• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.3 Perbandingan Hasil Pengujian Metode

4.3.2 Perbandingan hasil pengujian berdasarkan Big Theta

4.3.2.1 Kompleksitas Metode SMART

(lanjutan) C*# (lanjutan) 25 C4 a2w C4 a2w 26 C3 a2w C3 a2w 27 C4 a2w C4 a2w Keterangan : Konstanta = C1, C2, C3, C4, C5, C6

Variabel = a merupakan variabel untuk alternatif dan w merupakan variabel untuk bobot. Maka : T(n) = 4C1 + C2a + C2 a2 + C3 a2 + 2C4 a2 + C5 a2 + C2 a2w + 2C3 a2w + 8C4 a2w + 6C6 a2w T(n) = 4C1 + C2a + (C2 + C3 + 2C4 + C5) a2 + (C2 + 2C3 + 8C4 + 6C6) a2w T(n) = Θ a2w

4.3.2.1. Kompleksitas Metode SMART

Perhitungan kompleksitas pada Metode SMART akan disajikan pada Tabel 4.12 berikut

Tabel 4.12 Kompleksitas Metode SMART

No. C # C*# 1 C1 1 C1 2 C2 1 C2 3 C3 1 C3 4 C3 aw C3 aw 5 C4 aw C4aw Keterangan : Konstanta = C1, C2, C3, C4, C5, C6

Variabel = a merupakan variabel untuk alternatif dan w merupakan variabel untuk bobot.

Maka :

49

T(n) = C1 + C2 + C3 + (C3 + C4) aw T(n) = Θ(aw)

Dari Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa kompleksitas Metode ELECTRE lebih besar daripada kompleksitas Metode SMART dimana kompleksitas Metode ELECTRE menghasilkan variabel Θ a2w dan kompleksitas Metode SMART menghasilkan variabel Θ(aw).

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis, perancangan, implementasi, pengujian dan perbandingan antara metode ELECTRE dan SMART pada Sistem pendukung keputusan kelayakan calon anggota DPRD dapat disimpulkan bahwa :

1. Sistem dapat menghasilkan rangking calon anggota yang mendaftar untuk mendapatkan suatu keputusan yang disarankan.

2. Kedua metode menghasilkan rangking alternatif terbaik yang berbeda dimana pada metode ELECTRE diperoleh Alternatif ke-5 sebagai alternatif terbaik, sedangkan pada metode SMART adalah Alternatif Ke-2 sebagai alternatif terbaik. 3. Sistem menyimpulkan bahwa metode SMART lebih unggul dalam waktu proses,

dimana membutuhkan waktu rata-rata 1.063 ms Sedangkan metode ELECTRE membutuhkan waktu rata-rata 1.441 ms.

4. Berdasarkan kompleksitas dari Metode ELECTRE dan SMART, Metode ELECTRE mempunyai kompleksitas yang besar dimana menghasilkan variabel Θ(a2

w) sedangkan Metode SMART menghasilkan variabel Θ(aw).

51

5.2. Saran

Setiap penelitian tentu tidak lepas dari kekurangan dan terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, oleh karena itu penulis memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat penulis sarankan adalah sebagai berikut :

1. Mengingat perkembangan teknologi yang semakin maju dan memudahkan para pengguna, maka diharapkan untuk peneliti selanjutnya Agar mengembangkan sistem ini berbasis Mobile, agar memberikan keefisienan bagi pengguna dalam hal mengakses aplikasi.

2. Dalam hal tampilan, seiring berkembangnya teknologi tentunya berpengaruh pada adaptasi pengguna dengan aplikasi, untuk itu penulis menyarankan Agar membuat tampilan yang lebih user friendly.

2.1. Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support Sistem (DSS) merupakan sebuah sistem untuk mendukung para pengambil keputusan Manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. DSS dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka (Alit. 2012).

Dalam bukunya terbitan Tahun 1977, simon menguraikan istilah keputusan menjadi Keputusan terprogram dan Keputusan tak terprogram Keputusan terprogram yaitu bersifat berulang-ulang dan rutin. pada suatu tingkat tertentu dan prosedur telah di tetapkan untuk menanganinya sehingga ia dianggap suatu denovo (yang baru) setiap kali terjadi. Keputusan tak terprogram yaitu bersifat baru, tidak terstruktur, dan biasanya tidak urut. Ia juga menjelaskan bahwa dua jenis keputusan tersebut hanyalah kesatuan ujung yang terangkai secara hitam putih, sifatnya begitu kelabu atau tak jelas, namun demikian konsep keputusan terprogram dan tak terprogram sangatlah penting, karna masingmasing memerlukan teknik yang berbeda. Kontribusi Simon yang lain adalah penjelasan mengenai empat fase yang harus di jalani oleh Manajer dalam menyelesaikan masalah, fase tersebut adalah :

a. Aktivitas intelegensi, yaitu mencari kondisi dalam lingkungan yang memerlukan pemecahan.

b. Aktivitas disain, yaitu menemukan, mengembangkan, dan menganalisis kemungkinan tindakan yang akan dilakukan.

c. Aktivitas pemilihan, yaitu menentukan cara tindakan cara tertentu dari beberapa cara yang sudah ada.

