• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 (Studi Deskriptif pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 (Studi Deskriptif pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013

(Studi Deskriptif pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)

Oleh

MEISYI ARDINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013

(Studi Deskriptif Pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh:

MEISYI ARDINA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Meisyi Ardina

iii ABSTRAK

PROFIL GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013

(Studi Deskriptif pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)

Oleh

MEISYI ARDINA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013 di SMP Negeri di Bandar

Lampung. Metode sampling yang digunakan secara purposive sampling sehingga diperoleh 6 guru IPA. Data penelitian adalah data kualitatif, berupa deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Teknik pengumpulan data

diperoleh dari lembar instrumen pelaksanaan pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan dengan standar proses dan pendekatan saintifik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA yang

dilaksanakan oleh guru kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung berdasarkan kurikulum 2013 sesuai dengan standar proses meliputi kegiatan pendahuluan, inti,

(4)

Meisyi Ardina

iii

mengasosiasi, dan mengkomunikasikan yaitu memperoleh skor rata-rata 53,33%

berkategori sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013 di SMP Negeri di Bandar Lampung berkategori “sedang”.

(5)

xiii

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Profil Guru ... 9

B. Standar Proses ... 14

C. Kurikulum 2013 ... 19

D. Pendekatan Saintifik ... 21

E. Pembelajaran IPA ... 31

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 46

(6)

xiv

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN 1. Kisi-Kisi Lembar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (Kurikulum 2013) ... 72

2. Lembar Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran (Kurikulum 2013) ... 73

3. Analisis Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Standar Proses ... 75

4. Tabulasi Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Standar Proses ... 79

5. Analisis Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Pendekatan Saintifik ... 81

6. Tabulasi Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Pendekatan Saintifik ... 82

7. Biodata guru ... 83

8. Tabulasi Biodata Guru Kelas VII Sekolah Menengah Pertama ... 90

(7)

xv

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Pelaksanaan Pengambilan Data Penelitian... 38

2. Kriteria penilaian pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 sesuai

dengan standar proses ... 40

3. Kriteria penilaian pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 sesuai dengan pendekatan saintifik ... 40

4. Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA dengan standar proses

berdasarkan kurikulum 2013 ... 42 5. Persentase skor kegiatan pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru kelas VII Sekolah Menengah Pertama ... 43 6. Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pendekatan

saintifik berdasarkan kurikulum 2013 ... 45 7. Analisis biodata guru kelas VII Sekolah Menengah Pertama ... 46

8. Kisi-Kisi Lembar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

(Kurikulum 2013) ... 72

6. Lembar Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran (Kurikulum 2013) ... 73

7. Analisis Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Standar Proses ... 75

8. Tabulasi Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Standar

Proses ... 80 9. Analisis Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Pendekatan Saintifik ... 81

10. Tabulasi Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas VII Sesuai Pendekatan Saintifik ... 82

(9)

xvi

12. Tabulasi Biodata Guru Kelas VII Sekolah Menengah Pertama ... 90

(10)
(11)
(12)
(13)

Moto

Dan sesungguhnya Allah akan menolong siapa yang menolong agamanya.

Sesungguhnya Alah Maha Perkasa lagi Maha Kuasa”

(Al Hajj: 40)

Jadilah sabar dan sholat sebagai penolong mu

(Q.S Al-Baqarah: 153)

Tidak ada yang sia-sia jika kita terus berusaha, tawakal, dan istiqomah karena

Allah SWT selalu menemani setiap langkah kita

(14)

Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku kepada:

Ibu dan Ayahku, yang telah membesarkan dan mendidik ku dengan segala doa terbaik dari mereka, keikhlasan, kesabaran dan kasih sayang yang selalu menguatkanku, mendukung

segala langkah ku menuju kebahagiaan dan kesuksesan.

Kiay ku Ayuni Cancerini, S.Pd., kiay Rojib Irsandie, dan daing Arbi Munandar yang telah memberiku semangat dan doa tulus untuk keberhasilanku dan Seluruh keluarga tercinta ku,

yang selalu mendoakan, dan menyayangiku.

Teman-teman terbaikku Mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2011, yang selalu menyemangatiku, membantuku dalam kesulitan, ini merupakan kesempatan yang paling

berharga dalam berjuang bersama kalian.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 5 Mei 1993, yang merupakan anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Munandar dengan Ibu Mardiana.

Email/HP ardinameisyi@gmail.com/082282077765.

Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu menyelesaikan TK PTPN VII Kedaton

Bandar Lampung (1997), SD Negeri 1 Labuhan Ratu Bandar Lampung (1998-2004), SMP Negeri 8 Bandar Lampung (2005-2008), SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung (2009-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

(16)

xi

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Profil Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran IPA Berdasarkan Kurikulum 2013 (Studi Deskriptif pada Guru IPA Kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II dan Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

(17)

xii

7. Bapak dan ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis

dengan berbagai ilmu pengetahuan;

8. Guru-guru SMPN 1 Bandar Lampung, SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 13

Bandar Lampung, terima kasih kerjasamanya selama penelitian ini;

9. Timku, Septia Dies Nurcahyani S.Pd., dan Junaidi atas semangat kebersamaan, motivasi, dan kerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini;

10. Sahabatku tercinta Septia Dies Nurcahyani, S.Pd., Intania Riska Putrie S.Pd., Emily Prihatina Yama, Dwi Agusliani, dan Emi Rodhiyatun dan

teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi 2011, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;

11. Teman-teman PPL dan KKN Nuraini, S.Pd., Wulandari, S.Pd., Ratih Yunita Sari, S.Pd., Ratih Novita, S.Pd., Ika Nurul Sannah, S.Pd., Indri Eka Septiani, S.Pd., Dian Maharani, S.Pd., Suhanda dan Edi Parlindungan yang selalu

memberikan semangat dan doa;

12. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu pendidikan yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari data publikasi terbaru

Pearson Education 2014 (dalam Barber dan John, 2014: 21), ranking

pendidikan Indonesia menempati posisi paling rendah (nomor 40) dari ranking 40 negara di dunia dalam sistem pendidikan pada tahun 2013 dan 2014.

Pemeringkatan tersebut dapat dilihat dari skor pendidikan tingkat tinggi dan tes sekolah internasional. Pada survey Programme for International Study Assessment (PISA) 2012 (dalam Gurria, 2014: 7), menempatkan Indonesia

sebagai salah satu negara dengan peringkat terendah dalam pencapaian mutu pendidikan. Pemeringkatan tersebut dapat dilihat dari skor yang dicapai

pelajar usia 15 tahun dalam kemampuan membaca, matematika, dan sains.

Menyadari akan hal tersebut, pemerintah Indonesia perlu melakukan reformasi pada bidang pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting

dalam menciptakan kehidupan manusia yang cerdas, damai, tentram, terbuka, dan demokratis (Ramli, 2013: 236). Pentingnya reformasi pendidikan sebagai

(19)

2

mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Adanya reformasi tersebut diharapkan dapat memberikan perubahan positif

pada pendidikan Indonesia dalam meningkatkan mutu literasi sains siswa yang saat ini masih rendah. Rendahnya mutu sains siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA di sekolah-sekolah Indonesia telah mengabaikan

proses kepemilikan literansi sains siswa (Syaadah, 2013: 1). Rendahnya literasi siswa tersebut disebabkan oleh kurikulum, pembelajaran, dan asesmen

IPA di Indonesia yang mengedepankan dimensi konten dan melupakan dimensi konteks serta proses. Hal tersebut dapat mengindikasikan rendahnya

kualitas siswa Indonesia, terutama dalam memecahkan masalah-masalah secara ilmiah dan situasi nyata dan memecahkan permasalahan lingkungan (Firman, 2007: 32).

Berdasarkan kondisi tersebut salah satu penyebab rendahnya kualitas siswa

dan mutu pendidikan Indonesia adalah guru. Guru merupakan unsur utama dalam pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Sidi (dalam Waslaluddin dan Iyon, 2011: 48), bahwa guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan

misi pendidikan di lapangan merupakan faktor sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan efisien.

Guru berperan tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik.

(20)

3

siswa agar menjadi manusia susila yang aktif, kreatif, cakap, dan mandiri

(Asril, 2012: 10).

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 guru dituntut untuk dapat

mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan siswa untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Kosasih, 2014: 12).

Pengembangan kurikulum 2013 menitikberatkan pada perubahan penataan pola pikir, pedalaman dan perluasan materi, dan penguatan proses. Guru harus

memiliki kreatifitas dalam melakukan pembelajaran dikarenakan pada jenjang SMP diterapkan pembelajaran IPA terpadu (Kemendikbud, 2013b): 12).

Pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu

memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri

berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan

(Sulistyorini, 2007: 8). Pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan standar

proses dan pendekatan saintifik.

Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan standar proses satuan

pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

(21)

4

psikologis siswa (Kemendikbud, 2013a): 1). Hakikat pada kurikulum 2013

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) (Kemendikbud, 2013b):

12).

