• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profenasionalisme guru pendidikan agama Islam SMP Islam al-Fajar kedaung Pamulang (deskripsi analisis penelitian kualitatif)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profenasionalisme guru pendidikan agama Islam SMP Islam al-Fajar kedaung Pamulang (deskripsi analisis penelitian kualitatif)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Skripsi ini berjudul profesionalisme guru pendidikan agama Islam (Deskripsi Analisis Penelitian Kualitatif). Alasan penulis tertarik dengan judul di atas karena masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat profesionalisme guru pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini dilakuakan di SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang, Pendekatan dan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kuanlitatif dan metode yang digunakan adalah metode survey, dalam bentuk penelitian deskriptif analisis.

(2)

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM SMP ISLAM AL-FAJAR KEDAUNG PAMULANG

(DESKRIPSI ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF

)

SKRIPSI

Oleh

Oleh:

BAKRUDIN NIM: 104011000006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Skripsi ini berjudul profesionalisme guru pendidikan agama Islam (Deskripsi Analisis Penelitian Kualitatif). Alasan penulis tertarik dengan judul di atas karena masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat profesionalisme guru pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini dilakuakan di SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang, Pendekatan dan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kuanlitatif dan metode yang digunakan adalah metode survey, dalam bentuk penelitian deskriptif analisis.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Al-Hamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas karuniaNya yang tidak terhingga, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhamad SAW. semoga terlimpah pula pada keluarganya, para sahabatnya dan kita sebagai umatnya. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak.

Amin. ya rabbal’alamin.

Dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membantu, melancarkan dan membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, semoga mereka selalu mendapat keberkahan serta rahmat yang banyak dari Allah SWT. yaitu antara lain kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, serta para pembantu dekan.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Drs. Bahrissalim, M.Ag dan Sekertaris Jurusan Bapak Drs. Sapiudin, M. Ag dan seluruh staf Jurusan Pedidikan Agama Islam.

3. Para Dosen Jurusan PAI serta para asisten dosen yang telah ikhlas dan sabar untuk membimbing dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M. Phill. Selaku pembimbing skripsi, yang telah sabar membimbing penulis, memberikan motivasi, saran dan arahan serta meluangkan waktu dan tenaga serta pemikiran di sela-sela kesibukannya.

(9)

buku kepada penulis untuk penulisan skripsi ini.

7. Kepada Ibunda tercinya Ibu Murminah dan ayahhanda Bapak Rakmin yang telah memberikan doa yang tak pernah putus, perhatian yang tak pernah surut dan kasih sayang yang setulus-tulusnya kepada penulis yang

dhoif ini. Semoga Allah memberikan ampunan dan kasih sayang kepada keduanya dan semoga mendapatkan kehormatan yang agung di sisi Allah SWT.

8. Kepada Bapak H. Dhabas Rahmat, MPd beserta keluarga yang telah memberikan banyak hal untuk penulis. Semoga Allah memberikan keberkahan dan perlindungan.

9. Kepada para sahabat yang selalu memberika motivasi dan bantuannya, yaitu teman-teman Kelas A Jurusan PAI angkatan 2004.

10.Kepada teman-teman kosan Alm. Bapak Wagiman dan sahabat karib yang di kampung. Semoga Allah membalasnya dengan ampunan dan rizki yang tak terhingga.

Penulis menyadari bahwa dalam skiripsi ini banyak sekali kekurangan serta kesalahan. Maka penulis mengharapkan sekali koreksi, saran dan kritik yang membangun, dengan kerendahan hati penulis terima sehingga dapat lebih sempurna lagi skripsi ini. Harapan penulis, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi siapa saja yang membacanya sebagai penambah khazanah ilmu pengetahuan serta pendidikan.. Amin

Jakarta, 15 Februari 2011

(10)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Profesionalisme Guru 1. Pengertian ... 6

2. Kompetensi Guru ... 15

3. Prinsip-prinsip Profesionalisme Guru ... 21

B. Guru Pendidikan Agama Islam ... 23

1. Pengertian ... 23

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI ... 30

C. Kerangka Berfikir ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Pendekatan dan Metode ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

(11)

B. Data Guru, Karyawan dan Siswa ... 43

C. Sarana dan Prasarana ... 46

D. Analisis ... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran-saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Surat Permohonan Izin Observasi ... 65

2 Pengajuan Judul Skripsi ... 66

3 Surat Bimbingan Skripsi ... 67

4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 68

5 Struktur Organisasi SMP Islam Al-Fajar ... 69

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia, pendidikan yang berkualitas akan membawa perubahan yang besar dalam pola hidup manusia. Indonesia yang terdiri dari beribu pulau masih banyak anak bangsanya yang belum terjamah oleh pendidikan. Sebagai akibatnya terjangkitlah wabah pengangguran, kemiskinan dan krisis yang merata di segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Ini terjadi tidak lain adalah karena masih mengabaikan pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan orang yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Guru merupakan unsur yang paling sering berhubungan langsung dengan anak didik. Ini membuktikan suksesnya sebuah proses kegiatan belajar mengajar sedikit banyaknya tergantung pada guru. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar.

(14)

2

mewujudkan pendidikan di sekolah, (4) mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.1

Jabatan guru adalah sebuah profesi. Ini berarti seorang guru membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus di bidang pendidikan dan pengajaran. Tidak hanya itu, guru dituntut memiliki kepribadian yang tinggi, karena ia dapat mempengaruhi anak didik. Pendidikan tidak hanya membuat anak didik memiliki intelektual yang tinggi tetapi juga harus memiliki kepribadian yang baik.

Kondisi yang ada menunjukan, banyak guru yang bukan lulusan pendidikan keguruan, beberapa pengamat menyatakan bahwa kondisi ini menjadi penyebab merosotnya mutu pendidikan di Indonesia. Apakah mereka mengerti berbagai metode, strategi belajar mengajar, memahami KTSP, menguasai pelajaran dan sebagainya?. Apakah mereka dapat menjalankan profesinya sebagai guru dengan profesional?, karena apabila mutu hasil peserta didik rendah, maka pertama yang menjadi sorotan utama adalah guru, sehingga masih banyak yang memandang rendah profesi guru. A. Malik Fajar

mengungkapkan “Mereka (guru agama) umumnya berlatar belakang

pendidikan non keguruan, di samping keadaannya pun tidak heterogen. oleh karena itu tidaklah salah apabila masyarakat meragukan para guru ini. Baik kapasitas maupun metodologi. Keberadaan guru yang kurang menguntungkan

ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan baik.”2

Untuk menjadi seorang guru tidak hanya dibutuhkan pengetahuan tetapi juga harus memiliki keahlian khusus, sehingga ketika para peserta didik tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi atau tidak memiliki kemampuan yang baik, maka orang tua tidak akan menyalahkan atau menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas, tidak profesional dan sebagainya maka sangatlah penting untuk meningkatkan profesionalisme guru.

