• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III POTRET PENGADILAN AGAMA TUBAN DAN PENGADILAN

D. Kompetensi Relatif dan Absolut Pengadilan Agama

Kata “kompetensi” berasal dari bahasa Belanda “Competentie”,kadang-kadang

diterjemahkan dengan “kewenangan” dan terkadang dengan “kekuasaan”.18

Kekuasaan atau kewenangan peradilan kaitanya adalah dengan hukum acara,

menyangkut dua hal, yaitu: “Kekuasaan Relatif” dan “Kekuasaan Absolut”.

a. Kompetensi Relatif Pengadilan Agama

Kekuasaan relatif diartikan sebagai kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan satu tingkatan. Misalnya, Pengadilan Agama Tuban dan Pengadilan Agama Bojonegoro. Kedua pengadilan ini sama satu jenis yaitu

17

Laporan Tahunan 2014 Pengadilan Agama Tuban, h. 12-13

18

A. Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum (Hukum Islam, Hukum Barat, dan Hukum Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang Surut Lembaga Peradilan Agama Hingga Lahirnya Peradilan Syariat Islam Aceh, (Jakarta: Kencana, 2010), Ed. 1., Cet. 2., h. 145

sama linkungan Peradilan Agama dan satu tingkatan, yakni sama-sama tingkat pertama.

Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 1989 berbunyi: “Pengadilan

Agama berkedudukan di kotamadya atau di ibu kota kabupaten, dan daerah

hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten”.19

Dari pernyataan pasal ini dapat diketahui bahwasanya tiap-tiap Pengadilan Agama memiliki

wilayah hukum tertentu atau dikatakan mempunyai “yuridiksi relatif”

tertentu yang dalam hal ini meliputi satu kota madya atau satu kabupaten. Yuridiksi relatif mempunyai arti penting sehubungan dengan ke Pengadilan Agama mana orang akan mengajukan perkaranya dan sehubungan dengan hak eksepsi tergugat.20 Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih antar Pengadilan yang satu dengan Pengadilan lainnya dalam menangani perkara serta orang-orang tidak akan bingung ke Pengadilan Agama mana dia akan mengajukan perkaranya untuk mencari keadilan.

Berbicara tentang wilayah, maka kondisi obyektif Kabupaten Tuban yang juga menjadi wilayah hukum atau yuridiksi Pengadilan Agama Tuban adalah sebagai berikut:

19

Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. 10., h. 26

20

1. Letak geografis

Bujur Timur : 111˚30’ - 112˚35’

Lintang Selatan : 6˚40’ - 7˚18’

2. Luas dan batas-batas wilayah

Secara administrasif Kabupaten Tuban luas wilayahnya mencapai 1.839,94 Km² dengan panjang pantai 65 Km, luas lautan 22.608 Km yang terdiri dari 20 kecamatan, 17 Kelurahan dan 311 desa dengan batas-batas:

Utara : Laut Jawa Timur : Kab. Lamongan Selatan : Kab. Bojonegoro

Barat : Propinsi Jawa Tengah (Kab. Rembang) 3. Jumlah penduduk

Berdasarkan data statistik tahun 2013 (karena data tahun 2014 belum keluar) dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban, jumlah penduduk Kabupaten Tuban sebanyak 1.290.394 jiwa dengan komposisi laki-laki 645.264 jiwa, perempuan berjumlah 645.130 jiwa dan sebanyak 1.143.680 (88,63 %) jiwa beragama Islam.21

Sedangkan kondisi obyektif Pengadilan Agama Bojonegoro adalah memiliki wilayah hukum seluas wilayah Kabupaten Bojonegoro itu sendiri,

21

yaitu 2.307 Km². Adapun wilayah hukum atau yuridiksi Pengadilan Agama Bojonegoro adalah sebagai berikut:

1. Letak geografis

Bujur Timur : 111˚251’ - 112˚691’

Lintang Selatan : 6˚591’ - 7˚371’

2. Luas dan batas-batas wilayah

Secara administrasif Kabupaten Bojonegoro luas wilayahnya mencapai 2.307 Km² terdiri dari 27 kecamatan dan terdiri dari 430 desa atau kelurahan dengan batas-batas:

Utara : Kab. Tuban Timur : Kab. Lamongan

Selatan : Kab. Nganjuk, Madiun dan Jombang Barat : Kab. Blora dan Ngawi

3. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro adalah 1.165.401 jiwa yang terdiri dari Laki-laki : 582.118 jiwa dan Perempuan : 583.283 jiwa.

