DESKRIPSI KEMAMPUAN GURU IPA SMP NEGERI BANDAR LAMPUNG DALAM MENGELOLA
LABORATORIUM BERDASARKAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Oleh
ANI SULISTIYANI
Pengelolaan laboratorium yang efektif sangat menentukan besar kecilnya kontribusi laboratorium dalam keterlaksanaan proses pembelajaran yang sesuai
pendekatan saintifik, maka perlu kiranya guru IPA untuk dapat mengelola
laboratorium secara baik dan tepat. Kemampuan guru mengelola laboratorium ini mencangkup dua aspek utama yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan
laboratorium sebagai tempat praktikum dan kekemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui deskripsi kemampuan guru dalam mengelola laboratorium di SMP negeri Bandar Lampung. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Metode sampel pada penelitian ini menggunakanpurposive samplingsehingga sebanyak 30 orang guru dari 6 sekolah yang mewakili berbagai tingkatan diambil sebagai subjek penelitian. Data penelitian berupa data kualitatif
secara langsung oleh peneliti. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif
sederhana dengan penskoran dan persentase.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan guru dalam mengelola laboratorium memiliki nilai rata-rata 37,3 dengan kriteria sangat kurang.
Responden 1 memiliki kriteria baik sedangkan 5 responden lainnya memiliki kriteria sangat kurang. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kemampuan guru IPA SMP negeri Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium memiliki kriteria
sangat kurang.
BANDAR LAMPUNG DALAM MENGELOLA LABORATORIUM BERDASARKAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
Oleh
ANI SULISTIYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan
Bapak Abdul Kosim dan Ibu Nurahmi yang dilahirkan di Banyumas Kabupaten Pringsewu pada tanggal 24 Juli 1993. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah MI Sinar Mulya
(2000-2006), SMPN 1 Banyumas (2006-2009), dan SMAN 1 Pringsewu (2009-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi
FKIP Unila melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi yaitu sebagai anggota devisi Pendidikan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta
(Himasakta) FKIP Unila selama satu periode yaitu tahun 2011/2012, anggota bidang Pengmas BEM FKIP Unila tahun 2011/2012. Penulis pernah menjadi
asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, Struktur Perkembangan Tumbuhan, dan Struktur Hewan. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Mts. Darush sholihin dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi (KKN-KT) di pekon Hujung, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2014. Penulis dapat dihubungi pada alamat
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Skripsi ini dipersembahkan kepada insan yang telah memberiku doa dan semangat. Terimakasih kepada :
1. Orang tuaku tercinta Bapak Abdul Kosim dan Ibu Nurahmi yang tanpa lelah terus
melimpahkan doa dan semangat sehingga penyusunan skripsi ini terasa begitu indah.
2. Kakakku tersayang Nandang Kuswara dan Ai Siti Hapsah yang senantiasa melimpahkan kehangatan dan kasih sayang yang tak pernah padam.
3. Adikku tersayang Hamdan Maulana yang senantiasa mendoakan dan memberikan
semangat.
4. Orang yang banyak memberikan inspirasi: Teh Elis Fitriyani, SE; Teh Rita
Zahara,S.Si; Tante Elpa Fauziah,S.Pd, M.Pd; Ceu Lilis Listiana,S.Pd; Pak Median Agus Pratama, S.Pd, M.Pd., Kakak Muhammad Akbar,S.Pd; dan Kakak
Mirnawati, S.Pd.
5. Sahabat terbaik dalam perjuangan selama di prodi Biologi: Vifty Oktanarlia Narsan, Mareta Safitri, Risky Ayu Romadhona, Mentari Puspa Sari, Yogi
studi kita.
Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 2015 Penulis
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman mengerjakan amal sholeh dan nasihat-menasehati
dalam kebenaran dan nasihat- menasihati supaya menetapi kesabaran“
(Al- Ashr: 1-3)
“Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu
dan tiada benci kepada kamu” (Ad- Duha: 1-3)
“Demi malam apabila menutupi. Dan demi siang apabila terang benderang. Dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya,
usahamu berbeda-beda, adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa dan
membenarkan adanya pahala terbaik maka kelak kami menyiapkan
baginya jalan yang mudah” (Al- Lail: 1-7)
”Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu,
semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu yang tersenyum”
(Mahatma Gandhi)
“If you want to respect from the others, you must respect yourself first”
Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”Deskripsi kemampuan guru SMP Negeri Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium
berdasarkan pendekatan saintifik”sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.
3. Berti Yolida, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Unila.
4. Dr. Hi. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing I atas bimbingan dan masukannya.
5. Dina Maulina, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II atas bimbingan dan masukannya.
6. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas atas koreksi dan sarannya. 7. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas motivasi dan
arahannya.
8. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan.
baik dalam membantu penelitian.
11. Rekan tim dalam penelitian Nur Hidayah atas kerjasama dan kesabarannya
saat melakukan penelitian.
12. Sahabat terbaik di laboratorium biologi: LitaYudhitya, Wirdona, Kakak Deni Verdianto, S.Pd; Kakak Soni Satriansyah, S.Pd; Kakak Yudi Saputra, S.Pd;
Kakak Taufik, S.Pd; Kakak Feri Pernando, Kakak Harry Haryono, Kakak Istigfar Romadhon, S.Pd; Kakak Ghea, Kakak Fius, S.Si; dan Bapak Hambali,
S.Si; atas ilmu dan pengalaman yang tak terlupakan.
13. Teman perjuangan di kaki pesagi (KKN-KT 20014) Hujung: Fiya Sholatunisa, Nana Susanti, Lailiyah, Fitayar Ramadhani, Ayu Sekar, Siti Khasanah, Oka
Amsal, Andre Faysol, dan Ari Sandi yang telah menemani selama melaksanakan KKN-KT.
14. Keluarga kosan Anissa: Kakak Eka Rosamania, Kakak Linda Wati, Dwi,
Maratul sholiha, Hesti dan Devi yang telah menemaniku tertawa dan menghiburku saat aku menangis.
15. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis
dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Amin.