1

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), cet. Ke7, hal. 38.

2

(15)

Guru pendidikan agama Islam yang sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi dan kecerdasan spiritual anak didik, untuk itu diperlukan kinerja yang profesional, guru pendidikan agama Islam harus memiliki pengetahuan yang luas serta metode yang efektif dalam penyampaian dan penerapan materi yang benar tentang agama Islam. Karena setiap tingkah laku guru menjadi panutan bagi peserta didik.

Pendidikan Islam di Indonesia hingga saaat ini masih mengalami berbagai tantangan dan kritik dari berbagai pihak, di antara kritik yang patut di cermati adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih terkonsentrasi pada masalah-masalah teoritis keagamaan yang bersifat kognitif dan amalan-amalan ibadah praktis dan lebih berorientasi pada belajar tentang agama, kurang concern terhadap persoalan tentang mengubah pengetahuan

agama yang kognitif menjadi “makna” dan ”nilai” yang perlu

diinternalisasikan dalam diri siswa.

2. Metodologi PAI tidak kunjung berubah ia berjalan secara konvensional/tradisional dan monoton.

3. Kegiatan PAI kebanyakan bersifat menyendiri, kurang berinteraksi dengan yang lain, bersifat marginal dan periferal.

4. Pendidikan PAI cenderung normatif, tanpa ilustrasi konteks sosial budaya.

5. Guru PAI terlalu terpaku pada GBPP mata pelajaran PAI.

6. Guru PAI lebih bernuansa guru spiritual/moral dan kurang diimbangi dengan nuansa intelektual dan profesional, dan suasana hubungan antara GPAI dan siswa lebih berperspektif doktriner, kurang tercipta susana hubungan kritis dinamis yang dapat berimplikasi dan berkonsentrasi pada peningkatan daya kreatifitas, etos ilmu dan etos kerja amal.

(16)

4

menurut hemat penulis diantara akar permasalahanya terletak pada keprofesionalan Guru Pendidikan agama Islam dalam arti lemahnya semangat dan cara kerja, sengat keilmuan Guru PAI dalam pengembangan pendidikan Agama di sekolah, komitmen guru PAI untuk menjadikan siswa mengamalkan ajaran Agama dan dijadikan sebagai pedoman dasar kehidupan.

Dalam konteks pendidikan agama Haidar Putra Daulay menyatakan

bahwa “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, membentuk potensi jasmaniyah dan rohaniyah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah,

manusia dan alam semesta.”3

Untuk itu peran guru agama di samping melaksanakan tugas pengajaran, ia juga harus melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi anak didik, guru membantu pembentukan kepribadian akhlak serta menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan para pesrta didik, maka untuk melaksanakan itu semua, guru agama Islam dituntut untuk memiliki profesionalisme yang tinggi dan baik.

Untuk menilai seorang guru profesional atau tidak, dapat melibatkan berbagai kalangan, baik itu kepala sekolah, para guru, anak didik serta masyarakat yang ada kaitannya dengan pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini penulis melibatkan guru agama untuk mendapatkan hasil penelitian. Karena guru agama sendirilah yang telah berpengalaman dalam melakukan berbagai kegiatan dan interkasi dalam masalah pendidikan di sekolah.

Beberapa hal di atas menjadi latar belakang masalah yang akan diangkat oleh penulis yaitu mengenai “Profesionalisme guru pendidikan Agama Islam SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang (Deskripsi Analisis Penelitian Kualitatif)”

3

(17)

B. Identifikasi Masalah

Sebelum melakukan pembahasan masalah, berikut ini penulis identifikasikan masalah yang berkenaan dengan profesionalisme, antara lain: 1. Minimnya upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam

usaha peningkatan keprofesionalannya.

2. Kurangnya upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan keprofesionalan guru pendidikan agama Islam.

3. Lemahnya penguasaan metode pembelajaran oleh guru pendidikan agama Islam.

4. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar sehingga proses pembelajaran kurang efektif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada masalah:

1. Masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam.

2. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar sehingga proses pembelajaran kurang efektif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis merumuskan skripsi pada masalah mengenai profesionalisme guru agama Islam.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. SMP Islam Al-Fajar, sebagai bahan rujukan dalam usaha sekolah untuk mengadakan pengembangan profesionalsime guru PAI

2. Guru, sebagai kajian/referensi dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengembangan profesionalisme guru PAI.

(18)

6 BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian

Istilah profesionalisme berasal dari bahasa Inggris “Profession” yang berarti pekerjaan, pernyataan. Professional berarti Ahli, Sedangkan

Professionalism berarti sifat profesional3. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi bidang keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Profesional adalah:

1) Bersangkutan dengan profesi.

2) Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankanya

3) Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir).

Sedangkan arti profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional. Dan

profesionalitas adalah

1) Perihal Profesi;keprofesian.

2) Kemamupuan untuk bertindak secara professional.4

Dari beberapa pengertian menurut bahasa di atas dapat diketahui bahwa, profesionalisme ialah akar kata dari profesi, yang artinya suatu bidang pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian yang diperoleh melalui kejuruan,

3

Jhon M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2006), Cet XXVI, hal. 449.

4

(19)

pelatihan, pendidikan dan sebagainya. Profesi juga berarti suatu pekerjaan, pernyataan, sumpah setia, dsb. Sedangkan profesional ialah pekerjaan yang memerlukan keahlian atau kepintaran khusus di bidangnya dan memerlukan pembayaran, lawan dari pada amatir. Orang yang menjabat suatu profesi mereka akan dibayar atau digaji, seperti petinju profesional ataupun pesepak bola profesional mereka akan diberikan pembayaran sedangkan pesepak bola amatir atau yang amatir yang aliannya mereka tidak diberi pembayaran. Pengertian dasar dari profesionalisme ialah suatu tindakan seseorang pada suatu bidang pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus di bidangnya dan didasari dengan pendidikan atau pelatihan sesuai dengan bidangnya tersebut. Profesionalisme juga bisa diartikan sebagai mutu atau suatu usaha yang telah berhasil atau memiliki kualitas, yang dijamin bahwa pelaku usaha tersebut memiliki berbagai kemampuan-kemampuan dan pengalaman-pengalaman yang merupakan ciri-ciri orang yang memiliki keahlian kemampuan dalam bidangnya.

