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong era pasar bebas tersebut.

Sanitarian/ahli kesehatan lingkungan harus mampu bersaing dengan profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan dari negara lain. Untuk itu diperlukan adanya standar profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan sebagai pedoman standarisasi bagi profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan.

Melaksanakan tugas profesi dengan berpegang pada Kode Etik Profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerja sama dengan profesi kesehatan lain perlu dieratkan dengan kejelasan dalam wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal disebutkan tadi, maka konsekuensi hukum akan muncul tatkala terjadi penyimpangan kewenangan atau karena kelalaian. Ketentuan hukum (Pidana) tidak masuk dalam ranah Pelanggaran Etik Profesi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dan ruang lingkup tenaga sanitarian?

2. Bagaimana standar dan fungsi tenaga sanitarian?

3. Bagaimana kode etik tenaga sanitarian dalam melaksanakan pekerjaan?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dan ruang lingkup tenaga sanitarian.

2. Mengetahui standar dan fungsi tenaga sanitarian.

3. Mengetahui kode etik tenaga sanitarian dalam melaksanakan pekerjaan.

(6)

3 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Etika

Secara etimologi etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin “mos”

yang dalam bentuk jamaknya “mores” yang berarti juga adat atau cara hidup. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Istilah lain yang identik dengan etika adalah susila (dari bahasa sanskerta) yang lebih menunjukkan kepada dasar- dasar, prinsip, aturan hidup yang lebih baik. Akhlak (dari bahasa arab) moral berarti akhlak, maka tika berarti ilmu akhlak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika (n) didefenisikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral. Atau kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Atau asas perilaku yang menjadi pedoman. (KBBI, 1989). Ki Hajar Dewantara, 1962:459) mendefenisikan etika sebagai “Ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam kehidupan manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.

Etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan ilmu hukum dan kesehatan. Dalam encyclopedia britanica, etika dinyatakan dengan tegas sebagai filsafat moral, yaitu study yang sistematis mengenai sifat dasar dari konsep- konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya.

2.2. Pengertian Sanitasi

Sanitasi ialah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. (KBBI) Sanitasi ialah pencegahan penyakit dengan menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang membentuk mata dalam rantai penularan penyakit (WHO, 1952) Sanitasi adalah pengendalian semua faktor lingkungan dalam lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan dampak buruk terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan

(7)

4 daya hidup manusia.(WHO) Sanitasi adalah usaha pemutusan mata rantai untuk pencegahan penularan penyakit, pencemaran, kecelakaan (Hadi Susanto, dkk.) Adapun Pengertian ”sanitarian” antara lain yaitu sebagai berikut :

Tenaga Sanitarian adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang kesehatan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan (permenkes 32 tahun 2013, tentang penyelenggaraan pekerjaan sanitarian). Sanitarian adalah seorang profesional atau technical practitioner dari hygiene masyarakat yang aktivitasnya terkonsentrasi pada aspek-aspek hygiene lingkungan. Dalam pengertian ini sanitarian bisa tenaga paramedis maupun medis yang telah mendapat tambahan keahlian sebagai sanitarian (Sanitarian’s hand book).

Sanitarian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat (SK Menpan nomor:

19/KEP/M.PAN/11/2000).

Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan yang memberikan perhatiaan terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vektor penyakit pada kawasan perumahan, tempat-tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan matra (SK Menkes nomor:373/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian).

2.3. Pengertian Profesi Menurut Para Ahli

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya). Profesi adalah suatu pekerjaan yang dilandasi oleh suatu ilmu pengetahuan dan diperoleh melalui program pendidikan tinggi (professional) yang khas/spesifik dengan standar kualitas yang tertentu dan terukur, dan dapat melakukannya secara mandiri dengan imbalan jasa dari klien yang dilayani dengan kode etik dan aturan yang berlaku (yang disusun dan sepakati oleh organisasi profesinya). Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan

(8)

5 tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senangsenang, atau untuk mengisi waktu luang.