7

d. Aktivitas peninjauan kembali, yaitu memberikan penilaian terhadap pilihan yang telah dilakukan (Saliman, 2010).

Sedangkan menurut Mintzberg terkenal dengan teorinya mengenai peranan manajerial, teori ini mengemukakan sepuluh peranan manajerial yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu interpersonal, informasional, desisional. Peranan informasonal mengemukakan bahwa manajer mengumpulkan dan menyebarkan informasi, dan peranan desisional mengemukakan bahwa manajer menggunakan informasi dalam pembuatan berbagai jenis keputusan. Ada empat peranan desisional menurut mintzberg :

a. Pengusaha, ketika manajer berperan sebagai pengusaha (entrepreneur) maka peningkatan hal ini yang bersifat permanent diabadikan sebagai organisasi.

b. Orang yang menangani gangguan, ketika menajer berperan sebagai orang yang menangani gangguan (disturbace handler), maka ia akan memecahkan masalah yang belum di antisipasi. Ia membuat keputusan untuk merespon gangguan yang timbul seperti perubahan ekonomi, ancaman dari pesaing, dan adanya peraturan pajak baru.

c. Pengalokasi sumber, dengan peranan sebagai pengalokasi sumber (resorce alocator), manajer diharapkan mampu menentukan pembagian sumber organisasi kepada berbagai unit yang ada misalnya pembuatan keputusan untuk menetapkan anggaran operasi tahunan.

d. Negosiator, dalm peran sebagai negosiator (negotiator), manajer mengatasi perselisihan yang muncul dalam perusahaan dan perselisihan yang terjadi antara perusahaan dan lingkungannya (Kusnidar, 2010).

DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang, DSS yang seperti itu disebut aplikasi DSS. Aplikasi DSS digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi DSS menggunakan Computer Based Information Systems (CBIS) yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. DSS lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan

pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia (Tampubolon, 2010).

Tujuan adanya SPK, untuk mendukung pengambil keputusan memilih alternatif hasil pengolahan informasi dengan model-model pengambil keputusan serta untuk menyelesaikan masalah yang bersifat semi terstruktur dan tidak terstruktur. SPK dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah. SPK dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan atau dioperasikan dengan mudah oleh orang yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi dan bersifat alternatif, serta SPK dirancang dengan menekankan pada aspek kemampuan adaptasi yang tinggi (Putra, 2015).

2.2 Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan

Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan dapat dijelaskan melalui General Block Diagram seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan 2.2.1. Subsistem Manajemen Data

Subsistem Manajemen Data memasukkan satu database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan kondisi. Dikelola oleh perangkat lunak yang disebut Sistem Manajemen Database (DBMS/Data Management System).

9

Subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut ini: - Data Internal - Database - Data Eksternal - Data Privat - Data Ekstraksi - SistemManajemenDatabase. 2.2.2. Subsistem Manajemen Model

Subsistem dari manajemen model dari Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari elemen-elemen berikut ini:

- Basis Model - Eksekusi Model - Integrasi Model

- Perintah (Command Processor Model). 2.2.3. Subsistem Antarmuka Pengguna

Istilah antarmuka pengguna mencakup semua aspek komunikasi antara pengguna dan sistem. Cakupannya tidak hanya perangkat keras dan perangkat lunak, tapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan kemudahan pengunaan, kemampuan untuk dapat diakses, dan interaksi manusia-mesin.

2.2.4. Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan

Subsistem ini mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai suatu komponen independen yang memberikan intelegensi untuk memperbesar pengetahuan si pengambil keputusan (Theorema, 2011).