Menurut Sikun Pribadi sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik

bahwa “Profesi itu pada hakekatnya suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”. Kemudian Oemar Hamalik memperjelas definisi di

atas bahwa “Hakikat Profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang

terbuka, profesi mengandung unsur pengabdian dan profesi adalah suatu

jabatan atau pekerjaan.”5

1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau janji yang terbuka

Pernyataan atau suatu janji yang terbuka dinyatakan oleh tenaga profesional mengandung makna yang sungguh-sungguh yang keluar dari dalam lubuk hatinya. Pernyataan yang demikian mengandung norma atau nilai-nilai etik, janji yang bersifat etik itu mau tak mau akan berhadapan

5

(20)

8

dengan sanksi-sanksi tertentu, bila ia melanggar janjinya ia akan berhadapan dengan sanksi-sanksi tersebut.

2. Profesi mengandung unsur pengabdian

Suatu profesi bukan berarti mencari kekayaan bagi dirinya sendiri, baik dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis tetapi untuk pengabdian kepada masyarakat, ini berati profesi tidak boleh sampai merugikan, merusak, atau menimbulkan malapetaka bagi orang lain dan bagi masyarakat. Sebaliknya profesi itu harus berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan dan kesempurnaan dan kesejateraan bagi masyarakat.

3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan

Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan ketrampilan tertentu pula. Dalam profesi tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya, dalam hal ini pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya Oleh sebab mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat.

Jadi, dapat dipahami bahwa profesi ialah suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus di bidangnya, yang dianggap pekerjaan itu adalah suatu pengabdian kepada masyrakat yang ikhlas, serta rela dalam bekerja dalam rangka mengembangkannya agar menjadi lebih baik.

Profesionalisme juga diartikan sebagai sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya, yang dilakukan secara terus menerus, ditingkatkan dan dikembangkan kemapuan profesionalismenya sesuai dengan profesinya itu atau dapat juga diartikan sebagai derajat penampilan seseorang profesional, atau suatu profesi ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.

(21)

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.6

Dalam pengertian tersebut dapat pahami bahwa: pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber penghasilan ini berarti sorang pekerja profesional memahami pekerjaannya itu bukan sebagai pekerjaan sampingan, yang dilakukan ketika ada waktu senggang, iseng dsb. Dan pekerjaan profesional juga membutuhkan keahlian khusus di bidangnya, ini berarti suatu pekerjaan yang tidak dilakukan dengan asal-asalan dan memerlukan pendidikan serta pelatihan sesuai dengan profesinya tersebut. Pekerjaan profesional akan selalu membutuhkan kode etik, norma dan cara yang apabila tidak dipergunakan akan mengakibatkan kekacauan. Pekerjaan profesional selalu membutuhkan kemampaun-kemampuan yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalaman yang panjang. Apabila dia seorang dokter maka memerlukan ilmu kedokteran, maka apabila dia seorang guru maka memerlukan ilmu kependidikan.

Islam juga telah menjelaskan mengenai profesionalisme, bahwa apabila suatu pekerjaan yang diamanatkan atau diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka terjadilah kiamat atau kehancuran. Hadis di bawah ini menceritakan bahwa, ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. mengenai kapan datangnya hari kiamat maka Rasulullah SAW. menjawab bahwa terjadinya hari kiamat atau kehancuran itu akan terjadi apabila suatu amanat diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya. Sebagaimana hadis dibawah ini:

6

(22)

10

7

Muhammad ibn Sinan menceritakan kepada kami Berkata: Fulaih menceritakan kepada kami Ibrahim ibn Mundzir berkata: menceritakan kepada kami Muhammad ibn Fulaih berkata: menceritakan pada kami Bapak saya menceritakan pada kami

Hilal ibn „Ali bin A‟tha bin Yasar, dari Abi Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila amanat (jujuran) telah diabaikan, maka nantikanlah hari kiamat”, Seorang Badui

bertanya, “Bagaimana mengabaikan amanat (kejujuran) itu, wahai

Rasulullah? Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan

kepada seseorang yang bukan ahlinya (dalam bidangnya), maka

nantikanlah hari kiamat”. (HR. Bukhari)8

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum profesionalisme diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjutan yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Pekerjaan profesional akan senantiasa menguanakan teknik dan kode etik yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari dengan sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan dan diimplementasikan demi kemaslahatan bersama.

Pendidikan, pelatihan, dan kejuruan sangat dianjurkan dalam meningkatkan profesionalitas seseorang, agar mempunyai kemampuan-kemampuan dan teknik-teknik yang diharapkan mampu diterapkan dalam pekerjaanya itu. Seperti yang diungkapkan oleh Beckerbahwa “Training as focusing on the development of technical that abilities that are linked to

specific vocations or are generic across on the development the field of

employment.”9

Pelatihan adalah usaha dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan suatu teknik yang dapat dihubungkan secara langsung pada kesempatan kerja. Meskipun ada orang yang profesional dalam bidang tertentu dan benar-benar ahli dibidangnya tersebut dan tidak memiliki

7

Imam al-Hafizd Abi Abdillah bin Ismail al-Bukhary, Shahih Bukhary (Bairut: al-Maktabah al-Asy’ariyah, 1997) Juz 1, h. 22.

8

Zainudin Hamidy, Dkk. Terjemah Shahih Bukhari (Semarang: CV. Wicaksana, 1992) Jilid. 1, h.40.

9

(23)

pengalaman pekerjaan akan terlihat perbedaan dengan orang yang profesional tetapi melalui pendidikan dan latihan, yaitu orang yang memilki sifat profesional atau profesionalisme tersebut lebih memilki kode etik dan norma yang relevan dengan bidangnya itu dan tidak didedikasikan atau diabdikan kepada masyarakat. mungkin karena orang tersebut telah terbiasa dalm pekerjaan tersebut, seperti terkutip dalam pepatah yang mengatakan bahwa

Bisa karena biasa”.