Hasil penelitian Arizuan (2011: 54-56), menunjukkan bahwa kemampuan guru sains SMP kelas IX dalam pelaksanaan pembelajaran 60% guru berkriteria

tinggi dan 40 % guru berkriteria sedang. Hasil penelitian Susanti (2011: 34-35), menunjukkan kemampuan guru sains SMP kelas VII dalam pelaksanaan pembelajaran pada membuka pembelajaran bervariasi yaitu 30% guru

berkriteria tinggi, 30% guru berkriteria sedang dan 40% berkriteria rendah, dan dalam menutup pelajaran yaitu 40% guru berkriteria tinggi, 60% guru

berkriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dasar guru masih lemah, hanya sedikit para guru yang kreatif akibatnya proses pembelajaran yang dilakukan masih belum sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

Pelaksanaan pembelajaran IPA di Indonesia saat ini umumnya masih

menerapkan teacher centered, guru hanya mengajarkan IPA sebagai produk tanpa mengedepankan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, peneliti sangat

(22)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana profil guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA

berdasarkan kurikulum 2013 ?”

Rincian Rumusan Masalah :

1. Apakah profil guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pada kelas VII

SMP Negeri di Bandar Lampung berdasarkan kurikulum 2013 sudah sesuai standar proses ?

2. Apakah profil guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pada kelas VII

SMP Negeri di Bandar Lampung berdasarkan kurikulum 2013 sudah sesuai pendekatan saintifik ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Profil guru IPA kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung dalam

pelaksanaan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sesuai dengan standar proses.

2. Profil guru IPA kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung dalam

(23)

6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pelaksanaan proses pembelajaran sesuai standar proses dan pendekatan saintifik, serta sebagai informasi mengenai kualitas pembelajaran.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan pembelajaran

bagi peneliti sebagai calon guru untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan standar proses dan pendekatan saintifik.

3. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai pelaksanaan proses pembelajaran sesuai standar

proses dan pendekatan saintifik.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan diteliti maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Subyek penelitian ini adalah SMP Negeri di Bandar Lampung yang

(24)

7

2. Profil mengajar guru yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana

guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA sesuai standar proses dan pendekatan saintifik.

3. Sumber data diperoleh dari lembar instrumen pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran dan lembar biodata guru.

F. Kerangka Fikir

Dalam pendidikan kedudukan guru mempunyai arti penting. Arti penting

tersebut dilihat dari tugas dan tanggung jawab guru dalam rangka

mencerdaskan siswanya. Hal demikian menghendaki seorang guru untuk

melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat membantu dalam menjelaskan tugasnya dalam interaksi edukatif.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran.

Kompetensi yang dimaksudkan yaitu meliputi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.

Kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu latar belakang pendidikan guru, pelatihan yang pernah diikuti, dan pengalaman mengajar guru. Keprofesionalan guru salah satunya berupa kemampuan yang harus dimiliki dalam melaksanakan proses pembelajaran

(25)

8

menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Sehingga

pada akhirnya guru dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Untuk memperjelas isi dari kerangka pikir, maka dibuat bagan sebagai berikut:

Guru

Pelatihan Pengalaman Mengajar

Pembelajaran IPA Standar

Proses

Pendekatan Saintifik

Lulusan Berkualitas Latar Belakang Pendidikan

(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Guru

Menurut KBBI (dalam Depdiknas, 2005: 1386), profil didefinisikan sebagai

ikhtisar atau gambaran yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Kusnandar, 2007: 54). Jadi, profil guru adalah ikhtisar

atau gambaran mengenai pendidik profesional yang berperan dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan hingga pendidikan menengah.

Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (dalam

Kusnandar, 2007: 54-55), profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan

khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (1) memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk

(27)

10

tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

(6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan

perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang

dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak deskriminatif, dan

berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,

nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk dapat: (1) merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar mengajar, (3) menilai

kemajuan kegiatan belajar mengajar, dan (4) menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya bagi

penyempurnaan perencanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Basrowi,

2006: 3).

Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif

(Kusnandar, 2007: 55). Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam

(28)

11

pendidikan (dalam Musfah, 2011: 30), yaitu: pedagogis, kepribadian, sosial,

dan profesional.

a. Kompetensi Pedagogis

Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di

masa depan. Menurut BSNP (dalam Musfah, 2011: 30-31), yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah :

Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a)pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang siswa; (c)

pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Menurut BSNP (dalam Musfah, 2011: 42-43), kompetensi kepribadian yaitu “Kemampuan kepribadian yang : (a) berakhlak mulia; (b) mantap,

stabil dan dewasa; (c) arif dan bijaksana; (d) menjadi teladan; (e)

mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan diri; dan (g) religius”.

c. Kompetensi Sosial

Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan

(29)

12

dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus

berjiwa sosial tinggi,mudah bergaul, dan suka menolong. Bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memedulikan orang-orang

disekitarnya (Musfah, 2011: 52).

Menurut BSNP (dalam Musfah, 2011: 52-53), kompetensi sosial

merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a)

berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa; dan (d) bergaul

secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional

Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru tidak

sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait pelajaran yang diampunya. Menurut

BSNP (dalam Musfah, 2011: 54), kompetensi profesional adalah :

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran, secara luas dan mendalam

yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d)

penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

(30)

13

Menurut Uzer (dalam Uno, 2008: 20-21), terdapat tiga jenis tugas guru yakni

tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik dalam arti

meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti

mengembangkan keterampilan siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat

memahami siswa dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai mahluk bermain (homoludens), sebagai mahluk remaja/berkarya (homopither), dan

sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens). Membantu siswa dalam mentransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu

peserta dalam mengidentifikasikan diri siswa itu sendiri.

Secara khusus tugas guru dalam proses pembelajaran tatap muka sebagai Berikut :

1) Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran

a. Tugas manajerial: menyangkut fungsi adminstrasi (memimpin kelas), baik internal maupun eksternal yaitu berhubungan dengan siswa, alat perlengkapan kelas (material), dan tindak-tindakan profesional.

b. Tugas edukasional: menyangkut fungsi mendidik, bersifat motivasional, pendisiplinan dan sanksi sosial (tindakan hukuman).

c. Tugas Instruksional: menyangkut fungsi mengajar, bersifat penyampaian materi, pemberian tugas-tugas pada siswa, dan

(31)

14

2) Tugas pengajar sebagai pelaksana (Executive Teacher)

Secara umum tugas guru sebagai pelaksana pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi

bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar tercapai hasil yang baik. Sedangkan secara khusus, tugas guru sebagai pengelola proses

pembelajaran sebagai berikut.

a. Menilai kemajuan program pembelajaran.

b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar

sambil bekerja (learning by doing).

c. Mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan

alat-alat belajar.

d. Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas. e. Mengkomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke siswa.

f. Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu. g. Bertindak sebagai manusia sumber.

h. Membimbing pengalaman siswa sehari-hari.

i. Mengarahkan siswa agar mandiri (memberi kesempatan siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru).

j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal (Uno, 2008: 21-22).

B. Standar Proses

Dalam lampiran Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang standar proses

(32)

15

proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan

pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses dikembangkan mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi yang

telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

A. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran menurut Kemendikbud (2013a): 5), dirancang dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber

belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Kemendikbud (2013a): 8), pelaksanaan pembelajaran merupakan

(33)

16

1. Kegiatan Pendahuluan

Berdasarkan Permendikbud no. 65 tahun 2013 (dalam Kemendikbud, 2013a): 8-9), dalam kegiatan pendahuluan guru :

a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat

dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan

internasional;

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan

e. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan,

yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta

(34)

17

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,

media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan

tematik, atau tematik terpadu, atau saintifik, dan atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project basedlearning) disesuaikan

dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan (Kemendikbud, 2013a): 9).

a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang

dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong

siswa untuk melakuan aktivitas tersebut (Kemendikbud ,2013a): 9). b. Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini

memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan

belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya

(35)

18

disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) (Kemendikbud, 2013a): 9).

c. Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik

dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga

penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis

penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning), dan

pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning)(Kemendikbud, 2013a): 9).

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup berdasarkan Permendikbud no.65 tahun 2013 (dalam Kemendikbud, 2013a): 10), guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat

langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

(36)

19

d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

C. Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang

bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 2008: 18).

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi

yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah

(Mulyasa, 2013: 66). Kurikulum 2013 juga dikatakan sebagai serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP)

(Kurniasih dan Berlin, 2014: 7).

Karakteristik kurikulum 2013 adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun kompetensi siswa dari mulai jenjang SD,

SMP, SMA/SMK, dan PT (Kosasih, 2014: 15). Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan

(37)

20

sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan

teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal,

antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif (Kurniasih dan Berlin, 2014: 7).