2.3. Metode SMART

SMART merupakan metode pengambilan keputusan multi kriteria yang dikembangkan oleh Edward pada tahun 1977. Teknik pengambilan keputusan multi kriteria ini didasarkan pada teori bahwa setiap alternatif terdiri dari sejumlah kriteria yang memiliki nilai – nilai dan setiap kriteria memiliki bobot yang menggambarkan seberapa penting ia dibandingkan dengan kriteria lain. Pembobotan ini digunakan untuk menilai setiap alternatif agar diperoleh alternatif terbaik. SMART menggunakan

linear additive model untuk meramal nilai setiap alternatif. SMART merupakan metode pengambilan keputusan yang fleksibel. SMART lebih banyak digunakan karena kesederhanaanya dalam merespon kebutuhan pembuat keputusan dan caranya menganalisa respon. Analisa yang terlibat adalah transparan sehingga metode ini memberikan pemahaman masalah yang tinggi dan dapat diterima oleh pembuat keputusan.

2.3.1 Teknik Metode SMART

Adapun langkah-langkah penyelesaian metode SMART adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah kriteria

2. Sistem secara default memberikan skala 0-100 berdasarkan prioritas yang telah diinputkan kemudian dilakukan normalisasi.

Normalisasi = (1)

Keterangan :

wj : bobot suatu kriteria : total bobot semua kriteria 3. Memberikan nilai kriteria untuk setiap alternatif.

4. Hitung nilai utility untuk setiap kriteria masing-masing. ui(i) = 100( � − )

( � − )% (2)

Keterangan :

ui(ai) : nilai utility kriteria ke-1 untuk kriteria ke-i Cmax : nilai kriteria maksimal

Cmin : nilai kriteria minimal Cout i : nilai kriteria ke-i 5. Hitung nilai akhir masing-masing.

ui(i) = �= (�) (3)

Pemilihan keputusan adalah mengidentifikasi mana dari n alternatif yang mempunyai nilai fungsi terbesar (Kustianingsih. 2010).

11

2.4. Metode ELECTRE

Metode ELECTRE merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep perangkingan dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode ELECTRE digunakan pada kondisi dimana alternatif yang kurang sesuai dengan kriteria dieliminasi, dan alternatif yang sesuai dapat dihasilkan. Dengan kata lain, ELECTRE digunakan untuk kasus-kasus dengan banyak alternatif namun hanya sedikit kriteria yang dilibatkan. Suatu alternatif dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya melebihi (dibandingkan dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan kriteria lain yang tersisa (Putra, 2015).

Metode ELECTRE berasal dari Eropa pada tahun 1960an. ELECTRE adalah akronim dari Eliminated Et Choix Traduistant la Realite atau dalam bahasa Inggris berarti Elimination and Choice Expressing Reality.

Menurut Janko dan Bernoider (2005:1), ELECTRE merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode ELECTRE digunakan pada kondisi dimana alternatif yang kurang sesuai dengan kriteria dieliminasi dan alternatif yang sesuai dapat dihasilkan. Dengan kata lain ELECTRE digunakan untuk kasu-kasus dengan banyak alternatif namun hanya sedikit kriteria yang dilibatkan. (Akshareari, 2013). 2.4.1 Teknik Metode ELECTRE

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian masalah menggunakan metode ELECTRE adalah sebagai berikut:

a. Normalisasi matrik keputusan.

Pertama yang dilakukan dalam metode ELECTRE adalah membentuk perbandingan berpasangan setiap alternatif pada setiap kriteria (aij). Nilai tersebut harus dinormalisasikan ke dalam suatu skala yang dapat diperbandingkan(xij ):

Xij=

= ; untuk i=1,2,3…,m dan j=1,2,3,..,n (4) b. Menentukan Tabel

Setelah dinormalisasi, langkah yang dilakukan oleh pengambil keputusan adalah memberikan bobot (faktor kepentingan) pada setiap kriteria yang

mengekspresikan kepentingan relatifnya (wi)dengan cara setiap kolom dari matriks X dikalikan dengan bobot-bobot yang ditentukan oleh pembuat keputusan.

c. Menentukan Matriks Concordance dan Discordance Index

Langkah yang ketiga adalah menentukan himpunan dari concordance dan Discordance, untuk setiap pasang dari alternatif k dan l (k.l =1,2,3,…,m dan k≠l) kumpulan kriteria j dibagi menjadi dua himpunan bagian, yaitu concordance dan Discordance. Bilamana sebuah kriteria dalam suatu alternatif termasuk concordance adalah:

Ckl={j| }; untuk j=1,2,3,…,N (5) Sebaliknya, komplementer dari himpunan bagian ini adalah Discordance, yaitu bila:

Dkl={j| < }; untuk j=1,2,3,…,N (6) d. Menetukan matriks concordance dan Discordance.