Setelah dijelaskan secara panjang lebar mengenai profesionlasime maka selanjutnya akan dipaparkan tentang profesionalsime guru. Secara sederhana profesionalisme guru merupakan suatu pandangan mengenai orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai guru dengan baik dan profesional.

Untuk menunjukan tuntutan akan guru profesional, maka seorang guru dituntut memiliki lima hal yang akan menjadi ciri dari guru profesional, yaitu: a. Guru memiliki komitmen pada siswa dalam proses pembelajarannya. b. Guru menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan

diajarkannya kepada siswa.

c. Guru bertanggung jawab menilai hasil belajar siswa memalui berbagai teknik evaluasi.

d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang akan dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.

e. Guru idealnya adalah sebagai bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.10

Guru merupakan pekerjaan profesional, untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, selain harus memiliki komitmen, menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, memiliki sikap tanggung jawab terhadap siswa dan mengabdi kepada masyarakat, guru juga harus memiliki ilmu dan kecakapan-kecakapan keguruan. Ilmu dan kecakapan-kecakapan tersebut diperoleh selama menempuh pelajaran di lembaga keguruan.

10

(24)

12

Selain pengetahuan dan kecakapan-kecakapan di atas, ada beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru profesional, yaitu: fleksibel, bersikap terbuka, berdiri sendiri, peka, tekun, realistik, melihat ke depan,

rasa ingin tahu, ekspresif, menerima diri.11

a. Fleksibel, Seorang guru adalah orang yang telah memilki pegangan hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik di dalam nilai-nilai maupun ilmu pengetahuan. Dalam menyatakan dan menyampaikan prinsip dan pendiriannya, ia harus fleksibel, tidak kaku, disesuaikan dengan situasi, tahap perkembangan, kemampuan sifat serta latar belakang siswa. Guru harus bisa bertindak bijaksana, yaitu menggunakan cara atau pendekatan yang tepat terhadap orang yang tepat dalam situasi yang tepat.

b. Bersikap terbuka, seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka, baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk ditanya oleh siswa, untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri. Kelemahan atau kesulitan yang dihadapi oleh para siswa adakalanya disebabkan karena kelemahan dan kesalahan oleh para guru. Untuk memperbaiki kelemahan siswa, terlebih dalu harus didahului oleh perbaikan pada diri guru. Upaya ini menuntut keterbukaan pada pihak guru.

c. Berdiri sendiri, seorang guru adalah orang yang telah dewasa, ia telah sanggup berdiri sendiri, baik secara intelektual, sosial maupaun emosional. Berdiri sendiri secara intelektual berarti ia telah mempuyai pengetahuan yang cukup untuk mengajar, juga telah mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional dalam mengambil suatu keputusan atau pemecahan masalah. Berdiri sendiri secara sosial berarti ia telah menjalin hubungan sosial yang wajar, baik dengan siswa, sesama guru, orang tua serta petugas-petugas lain yang terlibat dalam kegiatan di sekolah. Berdiri sendiri secara emosional berarti

11

(25)

guru telah dapat mengendalikan emosinya, telah dapat dengan tepat kapanpun di manapun ia menyatakan suatu emosi.

d. Peka, seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para siswanya. Peka atau sensitif berbeda dengan mudah tersinggung. Peka atau sensitif berarti cepat mengerti, memahami atau melihat dengan perasaan apa yang diperlihatkan oleh siswa. Dari ekspresi muka atau suara, gerak gerik, jalan nafasnya dsb. Guru hendaknya memahani apa yang dialami oleh siswa. Meskipun seorang siswa melakukan suatu kesalahan hendaknya jangan dulu diberi tindakan atas kesalahannya, apabila ia masih memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, ketakutan, kesedihan dan kemarahan dsb.

e. Tekun. Pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik di dalam mempersiapkan, melaksanakan, menilai maupun menyempurnakan pengajaran. Di sekolah guru tidak hanya berhadapan dengan anak-anak pandai tetapi juga anak kurang pandai. Mereka membutuhkan bantuan yang tekun sedekit demi sedikit dan penuh kesabaran. Tugas guru bukan hanya dalam bentuk interaksi dengan siswa di kelas, tetapi menyiapkan bahan pelajaran serta memberi penilaian atas semua pekerjaan siswa. Semua tugas-tugas tersebut menuntut ketekuanan.

(26)

14

demikian guru tidak boleh mundur, ia harus berupaya mengerjakan yang terbaik yang dapat ia kerjakan.

g. Melihat kedepan, tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan di masa yang akan datang. Karena tugasnya yang demikian, maka ia harus melihat ke depan, kehidupan bagaimana yang akan dimasukai para siswanya kelak, tuntutan apa yang dihadapi oleh para siswa dalam kehidupan tersebut, hal-hal apa yang dapat ia berikan kepada siswa untuk menghadapi masa yang akan datang. h. Rasa ingin tahu, guru berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan

dan tekologi kepada para siswa. Agar ilmu dan tekologi yag disampaikan sejalan dengan perkembangan zaman, maka ia dituntut agar terus belajar, mencari dan menemukan sendiri. Untuk itu ia memerlukan rasa ingin tahu atau curiousity yang besar. Ia belajar bukan hanya untuk kemajuan dirinya tetapi juga untuk kemajuan siswanya.

i. Ekspresif. Belajar merupakan suatu tugas yang tidak ringan, menuntut semangat dan suasana yang menyenangkan. Guru harus berusaha menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Salah satu faktor penting dalam menciptakan kelas yang menyenangkan adalah penapilan guru yang menyenangkan, yang memancarkan emosi dan perasaan yang menarik. Untuk itu diperlukan ekspresi yang tepat. Baik eksprsi dalam wajah, gerak-gerik maupun bahasa dan suara. Guru hendaknya eksresif dapat menyatakan ekspresi yang tepat dan menarik, guru tidak boleh bebal, datar dan tawar. Penampilan yang datar dan tawar akan sangat membosankan para siswanya.

(27)

2. Kompetensi Guru a. Pengertian

Agar guru dapat menunaikan dan melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertindak sebagai tenaga pengajar yang profesional, maka ia harus memiliki berbagai kompetensi keguruan dalam melaksanakan fungsinya sebagai guru tersebut. Sebelum menjelaskan macam-macam kompetensi yang harus dikuasai guru terlebih dalu akan dijelaskan apa itu kompetensi.

Kompetensi dalam bahasa Inggris “competence” yang berarti kecakapan, kompetensi dan kewenangan.12 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan suatu). 13 Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntunan bidang kerja yang bersangkutan.14

Menurut Abdul Majid, sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrahman dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan intelligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.15

Menurut Calvin S. Hall dkk. Sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno, bahwa Salah satu teori yang dapat dijadikan landasan terbentuknya kompetensi seseorang adalah teori medan yang dirintis oleh Kurt Lewin. Asal teori medan itu sendiri berangkat dari teori psikologi Gestal yang dipelopori oleh tiga psikolog Jerman, yakni Max Wartheimer, Kohler dan Kofka, di mana dalam teori mereka disebutkan bahwa kemampuan seseorang

12

Jhon M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggis Indonesia, (Cetakan Awal di New York, Cornell University,1975)&( cet. XXVIII di Jakarta: Gramedia, 2006) hal. 132

13

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008) ed. 4, Cet 1, Hal. 719-720.

14

Hamzah B. Uno, Profesi Pendidikan: Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cet. 3, hal. 62.

15

Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam

(28)

16

ditentukan oleh medan psikofisis yang terorganisasi yang hampir sama dengan medan gravitasi. Perhatian utama dalam teori ini adalah masalah persepsi, belajar dan berfikir. Selanjutnya Kurt Lewin mengembangkan teori ini dengan memposisikan seseorang akan memperoleh kompetensi karena medan gravitasi disekitarnya yang turut membentuk potensi sesorang secara individu. Artinya, kompetensi individu dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungannya yang dalam teknologi pembelajaran lingkungan tersebut diposisikan sebagai sumber belar. Selain itu, sistem informasi yang diperoleh secara empiris melalui observasi, pendidikan ilmiah yang diterimanya dari pendidikan formal, dan keterampilan yang dilakukannya secara mandiri turut mewarnai terbentuknya kompetensi dirinya. Dengan kompetensi yang dimiliki individu, ia dapat melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan kehendaknya. Meskipun demikian, kehendak individu tersebut tetap didasarkan kepada aturan yang berlaku.16

Lebih lanjut Spencer and Spencer membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut:

1) Motif, yaitu sesuatu yang seorang pikirkan dan inginkan menyebabkan sesuatu.

2) Sifat, yaitu karakteristik tanggapan konsisten terhadap stuasi atau informasi.

3) Konsep diri, yaitu sikap nilai dan image diri seseorang.

4) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu.

5) Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental.17

Setelah membahas berbagai teori dan pandangan para ahli tentang kompetensi, selanjutnya bagaimana kompetensi guru itu? Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya pendidikan dan pembelajaran di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lamanya mengajar.

16

Hamzah B. Uno, hal. 65.

17

(29)

Menurut Mohammad Yamin sebagimana dikutip oleh Hamzah B. Uno, Kompetensi guru pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep hakikat guru dan hakikat tugas guru. Kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan. Begitu juga Ace Suryadi mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, sorang guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang profesional tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan. Awalnya tentu harus dibina melalui penguatan landasan profesi, misalnya pembinaan tenaga kependidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan (in sevice training) yang memadai, efesien dalam sistem perancanaan serta pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.18

Jadi kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pitar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakn tugas tersebut diperlukan berbagai kemampuan dan kepribadian. Sebab guru juga dianggap contoh oleh para siswanya sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang guru.19

18

Hamzah B. Uno, Profesi Pendidikan: Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cet. 3, hal. 62

19

Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam

(30)

18

Seorang guru yang kompeten ialah guru yang telah berkorban cukup lama dan mengeluarkan biaya yang besar. Kompetensi guru tidak hanya didapat begitu saja. Perlu pengabdian dan pengorbanan yang banyak. Kompetensi guru sangat erat kaitannya dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab guru. Apabila tugas dan tanggung jawab dan fungsi guru ini dijalankan dengan baik maka baru bisa dikatakan guru itu telah memilki kompetensi yang profesional.

b. Pembagian Kompetensi

Abuddin Nata20 dan Zakiyah Darajat21 mengungkapkan hal yang sama mengenai kompetensi guru, bahwa pada dasarnya guru harus memiliki tiga kompetensi, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan bahan pengajaran dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.

1. Kompetensi kepribadian

a) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau murinya di kelas.

b) Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniyyah) terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman arah dalam pemikiran serta perbuatan murid dan guru.

c) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling percaya mempercayai antara guru dan murid. 2. Kompetensi penguasaan bahan pengajaran

a) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan.

b) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi sedemikian rupa sehingga akan memudahkan murid untuk mempelajari pelajaran yang diterimanya.

3. Kompetensi dalam cara mengajar

a) Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu satuan waktu.

(31)

b) Menggunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang dipergunakan.

c) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif. Ketiga aspek di atas harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina kedalam kepribadian guru. Kemudian itu dapat diharapkan dari padanya untuk mengarahkan segala kemampuan guru dalam mengajar secara profesional dan efektif.

Menurut Muhibbin Syah sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurahman bahwa, ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimilki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber belajar, menguasai landasan-landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menialai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.22

Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi.23Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Pasal (3) lebih lanjut dijelaskan tentang beberapa kompetensi yang disebutkan di atas, bahwa:

22

Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam

(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 46.

23

(32)

20

1. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

a) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan; b) pemahaman terhadap peserta didik;

c) pengembangan kurikulum atau silabus; d) perancangan pembelajaran;

e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f) pemanfaatan teknologi pembelajaran;

g) evaluasi hasil belajar, dan

h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

a) Beriman dan bertaqwa; b) berakhlak mulia; c) arif dan bijaksana; d) demokratis; e) mantap; f) berwibawa; g) stabil; h) dewasa; i) jujur; j) sportif;

k) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; l) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan m)mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: a) berkomunikasi lisan, tulis dan isyarat secara santun.

b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik;

d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku;

(33)

4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya meliputi penguasaan.

a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu;

b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.24

Dalam penjabaran tentang kompetensi guru di atas dapat dipahami bahwa, guru adalah sebuah profesi yang tidak hanya harus menguasai materi tetapi seorang guru harus mempunyai beberapa kemampuan-kemampuan lain yang diharapkan dapat dilaksanakan agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

Kemampuan profesional dikelompokan secara sistemtis oleh M. Uzer Usman, secara sistematis dikelompokan sebagai berikut:

1. Menguasai landasan kependidikan a) Mengenal Tujuan Pendidikan

b) Mengenal fungsi sekolah dalam Masyarakat

c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapay dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

2. Menguasai Bahan Pengajaran

a) Menguasai bahan Pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

b) Menguasai Bahan pengajaran 3. Menyusun Program pengajaran

a) Menetapkan tujuan pembelajaran

b) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar c) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

24

(34)

22

d) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar 4. Melaksanakan program pengajaran

a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tenang b) Mengatur ruang kelas

c) Mengelola interaksi belajar mengajar 5. Menilai Hasil dalam proses belajar Mengajar

a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pembelajaran

b) Menilai proses belajar pembelajaran yang telah dilaksanakan.25

Kompetensi seorang guru lebih menekankan pada keahlian yang harus dimiliki oleh sorang guru, seperti menguasai landaan kependidikan, menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan menilai hasil proses belajar mengajar. Itu semua ada yang dilakukan sebelum guru mengajar yaitu harus menguasai bahan pelajaran serta menyusun progam pengajaran, ada juga yang dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung, seperti melaksanakan program pengajaran yaitu menciptakan iklim belajar yang tenang, mengatur ruang kelas dan sebagainya. Sedangkan yang dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung maupun setelah selesai proses belajar mengajar yaitu menilai hasil dan proses belajar pembelajaran seperti menilai prestasi siswa.

Profesionalsime guru selain menuntut semua kompetensi yang telah disebutkan di atas, juga harus diikuti oleh beberapa hal yaitu kerajinan, sungguh-sungguh dan tekun. Karena tanpa beberapa itu semua, profesonalisme guru tidak akan mencapai tingkat yang baik, terlebih lagi seorang guru pendidikan agama Islam yang menjadi panutan bagi siswanya.

25

(35)

3. Prinsip-prinsip Profesionalisme

Setinggi apapun idealisme dan rasa keterpanggilan jiwa seseorang untuk mengajar, tanpa disertai prinsip profesionalitas maka pekerjaanya akan sia-sia, bahkan berbuah kehancuran dan dosa.26 Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat (1) menerangkan bahwa: Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas;

e. Memiliki tanggung jawab atas pelakasanaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja;

g. Memiliki kesempatan kerja untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan guru.27

Prinsip-prinsip profesionalisme di atas menempatkan guru sebagai sebuah profesi yang di samping memiliki kwalitas akademik dan kompetensi keilmuan, guru juga harus mempunyai keikhlasan serta keterpanggilan jiwa. Karena itu, guru memainkan fungsi peranan penting dalam pendidikan yaitu, membina akhlak mulia, budi pekerti, dan kepribadian anak didik yang menjadi landasan utama dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

26 Asrarun Ni’am , M.H, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis

Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen (Jakarta: eLSAS, 2006) hal. 4.

27

(36)

24

C. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam pendidikan, guru merupakan kunci utama dalam agenda proses kemanusiaan (pendidikan). Dalam pendidikan manapun guru jadikan sebagai ujung tombak pendidikan, guru harus mampu secara evolutif membangun manusia memiliki norma-norma hidup dan berkata-kata. Sehubungan dengan itu Allah telah memberikan petunjuk kepada para rasul tentang apa yang seharusnya disampiakan kepada umat atau para generasi penerus. Dalam sura al-Jumu’ah yang artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang

membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan

mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya

mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.

(QS.Al-Jumu’ah:2)

Sementara dalam proses belajar-mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam sistem pendidikan, Guru PAI memiliki landasan yang teramat kuat akan keharuan kepemilikan profesional karena Islam adalah agama yang mementingkan keprofesionalan.

Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional dalam arti harus dengan benar dan benar itu hanya mungkin dilakukan olehorangahli.Rasulullahsaw.bersabda: Bila sesuatu urusan di kerjakan oleh orang yang tidak ahli maka tunggulah kehancurannya. (H.R. Bukhari). Selain itu dasar dari kepemilikan kemampuan atau keharusan kepemilikan kemampuan atau kompetensi seorang guru terdapat dalam al-Qur'ansurat (Az-Zumar: 9) ...Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang

(37)

perenungan mendalam, terutama bagi praktisi pendidikan, pemikiran pendidikan yang berlandaskan berdasarkan kepada wahyu Tuhan menuntut terwujudnya suatu sistem pendidikan yang komprehensif, meliputi ketiga pendekatan dalam istilah ilmu pendidikan yaitu kognitif, affektif, dan psikomotorik. Ketiga pendekatan yang nantinya akan mampu melahirkan pribadi-pribadi pendidik yang akan berperan dalam menginternalisasikan nilai-nilai Islam dan mampu mengembangkan peserta didik ke arah pengalaman nilai-nilai Islam secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasirealitaswahyuAllahSWT.

Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi (alam). Khalifah berarti memegang amanat, mandataris dan kuasa untuk merealisir dan menjabarkan kehendak dan kekuasaan Allah di alam. dalam hubungannya dengan fungsi rububiyah (kependidikan) terhadap alam manusia, maka manusia sebagai khalifah di bumi mendapat tugas kependidikan, dan hal itu terkandung di dalam firman Allah (Q.S al-Baqarah : 31) “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar

orang-orang yang benar!". (QS.al-Baqarah:31).

Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu dan pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik karena memiliki ilmu pengetahuan dia bertugas sebagai pendidik. Pendidik memiliki tugas yang mulia sehingga Islam memandang pendidikan mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang yang bukan sebagaipendidik.

(38)

26

Guru sangat berperan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu sebagai seorang guru harus dapat menempatkan diri sebagai tenaga profesional yang baik, bertanggung jawab sesuai dengan tugas profesinya.

Selain itu guru merupakan instrumen proses pendidikan sebab salah satu faktor penentu keberhasilan terletak pada eksistensi guru yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam arti seorang yang bertanggung jawab menghantarkan ke arah kedewasaan dan kematangan.

Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang bertugas dalam

transfer of knowledge” tetapi juga sebagai “pendidik” yang memiliki tugas “transfer of values” dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan membimbing siswa dalam belajar.