Standar profesi adalah batasan kemampuan (skil, knowledge and attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

Maka standar profesi Tenaga Sanitarian adalah batasan kemampuan minimal yang harus dimiliki/dikuasai oleh Tenaga Sanitarian untuk dapat melaksanakan pekerjaan sanitarian secara profesional yang diatur oleh organisasi profesi sanitarian yaitu Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI). Atau dengan kata lain, standar profesi sanitarian adalah suatu standar bagi profesi kesehatan lingkungan dalam menjalankan tugas profesinya untuk berperan secara aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan keehatan nasional (Permenkes 373 tahun 2007). Adapun Pengertian Profesi Menurut para Ahli yaitu sebagai berikut :

Secara leksikal, perkataan profaesi itu ternyata mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertama profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang (Hornby,1962). Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a particular business, Hornby, 1962).

Webster’s New World Dictionary menunjukkan bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar , keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya; terutama kedokteran, hukum dan teknologi.

Good’s Dictionary of Education mengungkapkan bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan specialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi (pada pengembannya) dan diatur oleh suatu kode etika khusus.

Vollmer (1956) menjelaskan pendekatan kajian sosiologik, mempersepsikan bahwa profesi itu sesungguhnya hanyalah merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal saja, karena dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya. Namun demikian, bukanlah merupakan hal yang mustahil pula untuk mencapainya asalkan ada upaya yang sungguh-sungguh kepada pencapaiannya. Proses usaha menuju kearah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal itulah yang dimaksudkan dengan profesionalisasi.

(9)

6 2.4. Definisi Profesi Sanitarian

Profesionalisme tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan ditunjukkan dengan perilaku tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan standar pelayanan, mandiri, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta senantiasa mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era globalisasi, tuntutan mutu pelayanan kesehatan lingkungan tidak dapat dielakkan lagi. Peraturan perundang- undangan sudah mulai diarahkan kepada kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong era pasar bebas tersebut. Sanitarian/ahli kesehatan lingkungan harus mampu bersaing dengan profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan dari negara lain.

Untuk itu diperlukan adanya standar profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan sebagai pedoman standarisasi bagi profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan.

Sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vector penyakit pada kawasan perumahan, tempat-tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan matra. Sanitarian juga merupakan Ahli Kesehatan Lingkungan, seorang tenaga professional yang bertanggung jawab untuk tujuan pemutusan mata rantai, dan pencegahan resiko penyakit, pencemaran dan kecelakaaan institusi, masyarakat dan bidang khusus dengan jenis:

1. Sanitarian Institusi (RS, Industri,TTU, Tempat kerja) 2. Sanitarian lapangan (Desa, Kota, khusus, Matra)

3. Sanitarian specialist (Pendidik,Peneliti,Ahli stadadisasi,Ahli hokum kesehatan lingkungan)

Sanitarian adalah jabatan fungsional , jabatan fungsional sanitarian terdiri dari : 1. Sanitarian Terampil (Pemula,pelanjut,penyedia)

2. Sanitarian Ahli ( Pratama, muda, madya ) 3. Sanitarian Specialist

2.5. Peran dan Fungsi Profesi Sanitarian a. Peran Profesi Kesehatan Lingkungan:

1. Pelaksana

(10)

7 2. Pengelola/keahlian.

3. Pengawas/penyedia.

4. Peneliti.

5. Penyuluhan/Pemberdayaan Masyarakat/Pendidik/Pembaharu.

b. Fungsi Profesi Kesehatan Lingkungan 1. Menyehatkan udara.