Langkah yang ke-empat adalah menetukan matriks concordance dan Discordance. Untuk menetukan nilai dari elemen-elemen pada matriks concordance adalah dengan menjumlahkan bobot-bobot yang termasuk dalam himpunan bagian concordance, secara matematisnya adalah sebagai berikut:

Ckl= ∑j€Cklwj, untuk j=1,2,3…,N (7) Untuk menetukan nilai dari elemen-elemen pada matriks Discordance adalah dengan membagi maksimum selisih nilai kriteria yang termasuk dalam himpunan bagian Discordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada, secara matematisnya adalah :

dkl = − �

{| |}∀ (8) e. Menetukan matriks dominan concordance dan Discordance.

Selanjutnya adalah menetukan matriks dominan concordance dan Discordance. Dominasi matriks concordance dibangun dengan menggunakan nilai threshold

13

untuk indeks concordance, yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen matriks concordance dengan nilai threshold hanya akan memiliki kesempatan untuk mendominasi jika indeks concordance yang sesuai melebihi setidaknya pada nilai threshold tertentu yaitu :

Ckl=c (9)

Nilai threshold dapat ditentukan sebagai rata-rata indeks concordance, dengan nilai threshold adalah :

c= �(�− ) = = (10)

Berdasarkan nilai threshold, nilai setiap element matrik F sebagai matrik dominan concordance ditentukan sebagai berikut:

Fkl=1, jika Cklc

Fkl=0, jika Cklc (11)

demikian pula, dominasi matriks Discordance didefinisikan dengan menggunakan nilai threshold dimana didefinisikan sebagai berikut:

d =

�(�− ) =

= (12)

di mana nilai setiap elemen untuk matriks G sebagai matriks dominan Discordance ditentukan sebagai berikut:

gkl=1, jika Cklc

gkl=0, jika Cklc (13)

f. Menentukan matrik dominan agregat sebagai matrik E

Selanjutnya adalah menentukan matrik dominan agregat sebagai matrik E, yang setiap elemennya merupakan perkalian antara element matrik F dengan element matrik G , sebagai berikut :

ekl = fkl x gkl (14)

g. Mengeleminasi alternatif.

Matrik E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila ekl=1 maka alternatif Ak merupakan pilihan yang lebih baik daripada Al. sehingga baris dalam

matrik E yang memiliki jumlah ekl=1 paling sedikit dapat dieliminasi, dengan demikian alternatif terbaik adalah yang mendominasi alternatif lainnya (Veryana, 2014).

2.5. Partai

Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (UU No.2 Tahun 2008).

Partai politik adalah institusi yang dianggap penting dalam sistem demokrasi modern. Partai politik memainkan peran sentral dalam menjaga pluralisme ekspresi politik dan menjamin adanya partisipasi politik, sekaligus juga persaingan politik.

Secara umum Parpol adalah suatu organisasi yang disusun secara rapi dan stabil yang dibentuk oleh sekelompok orang secara sukarela dan mempunyai kesamaan kehendak, cita-cita, dan persamaan ideologi tertentu dan berusaha untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum untuk mewujudkan alternatif kebijakan atau program-program yang telah mereka susun.Tujuan parpol adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan program-program yang telah mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu (Firmanzah. 2011).

Menurut Prof Jimly Asshiddiqie, partai politik adalah pilar utama demokrasi. Oleh karena itu, sebuah partai politik harus kuat dan kokoh agar demokrasi yang ditopangnya menjadi kokoh pula. Itulah sebabnya diperlukan rambu-rambu hukum yang adil untuk mengatur tata cara pendirian dan pembubaran partai politik (Widayati, 2011).

2.5.1 DPRD (Legislatif)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang melaksanakan fungsi-fungsi pemerintah daerah sebagai mitra sejajar Pemerintah Daerah. Dalam Struktur pemerintahan daerah, DPRD berada di dua jenjang, yaitu di tingkat propinsi disebut DPRD Propinsi serta di tingkat Kabupaten/kota disebut DPRD Kabupaten/Kota (UU No.17 Tahun 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Komisi Pemilihan Umum Caleg atau Calon legislatif adalah orang yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (www.KPU.go.id).

Saat sekarang ini menjadi seorang anggota legislatif merupakan sebuah kebanggaan bagi sebagian kalangan, tercatat lebih kurang dua ratus ribu caleg DPRD tampil tiap periodenya bahkan lebih (Sahlan, 2015).

Mengingat banyaknya jumlah orang yang mendaftar menjadi calon anggota legislatif untuk suatu partai, maka diperlukan suatu pertimbangan atau kriteria khusus bagi pendaftar, agar didapatkan anggota legislatif yang betul-betul berkompeten, sehingga dapat menarik simpati dan mengemban amanah sebaik-baiknya.

Menurut Litlle, Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem informasi bebasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model. Kata berbasis komputer merupakan kata kunci, karena hampir tidak mungkin membangun Sistem Pendukung Keputusan tanpa memanfaatkan komputer sebagai alat bantu, terutama untuk menyimpan data serta mengelola model (Tampubolon, 2010).

Di bidang ilmu komputer, terdapat banyak metode yang dapat dikembangkan dan diimplementasikan dengan ilmu yang lain. Dalam hal ini, pemanfaatan ilmu komputer dalam penentuan kelayakan calon anggota DPRD dengan rangking terbaik.

Penentuan ini dikenal dengan istilah Sistem Pendukung Keputusan. Dan didalam Sistem Pendukung Keputusan terdapat beberapa metode yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Seperti metode Elimination and Chioce Expressing Reality/Elimination et Choix Tradusian la Realite (ELECTRE) Dan metode Simple Multi Attribute Rating Technique (SMART). Sehingga diharapkan akan tercipta suatu sistem pengambilan keputusan yang akurat. Dan kedua metode ini perlu dibandingkan apakah memberikan alternatif keputusan yang akurat sehingga si pengambil keputusan yakin telah menentukan pilihan terbaik. Dari permasalahan tersebut di atas, penulis akan mengembangkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan dengan bahasa pemrograman VB.Net yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan penentuan kelayakan calon anggota legislatif.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan keputusan terbaik dan efisien dengan cara membandingkan Metode SMART dengan Metode ELECTRE untuk memperoleh solusi optimal dari suatu masalah multi kriteria.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mendapatkan rangking keputusan terbaik dengan metode yang terbaik dengan cara membandingkan Metode SMART dengan Metode ELECTRE.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode perbandingan yang akan digunakan adalah metode ELECTRE dan SMART.

2. Parameter yang digunakan dalam perbandingan kedua metode ini adalah Running

time dan Big Theta.

3. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah VB.Net

4. Kriteria-kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagaimana dijelaskan pada table 1.1 dibelakang.

3

Tabel 1.1 Kriteria Calon Anggota

No. Kriteria

1. Kemampuan melobi 2. Pemahaman berorganisasi 3. Pemahaman terhadap partai 4. Ketokohan dalam masyarakat 5. Tujuan bergabung ke partai 6. Pendidikan

7. Usia 1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam menentukan calon anggota DPRD terbaik dengan metode SMART dan Metode ELECTRE.

1.6 Metodologi penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Melakukan studi kepustakaan melalui penelitian berupa buku mengenai sistem pedukung keputusan, jurnal dan artikel-artikel yang relevan.

b. Metode Penelitian

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan penelitian terhadap obyek yang nantinya akan diteliti mengenai penerapan metode yang dipakai dalam menentukan calon pendaftar terbaik.

c. Analisis dan perancangan

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada dan batasan masalah yang dimiliki dan menggunakan flowchart sebagai gambaran sistem sehingga dapat diperoleh rancangan yang terstruktur dan jelas. d. Implementasi

Metode ini dilaksanakan dengan mengimplementasikan rancangan sistem yang telah dibuat pada impelementasi sistem menggunakan bahasa pemrograman VB.Net.

e. Pengujian

Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengujian terhadap sistem dengan melakukan proses penetuan kelayakan calon pendaftar dan kemudian pengujian hasil identifikasinya yang telah di implementasikan.

f. Dokumentasi

Metode ini dilaksanakan dengan membuat dokumentasi dalam skripsi. 1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisikan penjelasan mengenai mengenai latar belakang masalah dari penelitian yang dilakukan beserta batasan atau ruang lingkupnya, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan penjelasan mengenai teori-teori dasar yang di pelajari guna mendukung penelitian seperti Sistem Pendukung Keputusan, Metode SMART dan ELECTRE.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisikan penjelasan mengenai analisis dan perancangan Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan Metode SMART dan ELECTRE. Model Unified Modeling Language (UML) yang digunakan antara lain adalah use case diagram, activity diagram, sequence diagram dan perancangan tampilan antarmuka sistem.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini mejelaskan mengenai hasil pengujian aplikasi dari penelitian berupa tampilan dari aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dalam Pemilihan Kelayakan Calon Anggota Legislatif menggunakan metode SMART dan ELECTRE.

5

Dokumen terkait