Adapun figur yang paling diteladani sebagai guru dalam pribadi Rasulullah saw. Allah sendiri telah menetapkan dalam firman-Nya :

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21).

Pengertian guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.28 Dalam terminologi Islam, Asrarun Ni’am menjelaskan bahwa, guru diistilahkan dengan murabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. 29 Sebutan guru atau pendidik banyak persamaannya karena dapat disesuaikan dengan kekhususannya masing-masing. Dalam UUSPN Tahun 2003 disebutkan

bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai

guru, dosen, konselor, pamong belajar widyaiswara, tutor, instruktur,

28

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) ed. 3, Cet 4, Hal. 469.

29 Asrarun Ni’am , M.H, Membangun Profesionalitas Guru: Analisis Kronologis

(39)

fasilisator dan sebutan lainnya sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyeleggarakan pendidikan.30

Zakiyah Darajat berpendapat “Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan perannya membimbing muridnya”.31 Ini berarti guru harus memiliki peran dan memiliki kemampuan membimbing muridnya. Bagaimana agar guru tersebut dapat memudahkan mendidik dan membimbinga anak didik, kuncinya adalah guru harus melalui pengalaman-pengalaman baik pengalaman pendidikan keguruan dan pengalaman mengajar. Oleh karena itu pengalaman mengajar sangatlah penting dalam pendidikan.

Menurut Muhaimin & Abd. Majid seperti dikutip dalam buku Strategi Belajar Mengajar bahwa “Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah Swt., khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.32Definisi di atas menunjukan bahwa guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik, dan syarat seorang pendidik adalah ia harus dewasa, yang secara sadar membantu anak didik dengan maksud agar tercapai tujuan pendidikan. Seorang pendidik menuntun anak didiknya agar tidak hanya menguasai ilmu tetapi juga harus menguasai adab, tata karma dan sopan santun.

Sedangkan dalam Undang-undang tentang Guru dan Dosen, dalam ketentuan umum, secara fungsional menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

30

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, 2006) hal. 5

31

Zakiyah Drajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarata: Bumi Aksara, 1996) cet. 1. hal. 266

32

Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam

(40)

28

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.33 Jadi guru adalah pendidik profesional maksudnya seorang yang sangat menguasai dalam profesinya. Dan mengajar adalah menjadi tugas utamanya bukan sebagai pekerjaan tambahan atau sampingan karena itu akan menggangu dalam tugasnya serta kedudukannya sebagai guru, guru juga harus memiliki kemampuan-kemampuan dan kode etik serta prinsip-prinsip supaya dapat memudahkannya dalam mendidik, mengajarkan, membimbing dan mengarahkan siswa agar tercapai tujuan-tujuan, baik tujuan instutisional, tujuan kulikuler, maupun tujuan nasional.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam tujuan utamanya ialah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama Islam dan sekaligus menjalankan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam agar menjadi manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia.

Menurut M. Arifin, guru agama Islam adalah orang yang membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam (M. Arifin, 1987: 100)

Muhammad Athiyah al-Abrasyi, sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar memberikan batasan tentang karakteristik guru agama Islam, yaitu:

b. Memiliki sifat zuhud, yaitu mencari keridaan Allah c. Bersih fisik dan jiwanya

d. Ikhlas dan tidak riya dalam melaksanakan tugasnya

e. Bersifat pemaaf, sabar, dan sanggup menahan amarah, terbuka, dan menjaga kehormatan

f. Mencintai peserta didik

g. Mengetahui karakter peserta didik

33

(41)

h. Menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan profesional

i. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi dan mampu mengelola kelas

j. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik 34

Sementara itu Abdurrahman al-Nahlawi (memberikan gambaran tentang sifat-sifat pendidik muslim yaitu sebagai berikut:

a. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru tersebut bersifat

rabban

b. Hendaknya guru bersifat jujur menyampaikan apa yang diajarkannya c. Hendaknya guru senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan

dan kesediaan untuk membiasakan mengajarkannya

d. Hendaknya guru mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi dan menguasainya dengan baik serta mampu memiliki metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran serta situasi belajar-mengajarnya

e. Hendaknya guru mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkara secara profesional

f. Hendaknya guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa perkembangannya ketika ia mengajar mereka sehingga guru dapat memperlakukan anak didiknya sesuai dengan kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka

g. Hendaknya guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa dan pola berpikir angkatan muda

h. Hendaknya guru bersifat adil di antara para pelajarnya, artinya guru tidak cenderung kepada salah satu golongan di antara mereka serta tidak mengistimewakan seseorang di antara lainnya35

34

Samsul Nizar, 2002: 45-46),

35

(42)

30

Pengertian guru Pendidikan Agama Islam—atau kerap disingkat menjadi guru agama Islam—adalah orang yang memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga mendidik murid-muridnya, agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa kepada Allah swt. Di samping itu, guru agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar para murid sejak mulai sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat mempraktikkan syariat Islam 36

Menurut M. Arifin, guru agama Islam adalah orang yang membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam (M. Arifin, 1987: 100)

Maka penulis menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam ialah pendidik profesional yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama Islam, di mana tugas utamanya ialah mendidik, mengajar dan membimbing siswa agar siswa mengamalkan ajaran agama Islam, berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar sangat berperan penting dalam pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam. Tindak tanduk guru menjadi sorotan siswa, seperti cara berpenampilan dan bertingkah laku guru akan selalu menjadi contoh para siswa, sehingga kesalahan siswa akan dikembalikan pada guru. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan profesional.

Nana Syaodih menyebutkan 3 tugas yang harus dilaksanakan oleh guru yang profesional yaitu: Guru sebagai pribadi, guru sebagai pendidik dan pengajar, guru sebagai pembimbing,

36

(43)

1.Guru sebagai pribadi

Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi, kepribadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing, dia mendidik dan membimbing para siswa tidak hanya dengan bahan yang disampaikan atau metode penyampaian yang digunakan tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga interaksi informal, tidak hanya diajarkan tetapi pula ditularkan pribadi guru merupakan suatu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya dan perannya sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing.

2.Guru sebagai pendidik dan pengajar

Guru mempunyai peran ganda sebagai pengajar dan pendidik, kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan, tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak, tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelaktual, afektif dan psikomotor, melalaui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.