Bandar Lampung, 2015 Penulis
xiv
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Laboratorium ... 12
B. Pembelajaran Berbasis Praktikum... 22
C. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Saintifik... 25
D. Kompetensi Guru Profesional ... 30
E. Kerangka Pikir ... 38
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41
B. Populasi dan Subjek Penelitian ... 41
C. Desain Penelitian ... 42
D. Prosedur Penelitian... 43
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Teknik Analisis Data... 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
B. Pembahasan ... 52
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xv
3. Tabulasi Penelitian ... 85
4. Rekapitulasi Penelitian... 94
5. Foto Penelitian ... 98
6. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian... 104
Tabel Halaman
1. Konsep penelitian... 42
2. Desain penelitian untuk angket ... 42
3. Desain penelitian untuk observasi... 43
4. Kisi- kisi angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium.... 46
5. Kisi- kisi lembar observasi laboratorium ... 47
6. Kisi- kisi lembar penilaian LKS... 47
7. Kisi- kisi lembar observasi pelaksanaan praktikum... 47
8. Kisi- kisi tes pengetahuan penilaian autentik... 48
9. Kriteria standar penilaian setiap aspek... 49
10. Kriteria standar penilaian latar belakang guru ... 49
11. Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium... 51
12. Tabulasi angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium (jawaban guru) ... 85
13. Tabulasi angket kemampuan guru dalam mengelola laboratorium (jawaban siswa) ... 86
14. Tabulasi pengetahuan autentik guru ... 87
15. Tabulasi penilaian LKS... 88
16. Tabulasi pelaksanaan praktikum ... 89
17. Tabulasi pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum ... 90
18. Tabulasi ketersediaan sarana prasarana laboratorium... 91
xvi
21. Rekapitulasi angket siswa ... 94
22. Data hasil pendapat pihak sekolah (guru dan siswa) ... 94
23. Rekapitulasi LKS berdasarkan penilaian aspek ... 95
24. Rekapitulasi LKS berdasarkan rata-rata nilai sekolah ... 95
25. Rekapitulasi pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum ... 95
26. Rekapitulasi ketersediaan sarana prasarana laboratorium... 96
27. Rekapitulasi pelaksanaan praktikum... 96
28. Rekapitulasi pengetahuan penilaian autentik ... 96
29. Rekapitulasi data hasil observasi peneliti ... 96
Gambar Halaman
1. Bagan kerangka pikir ... 13
2. Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium ... 51
3. Laboratorium IPA SMP Negeri 2 ... 98
4. Laboratorium IPA SMP Negeri 4 ... 98
5. Laboratorium IPA SMP Negeri 8 ... 99
6. Laboratorium IPA SMP Negeri 22 ... 99
7. Laboratorium IPA SMP Negeri 26 ... 100
8. Laboratorium IPA SMP Negeri 31 ... 100
9. Kegiatan guru SMP Negeri 2 Bandar Lampung sebelum praktikum .. 101
10. Kegiatan guru SMP Negeri 2 Bandar Lampung saat praktikum... 101
11. Kegiatan guru SMP Negeri 2 Bandar Lampung setelah praktikum... 102
12. Contoh alat dan bahan praktikum SMP Negeri 2 Bandar Lampung.... 102
13. Contoh alat dan bahan praktikum SMP Negeri 22 Bandar Lampung.. 103
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laboratorium IPA merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan
dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002: 26). Laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang memerlukan peralatan khusus yang tidak
mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah, laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat proses pembelajaran
dengan metoda praktikum yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung. Oleh karena itu, kepala sekolah,
pengelola, guru IPA, dan unsur-unsur sekolah yang terkait lainnya harus mampu mengelola dan memanfaatkan laboratorium IPA secara efektif dan
efisien, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPA bagi siswa (Sutrisno, 2007: 46).
orang lain maupun melalui orang lain dengan memanfatkan penggunaan
laboratorium secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Pemanfaatan laboratorium secara efektif merupakan salah satu syarat dalam
pembelajaran berbasis praktikum IPA. Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem pengelolaan atau manajemen laboratorium IPA yang baik.
Efektivitas manajemen laboratorium IPA dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan fasilitas laboratorium dan kompetensi pengelolaan laboratorium IPA (Salirawati, 2012: 4).
Pengelolaan laboratorium IPA berkaitan dengan pengelola dan pengguna
fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen dan bahan kimia), serta aktivitas praktikum yang dilaksanakan di laboratorium.
Pada dasarnya tanggung jawab pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna.
Kemampuan guru dalam pengelolaan laboratorium disesuaikan dengan Permendiknas No. 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Pengelola
Laboratorium Sekolah. Pengelolaan laboratorium IPA meliputi
mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru, menyusun jadwal kegiatan laboratorium, memantau pelaksanaan, kegiatan laboratorium,
mengevaluasi kegiatan laboratorium, mengelola kegiatan laboratorium sekolah, menyusun laporan kegiatan laboratorium, dan mengkoordinasikan
pembelajaran di kelas sangat diyakini oleh semua guru IPA. Namun
kenyataannya, implementasi kegiatan praktikum di lapangan ternyata masih menghadapi banyak kendala. Permasalahan yang dialami guru
dalam menyelenggarakan kegiatan praktikum antara lain kurangnya ketersediaan peralatan praktikum, kurangnya pengetahuan guru tentang pembelajaran praktikum dan kurangnya keterampilan guru dalam
mengelola kegiatan praktikum sehingga kegiatan praktikum secara praktis jarang dilaksanakan (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 2).
Jarangnya pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum menyebabkan
kualitas kemampuan guru IPA dalam menerapkan pembelajaran berbasis praktikum di Indonesia dianggap masih rendah oleh banyak kalangan, hal
ini ditunjukkan oleh penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau sains sebagaibasic sciencemasih memprihatinkan. Salah satu indikator yang menunjukkan hal tersebut
adalah mutu akademik antar bangsa melaluiProgramme for International Student Assessment(PISA) tahun 2003 yang menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang Matematika dan IPA, Indonesia
menempati peringkat ke-39. Terkait dengan mata pelajaran IPA, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam proses bekerja
ilmiah yang dituntut dalam pembelajaran IPA masih relatif rendah,
terutama penguasaan keterampilan proses terpadu seperti mengidentifikasi variabel kontrol, menganalisis eksperimen, dan merancang eksperimen
Hasil penelitian Balitbang Depdiknas tahun 2004 mengemukakan bahwa
kemampuan guru dalam merancang praktikum masih rendah. Sekitar 51% guru IPA SMP dan sekitar 43% guru fisika SMA di Indonesia tidak dapat
menggunakan alat-alat laboratorium yang tersedia di sekolahnya. Dengan demikian kurangnya pelaksanaan kegiatan laboratorium di sekolah-sekolah merupakan gejala yang cukup memprihatinkan dalam pengembangan
keterampilan proses siswa (Maknun, 2012: 141).
Berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Inspektorat Jendral tahun 2003, pemanfaatan dan pengelolaan
laboratorium IPA SMP sebagai sumber belajar belum optimal atau tidak digunakan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu kemampuan dan
penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan praktek masih belum memadai, banyak alat-alat laboratorium dan bahan yang sudah rusak, serta terbatasnya alat-alat dan bahan untuk praktikum. Hal ini
mengakibatkan tidak setiap siswa mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen di laboratorium (Purwantoyo, 2013: 109).
Kegiatan eksperimen merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran berbasis praktikum. Pembelajaran berbasis praktikum
menjadi alternatif yang baik bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir kreatif dan memecahkan masalah. Kegiatan
eksperimen berfungsi menghubungkan teori atau konsep dan praktek, meningkatkan daya tarik atau minat siswa, dapat memperbaiki
Oleh karenanya untuk mendukung fungsi kegiatan eksperimen di
laboratorium tersebut, maka metode penilaiannya perlu diperbaiki agar kegiatan laboratorium berlangsung lebih efektif. Ottander & Grelsson
(dalam Maknun, 2012: 2) mengemukakan bahwa kegiatan laboratorium merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh aktivitas, kreativitas dan intelektualitas siswa. Salah satu keterampilan dan kreativitas yang
diperlukan dan harus dikuasai siswa adalah keterampilan merencanakan suatu percobaan, meliputi keterampilan menentukan alat dan bahan,
menentukan variabel, menentukan hal-hal yang perlu diamati dan dicatat, menentukan langkah kerja, serta cara pengolahan data untuk menarik kesimpulan sementara.
