• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Tinjauan Tentang Kompetensi Guru 1. Pengertian Guru

5. Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam

Yang dimaksud kompetensi Pedagogik, sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan PP. No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3 butir a adalah sebagai berikut:

”Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”96

Dalam Islam, guru merupakan profesi yang amat mulia, oleh karenannya seseorang guru haruslah bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik, yang memiliki beberapa kriteria dan kompetensi yang harus dipenuhi. dalm islam seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji dan berakhlakul karima. dengan demikian seorang guru bukan hanya mengajar ilmu-ilmu pengetahuan saja (knowledge), tetapi lebih penting lagi akan membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran islam, dan juga guru merupakan sumber ilmu dan moral, yang akan membentuk

96

seluruh pribadi anak didiknya, menjadi manusia yang berkepribadian mulia. sebagaimana Muhaimin mengatakan;

“Dalam literatur kependidikan Islam seorang guru salah satu nya disebut

ustadz, dimana kata ustadz biasa digunakan untuk memanggil seorang

professor. ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalm mengemban tugasnya. seorang dikatakan profesionalisme, bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikpa komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja,serta sikap continous improvement, yakni seallu berusaha memeperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamanya yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalh tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamanya di masa depan.”97

Oleh karenanya peran dan tanggung jawab guru dalam pendidikan sangat berat, apalagi dalam konteks sebagai guru agama islam, semua aspek kependidikan dalam islam terkait nilai-nilai, melihat guru bukan saja pada penguasaan material-pengetahuan saja, tetapi juga pada investasi nilai-nilai moral dan spiritual yang diembannya untuk ditransformasikan kearah pembentukan kepribadian islam, guru dituntut bagaimana membimbing, melatih dan membiasakan anak didik berprilaku yang baik, karena itu, eksistensi guru tidak saja mengajarkan, tetapi sekaligus mempraktekkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai kependidikan islam.untuk itu dalam melaksanakan tugasnya, guru hendaknya memiliki kemampuan dan kompetensi kependidikan, meski secara umum semua orang dapat saja menjadi guru dan pendidik. Untuk mewujudkan seorang guru yang professional, diantaranya dapat mengacu pada tuntutan Nabi Muhammad SAW.Karena Nabi adalah satu-satunya guru atau pendidik yang paling

97Muhaimin. Reorientasi Pengembangan Guru. Dalam Quo Vadis Pendiidkan Islam

Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan ( Malang : UIN –Press, 2006 ).

berhasil. dalam rentang waktu yang cukup singkat Nabi dapat merubah pola tingkah laku umat menjadi lebih baik. keberhasilan Nabi itu bermodalkan kepribadian yang berkualitas tinggi, keperduliannya terhadap masalah-masalah social religious, serta semangat dan ketajamannya dalam memahami fenomena alam dan lingkungan sekitar. Nabi mampu mengembangkan dan mempertahanka kualitas iman, amal sholeh, berjuang dan bekerja sama menegakkan kebenaran dengan penuh kesabaran.

Dengan demikian, maka dapat diasumsikan, bahwa yang melandasi keberhasilan seorang guru, hususnya guru PAI dalam mengemban tugasnya, harus memiliki kompetensi personal religius dan profesional religious. Kata religious selalu dikaitkan dengan tiap-tiap kompetensi, karena menunjukkan adanya komitmen guru dengan ajaran Islam sebagai kriteria utama, hingga segala macam masalah pendidikan yang dihadapi, dipertimbangkan dan dipecahkan serta ditempatkan dalam perspektif Islam, oleh karenanya secara umum, sesuai apa yang telah disampaikan oleh Muhaimin,:

“Dari telaah historis penelitian tentang efektivitas keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugas kependidikannya, Medley menemukan beberapa asumsi keberhasilan guru yang pada gilirannya dijadikan titik tolak dalam pengembangannya, yaitu pertama, asumsi sukses guru tergantung pada kepribadiannya, kedua, asumsi sukses guru tergantung pada penguasaan metode, ketiga, asumsi sukses guru tergantung pada frekwensi dan intensitas aktivitas interaktif guru dengan siswa, keempat, asumsi bahwa apapun dasar dan alasannya penampilan gurulah yang terpenting sebagai tanda memiliki wawasan, ada indicator menguasai materi, ada indicator menguasai strategi belajar-mengajar, dan lainnya.”98

98

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagaimana yang diungkan oleh Wina Sanjaya bahwa: Kompetensi Pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada system pengelolaan pembelajaran yang bebasis subjek ( mata pelajaran ), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu , guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar ( akta mengajar ) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.

b. Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Secara pedagogis kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis dan madrasah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil krativitasnya. Kondisi pendidikan seperti ini dinilai sebagai penjajahan dan penindasan, yang harus dirubah menjadi pemberdayaan dan pembebaan. Peserta didik dipandang sebagai bejana yang akan diisi

dengan air (ilmu) sebanyak-banyaknya, sehingga pembelajaran nampak seperti kegiatan menabung, peserta diidk sebagai “celengan” dan guru sebagai “penabung”.

Untuk mengatasi dari model pendidikan “gaya bank” tersebut, maka model pendidikan dan pembelajaran harus dialogis dan bermakna. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola pembelajaran. Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu (1) perencanaan; yang menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta memperkirakan cara mencapainya. (2) pelaksanaan; atau implementasi yakni proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan. (3) pengendalian atua evaluasi; yakni bertujuan menjamin kinerja yang cicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan.

c. Pemahaman terhadap peserta didik.

Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang psikologi perkembangan peserta didik, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang harus dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan

mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak didik serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.

Dan sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan kognitif. Perbedaan tersebut perlu dipahami oleh para pengembang kurikulum, guru, calon guru, dan kepala madrasah agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif .

d. Pengembangan kurikulum / silabus.

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan madrasah.

e. Perancangan Pembelajaran.

Guru memiliki perencanaan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktifitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.

Perancangan pembelajaran sedikitnya mnecakup tiga kegiatan, yaitu (1) Identifikasi kebutuhan; yang bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. (2) identifikasi kompetensi, ini merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, karena memiliki

peran penting yang akan menentukan arah pembelajaran. ( 3) Penyusunan program pembelajaran, di sini kaan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.

f. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan. Karena pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal : pre tes, proses, dan post tes.

g. Pemanfaatan teknologi Pembelajaran.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran ( e- learning ) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, seyogyanya seorang guru dan calon guru dibekali dengan berbagai kompetensi yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai teknologi pembelajaran.

h. Evaluasi hasil belajar.

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan serta solusi secara akurat. Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakuakn dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilain program.

i. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melakasanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar.sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Disamping itu, pengembangan peserta diidk dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain ; melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konseling.

BAB III

METODE PENELITIAN