2. Menyehatkan tanah.

3. Menyehatkan air.

4. Menyehatkan makanan dan minuman.

5. Mengendalikan vector dan binatang pengganggu.

6. Mengelola sampah.

7. Mengelola limbah cair, tinja, B3, dan pestisida.

8. Mengelola K3 Industri, Tempat umum, Transportasi.

9. Mengelolah Sanitasi perumahan.

10. Pengelola sanitasi Industri.

11. Melakukan Survei lapangan terkait masalah kesehatan lingkungan 12. Melakukan analisis masalah.

13. Melakukan pencegahan masalah dari aspek.

14. Teknis Manajemen Sosial.

15. Menyusun analisis dampak kesehatan lingkungan (AKDL).

16. Menyusun Analisis resiko Kesehatan Lingkungan.

2.6. Pembinaan Kode Etik Sanitarian

Agar tidak terjadi pelanggaran terhadap kode etik, maka dilakukan pembinaan.

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota bekerjasama dengan organisasi profesi (HAKLI) membina dan mengawasi tenaga kesehatan termasuk Sanitarian yang diarahkan untuk:

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan;

b. Melindungi klien dan masyarakat atas tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan;dan

c. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan tenaga kesehatan.

Melaksanakan tugas profesi dengan berpegang pada Kode Etik Profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerja sama

(11)

8 dengan profesi kesehatan lain perlu dieratkan dengan kejelasan dalam wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal disebutkan tadi, maka konsekuensi hukum akan muncul tatkala terjadi penyimpangan kewenangan atau karena kelalaian. Ketentuan hukum (Pidana) tidak masuk dalam ranah Pelanggaran Etik Profesi.

2.7. Pelanggaran Kode Etik Sanitarian

Dimaksud dengan pelanggaran adalah perbuatan yang nyata-nyata melakukan penyimpangan terhadap Kode Etik Profesi Sanitarian, antara lain:

1. Melalaikan kewajiban;

2. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan;

3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;

4. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang; dan 5. Menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan

bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang

6. Menggunakan alat, metode, atau tata cara lain dalam memberikan pelayanan kesehatan perorangan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang.

2.8. Sanksi

Untuk mengantisipasi kejadian seperti yang diuraikan di atas, maka Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 27 ayat (1) menetapkan bahwa: “Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”. Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pada Pasal 24 ayat (1), yang dimaksud dengan “perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk perlindungan yang antara lain berupa: rasa aman dalam melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap keadaan membahayakan yang dapat mengancam keselamatan fisik atau jiwa, baik karena alam maupun perbuatan manusia”. Perlindungan hukum akan senantiasa diberikan kepada pelaku profesi sanitarian sepanjang yang

(12)

9 bersangkutan bekerja dengan mengikuti standar prosedur sebagaimana tuntutan bidang ilmu, sesuai dengan etika serta moral yang hidup dan berlaku dalam masyarakat.

Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengambil tindakan administratif terhadap tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan pelanggaran. Tindakan administratif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dapat berupa:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis; dan/atau c. Denda dan pencabutan izin.

Permenkes 1796 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat (3)

“Komite dalam MTKI terdiri dari: a. komite disiplin tenaga kesehatan; dan b. komite lain yang dianggap perlu yang dibentuk secara ad hoc.” Pada pasal 20 ayat (4) menyebutkan “Komite Disiplin Tenaga Kesehatan mempunyai tugas:

a. Meneliti dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan;

b. Memanggil atau meminta keterangan dari tenaga kesehatan yang diadukan, penerima pelayanan kesehatan yang merasa dirugikan, dan saksi;

c. Melakukan pemeriksaan di lapangan atau hal lain yang dianggap perlu;

d. Melakukan kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait dalam rangka uji kompetensi, sertifikasi, registrasi dan lisensi bagi tenaga kesehatan; dan

e. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tenaga kesehatan dan tindakan administratif bagi tenaga kesehatan yang tidak menjalankan praktik atau pekerjaannya sesuai ketentuan”.

(13)

10 BAB III

PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Etika

Etika adalah studi tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, dalam perilaku dan tindakan manusia. Ini adalah cabang filsafat yang berfokus pada pertimbangan moral dan prinsip-prinsip yang mengatur tindakan individu dan masyarakat. Etika bertujuan untuk mengidentifikasi norma-norma moral, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang harus diikuti dalam berbagai situasi untuk mencapai kebaikan moral.

Dalam etika, terdapat beberapa teori dan pendekatan yang berbeda untuk memahami moralitas dan mengambil keputusan moral, seperti:

1. Etika Deontologi: Teori ini menekankan kewajiban dan aturan moral yang harus diikuti tanpa mempertimbangkan hasil akhir tindakan. Contohnya adalah etika Kantian yang menekankan kewajiban moral yang universal.

2. Etika Konsekuensialisme: Pendekatan ini berfokus pada hasil atau konsekuensi dari tindakan. Salah satu bentuk etika konsekuensialisme adalah utilitarianisme, yang menganggap bahwa tindakan yang menghasilkan kebahagiaan atau manfaat terbesar untuk sebanyak mungkin orang adalah tindakan yang benar.

3. Etika Virtue: Etika ini menekankan pengembangan karakter dan sifat-sifat baik dalam individu sebagai dasar untuk mengambil keputusan moral yang baik. Contoh sifat-sifat baik adalah kejujuran, keberanian, dan integritas.

4. Etika Religius: Beberapa orang memandang prinsip-prinsip etika dalam konteks keagamaan, yang berarti bahwa norma-norma moral diberikan oleh agama atau keyakinan tertentu.

5. Etika Terapan: Etika juga diterapkan dalam konteks praktis, seperti etika bisnis, etika medis, dan etika profesi lainnya. Ini mencakup penerapan prinsip-prinsip etika dalam situasi dunia nyata.

Etika memiliki peran penting dalam membentuk tindakan individu dan tindakan kolektif dalam masyarakat. Ini membantu dalam memahami apa yang dianggap baik atau buruk dalam berbagai konteks dan memberikan kerangka kerja untuk mengambil keputusan moral yang tepat.

(14)

11 3.2. Etika Profesi Sanitarian

Etika profesi sanitarian adalah seperangkat prinsip moral dan nilai-nilai yang mengatur perilaku dan tindakan para profesional sanitarian dalam menjalankan tugas mereka. Profesi sanitarian mencakup berbagai peran dalam menjaga dan mempromosikan kesehatan masyarakat, termasuk inspektur sanitasi, ahli mikrobiologi, epidemiologis, inspektur makanan, dan banyak lagi. Berikut adalah beberapa prinsip etika yang relevan dalam profesi sanitarian:

1. Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat: Sanitarian memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Mereka harus menjalankan tugas mereka dengan integritas dan kepedulian terhadap kesejahteraan publik.

2. Objektivitas: Sanitarian harus menjalankan tugas mereka tanpa adanya bias atau diskriminasi. Mereka harus memberikan perlakuan yang adil dan setara kepada semua individu dan bisnis yang mereka awasi.

3. Kepatuhan Hukum dan Peraturan: Sanitarian harus mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan mereka. Mereka juga harus memastikan bahwa individu dan bisnis lainnya mematuhi peraturan-peraturan tersebut.

4. Kejujuran: Kejujuran adalah nilai fundamental dalam profesi sanitarian. Mereka harus memberikan informasi yang akurat dan jujur kepada publik dan rekan kerja.

5. Kerahasiaan: Sanitarian seringkali memiliki akses ke informasi sensitif tentang kesehatan individu dan bisnis. Mereka harus menjaga kerahasiaan informasi ini sesuai dengan hukum dan etika.

6. Pendidikan dan Profesionalisme: Sanitarian harus berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka secara terus-menerus. Mereka juga harus berpartisipasi dalam pelatihan dan pendidikan yang relevan untuk memenuhi tuntutan profesi mereka.

7. Komunikasi yang Efektif: Kemampuan berkomunikasi dengan baik dengan publik dan rekan kerja sangat penting dalam profesi sanitarian. Mereka harus dapat menjelaskan peraturan dan masalah kesehatan masyarakat secara jelas dan mudah dimengerti.

8. Konflik Kepentingan: Sanitarian harus menghindari konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi penilaian objektif mereka. Mereka harus mengungkapkan

(15)

12 konflik kepentingan jika ada, dan jika perlu, mengambil langkah-langkah untuk mengatasi konflik tersebut.

Prinsip-prinsip etika ini membantu menjaga profesionalisme dan integritas dalam profesi sanitarian serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pekerjaan mereka. Sanitarian memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, dan etika profesi mereka memainkan peran kunci dalam menjalankan tugas ini dengan benar dan bertanggung jawab.

3.3. Pentingnya Etika Profesi

Etika profesi memiliki banyak kepentingan yang fundamental dan penting dalam konteks berbagai bidang pekerjaan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa etika profesi sangat penting:

1. Kepentingan Kesejahteraan Publik: Salah satu alasan utama pentingnya etika profesi adalah melindungi dan meningkatkan kesejahteraan publik. Profesi seperti dokter, pengacara, akuntan, insinyur, dan lainnya memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat. Etika profesi membantu memastikan bahwa praktisi ini bertindak dengan integritas dan mengutamakan kepentingan kesejahteraan publik di atas kepentingan pribadi atau perusahaan.

2. Kepercayaan Masyarakat: Etika profesi memainkan peran penting dalam membangun dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap para profesional. Ketika individu percaya bahwa para profesional akan bertindak dengan integritas dan moral yang tinggi, mereka akan lebih cenderung mencari bantuan dan nasihat dari para profesional tersebut.

3. Standar Tinggi dalam Pelayanan: Etika profesi membantu menetapkan standar tinggi dalam pelayanan. Profesional yang berpegang teguh pada etika profesi cenderung memberikan pelayanan yang berkualitas dan terfokus pada kepentingan klien atau pasien mereka.

4. Kepatuhan Hukum dan Peraturan: Etika profesi sering kali tumpang tindih dengan hukum dan peraturan yang mengatur bidang profesi tersebut. Profesional yang mematuhi etika profesi juga akan lebih cenderung mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku, sehingga menghindari potensi konsekuensi hukum yang merugikan.

(16)

13 5. Tanggung Jawab Profesional: Etika profesi mengingatkan para profesional tentang tanggung jawab moral dan etis yang melekat pada pekerjaan mereka. Ini melibatkan pengambilan keputusan yang benar, perlindungan kerahasiaan informasi sensitif, dan menjalankan pekerjaan dengan integritas.

6. Pembinaan Karakter: Etika profesi membantu dalam pembinaan karakter dan pengembangan nilai-nilai positif dalam individu. Profesional yang berpegang teguh pada etika profesi biasanya memiliki sifat-sifat seperti kejujuran, integritas, rasa tanggung jawab, dan empati.

7. Penyelesaian Konflik Etis: Etika profesi memberikan kerangka kerja untuk menyelesaikan konflik etis yang mungkin muncul dalam pekerjaan. Ini membantu para profesional mengatasi dilema moral dengan cara yang konsisten dengan prinsip-prinsip etika profesi mereka.

8. Perkembangan Profesi: Etika profesi juga berperan dalam perkembangan dan kemajuan suatu profesi. Dengan mengidentifikasi dan mengatasi masalah etis, profesi dapat terus berkembang dan meningkatkan standar pelayanan mereka.

Keseluruhan, etika profesi adalah landasan moral yang penting dalam menjalankan pekerjaan dan memiliki dampak besar pada individu, masyarakat, dan perkembangan profesi itu sendiri. Etika profesi membantu memastikan bahwa praktisi bekerja dengan cara yang penuh tanggung jawab, integritas, dan moralitas untuk manfaat kesejahteraan umum.

3.4. Hubungan Etika Profesi dengan Sanitarian

Etika profesi sanitarian memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan lingkungan. Para tenaga kerja sanitarian memiliki tanggung jawab dalam melindungi masyarakat dari suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hubungan etika profesi dengan sanitarian adalah sangat penting. Etika profesi membantu sanitarian dalam menjalankan tugas dengan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab yang tinggi.

Etika profesi dapat memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan lingkungan dalam beberapa cara:

a. Tanggung Jawab Profesional: Profesional dalam berbagai bidang, seperti dokter, insinyur, dan arsitek, memiliki tanggung jawab etis untuk memastikan bahwa

(17)

14 pekerjaan mereka tidak merusak lingkungan. Mereka harus mempertimbangkan dampak lingkungan dalam setiap tindakan atau keputusan yang mereka ambil.

b. Kode Etik Profesi: Banyak profesi memiliki kode etik yang menetapkan prinsip- prinsip dan nilai-nilai yang harus diikuti oleh para profesional. Kode etik ini seringkali mencakup komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan perlindungan kesehatan masyarakat.

c. Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan: Etika lingkungan adalah cabang etika yang mempertimbangkan bagaimana tindakan individu dan organisasi memengaruhi lingkungan alam. Para profesional harus memahami dan menerapkan prinsip- prinsip etika lingkungan dalam pekerjaan mereka untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan lingkungan.

d. Keberlanjutan: Profesi-profesi modern sering kali harus mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan dalam pekerjaan mereka. Ini termasuk memastikan bahwa tindakan mereka tidak menguras sumber daya alam secara berlebihan atau merusak ekosistem yang vital bagi kesehatan lingkungan jangka panjang.

Dalam banyak kasus, etika profesi dapat berperan penting dalam melindungi dan meningkatkan kesehatan lingkungan, karena para profesional memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang memengaruhi lingkungan di sekitar mereka.

3.5. Kode Etik Sanitarian

Kode etik sanitarian adalah aturan dan prinsip yang mengatur perilaku dan tanggung jawab sanitarian dalam menjalankan tugas. Kode etik ini bertujuan untuk memastikan bahwa sanitarian menjalankan pekerjaan dengan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab yang tinggi, memberikan pelayanan yang berkualitas, melindungi kesehatan masyarakat.

Organisasi Profesi Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) menyusun dan menetapkan kode etik sanitarian/ahli kesehatan lingkungan. Kode etik ini berisi prinsip-prinsip moral dan standar perilaku yang harus diikuti oleh para sanitarian dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

(18)

15 Berikut adalah beberapa poin yang umumnya tercakup dalam kode etik sanitarian:

a. Integritas dan Kejujuran Sanitarian diharapkan untuk bertindak dengan integritas dan kejujuran dalam semua aspek pekerjaan mereka. Mereka harus menjaga standar etika yang tinggi dan menghindari konflik kepentingan.

b. Kualitas Pelayanan Sanitarian diharapkan untuk memberikan pelayanan sanitasi yang berkualitas tinggi. Mereka harus menjalankan tugas mereka dengan keahlian dan profesionalisme yang tinggi, serta memastikan bahwa pelayanan yang diberikan memenuhi standar yang ditetapkan.

c. Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat Sanitarian memiliki tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat. Mereka harus mengidentifikasi dan mengatasi risiko kesehatan lingkungan, serta memberikan informasi yang akurat dan jelas kepada masyarakat.

d. Pengembangan Profesional Sanitarian diharapkan untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bidang sanitasi. Mereka harus mengikuti pelatihan dan pendidikan yang relevan, serta berpartisipasi dalam kegiatan profesional untuk meningkatkan kompetensi mereka.

Agar tidak terjadi pelanggaran terhadap kode etik, maka dilakukan pembinaan.

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota bekerjasama dengan organisasi profesi (HAKLI) membina dan mengawasi tenaga kesehatan termasuk Sanitarian yang diarahkan untuk:

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga Kesehatan;

b. Melindungi klien dan masyarakat atas tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan;

c. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan tenaga kesehatan.

Melaksanakan tugas profesi dengan berpegang pada Kode Etik Profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerja sama dengan profesi kesehatan lain perlu dieratkan dengan kejelasan dalam wewenang dan fungsinya. Oleh karena tanpa mengindahkan hal-hal disebutkan tadi, maka konsekuensi hukum akan muncul tatkala terjadi penyimpangan kewenangan atau

(19)

16 karena kelalaian. Ketentuan hukum (Pidana) tidak masuk dalam ranah Pelanggaran Etik Profesi.

(20)

17 BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Etika profesi merupakan kode etik dari berbagai macam latar belakang profesi dalam memjamin mutu serta mempertahankan kualitas atas jasa maupun barang yang dihasilkan dari kegiatan yang telah dilakukan oleh setiap pelaku profesi. Etika Profesi memiliki beberapa fungsi diantaranya; Sebagai kepentingan kesejahteraan publik, mempertahankan kepercayaan masyarakat, sebagai acuan standar dalam pelayanan, kepatuhan hukum serta aturan, tanggung jawab profesional, pembinaan karakter, penyelesaian konflik etis dan sebagai perkembangan profesi.

Etika profesi sanitarian adalah seperangkat prinsip moral dan nilai-nilai yang mengatur perilaku dan tindakan para profesional sanitarian dalam menjalankan tugas mereka. Profesi sanitarian mencakup berbagai peran dalam menjaga dan mempromosikan kesehatan masyarakat, termasuk inspektur sanitasi, ahli mikrobiologi, epidemiologis, inspektur makanan, dsb. Etika profesi sanitarian membantu menjaga profesionalisme dan integritas dalam profesi sanitarian serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pekerjaan mereka. Sanitarian memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, dan etika profesi mereka memainkan peran kunci dalam menjalankan tugas ini dengan benar dan bertanggung jawab.

4.2. Saran

1. Memperbanyak pemahaman terhadap standar tugas dan fungsi etika profesi sanitarian.

2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang di jalani.

3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya etika profesi sanitarian.

4. Kode etik yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang memungkinkan untuk dapat dijalankan bagi kelompok profesi.

(21)

18 5. Terhadap pelaksanaan profesi hendaknya menjalankan profesi yang jalani sesuai dengan kode etik yang ditetapkan agar profesi yang dijalani sesuai dengan tuntutannya.

(22)

19 DAFTAR PUSTAKA

Evi Nursyafitri, d. (2013). Makalah Profesi Kesehatan LIngkungan dan HAKLI. Makassar.

HAKLI Kalimantan Selatan. (2018). Pembekalan Etika Profesi Sanittarian. Banjarbaru.

Lagino, & Qomariah, N. (2017). Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan. Dalam Etika Profesi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ngambut, K. (2019). Modul Mata Kuliah Etika Profesi Sanitarian. Kupang.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2012. (2012). Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Pratiwi, V. (2014, Desember 30). SCRIBD. Diambil kembali dari Makalah Standar Profesi Sanitarian: https://www.scribd.com/doc/251301434/makalah-standar-profesi- sanitarian

Referensi

Dokumen terkait

ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip

Deskri psi Mata Kuliah : Memberikan pemahaman tentang etika dalam tata interaksi di tempat kerja dengan cakupan pembahasan meliputi: pengertian etika dan moral, etika profesi

Etika disebut juga flsafat moral adalah cabang flsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia.. Etika tidak mempersoalkan keadaan

Profesi akuntan publik diharapkan selalu menjaga moral dan etika agar menjaga sikap profesional dalam menjalankan tugasnya sehingga kualitas audit yang dihasilkan dapat

Para professional dalam melaksanakan profesi, pengetahuan atau keahlian tidak terlepas dari etika profesi yang berkaitan dengan kode etik profesi sebagai standar moral..

Dengan penjabaran pengertian etika, profesi, dan akuntansi secara terpisah dapat kita ambil sebuah kesimpulan dari etika profesi akuntansi yang menyeluruh yaitu suatu ilmu yang

Etika Etika berarti bahwa tingkah laku sebagai standart yang mengatur pergaulan manusia dalam kelompok sosial,ada juga yang mengartikan Etika berkaitan dengan nilai –nilai individu ,

Etika diperlukan dalam menjalankan profesi kebidanan untuk mengatur perilaku anggota profesi dalam menjalankan tugas dan pergaulan sehari-hari di