3.Guru sebagai pembimbing

Selain sebagai pendidik dan pengajar, juga guru sebagai pembimbing. Perkembanagn anak tidak selalu mulus dan lancar adakalanya lambat dan mungkin juga terhenti sama sekali, dalam situasi seperti itu mereka perlu mendapatkan bantuan atau bimbingan. Dalam upaya membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya, sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahamni segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitanya dan segala latar belakangnya.

(44)

32

pasal 39 bahwa: (1) “Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Ayat (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi.”37

Tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu: a. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan. b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada

tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan penciptaanya.

c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendali diri (baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.38

Guru di samping sebagai pengajar, guru juga harus menjadi pendidik, di mana tugas mendidik adalah agar anak didik mencapai kedewasaan, berahklak mulia dan mengamalkan ajaran agama. Apabila tugas guru di atas dijalankan dengan baik maka anak didik dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi insan kamil atau manusia berkepribadian sempurna, yang memiliki intelektualitas dan budaya yang tinggi serta dibarengi dengan moral dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Seperti yang dikatakan Prof. Dr. Armai

Arif, MA, Bahwa “Perubahan sikap merupakan salah satu sasaran penting dari konsep pendidikan, Perbaikan tersebut diwujudkan dengan memunculkan

37

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Direktorat Jendral Pendidikan Islam,Departemen Agama RI, 2006) hal 27.

38

(45)

figur insan kamil, yakni sosok manusia berprestasi dalam sisi intelektual dan budaya dalam sisi moral.”39

Menurut al-Ghazali dikutip oleh Abudin Nata, ciri-ciri guru yang baik 1. Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak

kandungnyasendiri.

2. Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar) karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.

3. Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuannya dalam menuntut ilmu bukan untuk kebanggaan diri atau mencari keuntungan pribadi tapi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat 5. Dihadapan muridnya guru harus memberikan contoh yang baik,

seperti berjiwa halus, sopan, lapang dada, murah hati dan berakhlak terpuji lainnya

6. Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan tingkat intelektual dan daya tangkap anak didiknya

7. Guru harus mengamalkan yang diajarkannya karena ia menjadi idola di mata anak didiknya

8. Guru harus memahami minat, bakat dan jiwa anak didiknya sehingga disamping tidak akan salah dalam mendidik juga terjalin hubungan yang akrab antara guru dan anak didiknya

9. Guru harus dapat menanamkan keimanan kedalam pribadi anak didiknya sehingga akal pikiran anak didik tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu.40

Sedangkan kewajiban guru seperti tertulis dalam UUSPN Tahun 2003 tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 40 ayat (2) bahwa:

39

Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), Cet. 1, Hal. 82.

40

(46)

34

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.41

Uraian di atas menunjukan bahwa guru agama Islam mengemban tanggung jawab yang sangat penting yaitu guru bertanggung jawab agar terciptanya suasana yang berpendidikan baik di masyarakat dan lembaga. Serta bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan nasional, juga memberikan keteladan bagi lingkunganya dan anak didiknya.

Tugas guru tidak sekedar mengajarkan bahan bidang studi keahliannya, tapi juga bertugas sebagai tenaga ahli kependidikan di bidang perencanaan dan pengembangan kurikulum. Dengan ketrampilannya menentukan jenis bidang studi itu, guru akan memperoleh kemampuan yang lebih mendalam tentang menyeleksi bahan bidang studi yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

Hujjatul Islam, imam al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan mensucikan serta membawa hati menjadi yang taqorrub ila Allah. Para pendidik hendaknya mengarahkan peseta didik untuk mengenal Allah lebih dekat melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidik dituntut untuk dapat mensucikan jiwa peserta didik. Hanya dengan jiwa-jiwa yang suci manusia akan dekat dengan khaliqnya.

Berkenaan dengan konsep ini, an-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan pendidik adalah tazkiyat an-nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada Khaliqnya, menjauhkannya dari kejahatan dan menjaganya agar

41

(47)

tetap berada pada fitrah yang hanif. Tugas guru menjadi pendidik dan pengajar di zaman sekarang tidak mudah, tantangan begitu banyak dan besar, misalnya, anak didik tidak mau diatur, semangat belajar rendah, maunya dari yang mengenakkan, daya juang kecil. Di beberapa tempat anak didik suka tawuran, berantem dan menjadi korban narkoba.

Tantangan menjadi lebih berat lagi karena kesejahteraan guru di negara ini memang rendah sehingga makin berat bagi guru untuk dapat menjalankan tugasnya secara baik. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling muda terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Semakin akurat para guru melaksanakan tugasnya semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan.

D. Kerangka Berpikir

Beberapa masalah yang teridentifikasi oleh penulis antara lain: minimnya upaya yang dilakukan guru maupun sekolah dalam usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru, kurangnya motivasi guru dalam mengajar, kurangnya penguasaan metode, kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar semua itu dapat menyebabkan proses belajar mengajar kurang efektif dan mengakibatkan hasil peserta didik kurang baik.

Gambar

GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL-FAJAR & HASIL
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL FAJAR DAN
Tabel 1 Jumlah Guru dan Karyawan SMP Islam Al-Fajar Tahun Ajaran 2010/2011
+4

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kompetensi wajib yang harus dimiliki seorang guru adalah. kompetensi

dalam belajar, serta peran seorang guru yang harus memenuhi kompetensi. Penelitian mengambil kompetensi guru yang merupakan kemampuan, keahlian, dan keterampilan

Keterangan di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah faktor yang

untuk menyampaikan ilmu ( transfer of knowledge ) kepada peserta didik. 58 Peranan guru sebagai pengajar merupakan seorang yang menguasai ilmu dan mampu

Permasalahan yang diamati dalam penelitian ini adalah apa yang harus dilakukan guru (pendidik) supaya pendidikan akhlak tidak hanya dipahami oleh peserta didik tetapi

Dalam undang-undang guru dan dosen, disebutkan seorang guru harus memiliki 4 (empat) kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya, yaitu (1) kompetensi profesional,

Waktu kami melakukan pemantauan dikelas terhadap dua guru PAI yang ada disekolah kami, kami melihat hanya satu guru yang menguasai materi yang disamapaikan walaupun materi

Oleh karena itu, yang berkembang dikalangan sebagian persepsi siswa tersebut bahwa Pendidikan Agama Islam tidak menarik, tidak menyenangkan, membosankan, gurunya kurang pendekatan