Dalam kurikulum 2013 mengembangkan dua model pembelajaran yaitu: a. Proses pembelajaran langsung adalah proses yang mengembangkan

pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan motorik siswa melalui

interaksi langsung dengan sumber belajar yan dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut

siswa melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran

langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau disebut instructional effect.

b. Pembelajaran tidak langsung adalah proses yang tidak dirancang dalam

kegiatan khusus dan diharapkan terjadinya perubahan pada diri siswa, sebagai dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran langsung.

Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Pengembangan sikap dilakukan seluruh mata pelajaran dan dalam

(38)

21

intrakurikuler dan ekstrakurikuler diharapkan selalu terkait dengan sikap

(Kosasih, 2014: 7).

Pada kurikulum 2013 guru berperan memberikan kemudahan-kemudahan, yakni dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan

siswa untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru

mengembangkan kesempatan belajar kepada siswa untuk meniti anak tangga yang membawa kepada kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula

dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Dalam

hal ini, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator di dalam proses

interaksi belajar siswa. Guru menggunakan metode dan media mengajar secara

variasi sesuai dengan tujuan belajar, kompetensi siswa, dan kondisi

lingkungannya. Adapun siswa menjadi pengkaji aktif terhadap sumber-sumber belajar melalui berbagai aktivitas: menyimak, membaca, berdiskusi,

mengobservasi, bereksperimen, berpresentasi, kerja lapangan, pengerjaan proyek, dan beragam aktivitas lainnya (Kosasih, 2014: 12).

D. Pendekatan Saintifik

1. Definisi Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada

peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ini menekankan bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja. Jadi tidak bergantung pada informasi

(39)

22

diarahkan untuk mendorong peserta diklat dalam mencari tahu dari berbagai

sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar (teori Bruner, teori Piaget, dan teori

Vygotsky). Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar, pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan

pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, pebelajar akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual

yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan

adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan

dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik (Kemendikbud, 2012: 17).

Kaidah-kaidah pendekatan ilmiah bercirikan penonjolan dimensi

pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang

suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses

pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini: 1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena

(40)

23

guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran 4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi didik.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran, 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan,

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui

coba-coba, dan asal berpikir kritis (Kemendikbud, 2012: 16).

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Nur, 2002: 12). Dalam proses pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah keterampilan

menggamit transformasi substansi agar peserta didik tahu tentang

“bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi agar

peserta didik tahu tentang “apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan

keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup

secara layak (hard skills) dalam kualitas “aparatur” dari peserta diklat yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

(41)

24

Kemendikbud (2012: 21-22), mengatakan bahwa pendekatan ilmiah

(scientific approach) dalam pembelajaran meliputi : menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian, mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar,

menyimpulkan, dan, mencipta. Beberapa materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara

prosedural. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini: a. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta diklat senang dan

tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak

terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang

tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran

yang digunakan oleh guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:

1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi,

2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi,

(42)

25

4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi,

5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar,

6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

b. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk

meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia

membimbing atau memandu peserta dikdiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong peserta didik itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar

yang baik.

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari

bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena

atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud

Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan

sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah

(43)

26

lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan

mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran titik tekannya

tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif

daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran

ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan

terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara guru dengan peserta

didik. Pola interaksi itu dilakukan melalui Stimulus dan Respons. Teori ini dikembangan berdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang

kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses

pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R) (Nur, 2002: 16)

(Kemendikbud, 2012: 21-22). Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar guru dapat dilakukan

dengan cara berikut ini:

(44)

27

2. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

3. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

5. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. 6. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang

diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

7. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. 8. guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan

memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

e. Mengkomunikasikan

Guru yang menggunakan pendekatan saintifik diharapkan memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok

peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

(45)

28

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta diklat

harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran untuk IPA, misalnya, peserta

didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari juga memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu

menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari (Kemendikbud, 2012: 23).

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)

menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang

relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)

membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan (Kemendikbud, 2012: 23).

3. Penerapan Pendekatan Saintifik

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan

(46)

29

memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan

baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam),

mengecek kehadiran para peserta didik dan menanyakan ketidakhadiran peserta didik apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman peserta

didik terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh peserta didik. Dalam

kegiatan ini guru harus mengupayakan agar peserta didik yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan peserta

didik yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat

menggugah timbulnya pertanyaan pada diri peserta diklat (Kemendikbud, 2012: 25).