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran saintifik di sekolah yang mengutamakan kerja ilmiah sehingga siswa dapat bersikap ilmiah dan selanjutnya konsep yang telah dikuasai akan diterapkan dalam usaha
pe-menuhan kebutuhan hidup, tuntutan pembelajaran saintifik dapat terpenuhi apabila didukung oleh kemampuan guru dalam menyelenggarakan ke-giatan praktikum di laboratorium sebagai kunci keberhasilan pembelajaran
IPA. Guru di sekolah secara umum tidak didampingi oleh seorang laboran atau teknisi ketika memfasilitasi kegiatan praktikum, sehingga guru harus
mengambil peran sebagai guru dan sekaligus laboran.
menyelenggarakan kegiatan praktikum dari mulai persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut dari setiap kegiatan praktikum yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan mengelola
laboratorium IPA sehingga dapat melatih siswa untuk menerapkan kerja ilmiah sesuai prosedur (Purwantoyo, 2013: 119).
Cara untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa menurut
pendekatan saintifik adalah merespon terhadap peningkatan perkembangan pendidikan dengan penekanan pada domain keterampilan(skill)dan
karakter(afektif)secara terencana membentuk dan menyiapkan peserta didik menjadi orang yang tidak hanya mampu dalam aspek teoritis tetapi mampu juga dalam aspek praktik. Pada intinya dalam menyikapi
penerapan pendekatan saintifik ini seorang guru dituntut untuk
meningkatkan kompetensi atau kemampuan yang dapat menunjang dan mengantarkan peserta didik berhasil mencapai tujuan pendidikan.
Kompetensi pertama yang harus dicapai adalah kompetensi pedagogik.
Dalam kompetensi ini seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam pembelajaran dengan memahami sifat peserta didik, ciri peserta didik, perkembangan peserta didik, konsep pendidikan yang berguna untuk
membantu siswa, metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa dan sistem evaluasi yang tepat. Kedua, kompetensi
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa peran laboratorium
sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum, maka perlu kiranya guru IPA untuk dapat memahami dan menguasai bagaimana
cara mengelola laboratorium secara baik dan tepat. Kemampuan guru mengelola laboratorium ini mencakup dua aspek utama yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum dan
kecakapan guru dalam pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum di laboratorium berdasarkan pendekatan saintifik.
Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium yang berdasarkan
pendekatan saintifik menjadi sangat penting karena pengelolaan
laboratorium yang efektif sangat menentukan besar kecilnya kontribusi
laboratorium dalam keterlaksanaan proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, mengingat pendekatan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melaui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Kondisi pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik diarahkan untuk
laboratorium dan kemampuan guru mengarahkan siswa untuk melakukan
pembelajaran praktikum di laboratorium menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian mengenai gambaran
kemampuan guru dalam mengelola laboratorium yang sesuai pendekatan saintifik untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru IPA dalam
mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum dan kemampuan guru IPA dalam menerapkan pembelajaran berbasis praktikum. Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena memberikan informasi bagi guru
IPA dalam mengelola laboratorium yang benar sesuai pendekatan saintifik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum berdasarkan
pendekatan saintifik?
2. Bagaimanakah kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum
berdasarkan pendekatan saintifik.
2. Untuk mengetahui kemampuan guru IPA SMP negeri di Bandar
Lampung dalam melakukan pembelajaran berbasis praktikum berdasarkan pendekatan saintifik.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian bermanfaat antara lain :
1. Bagi guru :
a. Memberikan informasi tentang pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum.
b. Memberikan informasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis praktikum.
c. Memberikan informasi penilaian autentik praktikum.
d. Memberikan hasil evaluasi terhadap hasil penyusunan perangkat kegiatan praktikum yang telah ada sebagai bahan refleksi untuk
penyusunan selanjutnya.
2. Bagi sekolah yaitu sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama dalam pelaksanaan pembelajaran
3. Bagi peneliti yaitu memberikan informasi mengenai pengelolaan
laboratorium sebagai tempat praktikum, perencanaan pembelajaran berbasis praktikum, pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum,
dan penilaian pembelajaran berbasis praktikum.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum yang dimaksud
adalah kemampuan guru dalam menyiapkan kelengkapan sarana prasarana laboratorium IPA SMP negeri di Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2014/2015 berdasarkan standar yang berlaku.
2. Pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum yang dimaksud adalah kemampuan guru menyiapkan perangkat perencanaan praktikum, kemampuan guru dalam pelaksanaan praktikum, dan penilaian
autentik(performance assesment). Secara rinci pengelolaan praktikum meliputi:
a. Kemampuan perencanaan praktikum yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam membuat panduan praktikum yang digunakan dalam pembelajaran praktikum. Menilai kesesuaian
antara materi yang dipraktikumkan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
c. Kemampuan penilaian autentik yang dimaksud adalah pengetahuan
guru tentangperformance assesmentkegiatan praktikum.
3. Subjek penelitian adalah seluruh guru mata pelajaran IPA SMP negeri
tahun ajaran 2014/2015 di Bandar Lampung yang mewakili sekolah dengan berbagai tingkatan berdasarkan nilai akreditasi sekolah. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka diambil objek penelitian yaitu guru
dari enam SMP negeri di Bandar Lampung antara lain guru IPA dari SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 4 Bandar Lampung, SMPN 8
Bandar Lampung, SMPN 22 Bandar Lampung, SMPN 26 Bandar Lampung dan SMPN 31 Bandar Lampung yang diberikan angket kepada guru dan siswa. Kemudian diobservasi secara langsung pada
laboratorium, LKS praktikum yang dibuat oleh guru, dan pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum. Selain itu, untuk mengetahui pemahaman guru tentang penilaian diukur melalui tes pengetahuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Laboratorium
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali.
Laboratorium ilmiah dibedakan menurut disiplin ilmu, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer,
dan laboratorium bahasa. Laboratorium merupakan tempat untuk
mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari sarana dan prasarana dengan kuantitas dan kualitas memadai (Depdiknas, 2002: 26).