Pengadilan Agama Tuban dan Pengadilan Agama Bojonegoro memiliki beberapa kesamaan, diantaranya adalah keduanya berada di wilayah provinsi Jawa Timur, berada dibawah PTA Surabaya dan dalam pengklasifikasian kelas yang sama yaitu Pengadilan Agama Kelas 1A.

Untuk menentukan kompetensi relatif setiap Pengadilan Agama dasar hukumnya adalah berpedoman pada ketentuan Undang-undang Hukum Acara Perdata. Dalam pasal 54 UU No. 7 Tahun 1989 ditentukan bahwa acara yang berlaku pada lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada lingkungan Peradilan Umum. Oleh karena itu, landasan untuk menentukan kewenangan relatif Pengadilan Agama merujuk pada Pasal 118 HIR atau Pasal 142 R.Bg jo Pasal 66 dan Pasal 73 UU No. 7 Tahun 1989.22

Pasal 118 ayat (1) HIR menganut asas bahwa pengadilan yang berwenang menerima dan menyelesaikan perkara adalah pengadilan tempat kediaman Tergugat, hal ini berkaitan dengan kompetensi relatif di Pengadilan Umum. Sedangkan menurut ketentuan pasal 66 UU No. 7 Tahun 1989 ditegaskan bahwa kompetensi relatif dalam bentuk cerai talak, pada prinsipnya ditentukan oleh faktor kediaman Termohon. Kecuali, jika Termohon dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin Pemohon atau bertempat tinggal diluar negeri, maka kompetensi relatif jatuh kepada Peradilan Agama di daerah hukum tempat kediaman Pemohon.23 Hal inilah yang membedakan Pengadilan Umum dengan Pengadilan Agama dalam hal pengajuan perkara.

22

Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), Ed. 1., Cet. 2., h. 104

23

b. Kompetensi Absolut Pengadilan Agama

Kekuasaan absolut artinya kekuasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan lainnya, misalnya, Pengadilan Agama berkuasa atas perkara perkawinan bagi mereka yang beragama islam sedangkan bagi yang selain islam menjadi kekuasaan Peradilan Umum.24

Tentang kewenangan mengadili bidang-bidang apa saja yang diberikan Negara (Undang-undang) kepada Pengadilan Agama, peraturannya tertuang didalam pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Pertama Atas UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah pula dengan UU No. 50 Tahun 2009.25 Sesuai dengan ketentuan pasal yang dimaksud, maka ukuran atau patokan yang perlu diperhatikan dalam penentuan kewenangan absolut Peradilan Agama adalah:

a) Subyeknya, yaitu orang-orangnya yang beragama Islam atau badan hukum Islam. Atau orang-orang yang tidak beragama Islam atau badan hukum non Islam akan tetapi menundukkan dirinya terhadap ketentuan

syari’at Islam.

24

Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama di Indonesia Dalam Rentang Sejarah dan Pasang Surut, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. 1., h,204

25

Taufik Hamami, Peradilan Agama dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Pasca Amandemen Ke Tiga UUD 1945, h. 178

b) Bidang perkaranya, yaitu bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq dan shadaqah serta ekonomi syariah.26

Adapun yang dimaksud dengan “ekonomi syari’ah” adalah perbuatan

atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antara lain

meliputi bank syari’ah, lembaga keuangan mikro syari’ah, asuransi syari’ah, reasuransi syari’ah, reksa dana syari’ah, obligasi dan surat berharga

berjangka menengah syari’ah, sekuritas syari’ah, pembiayaan syariah, pegadaian syari’ah, dana pensiun lembaga keuangan syari’ah dan bisnis

syari’ah.27

Mengingat Pengadilan Agama Tuban dan Pengadilan Agama Bojonegoro merupakan Pengadilan Kelas IA, maka jumlah perkara yang ditangani cukup lah banyak. Dalam hal ini dapat diketahui rekapitulasi perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Tuban selama dua tahun terakhir adalah sebagai berikut:28