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience)

peserta didik. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan peserta didik secara

terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum

(47)

30

prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Kedua, pengayaan materi

pelajaran yang dikuasai peserta didik. Ada empat sifat kelas atau pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dua sifat berkenaan dengan

perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses

pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran

dengan pendekatan saintifik kolaboratif (Kemendikbud, 2013a): 27). 1. Guru dan Peserta didik Saling Berbagi Informasi

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dengan kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu

pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih

banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar melainkan memberi instruksi (Kemendikbud, 2013a): 27).

2. Berbagi Tugas dan Kewenangan

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan

kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka

sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antar sesama, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif

(48)

31

3. Guru sebagai mediator

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan

informasi baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta diklat jika mereka mengalami kejenuhan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar

(Kemendikbud, 2013a): 27).

4. Kelompok peserta didik yang heterogen

Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik yang tumbuh dan

berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas pendekatan saintifik dengan kolaboratif peserta didik dapat

menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di

dalam heterogenitas peserta didik (Kemendikbud, 2013a): 27).

E. Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

(49)

32

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA

perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan (BSNP, 2006: 271).

Berdasarkan karakteristiknya, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak

hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk

memproduksi atau menjelaskan berbagai fenomena berbeda. Adapun karakteristik belajar IPA menurut Djojosoediro (2010: 7), dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.

2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).

Misalnya: observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.

3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu

pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh

(50)

33

4. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal

seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita

lakukn semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.

5. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang

harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan,

memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda , dan

mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain.

Selain itu pembelajaran IPA juga memiliki prinsip utama. Menurut Sutrisno, Mustika dan Haratua (2008: 5), lima prinsip utama dalam pembelajaran IPA tersebut yaitu:

1. Pengetahuan kita tentang dunia disekitar dimulai dari pengalaman baik secara indrawi maupun non-indrawi.

2. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, sehingga

perlu diungkap selama proses pembelajaran.

3. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten

dengan pengetahuan para ilmuwan.

4. Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data konsep, lambang, dan

relasi dengan konsep lain.

(51)

34

Menurut Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan

anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan

keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan,

mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Selain itu, pembelajaran IPA yang baik juga harus

mengaitkan IPA dengan kebutuhan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa

ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa

(52)

35

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri di Bandar Lampung pada semester

genap tahun ajaran 2014/2015. Waktu penelitian pada bulan April 2015.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri di Bandar Lampung yang menggunakan kurikulum 2013. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh dengan teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling (Setyosari, 2010: 192). Maka sampel penelitian ini adalah SMP Negeri yang menggunakan kurikulum 2013, yaitu SMP Negeri 1 Bandar Lampung, SMP Negeri 2 Bandar Lampung, dan SMP Negeri 13 Bandar

Lampung dengan jumlah enam guru yang mengajar di kelas VII.

C. Desain Penelitian

(53)

36

pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 pada kelas VII SMP Negeri di

Bandar Lampung.

D. Prosedur Penelitian

Langkah-Langkah Penelitian: 1. Pra Penelitian

a. Mendata jumlah sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 di Bandar Lampung.

b. Menentukan subyek penelitian, yakni SMP Negeri yang menggunakan kurikulum 2013 di Bandar Lampung.

b. Menentukan sampel penelitian.

c. Membuat surat izin penelitian di FKIP untuk dibawa ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

d. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu lembar biodata guru kelas VII mata dan lembar instrumen

pelaksanaan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Merekam proses pembelajaran menggunakan rekaman video dengan 2 kali pengamatan pada masing-masing guru.

b. Melakukan observasi proses pembelajaran dengan menggunakan lembar instrumen pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses

dan pendekatan saintifik.

(54)

37

d. Memberikan lembar biodata guru kepada guru kelas VII mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam.

e. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui kesesuaian

pembelajaran dengan standar proses dan pendekatan saintifik.

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi

tentang pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang diperoleh dari analisis lembar instrumen pelaksanaan pembelajaran yang

dibandingkan standar proses dan pendekatan saintifik, serta lembar biodata guru.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data yaitu:

a. Lembar observasi

Lembar observasi terdiri dari instrumen pelaksanaan pembelajaran

sesuai dengan standar proses dan pendekatan saintifik. Pada penelitian ini, observasi dilakukan dua kali pada setiap guru untuk mengetahui kesesuain pelaksanaan pembelajaran dengan standar

(55)

38

b. Lembar biodata guru

Lembar biodata guru digunakan untuk mengetahui biodata dan latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan

pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti guru guna menunjang data penelitian.