Sebagai tempat pembelajaran, laboratorium IPA standar pada umumnya mempunyai sarana dan prasarana antara lain:
a. Ruang laboratorium yang terdiri dari ruang untuk kegiatan praktikum, ruang kegiatan administrasi dan persiapan, serta ruang penyimpanan.
praktikum dapat berupa peragaan atau demonstrasi, praktikum
perorangan atau kelompok, dan penelitian. Bentuk, ukuran, denah atau tata letak, dan fasilitas dari setiap ruangan praktikum dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya dapat berjalan dengan baik dan nyaman, memudahkan akses dari ruangan yang satu ke ruangan yang lainnya,
memudahkan pengontrolan, menjaga keamaan alat-alat dan memelihara keselamatan kerja. Proses pembelajaran di ruang praktikum menuntut
tempat yang lebih luas dari pada proses pembelajaran klasikal di dalam kelas biasa. Karena itu, luas ruang praktikum harus dapat memberikan keleluasaan bergerak kepada siswa dan guru selama melakukan proses
pembelajaran. Luas ruang praktikum persiswa rata-rata 2,5 meter persegi. (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 3).
b. Ruang adminstrasi dan persiapan adalah ruang yang disediakan untuk
melakukan pengadministrasian, perawatan dan persiapan alat-alat serta bahan. Bila sekolah memiliki petugas laboran, ruang administrasi dan
persiapan juga dapat digunakan sebagai ruang kerja laboran dalam melayani kegiatan laboratorium kepada guru dan siswa. Ruang administrasi dan persiapan terdapat di dalam laboratorium, di antara
ruang praktikum dan ruang penyimpanan atau gudang. Ruang administrasi dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding
c. Ruang penyimpanan di laboratorium adalah ruang yang disediakan
khusus untuk menyimpan alat-alat dan bahan yang sedang tidak digunakan. Ruang penyimpanan terdapat di dalam laboratorium di
sebelah dalam ruang persiapan. Ruang penyimpanan alat sebaiknya dipisahkan dengan ruang penyimpanan zat, untuk menghindari kerusakan alat akibat korosi dan sebagainya (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 5).
d. Fasilitas laboratorium yang meliputi instalasi air, instalasi atau jaringan listrik, saluran gas, lemari asap,bloweratau kipas angin, meja, kursi, lemari, rak, papan tulis, alat pemadam kebakaran, kotak obat, dan P3K. e. Alat-alat laboratorium meliputi pH meter, mikroskop, neraca, osiloskop,
labu Erlemeyer, dan labu ukur. Bahan kimia meliputi: asam florida,
amoniak pekat, eter, dan oksigen (Tim Ahli Program STEP-2, 2007: 5).
Sarana prasarana laboratorium dengan kualitas dan kuantitas yang memadai berdasarkan Permendikbud tahun 2013 yaitu:
No Nama Objek Kriteria (dalam keadaan baik)
1. Mistar 6 buah
2. Jangka sorong 6 buah
3. Timbangan 3 buah
4. Stopwatch 6 buah
5. Termometer 100 C 6 buah
6. Gelas ukur 6 buah
7. Massa logam 3 buah
8. Multimeter 6 buah
9. Batang magnet 6 buah
10. Garpu tala 6 buah
11. Bidang miring 1 buah
12. Dinamometer 6 buah
13. Katrol tetap 2 buah
14. Katrol bergerak 2 buah
15. Balok kayu 3 buah
16. Percobaan muai panjang 1 set
17. Percobaan optik 1 set
18. Percobaan rangkaian listrik 1 set
19. Gelas kimia 30 buah
20. Pembakar spirtus 6 buah
21. Cawan penguapan 6 buah
Sutrisno (dalam Novianti, 2011: 161) mengemukakan, supaya sarana dan
prasarana laboratorium IPA di sekolah dapat berperan, berfungsi dan bermanfaat maka diperlukan sebuah sistem pengelolaan laboratorium yang
direncanakan dan dievaluasi dengan baik serta dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan laboratorium IPA di sekolah yang bersangkutan. Salah satu dimensi pengelolaan laboratorium adalah
manajemen laboratorium.
No Objek pengamatan Kriteria (dalam keadaan baik)
23. Plat tetes 6 buah
24. Pipet tetes 100 buah
25. Mikroskop monokuler 6 buah
26. Kaca pembesar 6 buah
27. Model/gambar kerangka manusia 1 buah
28. Model/ gambar tubuh manusia 1 buah
29. Model / gambar pencernaan manusia 1 buah 30. Model/ gambar peredaran darah 1 buah
31. Model/ gambar pernafasan 1 buah
32. Model/ gambar jantung manusia 1 buah
33. Model/ gambar mata manusia 1 buah
34. Model/ gambar telinga manusia 1 buah 35. Model/ gambar tenggorokan manusia 1 buah
36. Poster genetika 1 buah
37. Model/ gambar tata surya 1 buah
38. Model/ gambar molekul sederhana 1 buah
39. Globe 1 buah
40. Model/ gambar kulit 1 buah
41. Kursi 1 buah/ siswa + 1 buah/guru
42. Meja kerja 1 buah/ 7 siswa
43. Meja demonstrasi 1 buah
44. Meja persiapan 1 buah
45. Lemari alat 1 buah
46. Lemari bahan 1 buah
47. Bak cuci 1 buah/ 2 kelompok +1 dipersiapan
48. Buku inventaris alat 1 buah
59. Buku imventaris bahan 1 buah
50. Surat keterangan peminjaman alat 1 buah 51. Surat keterangan kehilangan alat 1 buah
52. Tempat sampah 1 buah
53. Tempat cuci tangan 1 buah
54. Tissu 1 buah
55 Sabun 1 buah
56. Jadwal piket siswa 1 buah
57. Jadwal kegiatan di laboratorium 1 buah
58. Tata tertib praktikum 1 buah
59. Sanksi pelanggar tata tertib 1 buah
Manajemen laboratorium adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk
melakukan suatu kegiatan di laboratorium, baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen laboratorium terkandung pengelolaan terhadap laboratorium sebagai tempat
praktikum yang secara rinci terdiri dari alat dan bahan kimia, sarana prasarana laboratorium, dan proses pelaksanaan praktikum. Fungsi
manajemen adalah sebagai rangkaian kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain (Sudjana, 2000: 17).
Sejalan dengan perkembangan jaman, maka para pakar mengemukakan
berbagai fungsi manajemen. Menurut Terry (dalam Salirawati, 2012: 6), fungsi manajemen yaituPlanning,Organizing,Actuating, danControlling
yang disingkat POAC.Perencanaan (Planning)merupakan salah satu bagian yang sangat penting, karena perencanaan yang matang akan lebih
memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan. Perencanaan adalah
proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan cara dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan sebagai proses menganalisis situasi,
menetapkan tujuan yang akan dicapai di masa yang akan datang dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai
tersebut yaitu perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program untuk
mencapai tujuan, dan identifikasi pengerahan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dapat pula dianggap suatu seri dari langkah-langkah atau
tahapan yang dapat diikuti secara sistematis.
Perencanaan laboratorium IPA meliputi perencanaan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan serta sarana prasarana, perencanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan, serta rencana pengembangan laboratorium. Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam manajemen laboratorium adalah:
a. Pengadministrasian Alat-alat dan Bahan-bahan Laboratorium. Tujuan
pengadministrasian alat-alat dan bahan-bahan laboratorium ini adalah agar dapat dengan mudah mengetahui jenis alat atau bahan yang ada, jumlah
masing-masing alat dan bahan, jumlah pembelian atau tambahan, dan jumlah yang pecah, hilang, atau habis. Untuk keperluan pencatatan alat dan bahan laboratorium diperlukan format atau buku perangkat
administrasi yang meliputi buku inventaris, kartu stok, kartu permintaan, peminjaman alat dan bahan, buku catatan harian, kartu alat dan bahan yang rusak, kartu reparasi, dan format label (Depdikbud, 1999: 27).
b. Pengadaan Alat dan bahan laboratorium untuk melengkapi atau mengganti alat dan bahan yang rusak, hilang, atau habis dipakai. Sebelum pengusulan
pengadaan alat dan bahan, maka perlu dipikirkan tentang percobaan apa yang akan dilakukan, alat dan bahan apa yang akan dibeli, ada tidaknya dana atau anggaran, prosedur pembelian dan pelaksanaan pembelian
c. Penyimpanan alat dan bahan kimia dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok, yaitu alat dan bahan yang sering dipakai, alat dan bahan yang jarang dipakai, alat dan bahan yang berbahaya. Penyimpanan
masing-masing alat dan bahan tergantung pada keadaan dan susunan laboratorium serta fasilitas ruangan. Alat dan bahan yang sering digunakan sebaiknya diletakkan di lemari yang dapat dibuka dan diambil sendiri oleh
siswa, sehingga efisien waktu dan tenaga. Namun jika pertimbangan keamanan dan kedisiplinan siswa diragukan, maka jumlah yang tersedia
dibatasi. Bahan-bahan kimia yang beracun, eksplosif atau mudah meledak dan mudah terbakar sebaiknya ditempatkan terpisah dari bahan yang lain dan diusahakan diletakkan di tempat yang tidak mudah dilihat siswa.
Prinsip dari penyimpanan alat dan bahan laboratorium adalah alat dan bahan tersebut dalam keadaan aman, mudah dicari dan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan. Oleh karena itu sangat penting bagi guru sebelum praktikum
diadakan dilakukan asistensi, yaitu kegiatan pengenalan mulai dari pengenalan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum, baik fungsi dan cara penggunaannya, sampai pada mata praktikum yang akan
dijalankan untuk jangka waktu satu semester dengan penjelasan garis
besarnya, serta bagaimana cara berpraktikum yang baik, tata tertib praktikum,
dan format penyusunan laporan praktikum. Dengan demikian siswa memperoleh bekal yang cukup untuk bekerja di laboratorium. Hal penting lainnya adalah penanaman kesadaran pada diri siswa bahwa laboratorium
Fungsi manajemen yang kedua adalah pengorganisasian(organizing)yaitu suatu sistem kerja sama dari kelompok orang, barang, atau unit tertentu tentang laboratorium untuk mencapai tujuan. Mengorganisasikan
laboratorium berarti menyusun sekelompok orang atau petugas dan sumber
daya lain untuk melaksanakan suatu rencana atau program dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang berdaya guna
terhadap laboratorium (Salirawati, 2012: 11).
Pengorganisasian laboratorium meliputi pengaturan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan laboratorium, pengadaan alat-alat dan bahan, dan menjaga kedisiplinan serta keselamatan kerja di laboratorium. Orang yang terlibat
langsung dalam organisasi laboratorium adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, koordinator laboratorium, penanggung jawab teknis laboratorium, laboran, dan guru-guru mata pelajaran IPA (Kimia,
Fisika, Biologi). Tugas kepala sekolah adalah memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada seluruh staf yang terlibat dalam
pengelolaan laboratorium, menyediakan dana keperluan operasional
laboratorium. Dalam menjalankan tugas ini dibantu oleh wakil kepala sekolah urusan kurikulum yang juga bekerja sama dengan koordinator laboratorium
dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium. Tugas koordinator laboratorium adalah mengkoordinasikan masing-masing guru mata pelajaran IPA segala
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan laboratorium dan
jawab atas kelengkapan administrasi laboratorium, kelancaran kegiatan
laboratorium, mengusulkan kepada kepala sekolah tentang pengadaan alat dan bahan laboratorium, dan bertanggung jawab atas kebersihan,
penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat-alat laboratorium (Sudaryanto, 1998: 5).
Fungsi manajemen yang ketiga adalah pelaksanaan(actuating)yaitu salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, karena tanpa pelaksanaan terhadap apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan tidak akan pernah menjadi kenyataan. Kegiatan laboratorium IPA diartikan sebagai kegiatan
yang berkaitan dengan pengamatan atau percobaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar IPA. Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium IPA perlu
perencanaan secara sistematis agar dicapai tujuan pembelajaran secara optimal (Salirawati, 2012: 12).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan laboratorium IPA adalah :
a. Setiap guru IPA pada awal tahun pelajaran baru sebaiknya menyusun program tahunan sesuai kegiatan laboratorium yang ditandatangani Kepala Sekolah. Tujuan penyusunan program ini adalah mengidentifikasi
kebutuhan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum selama satu tahun dan menyusun jadwal bagi penanggung jawab teknis
untuk ketiga mata pelajaran (Kimia, Fisika, Biologi) agar tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian laboratorium. Selain itu berguna untuk keperluan supervisi atau pengawasan bagi Kepala Sekolah.
kepada laboran minimal seminggu sebelum pelaksanaan, sehingga
laboran secara dini dapat mempersiapkan dan mengecek ada tidaknya alat dan bahan yang dibutuhkan.
c. Setelah kegiatan laboratorium selesai sebaiknya guru mengisi buku harian untuk mengetahui kejadian-kejadian selama kegiatan lab serta untuk keperluan supervisi.
d. Alat dan bahan yang telah selesai digunakan segera dibersihkan dan disimpan kembali di tempat semula.
Fungsi laboratorium yang keempat adalah pengawasan (controlling) yaitu evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bila perlu menggunakan pengukuran koreksi sehingga tindakan tersebut sesuai dengan rencana. Proses
pengawasan terdiri atas beberapa tindakan pokok, yaitu penentuan ukuran sebagai pembanding atau alat ukur untuk menjawab pertanyaan dari hasil pelaksanaan, pengukuran terhadap tugas yang sudah atau yang sedang
dikerjakan, baik secara lisan maupun tertulis atau pertemuan langsung dengan petugas, dan perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan pedoman yang telah ditetapkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi dan perlu
tidaknya perbaikan (Sahertian, 2000: 34).
Ada beberapa prinsip dasar pengawasan yang harus diterapkan agar manajemen laboratorium menjadi baik, yaitu:
mencari kesalahan. Kekeliruan guru harus disampaikan kepada kepala
sekolah sendiri dan tidak di depan orang lain.
b. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung, artinya
diupayakan agar yang bersangkutan mampu mengatasi sendiri, sedangkan Kepala Sekolah hanya membantu. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang pada akhirnya menumbuhkan motivasi kerja yang
lebih baik.
c. Balikan atau saran perlu segera diberikan, agar yang bersangkutan dapat
memahami dengan jelas keterkaitan antara balikan dan saran tersebut dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan balikan sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga terjadi pembahasan terhadap masalah yang
terjadi secara bersama. Pengawasan dilakukan secara periodik atau berkala, artinya tidak menunggu sampai terjadi hambatan. Kehadiran kepala sekolah dapat menumbuhkan dukungan moral bagi guru yang
sedang mengerjakan tugas. Pengawasan dilaksanakan dalam suasana kemitraan, agar guru dengan mudah dan tanpa takut menyampaikan
hambatan yang dihadapi (Depdikbud, 1999: 26).
B. Pembelajaran Berbasis Praktikum
Kloper (dalam Nulhakim, 2004: 25) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis praktikum pada dasarnya adalah pembelajaran yang berpusat pada
praktikum. Praktikum merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran sains. Hal ini karena
mengkomunikasi, dan menginterpretasikan hasil observasi. Menurut
Rustaman (dalam Hayat, 2011: 143) menuliskan bahwa kegiatan
laboratorium atau praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar
mengajar, khususnya biologi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan pembelajaran berbasis praktikum untuk mencapai tujuan pendidikan sains.
Kegiatan awal pembelajaran berbasis praktikum adalah perencanaan. Perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya yang
dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Afifuddin, 2012: 77).
Perencanaan pembelajaran merupakan hal baru yang dilakukan oleh guru.
Dikatakan demikian, karena sebagian guru merasa kesulitan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru yang bersangkutan belum memahami sepenuhnya tentang hubungan pembelajaran dengan
efektifitas kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, sebagian guru juga memiliki persepsi dan pandangan yang berbeda tentang perencanaan
pembelajaran. Disatu sisi, perencanaan pembelajaran membantu guru untuk mempermudah dalam proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, namun di sisi lain, penyusunan perencanaan pembelajaran yang rumit dan
Hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran praktikum di
laboratorium antara lain alat-alat dan bahan-bahan praktikum, perlengkapan praktikum, buku petunjuk praktikum, jadwal pelaksanaan, dan kesiapan guru.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mendesain suatu kegiatan
pembelajaran berbasis praktikum adalah tujuan praktikum yang diinginkan dan penentuan teori yang sesuai dengan materi, serta bagaimana menentukan
dan memilih alat dan bahan kimia yang sesuai dan tepat dalam praktikum. Mengingat jumlah peserta didik yang akan melakukan praktikum di suatu
sekolah relatif banyak, sedangkan alat-alat dan bahan-bahan kimia yang tersedia jumlahnya terbatas, maka perlu dipikirkan berbagai kemungkinan agar kegiatan praktikum dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang paling memungkinkan. Langkah yang harus dilakukan guru dalam persiapan pembelajaran, yaitu:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran yang
diwujudkan dalam sialbus dan RPP yang dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan
belajar yang ada di sekolah.
2. Merumuskan alat evaluasi atauassesmentyang mencakup bentuk, cara, waktu, dan model evaluasi yang akan dilakukan. Evaluasi ini bisa berupa
formatif (evaluasi untuk memperbaiki pembelajaran) maupun sumatif (evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa).
3. Memilih materi pelajaran yang esensial untuk dikuasai dan
dan konten yang menjadi alat untuk mendidik dan mengembangkan
kemampuan siswa.
4. Berdasarkan karakterisktik bahan ajar maka guru memilih strategi
pembelajaran sebagai proses pengalaman belajar siswa. Pada tahap ini guru menentukan metode, pendekatan, model, dan media pembelajaran, serta teknik pengelolaan laboratorium (Depdiknas, 2009: 36).
C. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik
menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya sehingga
realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan pengetahuan, para ilmuwan berusaha untuk membiarkan realitas berbicara sendiri dan
membahas teori ketika prediksi teori ini sudah dikonfirmasi dan menentang teori ketika prediksinya terbukti tidak teruji. Dengan mengembangkan
keterampilan Sains, anak akan dibuat kreatif dan mampu mempelajari Sains di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Penggunaan keterampilan-keterampilan dalam memproses perolehan, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Tujuan pembelajaran
kaitannya dengan sikap dan emosi, dan aspek psikomotor berkaitan dengan
keterampilan. Ketiga aspek tersebut searah dengan hakikat sains yang harus ditinjau dari segi produk, proses, dan sikap ilmiah. Penguasaan aspek-aspek
tersebut pada siswa dapat dilihat dari hasil belajar (Sujarwanta, 2012: 75).
Praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran Sains yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
pengujian hipotesis atau observasi objek nyata berkaitan dengan konsep dan teori. Praktikum juga diartikan sebagai kerja laboratorium atau kerja praktik yang dilakukan di laboratorium berkitan dengan bidang ilmu. Adapun praktik
dapat didefinisikan sebagai cara melakukan sesuatu atau cara melakukan apa yang tersebut dalam teori (Rustaman, 2003: 160).
Pendekatan laboratori adalah suatu pendekatan yang berdasarkan pada asumsi bahwa pengalaman langsung dengan benda-benda material yang melibatkan
observasi dan eksperimen. Strategi ini sangat efektif karena dapat melayani perbedaan individual dan pengalaman sosialisasi bila guru cukup terampil
dan mampu bertindak sebagai sumber. Para guru yang mempergunakan strategi pendekatan laboratori harus memiliki sejumlah kompetensi sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan tingkah laku yang akan dicapai oleh para siswa melalui kegiatan- kegiatan misalnya eksperimen dan demonstrasi.
c. Membuat rencana yang memberikan pertimbangan tentang perincian
kegiatan, misalnya dalam bentuk lembar kerja siswa.
d. Mengecek semua perincian dalam rencana dengan jalan mempersiapkan
dan mengetes sebelumnya perlengkapan yang akan digunakan.
e. Mempersiapkan para siswa untuk melakukan kegiatan dengan jalan yang jelas mengenai hasil yang diharapkan.
f. Menyediakan material dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh siswa g. Menjawab pertanyaan yang diajukan siswa selama kegiatan
h. Merumuskan dan menjelaskan kembali hal- hal yang baru muncul. i. Membantu siswa menyimpulkan hal yang mereka peroleh dari
pengalaman praktikum (Hamalik, 2002: 131).
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru di dalam kelas harus dapat memfasilitasi tercapainya kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum sehingga pada gilirannya setiap siswa mampu menjadi
pelajar yang mandiri sepanjang hayatnya. Mereka akan menjadi komponen penting untuk mewujudkan sebuah masyarakat belajar (learning community). Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang, kegiatan pembelajaran
harusnya menggunakan prinsip yaitu berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui
informasi-informasi yang kompleks, mengecek informasi baru dengan yang
sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan, jaman, tempat,
dan waktu (Faiq, 2013: 1).
Siswa adalah subjek yang mempunyai kemampuan aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu kegiatan belajar
tentunya merupakan kesempatan yang diberikan kepada siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Siswa penting untuk selalu dipicu untuk belajar memecahkan masalah(problem solving),
menemukan sesuatu (discovery learning), dan belajar mewujudkan ide yang dimilikinya sehingga mereka akan betul-betul memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan.
Pada suatu kegiatan pembelajaran, hal yang dapat dilakukan guru yaitu
dengan membentuk lingkungan belajar yang dapat memberi kesempatan kepada siswa agar bisa menemukan, menerapkan ide mereka, dan secara
sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (self regulated learning). Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada siswa untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik menuju pemahaman yang
lebih tinggi tanpa melupakan prinsipscaffoldingseperti yang disarankan oleh para ahli psikologi pendidikan. Pada awalnya, siswa belajar dengan bantuan
Kurikulum memiliki fungsi bagi guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua,
dan peserta didik. Fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak
berpedoman pada kurikulum tidak akan berjalan dengan efektif, sebab
pembelajaran adalah proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
Tanpa kurikulum, dapat dipastikan pembelajaran tanpa arah dan tujuan. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program sekolah. Penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana prasarana
sekolah kepada komite sekolah, penyusunan berbagai kegiatan sekolah, baik intra kurikuler, kokuriuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan-kegiatan lainnya
didasarkan pada kurikulum yang digunakan. Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melakukan supervisi ke sekolah. Berpedoman pada kurikulum, pengawas dapat melihat apakah sekolah,
termasuk pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, bagian-bagian mana yang sudah dilaksanakan, bagian-bagian mana yng belum dilaksanakan. Dengan demikian, pengawas
bisa memberikan masukan atau saran perbaikan. Bagi orang tua peserta didik, kurikulum sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi pelaksanaan
program sekolah dan membantu putra-putrinya belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Melalui kurikulum, orang tua dapat mengetahui tujuan yang harus dicapai peserta didik serta ruang lingkup materi
yang harus dicapai, baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Ketika
memulai pembelajaran guru memberi tahu peserta didik tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mengikuti pembelajaran, maka
peserta didik bisaself evaluation, melakukan penilaian diri sendiri ketika pembelajaran sudah selesai (Widyastono, 2014: 31).
Pada kurikulum 2013, penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik.
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses (process), dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penilaian otentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input, process, output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran. Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring (Daryanto, 2014: 7).
D. Kompetensi Guru Profesional
Menurut Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru
didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan menengah. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip yaitu memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas dan memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas.
Surya (dalam Kunandar, 2007: 12) mengungkapkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru
agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat
pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagi aspek kinerja sebagai guru. Kedua kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas
sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan
transformasi diri, identitas diri, mengendalikan diri dan menghargai diri. Keempat kompetensi sosial yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan
dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan
Kompetensi yang dituntut dalam profesionalisme guru IPA tercermin dalam
sertifikat mengajar yang harus dimiliki oleh setiap guru IPA. Kompetensi guru IPA SMP terdiri dari memahami landasan dan wawasan pendidikan, menguasai materi pembelajaran Sains, menguasai pengelolaan pembelajaran
Sains, menguasai penilaian pembelajaran Sains, memiliki kepribadian dan pengembangan wawasan guru yang profesional (Rahman, 2013: 385).
Satori (dalam Riandi, 2013: 2) mengungkapkan bahwa profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Ini artinya ada pengakuan yang sangat berharga bagi guru, namun di sisi yang lain terdapat tuntutan kerja keras bagi para guru karena untuk menjadi profesional sebenarnya diperlukan beberapa
persyaratan yang tidak mudah memenuhinya.
Terwujudnya guru yang profesional sangat diharapkan oleh semua unsur masyarakat agar permasalahan di bidang pendidikan dapat terpecahkan.
Sebenarnya saat ini jabatan guru telah menjadi suatu jabatan profesional, karena telah memenuhi persyaratan suatu profesi. Persyaratan tersebut yaitu
pendidikan minimal yang dipersyaratkan (pre-service education), memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kode etik,
kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan,
memiliki klien atau objek layanan yang tetap diakui oleh masyarakat karena diperlukan jasanya di masyarakat, memiliki organisasi yang kuat dan
berpengaruh, perlindungan hukum (Satori, 2005: 42).
Untuk melihat tingkat kemampuan profesional guru ada dua perspektif, yaitu
pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru.Kedua, penguasaan terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. Sedangkan
untuk mengembangkan profesinya banyak guru pemula merasa kesulitan karena tidak dipersiapkan secara matang untuk melaksanakan tugas-tugas
kompleks yang diperlukan didalam kelas. Pendidikan prajabatan dinilai juga masih terlalu lemah sehingga guru-guru pemula masih harus banyak belajar di dalam pekerjaan, serta saling membantu satu sama lainnya dalam
batas-batas yang mereka bisa buat (Sudarwan, 2002: 43).
Guru merupakan komponen sistem pendidikan formal yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Guru harus
dapat mengorganisasi lingkungan belajar sebaik-baiknya, menggunakan alat pelajaran/alat peraga yang sesuai, menyusun bahan pelajaran dan memilih
mengembangkan keterampilan proses sains. Sedikitnya terdapat lima aspek
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan keterampilan proses, yaitu :
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Pengalaman langsung tersebut memungkinkan siswa untuk menggunakan alat-alat inderanya dan
mengumpulkan informasi atau bukti-bukti untuk kemudian ditindaklanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan
yang ada.
b. Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Tugas-tugas dirancang siswa agar berbagi gagasan,
menyimak teman lain, menjelaskan dan mempertahankan gagasan mereka sehingga mereka dituntut untuk berpikir reflektif tentang hal yang sudah dilakukannya, menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan
orang lain untuk memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan. Berbicara dan menyimak menyiapkan dasar berpikir untuk bertindak.
c. Mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka. Dengan kata lain aspek ketiga menekankan untuk membantu
pengembangan keterampilan bergantung pada pengetahuan bagaimana siswa menggunakannya.
mereka. Membantu siswa untuk menyadari keterampilan-keterampilan
yang mereka perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses belajar mereka sendiri.
e. Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam komunikasi. Begitu
pula dalam penggunaan alat, karena mengetahui bagaimana cara menggunakan alat tidak sama dengan menggunakannya. Menggunakan
teknik secara tepat berarti memerlukan pengetahuan bagaimana cara menggunakannya (Riandi, 2013: 4).
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah
telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :
a. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri,
dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
c. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua atau wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: konsep, struktur, dan metoda keilmuan, teknologi, dan seni yang koheren dengan materi
ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam konteks
global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Berdasarkan pasal 20 UU No. 14 tahun2005 dikemukakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, memelihara nilai-nilai agama, memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagai pembanding,National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusanWhat Teachers Should Know and Be Able to Do,didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:
a. Teachers are Committed to Students and Their Learningyang mencakup penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, perlakuan guru terhadap siswa secara
adil, dan misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa.
b. Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Studentsmencakup: apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran,
mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).
c. Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning
kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran
(reward)atas keberhasilan siswa, menilai kemajuan siswa secara teratur, dan kesadaran akan tujuan utama pembelajaran.
d. Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experiencemencakup: guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, guru meminta saran dari pihak lain
dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.
e. Teachers are Members of Learning Communitiesmencakup: guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, guru bekerja sama dengan tua orang
siswa dan guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat (Sudrajat, 2007: 6).
