Menurut Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip yaitu memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas dan memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas.
Surya (dalam Kunandar, 2007: 12) mengungkapkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagi aspek kinerja sebagai guru. Kedua kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, mengendalikan diri dan menghargai diri. Keempat kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan sosial. Kelima, kompetensi spiritual yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengalaman kaidah-kaidah keagamaan.
Kompetensi yang dituntut dalam profesionalisme guru IPA tercermin dalam sertifikat mengajar yang harus dimiliki oleh setiap guru IPA. Kompetensi guru IPA SMP terdiri dari memahami landasan dan wawasan pendidikan, menguasai materi pembelajaran Sains, menguasai pengelolaan pembelajaran Sains, menguasai penilaian pembelajaran Sains, memiliki kepribadian dan pengembangan wawasan guru yang profesional (Rahman, 2013: 385).
Satori (dalam Riandi, 2013: 2) mengungkapkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Ini artinya ada pengakuan yang sangat berharga bagi guru, namun di sisi yang lain terdapat tuntutan kerja keras bagi para guru karena untuk menjadi profesional sebenarnya diperlukan beberapa persyaratan yang tidak mudah memenuhinya.
Terwujudnya guru yang profesional sangat diharapkan oleh semua unsur masyarakat agar permasalahan di bidang pendidikan dapat terpecahkan. Sebenarnya saat ini jabatan guru telah menjadi suatu jabatan profesional, karena telah memenuhi persyaratan suatu profesi. Persyaratan tersebut yaitu pendidikan minimal yang dipersyaratkan (pre-service education), memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kode etik,
bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas profesionalnya, memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, memiliki
kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,
memiliki klien atau objek layanan yang tetap diakui oleh masyarakat karena diperlukan jasanya di masyarakat, memiliki organisasi yang kuat dan
berpengaruh, perlindungan hukum (Satori, 2005: 42).
Untuk melihat tingkat kemampuan profesional guru ada dua perspektif, yaitu
pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru.Kedua, penguasaan terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. Sedangkan untuk mengembangkan profesinya banyak guru pemula merasa kesulitan karena tidak dipersiapkan secara matang untuk melaksanakan tugas-tugas kompleks yang diperlukan didalam kelas. Pendidikan prajabatan dinilai juga masih terlalu lemah sehingga guru-guru pemula masih harus banyak belajar di dalam pekerjaan, serta saling membantu satu sama lainnya dalam batas- batas yang mereka bisa buat (Sudarwan, 2002: 43).
Guru merupakan komponen sistem pendidikan formal yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Guru harus dapat mengorganisasi lingkungan belajar sebaik-baiknya, menggunakan alat pelajaran/alat peraga yang sesuai, menyusun bahan pelajaran dan memilih sumber belajar yang tepat, serta membangkitkan motivasi pelajar untuk terlibat aktif dalam melakukan kegiatan belajarnya. Secara umum, peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka membantu siswa
mengembangkan keterampilan proses sains. Sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan
keterampilan proses, yaitu :
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Pengalaman langsung tersebut memungkinkan siswa untuk menggunakan alat-alat inderanya dan
mengumpulkan informasi atau bukti-bukti untuk kemudian ditindaklanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan yang ada.
b. Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Tugas-tugas dirancang siswa agar berbagi gagasan, menyimak teman lain, menjelaskan dan mempertahankan gagasan mereka sehingga mereka dituntut untuk berpikir reflektif tentang hal yang sudah dilakukannya, menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain untuk memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan. Berbicara dan menyimak menyiapkan dasar berpikir untuk bertindak. c. Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka untuk
menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka. Dengan kata lain aspek ketiga menekankan untuk membantu
pengembangan keterampilan bergantung pada pengetahuan bagaimana siswa menggunakannya.
d. Mendorong siswa mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan. Mereka juga hendaknya didorong untuk mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk meningkatkan kegiatan
mereka. Membantu siswa untuk menyadari keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses belajar mereka sendiri.
e. Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam komunikasi. Begitu pula dalam penggunaan alat, karena mengetahui bagaimana cara
menggunakan alat tidak sama dengan menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat berarti memerlukan pengetahuan bagaimana cara menggunakannya (Riandi, 2013: 4).
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :
a. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
c. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: konsep, struktur, dan metoda keilmuan, teknologi, dan seni yang koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Berdasarkan pasal 20 UU No. 14 tahun2005 dikemukakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, memelihara nilai-nilai agama, memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagai pembanding,National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusanWhat Teachers Should Know and Be Able to Do,didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:
a. Teachers are Committed to Students and Their Learningyang mencakup penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, perlakuan guru terhadap siswa secara adil, dan misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa.
b. Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Studentsmencakup: apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).
c. Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning
mencakup: penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting
kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran
(reward)atas keberhasilan siswa, menilai kemajuan siswa secara teratur, dan kesadaran akan tujuan utama pembelajaran.
d. Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experiencemencakup: guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.
e. Teachers are Members of Learning Communitiesmencakup: guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, guru bekerja sama dengan tua orang siswa dan guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat (Sudrajat, 2007: 6).