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan berisi data-data lain yang tidak tercantum pada

lembar observasi, yang mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran.

d. Dokumentasi

Dokumentasi berupa video pembelajaran digunakan untuk melihat proses pembelajaran pada tiap guru.

Adapun pelaksanaan penelitiannya secara terperinci dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pelaksanaan Pengambilan Data Penelitian

No Jenis Data (Kompetensi)

Sumber Data Teknik Pengambilan Data Waktu Pengambilan standar proses dan pendekatan saintifik.* pernah diikuti guru guna menunjang data penelitian.

Pada saat sebelum penelitian dilaksanakan

*) penilaian dibantu oleh rekaman video pada saat proses pembelajaran.

(56)

39

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dianalisis dan disesuaikan dengan standar proses dan pendekatan saintifik dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang terdiri dari 38 aspek

(33 aspek kesesuaian dengan standar proses dan 5 aspek keseuaian dengan pendekatan saintifik). Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor 1

(satu) jika terlaksana dengan kriteria tersebut dan 0 (nol) jika tidak terlaksana. Data yang diperoleh dari analisis lembar instrumen

pelaksanaan pembelajaran yang berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisis lembar observasi pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah sebagai berikut. Analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 186) adalah:

Kualitas Pembelajaran 100 Keterangan:

n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel

Informasi yang berhasil dikumpulkan melalui lembar penilaian disajikan dalam bentuk penguraian kuantitatif dan kualitatif. Untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh maka digunakan kriteria sebagai

(57)

40

Tabel 2. Kriteria penilaian pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 sesuai dengan standar proses

No. Rentang Skor Interval Kategori

1 25- 33 83%-100% Tinggi

2. 17- 24 51%-82% Sedang

3. 9-16 26%-50% Rendah

4. 0-8 0%- 25% Kurang

Sumber: dimodifikasi dari Ali (1992: 189)

Sedangkan kriteria kemampuan guru kelas VII yang mengajar IPA dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan saintifik adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. Kriteria penilaian pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 sesuai dengan pendekatan saintifik

No. Skor Interval Kategori

1 5 100% Tinggi

1. 3-4 51%-80% Sedang

2. 2 26%-50% Rendah

3. 0-1 0%-25% Kurang

(58)

67

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa

profil guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013 SMP Negeri di Bandar Lampung sudah sesuai dengan standar proses dan pendekatan saintifik. Hal ini didasarkan pada temuan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA pada kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung yang dilaksanakan oleh keenam guru sampel sudah sesuai dengan standar

proses kurikulum 2013 dengan persentase skor rata-rata 66,41% dalam kategori

sedang.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPA pada kelas VII SMP Negeri di Bandar Lampung

yang dilaksanakan oleh keenam guru sampel sudah sesuai dengan pendekatan

saintifik kurikulum 2013 dengan persentase skor rata-rata 53,33% dalam

kategori sedang.

B. Saran

Pada penelitian ini, peneliti menemukan kekurangan-kekurangan, sehingga

peneliti menyarankan sebaiknya:

1. Bagi guru kelas di SMP, sebaiknya lebih banyak mengikuti pelatihan mengenai

(59)

68

2. Untuk penelitian deskriptif, diperlukan adanya referensi dari berbagai sumber,

sehingga peneliti tidak merasakan kesulitan untuk menyatakan fakta-fakta yang

ada di lapangan bersesuaian atau tidak bila dilihat dari berbagai teori yang ada.

3. Bagi calon peneliti, observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh

guru-guru sampel seharusnya dilaksanakan lebih dari dua kali, hal ini akan

(60)

69

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. 247 hlm. Asril, Z. 2012. Micro Teaching disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan.

Rajawali Pers. Jakarta. 208 hlm.

Arizuan, U. P. 2011. Profil Kemampuan Mengajar Guru Sains Kelas IX Berdasarkan Standar Proses pada SMP Berstandar Nasional di Bandar Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 87 hlm. Barber. S. M. Dan John. F. 2014. The Learning Curve Education and Skills for

Life. (Online). (http://thelearningcurve.pearson.com/index/index-ranking, diakses pada Jum’at 12 Desember 2014; 09.35 WIB). 24 hlm.

Basrowi, H. M. 2006. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jenggala Pustaka Utama. Kediri. 321 hlm.

BSNP. 2006. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta. 23 hlm.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 1386 hlm.