E. Kerangka Pikir
Kegiatan laboratorium dan praktikum merupakan salah satu komponen
penting dan upaya yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran IPA secara menyeluruh. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan terhadap kegiatan laboratorium yang semakin meningkat kualitasnya, maka optimalisasi
peranan laboratorium IPA perlu ditingkatkan. Laboratorium dapat berperan dengan baik jika kompetensi guru IPA dalam mengelola laboratorium juga
baik. Kompetensi guru IPA dalam mengelola laboratorium ini ditentukan oleh beberapa faktor antara lain latar belakang pribadi guru itu sendiri, pendidikan
Pengelolaan laboratorium yang baik sangat menentukan dalam pemanfaatan
laboratorium secara efektif yang merupakan salah satu prasyarat dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Efektivitas pengelolaan dan manajemen laboratorium dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum dan pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum. Kemampuan tersebut
meliputi kemampuan menggunakan, mengelola alat dan bahan laboratorium yang sangat diperlukan untuk mendukung proses keberhasilan pembelajaran IPA. Pengelolaan laboratorium IPA meliputi mengkoordinasikan kegiatan
praktikum, menyusun jadwal kegiatan laboratorium, memantau pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium.
Kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium sebagai tempat
praktikum meliputi kemampuan guru dalam optimalisasi pemanfaatan sarana
prasarana dan penerapan kedisiplinan, sedangkan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum meliputi kemampuan guru
dalam membuat perangkat perencanaan praktikum, kemampuan guru dalam pelaksanaan praktikum, dan pengetahuan guru tentang penilaian autentik praktikum. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran
yang menerapkan konsep melalui observasi dan praktikum. Oleh karena itu guru harus menguasai kompetensi tersebut. Bila kompetensi yang dimiliki
Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Pengelolaan laboratorium
Pengelolaan pembelajaran berbasis praktikum Pengelolaan laboratorium
sebagai tempat praktikum
Pembelajaran pendekatan saintifik Sarana prasarana dan
latar belakang guru
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015 di enam SMP negeri Bandar Lampung.
B. Populasi dan Subjek
Populasi penelitian ini adalah guru IPA SMP negeri di Bandar Lampung
tahun ajaran 2014/2015 di Bandar Lampung yang mewakili sekolah dengan berbagai tingkatan. Penentuan sekolah ini adalah berdasarkan nilai akreditasi sekolah (Wina, 2010: 1). Untuk memenuhi tujuan tersebut maka diambil
subjek yaitu guru dari enam SMP negeri di Bandar Lampung antara lain guru IPA dari SMP Negeri 2 Bandar Lampung, SMP Negeri 4 Bandar Lampung, SMP Negeri 8 Bandar Lampung, SMP Negeri 22 Bandar Lampung, SMP
Negeri 26 Bandar Lampung, dan SMP Negeri 31 Bandar Lampung.
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalahpurposive samplingyaitu penelitian tidak dilakukan pada seluruh populasi, tetapi terfokus pada sekolah
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif
sederhana, karena penelitian yang dilakukan hanya mendeskripsikan suatu pencapaian dari subjek tanpa melakukan manipulasi perlakuan dan ditujukan untuk mengambil informasi langsung yang ada di lapangan tentang guru SMP
negeri di Bandar Lampung dalam mengelola laboratorium kemudian memberikan deskripsi kenyataan tersebut secara tersendiri tanpa dikaitkan
atau dihubungkan dengan kenyataan yang lain.Tujuan penelitian diskriptif sederhana adalah memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang sedang diselidiki (Hasnunidah dan Rini, 2008: 31). Konsep
penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsep penelitian
Kemampuan guru yang diukur Variabel yang diukur 1. Kemampuan pedagogik a. Kemampuan guru dalam perencanaan
praktikum
b. Pengetahuan guru tentang penilaian autentik 2. Kemampuan profesional a. Kemampuan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran
[image:59.595.141.505.549.700.2]b. Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum
Tabel 2. Desain penelitian untuk angket No Variabel yang
diukur
Aspek yang diamati Cara pengambilan data Analisis data/ penilaian 1 Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum
a. Pemanfaatan sarana dan prasarana laboratorium b. Penerapan kedisiplinan dan kebersihan Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah
% kemampuan =
×100%
2 Kemampuan guru dalam perencanaan praktikum
a. Kesesuaian format penyusunan LKS b. Kesesuaian substansi
LKS
Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah
% kemampuan =
No Variabel yang diukur
Aspek yang diamati Cara pengambilan data Analisis data/ penilaian 3 Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum
a. Kemampuan guru sebelum praktikum b. Kemampuan guru
saat praktikum c. Kemampuan guru
setelah praktikum
Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah
% kemampuan =
×100%
4 Pengetahuan guru tentang penilaian autentik
a. Pengetahuan dasar dan cara yang dilakukan oleh guru
Angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai pihak sekolah
% kemampuan =
[image:60.595.138.503.260.521.2]×100%
Tabel 3. Desain penelitian untuk observasi No Variabel yang
diukur
Aspek yang diamati Cara pengambilan data Analisis data/ penilaian 1 Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium sebagai tempat praktikum
c. Pemanfaatan sarana dan prasarana laboratorium d. Penerapan kedisiplinan dan kebersihan Observasi sarana dan prasarana laboratorium
% kemampuan =
×100%
2 Kemampuan guru dalam perencanaan praktikum
c. Kesesuaian format penyusunan LKS d. Kesesuaian substansi
LKS
Penilaian LKS yang dibuat oleh guru
% kemampuan =
×100% 3 Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum
d. Kemampuan guru sebelum praktikum e. Kemampuan guru
saat praktikum f. Kemampuan guru
setelah praktikum
Observasi kegiatan praktikum yang dilakukan oleh guru
% kemampuan =
×100%
4 Pengetahuan guru tentang penilaian autentik
b. Pengetahuan dasar dan cara yang dilakukan oleh guru
Tes pengetahuan penilaian autentik
% kemampuan =
×100%
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menetapkan subjek penelitian, yaitu guru mata pelajaran IPA SMP
negeri Bandar Lampung yang memiliki persyaratan sebagai guru mata pelajaran IPA dan mewakili untuk masing-masing sekolah.
b. Mempersiapkan instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu
guru dan siswa, lembar observasi laboratorium sebagai tempat
praktikum, lembar observasi LKS praktikum, lembar observasi saat melaksanakan praktikum, dan tes tentang penilaian autentik.
c. Menguji coba instrumen (angket dan tes pengetahuan autentik) kepada guru IPA dan siswa SMP Negeri 1 Pagelaran dan SMP Negeri 3 Pagelaran.
d. Menganalisis data hasil uji coba dan merevisi instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Membagi angket kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium kepada guru IPA dan siswa di enam SMP negeri Bandar Lampung. b. Mencermati, mengkaji, dan memberikan skor pada data yang telah
didapat dari angket.
c. Mendeskripsikan hasil angket kemampuan guru IPA dalam mengelola laboratorium dengan kriteria sangat baik, baik, cukup, kurang, dan
sangat kurang.
d. Mengamati pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktikum yang
mencangkup pemanfaatan sarana prasarana, penerapan kedisiplinan dan kebersihan laboratorium menggunakan panduan observasi.
e. Mencermati, mengkaji, dan memberikan skor pada data yang telah
didapat dari lembar observasi.
f. Mendeskripsikan kemam