26

Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama,

Buku II, Edisi Revisi 2010, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, (Jakarta: t.p., 2010), h. 67

27

Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan: Suatu Kajian Dalam Sistem Peradilan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1., Cet. 1, h. 250-251

28

Rekapitulasi Perkara Pengadilan Agama Tuban, diakses pada tanggal 28 Desember 2014 pukul 15:30 dari http://infoperkara.badilag.net

Tahun 2013 Tahun 2014

No Bulan Jumlah

Perkara No Bulan

Jumlah Perkara

1 Januari 307 Perkara 1 Januari 298 Perkara

2 Februari 275 Perkara 2 Februari 264 Perkara

3 Maret 239 Perkara 3 Maret 276 Perkara

4 April 279 Perkara 4 April 255 Perkara

5 Mei 257 Perkara 5 Mei 200 Perkara

6 Juni 239 Perkara 6 Juni 334 Perkara

7 Juli 286 Perkara 7 Juli 241 Perkara

8 Agustus 162 Perkara 8 Agustus 240 Perkara

9 September 294 Perkara 9 September 322 Perkara

10 Oktober 263 Perkara 10 Oktober 303 Perkara

11 November 255 Perkara 11 November 249 Perkara

12 Desember 184 Perkara 12 Desember 213 Perkara

Total 3.140 Perkara Total 3.195 Perkara

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 perkara yang telah diputus sebanyak 3.140 yang dapat dirinci menurut jenis perkara sebagai berikut:29

1. Sisa perkara tahun lalu : 630 Pkr (Tahun 2012) 2. Perkara yang diterima : 3.129 Pkr (Tahun 2013)

3. Jumlah : 3.759 Pkr

29

4. Dicabut : 154 Pkr

5. Dikabulkan : 2.986 pkr

Dengan perincian sebagai berikut: a. Perkawinan

Yang meliputi: Ijin Poligami 12 Pkr, Cerai Talak 1.264 Pkr, Cerai Gugat 1.422 Pkr, Harta Bersama 3 Pkr, Pengasuhan Anak 12 Pkr, Perwalian 16 Pkr, Asal-usul Anak 5 Pkr, Itsbat Nikah 2 Pkr, Dispensasi Nikah 160 Pkr, Wali Adhol 14 Pkr.

b. P3HP/Penetapan Ahli waris : 1 Pkr

c. Lain-lain : 5 Pkr

d. Ditolak : 12 Pkr

e. Tidak diterima : 22 Pkr

f. Gugur : 27 Pkr

g. Dicoret dari Register : 9 Pkr

Sedangkan pada tahun 2014 perkara yang telah diputus sebanyak 3.195 perkara yang dapat dirinci menurut jenis perkara sebagai berikut:30

1. Sisa perkara tahun lalu : 619 Pkr (Tahun 2013) 2. Perkara yang diterima : 3.227 Pkr (Tahun 2014)

3. Jumlah : 3.846 Pkr

4. Dicabut : 192 Pkr

30

5. Dikabulkan : 3.003 pkr Dengan perincian sebagai berikut:

a. Perkawinan

Yang meliputi: Ijin Poligami 14 Pkr, Cerai Talak 1.224 Pkr, Cerai Gugat 1.412 Pkr, Harta Bersama 4 Pkr, Pengasuhan Anak 13 Pkr, Pengesahan Anak 4 Pkr, Perwalian 24 Pkr, Asal-usul Anak 7 Pkr, Itsbat Nikah 10 Pkr, Dispensasi Nikah 183 Pkr, Wali Adhol 15 Pkr.

b. Kewarisan : 3 Pkr

c. P3HP/Penetapan Ahli waris : 6 Pkr

d. Lain-lain : 9 Pkr

e. Ditolak : 11 Pkr

f. Tidak diterima : 21 Pkr

g. Gugur : 36 Pkr

h. Dicoret dari Register : 7 Pkr

Adapun rekapitulasi perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Bojonegoro selama dua tahun terakhir adalah sebagai berikut:31

Tahun 2013 Tahun 2014

No Bulan Jumlah

Perkara No Bulan

Jumlah Perkara

1 Januari 366 Perkara 1 Januari 331 Perkara

31

Rekapitulasi Perkara Pengadilan Agama Bojonegoro, diakses pada tanggal 28 Desember 2014 pukul 14:32 dari http://infoperkara.badilag.net

2 Februari 320 Perkara 2 Februari 246 Perkara

3 Maret 271 Perkara 3 Maret 272 Perkara

4 April 266 Perkara 4 April 257 Perkara

5 Mei 310 Perkara 5 Mei 199 Perkara

6 Juni 270 Perkara 6 Juni 312 Perkara

7 Juli 280 Perkara 7 Juli 276 Perkara

8 Agustus 209 Perkara 8 Agustus 219 Perkara

9 September 285 Perkara 9 September 277 Perkara

10 Oktober 342 Perkara 10 Oktober 308 Perkara

11 November 217 Perkara 11 November 255 Perkara

12 Desember 193 Perkara 12 Desember 242 Perkara

Total 3.329 Perkara Total 3.194 Perkara

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 perkara yang telah diputus oleh Pengadilan Agama Bojonegoro sebanyak 3.329 yang dirinci menurut jenis perkara sebagai berikut:32

1. Sisa perkara tahun lalu : 767 Pkr (Tahun 2012) 2. Perkara yang diterima : 3.262 Pkr (Tahun 2013)

3. Jumlah : 4.029 Pkr

4. Dicabut : 129 Pkr

5. Dikabulkan : 3.200 pkr

Dengan perincian sebagai berikut:

32

a. Perkawinan

Yang meliputi: Ijin Poligami 7 Pkr, Cerai Talak 1.035 Pkr, Cerai Gugat 1.780 Pkr, Harta Bersama 1 Pkr, Pengasuhan Anak 1 Pkr, Perwalian 3 Pkr, Asal-usul Anak 1 Pkr, Itsbat Nikah 20 Pkr, Dispensasi Nikah 232 Pkr, Wali Adhol 29 Pkr.

b. Kewarisan : 1 Pkr

c. P3HP/Penetapan Ahli waris : 17 Pkr

d. Lain-lain : 23 Pkr

e. Ditolak : 6 Pkr

f. Tidak diterima : 4 Pkr

g. Gugur : 35 Pkr

h. Dicoret dari Register : 5 Pkr

Sedangkan pada tahun 2014 perkara yang telah diputus sebanyak 3.194 perkara yang dirinci menurut jenis perkara sebagai berikut:33

1. Sisa perkara tahun lalu : 700 Pkr (Tahun 2013) 2. Perkara yang diterima : 3.218 Pkr (Tahun 2014)

3. Jumlah : 3.918 Pkr

4. Dicabut : 144 Pkr

5. Dikabulkan : 3.050 pkr

Dengan perincian sebagai berikut:

33

a. Perkawinan

Yang meliputi: Ijin Poligami 8 Pkr, Pembatalan Perkawinan 1 Pkr, Cerai Talak 994 Pkr, Cerai Gugat 1.716 Pkr, Harta Bersama 2 Pkr, Perwalian 6 Pkr, Itsbat Nikah 13 Pkr, Dispensasi Nikah 211 Pkr, Wali Adhol 14 Pkr

b. P3HP/Penetapan Ahli waris : 11 Pkr

c. Lain-lain : 16 Pkr

d. Ditolak : 4 Pkr

e. Tidak diterima : 3 Pkr

f. Gugur : 42 Pkr

g. Dicoret dari Register : 9 Pkr

Dapat disimpulkan, bahwa wewenang mutlak (kompetensi absolut) Peradilan Agama tidak hanya bidang hukum keluarga bagi orang-orang yang beragama islam saja, akan tetapi segala bentuk kegiatan usaha yang dilakukan berdasarkan pada hukum Islam pun merupakan kewenangan mutlak dari Pengadilan Agama.

70 BAB IV

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn DAN PUTUSAN NOMOR 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn

A. Profil Perkara Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn

1. Duduk Perkara

Pemohon (Zusa Iswara bin Slamet), umur 30 tahun, tempat tinggal Ds. Kedungrojo, Kec. Plumpang, Kab. Tuban, telah mengajukan permohonan cerai talak satu raj’i terhadap Termohon (Indriani binti Darjo), umur 29 tahun, tempat tinggal Ds. Sumur Jalak, Kec. Plumpang, Kab. Tuban, melalui Pengadilan Agama Tuban yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Tuban Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn.

Pemohon dan Termohon adalah suami-isteri sah yang perkawinannya tercatat di KUA Kec. Plumpang pada tanggal 28 Desember 2013 dengan Kutipan Akta Nikah Nomor 770/60/XII/2013. Setelah menikah Pemohon dan Termohon membina rumah tangga dirumah orang tua Termohon selama 1 bulan, kemudian tinggal dirumah Pemohon selama 5 bulan. Jadi Pemohon dan Termohon telah hidup berumah tangga selama 6 bulan dan telah melakukan hubungan suami-isteri, akan tetapi belum dikaruniai anak.

Sekitar bulan Januari tahun 2014, ketentraman rumah tangga Pemohon dengan Termohon mulai goyah yang ditandai dengan sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang sulit untuk didamaikan lagi. Adapun

penyebabnya adalah sikap Termohon yang merasa kurang atas nafkah yang diberikan oleh Pemohon, dikarenakan Pemohon memiliki tanggungan lain yang harus dibayar, sehingga hanya sebagian dari penghasilan Pemohon saja yang diberikan kepada Termohon. Keadaan seperti ini terjadi terus menerus hingga bulan Juni tahun 2014 yang mengakibatkan Termohon merasa tidak sanggup lagi hidup bersama Pemohon dan meminta Pemohon untuk mengantarkan Termohon pulang kerumah orang tuanya.

Sejak Termohon diantar pulang kerumah orang tuanya oleh Pemohon, maka diantara keduanya terjadi perpisahan selama 2 bulan yang mana hal tersebut mengakibatkan Pemohon menderita lahir batin dan tidak sanggup lagi meneruskan rumah tangganya dengan Termohon. Oleh sebab itulah Pemohon mengajukan permohonan cerai talak ini terhadap Termohon. Selama proses persidangan berlangsung, Pemohon dan Termohon hadir sendiri di persidangan. Ketua Majelis melalui mediator telah mengusahakan perdamaian, akan tetapi tidak berhasil dan Pemohon tetap mempertahankan permohonannya. Sedangkan Termohon pun mengakui semua keterangan dan dalil-dalil permohonan Pemohon serta tidak keberatan dengan permohonan talak Pemohon.

Untuk menguatkan permohonannya, Pemohon mengajukan bukti tertulis berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah dari KUA Kec. Plumpang Nomor 770/60/XII/2013 dan menghadirkan dua orang saksi (Muqoddar bin

Kardiono dan Badi’ bin Sutrisno) yang memberikan keterangannya di bawah sumpah dan membenarkan permohonan Pemohon.

2. Pertimbangan Majelis Hakim

Berdasarkan keterangan Pemohon, jawaban Termohon dan keterangan saksi-saksi yang didengar pada saat persidangan, maka ditemukan fakta bahwa Pemohon dan Termohon adalah pasangan suami-isteri yang sah dan hidup rukun selama 6 bulan serta tidak dikaruniai anak. Sejak Januari 2014 antara Pemohon dengan Termohon telah terjadi pertengkaran terus menerus yang disebabkan oleh Termohon kurang atas nafkah yang diberikan oleh Pemohon dikarenakan Pemohon mempunyai tanggungan yang harus dibayar, sehingga cuma sebagian dari penghasilannya saja yang diberikan kepada Termohon. Karena alasan tersebut akhirnya mereka berpisah tempat tinggal selama 2 bulan dan tidak ada komunikasi yang baik sebagaimana layaknya suami isteri.

Fakta diatas telah menjadi bukti bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah tidak rukun dan harmonis lagi serta tidak akan bisa mencapai tujuan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 1/1974 jo. QS. Ar-Rum ayat 21. Oleh karenanya rumah tangga yang demikian itu telah terbukti memenuhi Pasal 19 huruf (f) PP Nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.

Selain berdasarkan aturan diatas, rumah tangga semacam ini sesuai pula dengan Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 229 yang berbunyi:

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuk) adalah dua kali, maka (apabila masih

dapat diperbaiki) tahanlah dengan cara yang baik (dan bila tidak bisa

diperbaiki) pisahlah dengan cara yang baik (pula)”.

Berdasarkan atas dasar pertimbangan tersebut diatas, maka permohonan Pemohon telah terbukti dan beralasan hukum. Oleh sebab itu permohonan Pemohon dapat dikabulkan.

Perkara ini termasuk dalam lingkup perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, maka biaya perkara harus dibebankan kepada Pemohon.

3. Amar Putusan

Setelah melalui tahapan-tahapan dan proses pemeriksaan, Pengadilan Agama Tuban memberikan putusan tanggal 18 September 2014 M atau 22 Zulkaidah 1435 H. Nomor 1781/Pdt.G/2014/PA.Tbn. yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1) Mengabulkan permohona Pemohon.

2) Memberi ijin kepada Pemohon (Zusa Iswara bin Slamet) untuk

menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (Indriani binti Darjo) di depan sidang Pengadilan Agama Tuban.

3) Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.391.000,- (tiga ratus Sembilan puluh satu ribu rupiah). 1

B. Profil Perkara Nomor 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn

1. Duduk Perkara

Pemohon bernama Prijo Admawanto bin Kasbi sebagai Aparat Kelurahan (kaur umum) melawan Termohon bernama Endah Dwi Arini binti Djaswadi sebagai ibu rumah tangga. Pemohon telah mengajukan surat

permohonan cerai talak satu raj’i kepada Termohon yang telah di daftarkan

di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bojonegoro pada tanggal 15 Januari 2014 di bawah nomor register 154/Pdt.G/2014/PA.Bjn. yang pada pokoknya dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pada tanggal 17 September 1997, Pemohon dan Termohon telah melangsungkan akad nikah di tempat kediaman Pemohon di Krajan Rt.07/02 Ds. Panemon, Kec. Sugihwaras, Kab. Bojonegoro. Pernikahan tersebut dilangsungkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah KUA Kec. Sugihwaras, Kab. Bojonegoro sebagaimana dalam Kutipan Akta Nikah Nomor 260/37/IX/1997.

Setelah menikah Pemohon dan Termohon membina rumah tangga di rumah orang tua Termohon selama 5 tahun, kemudian pindah kerumah sendiri selama 11 tahun 3 bulan. Selama pernikahan Pemohon dan

1

Termohon telah melakukan hubungan suami-isteri dan dikaruniai 1 anak (Ananta).

Dalam surat permohonannya, Pemohon mengemukakan alasan mengapa dia mengajukan cerai talak terhadap Termohon. Adapun alasan tersebut adalah sebagaimana berikut:

a. Semula rumah tangga Pemohon dengan Termohon berjalan rukun dan harmonis, akan tetapi sejak tahun 2013 rumah tangga tersebut mulai goyah karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran.

b. Penyebab perselisihan dan pertengkaran tersebut adalah Termohon merasa kurang atas nafkah yang diberikan oleh Pemohon, selain itu juga Termohon telah mengakui berselingkuh dengan PIL.

c. Telah terjadi perpisahan antara Pemohon dengan Termohon sejak bulan Januari tahun 2013 dan telah berlangsung selama 1 bulan. Selama perpisahan tersebut tidak ada hubungan lagi diantara keduanya baik lahir maupun batin.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, Pemohon merasa sudah tidak sanggup lagi mempertahankan rumah tangganya dengan Termohon serta berharap kepada Pengadilan Agama Cq. Majelis Hakim yang memeriksa permohonan ini memberikan putusan sebagai berikut:

2. Memberi ijin kepada Pemohon (Prijo Admawanto bin Kasbi) untuk

menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (Endah Dwi Arini binti Djaswadi) di depan sidang Pengadilan Agama Bojonegoro.

3. Membebankan biaya perkara kepada Pemohon.2

Selama proses persidangan berlangsung, Pemohon dan Termohon hadir sendiri di muka sidang. Ketua Majelis memerintahkan Pemohon dan Termohon untuk menempuh proses mediasi dengan mediator Drs. H. Moch. Bahrul Ulum, M.H., akan tetapi tidak berhasil dan Pemohon tetap mempertahankan permohonannya. Sedangkan Termohon pun mengakui semua keterangan dan dalil-dalil permohonan Pemohon serta tidak keberatan dengan permohonan talak Pemohon.

Untuk menguatkan permohonannya, Pemohon mengajukan bukti tertulis berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah dari KUA Kec. Sugihwaras Nomor 260/37/IX/1997, fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon Nomor 3522070211690001 serta menghadirkan dua orang saksi (Gatot Subroto bin Jaswadi dan Suwiji bin Kasiyan) yang memberikan keterangannya di bawah sumpah dan membenarkan permohonan Pemohon. 2. Pertimbangan Hukum

Berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (1) dan (2) beserta penjelasannya dan Pasal 66 ayat (2) UU Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana

2

telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU Nomor 50 Tahun 2009 dan sesuai bukti fotokopi KTP, maka perkara ini menjadi kewenangan Pengadilan Agama Bojonegoro.

Majelis Hakim telah berupaya mendamaikan kedua belah pihak melalui proses mediasi diluar persidangan akan tetapi tidak berhasil. Upaya mediasi ini sesuai dengan ketentuan Pasal 82 ayat (1) dan (2) UU Nomor 7 Tahun 1989, sebagaimana ketentuan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008.

Berdasarkan bukti tertulis berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor 260/37/IX/1997 tanggal 17 Desember 1997 yang ditandatangani oleh Pegawai Pencatat Nikah KUA Kec. Sugihwaras Kab. Bojonegoro, bukti tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (3) UU Nomor 13 Tahun 1985 dan Pasal 1888 KUHPerdata, maka terbukti antara Pemohon dan Termohon telah terikat dalam perkawinan yang sah.

Adapun alasan yang melatar belakangi permohonan Pemohon untuk

menjatuhkan talak satu raj’i kepada Termohon adalah sering terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara Pemohon dan Termohon yang disebabkan Termohon merasa kurang atas nafkah yang diberikan oleh Pemohon, selain itu Termohon juga mengakui perselingkuhannya dengan PIL. Akibat dari pertengkaran tersebut maka terjadilah perpisahan tempat tinggal hingga sekarang selama 3 bulan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut

dan diperkuat dengan keterangan para saksi, maka permohonan Pemohon dinyatakan terbukti.

Melihat realita tersebut, Majelis Hakim menilai bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon telah terpecah belah dan susah untuk di damaikan kembali, sehingga tujuan di syariatkan perkawinan sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam yaitu membina rumah tangga yang bahagia lahir batin sangat sulit diwujudkan. Oleh sebab itulah maka Majelis Hakim harus segera memberikan jalan keluarnya yaitu perceraian (ikrar talak) sebagaimana yang dikehendaki oleh Pemohon. Hal ini sejalan dengan petunjuk Allah dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 227 yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya: “Dan jika mereka telah bertetap hati untuk talak maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, permohonan Pemohon juga telah memenuhi ketentuan Pasal 39 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 1974 dan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, maka permohonan Pemohon patut untuk dikabulkan.

Pasal 149 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa seorang suami yang menjatuhkan talak kepada isterinya dibebani membayar

Dokumen terkait