. 2007. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta. 14 hlm.

Djamarah, S. B. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 434 hlm. Djamarah, S. B. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi.

Rineka Cipta. Jakarta. 226 hlm.

Djojosoediro, W. 2010. Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD. (Online). (http://tpardede.wikispace.com.pdf, di akses pada Jum’at 26 Desember 2014; 10.30 WIB). 60 hlm.

(61)

70

Gurria. A. 2014. PISA 2012 Result in Focus What 15-year-olds Know and What They Can Do With What They Know. (Online). (http://www.oecd.org/ pisa/ keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf, di akses pada Jum’at 12 Desember 2014; 09.35 WIB). 42 hlm.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 242 hlm. . 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 256 hlm.

Khalifah. 2009. Menjadi Guru yang Dirindu. Ziya Media. Surakarta. 216 hlm. Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum

2013. Yrama Widya. Bandung. 170 hlm.

Kurniasih, I dan B. Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013. Kata Pena. Jakarta. 126 hlm.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 439 hlm.

Kemendikbud. 2012. Panduan kurikulum 2013 dan Pendidikan. Depdiknas. Jakarta. 16 hlm.

. 2013a). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud. Jakarta. 12 hlm.

. 2013b). Pengembangan Kurikulum 2013. Depdiknas. Jakarta. 115 hlm.

. 2013c). Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No.81/A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Kemendikbud. Jakarta. 48 hlm.

. 2013d). Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No.81/A Tahun 2013 Tentang Langkah Pendekatan Saintifik.

Kemendikbud. Jakarta. 17 hlm.

Marasabessy, A. 2012. Analisis Pengelolaan Pembelajaran yang dilakukan oleh Guru yang Sudah Tersetrifikasi dan yang Belum Tersertifikasi pada Pembelajaran IPA di Kelas V Sekolah Dasar. (Jurnal). Jakarta. UPI. Vol. 13 No. 1, April 2012.

(62)

71

Musfah, J. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 278 hlm.

Nur, M. dan Wikandari. 2002. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. UNESA-press. Surabaya. hlm.

Ramli, W. W., 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. 251 hlm.

Rohani, HM. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 245 hlm. Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar. Rajagrafindo

Persada. Jakarta. 236 hlm.

Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Edisi Kedua. Kencana. Jakarta. 295 hlm.

Sulistyorini, S. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Tiara Wacana. Yogyakarta. 352 hlm.

Suryani, N dan L. Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Ombak. Yogyakarta. 210 hlm.

Susanti, R. B. 2011. Profil Kemampuan Membuka dan Menutup Pelajaran pada Guru Sains Kelas VII Berdasarkan Standar Proses pada SSN di Bandar Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53 hlm. Sutrisno, L., P.S. Mustika, dan M.S. Haratua. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.

Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 87 hlm.

Syaadah, E. 2013. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air dan Kesehatan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Artikel.

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 14 hlm.

Uno, H. B. 2008. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta. 232 hlm.

Waslaludin, dan S. Iyon. 2011. Analisis Kemampuan Merencanakan,

Mengimplementasikan, dan Merefleksi Pembelajaran IPA-Fisika dalam Kegiatan Lesson Study. (Online). (http://file.upi.edu/Direktori

/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/196302071991031WASLALUDDIN/ Analisis%20Kemampuan%20pd%20Keg%20LS_%20Waslaluddin.pdf, di akses pada 16 Januari 2015; 11.15 WIB). 56 hlm.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Pelaksanaan Pengambilan Data Penelitian
Tabel 3. Kriteria penilaian pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013                  sesuai dengan pendekatan saintifik

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 91 dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi di Sekolah Dasar Alam Bandung.. Adapun gejala tertentu yang

Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan di atas tampak bahwa pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang diintegrasikan dalam mata pelajaran

autumn of 1851, Hawthorne and his family shifted to the little town of West. Newton,

Raw food, expecially meat, poultry and seafood, and their juices, can contain dangerous microorganisms which may be transferred onto other foods during food

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara deskriptif mengenai perilaku yang berhubungan dengan aktivitas makan bajing tiga warna pada siang hari di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha pada pengelolaan hutan rakyat, mempelajari sistem pengelolaan hutan rakyat, mengetahui pola

Modul Guru Pembelajar Bahasa Inggris Kelompok Kompetensi Profesional F 39 Banyak contoh teks naratifyang dapat dilihat di cerita rakyat.. Berikut ini ada beberapa cerita

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Maria pada tahun 2007 dalam tesisnya yang berjudul “peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap