BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.8. Komplikasi Fibrilasi Atrium
or more
High (CHADS2 revised) or intermediate (CHADS2 classic)
Warfarin (INR 2.0-3.0), unless there are reasons to avoid it
Keputusan pemberian tromboprofilaksis perlu diseimbangkan dengan risiko perdarahan akibat antikoagulan, khususnya perdarahan intrakranial yang bersifat fatal atau menimbulkan disabilitas. Penggabungan skor CHADS2 dan HASBLED sangat bermafaat dalam keputusan tromboprofilaksis pada praktik sehari-hari.3
Tabel 3. Karakteristik HAS-BLED.10
Letter Clinical characteristic Point awarded
H Hypertension 1
A Abnormal renal and liver function (1 point each)
Maximum 9 points
2.8 Komplikasi Fibrilasi Atrium
Komplikasi FA dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas. misalnya pada pasien sindroma WPW dan konduksi yang cepat melalui jalur ektranodal yang memintas nodus atrioventrikular, dimana pada saat terjadi FA disertai pre-eksitasi ventrikular, dapat berubah menjadi fibrilasi ventrikel dan kematian mendadak. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada flutter atrial dengan laju irama ventrikel yang cepat dan tidak terkontrol dapat menyebabkan kardiomiopati.
Komplikasi yang paling sering muncul dan membahayakan adalah tromboemboli, terutama stroke.2
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Teori Fibrilasi atrium
• Adanya proses remodeling di atrium.
• Adanya gangguang mekanisme elektrofisiologis
Usia Terdiagnosis fibrilasi atrium berdasarkan
gambaran EKG
Diabetes melitus
Jenis kelamin
Stroke Gagal jantung
kongestif
Hipertensi
Hipertiroid
3.2 Kerangka Konsep
Gambar 3. Kerangka konsep
Karakteristik
• Jenis kelamin
• Usia
• Stroke
• Gagal jantung kongestif
• Hipertensi
• Diabetes mellitus
• Hipertiroid Fibrilasi atrium
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional pendekatan retrospective. Penelitian ini disebut studi deskriptif karena ingin mengetahui gambaran pasien fibrilasi atrium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Penelitian ini merupakan desain cross sectional karena subyek diukur atau dikumpulkan secara simultan yaitu pada waktu yang bersamaan dan pendekatan retrospective karena data merupakan rekam medis selama satu tahun sebelumnya di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
4.2 Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien yang menderita fibrilasi atrium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dalam masa waktu 1 Januari 2015-31 Desember 2015.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari rekam medis dengan kriteria inklusi
Kriteria inklusi:
Pasien yang didiagnosa sebagai fibrilasi atrium yang dirawat inap di Rumat Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada periode 1 Januari 2015-31 Desember 2015.
Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi total (total sampling).
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis penderita fibrilasi atrium selama tahun 2015 yang didapat di bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pada rekam medis tersebut dilihat variable yang diteliti yaitu jenis kelamin, usia, stroke, gagal jantung kongestif, hipertensi, diabetes melitus, penyakit tiroid sebagai karakteristik penderita fibrilasi atrium selama tahun 2015 lalu dilakukan pencatatan dan tabulasi.
4.5 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan telah dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan juga melakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada.
4.6 Definisi Operasional 1. Fibrilasi Atrium
a. Definisi operasional : Pasien yang didiagnosa oleh dokter menderita fibrilasi atrium berdasarkan
pemeriksaan EKG dengan gambaran gelombang p yang tidak jelas dan RR irreguler yang tercatat dilembar rekam medis
a. Cara ukur : Observasi b. Alat ukur : Tabulasi c. Skala ukur : Nominal
d. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita fibrilasi atrium
2. Jenis Kelamin
a. Definisi operasional : Jenis kelamin yang tercantum pada rekam medis sesuai dengan kartu tanda pengenal sebagai laki-laki / perempuan seperti tertulis dalamrekam medis.
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal
e. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi pasien laki-laki dan pasien perempuan seperti yang tertulis di dalam rekam medis.
3. Usia
a. Definisi operasional : Usia pasien saat melakukan pemeriksaan
sesuai dengan tahun dan bulan lahir yang tercatat dikartu tanda pengenal yang tercatat dalamrekam medis
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Rasio
e. Hasil ukur : Hasil dikelompokkan menurut kelompok usia yang berbeda.
4. Stroke
a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita stroke berdasarkan berbagai pemeriksaan yang tercatat di lembar rekam medis
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal
e. Hasil ukur : pasien yang didiagnosa menderita stroke 5. Gagal Jantung Kongestif
a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita gagal jantung kongestif berdasarkan pemeriksaan jantung yang tercatat dilembar rekam medis
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal
e. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita gagal jantung kongestif
6. Hipertensi
a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita hipertensi dengan tekanan darah sistol >140 dan diastole >90 berdasarkan
berbagai pemeriksaan yang tercatat dilembar rekam
medis b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal
e. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita hipertensi
7. Diabetes Melitus
a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita diabetes melitus dengan GDS
>200 dan GDP >126 berdasarkanberbagai pemeriksaan yang tercatat dilembar
rekam medis a. Cara ukur : Observasi b. Alat ukur : Tabulasi c. Skala ukur : Nominal
d. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita diabetes melitus
8. Hipertiroid
a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita hipertiroid berdasarkan berbagai pemeriksaan yang tercatat dilembar rekam medis
b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal
e. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita hipertiroid
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan nama rumah sakit ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
775/MENKES/SK/IX/1992. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat (Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP) mengacu kepada Departemen Kesehatan (Depkes) sehingga segala urusan rumah sakit bergantung pada Depkes Republik Indonesia (Pemerintah Pusat). Rumah Sakit ini sebagian besar adalah rumah sakit pendidikan yang cukup besar dan luas dengan hubungan khusus ke Fakultas kedokteran, rumah sakit inilah yang digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik.
RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H.
Adam Malik berada kurang lebih 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Berastagi.
5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian
Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita fibrilasi atrium yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015-31 Desember 2015 yang telah memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dimana peneliti mengambil semua total sampel yang ada yaitu sebanyak 102 sampel.
5.1.3 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Sampel
F %
Laki - Laki 40 39,2
Perempuan 62 60,8
Jumlah 102 100,0
Berdasarkan data pada tabel 5.1 jumlah pasien perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan pasien laki–laki. Dimana jumlah pasien perempuan adalah 62 pasien (60,8%) dan jumlah pasien laki–laki adalah 40 pasien (39,2%).
5.1.4 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia Jumlah Sampel
F %
<60 tahun 83 81,4
60-80 tahun 18 17,6
>80 tahun 1 1,0
Jumlah 102 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan jumlah pasien yang paling banyak dijumpai dalam kelompok usia <60 tahun yaitu sebanyak 83 pasien (81,4%), dan pada kelompok usia 60-80 tahun yaitu sebanyak 18 pasien (17,6%). Jumlah pasien paling sedikit dijumpai dalam kelompok usia >80 tahun yaitu sebanyak 1 pasien (1,0%).
5.1.5 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Stroke
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan stroke
Stroke Jumlah Sampel
F %
Ada 1 1,0
Tidak Ada 101 99,0
Jumlah 102 100,0
Berdasarkan data pada Tabel 5.4 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita stroke, dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita stroke.
5.1.6 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Gagal Jantung Kongestif
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Gagal Jantung Kongestif
Gagal Jantung Kongestif Jumlah Sampel
F %
Ada 91 89,2
Tidak Ada 11 10,8
Jumlah 102 100,0
Berdasarkan data pada Tabel 5.5 sebanyak 91 pasien (89,2%) menderita gagal jantung kongestif, dan sebanyak 11 pasien (10,8%) tidak menderita gagal jantung kongestif.
5.1.7 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertensi
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertensi
Hipertensi Jumlah Sampel
F %
Ada 8 7,8
Tidak Ada 94 92,2
Jumlah 102 100,0
Berdasarkan data pada Tabel 5.6 sebanyak 8 pasien (7,8%) menderita hipertensi, dan sebanyak 94 pasien (92,2%) tidak menderita hipertensi
5.1.8 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Diabetes Melitus
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Diabetes Melitus
Diabetes Melitus Jumlah Sampel
F %
Ada 2 2,0
Tidak Ada 100 98,0
Jumlah 102 100,0
Berdasarkan data pada Tabel 5.7 sebanyak 2 pasien (2,0%) menderita diabetes melitus, dan sebanyak 100 pasien (98,0%) tidak menderita diabetes melitus.
5.1.9 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertiroid
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertiroid
Hipertiroid Jumlah Sampel
F %
Ada 1 1,0
Tidak Ada 101 99,0
Jumlah 102 100,0
Berdasarkan data pada tabel 5.10 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita hipertiroid, dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita hipertiroid.
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 lebih banyak diderita oleh pasien berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 62 pasien (60,8%) dibandingkan dengan laki–laki yaitu sebanyak 40 pasien (39,2%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasim et al, (2011) dimana fibrilasi atrium lebih banyak di derita oleh laki–laki sebanyak 10 pasien (90%) dan perempuan sebanyak 1 pasien (9%).11 Penelitian lainnya seperti penelitian Summet et al, (2001) yang dilakukan pada populasi usia diatas 65 tahun didapatkan pasien yang menderita fibrilasi atrium berjenis kelamin laki–laki sebanyak (9,1%) dan perempuan sebanyak (4,8%).12
Berdasarkan teori fibrilasi atrium lebih banyak diderita oleh laki–laki daripada perempuan dengan mekanisme yang belum diketahui dengan pasti.
Walaupun ada kepustakaan yang mengatakan tidak terdapat perbedaan pada jenis kelamin. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terjadi karena adanya variasi pada populasi fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 tertinggi pada pasien dalam kelompok usia <60 tahun yaitu sebanyak 83 pasien (81,4%). Pasien dalam kelompok usia 60-80 tahun didapatkan sebanyak 18 pasien (17,6%) dan yang paling sedikit ditemukan pada kelompok usia >80 tahun yaitu sebanyak 1 pasien (1,0%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Conen et al, (2009) yang mengatakan bahwa prevalensi penderita fibrilasi atrium pada usia <60 tahun kurang dari 1% dan meningkat menjadi lebih dari 7% pada usia 80 tahun keatas.13
Menurut teori prevalensi FA meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Hal ini berkaitan dengan perubahan degeneratif pada atrium seiring dengan bertambahnya usia. Perbedaan hasil penelitian dengan teori dan penelitian sebelumnya berkaitan dengan angka harapan hidup di Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan angka harapan hidup pada penelitian yang dilakukan oleh Conen et al, (2009) dimana penelitian sebelumnya di lakukan di negara maju, bukan di negara berkembang.
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita stroke dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita stroke.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Wibisono et al, (2012) yang mengatakan bahwa prevalensi fibrilasi atrium dengan stroke sekitar 1-2%.14
Berdasarkan teori fibrilasi atrium menyebabkan risiko stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat dibanding pasien tanpa fibrilasi atrium. Adanya gangguan irama jantung mengakibatkan keadaan yang relatif statis pada atrium seperti pada fibrilasi atrium. Sumber trombus pada fibrilasi atrium dianggap sebagai faktor risiko yang penting dalam terjadinya kardioemboli. Trombus atau emboli yang terlepas akibat kontraksi endokardium yang tidak teratur dapat menyumbat aliran darah dan menyebabkan hipoksia neuron yang diperdarahinya. Maka daerah tersebut akan mengalami iskemik dan berlanjut menjadi infark.
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 91 pasien (89,2%) menderita gagal jantung kongestif dan sebanyak 11 pasien (10,8%) tidak menderita gagal jantung kongestif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Summet et al, (2001) dimana ditemukan 10-35% pasien fibrilasi atrium disertai dengan penyakit gagal jantung kongestif. Berdasarkan teori fibrilasi atrium menyebabkan gagal jantung kongestif dikaitkan dengan mekanisme pembesaran volume atrium kiri dan kegagalan ventrikel kiri.12 Terdapat perbedaan prevalensi dari penelitian sebelumnya dimana prevalensi
pasien fibrilasi atrium disertai dengan gagal jantung kongestif di RSUP Haji Adam Malik meningkat sampai 89,2%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 8 pasien (7,8%) menderita hipertensi dan sebanyak 94 pasien (92,9%) tidak menderita hipertensi. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kasim et al, (2011) ditemukan sebanyak 6 pasien menderita fibrilasi atrium disertai dengan hipertensi.11 Berdasarkan teori hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan ini lah yang dapat mengakibatkan kelainan pada sistem konduksi jantung seperti fibrilasi atrium.
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 2 pasien (2,0%) menderita diabetes melitus dan sebanyak 100 pasien (98,0%) tidak menderita diabetes melitus. Berdasarkan teori diabetes melitus menjadi faktor risiko terjadinya fibrilasi atrium dengan mekanisme komplikasi makrovaskular yang terjadi akibat penyakit diabetes melitus sehingga mendukung terjadinya fibrilasi atrium.
Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita hipertiroid dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita hipertiroid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ismail (2007) menunjukkan bahwa 1% onset baru fibrilasi atrium disebabkan oleh hipertiroidisme pada populasi dewasa.6 Berdasarkan teori fibrilasi atrium terjadi pada hipertiroidisme disebabkan oleh adanya peningkatan sensitivitas jaringan katekolamin, peningkatan jumlah reseptor β, dan penurunan aktifitas parasimpatis.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015–31 Desember 2015 pada 102 sampel dapat disimpulkan bahwa:
1. Angka kejadian fibrilasi atrium dilihat dari jenis kelamin lebih banyak pada diderita pada perempuan dibandingkan laki – laki.
2. Angka kejadian fibrilasi atrium tertinggi pada kelompok usia <60 tahun.
3. Pada penelitian ini didapatkan bahwa penderita fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit gagal jantung kongestif lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit penyakit kardiovaskular lainnya.
4. Pada penelitian ini didapatkan bahwa penderita fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit hipertensi lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan penyakit sistemik lainnya.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan melalui penelitian ini, tenaga kesehatan dapat lebih mengenali tentang karakteristik fibrilasi atrium yang akan digunakan sebagai tindakan pencegahan.
2. Diharapkan agar data–data di rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilengkapi dengan data yang semaksimal mungkin agar tidak timbul masalah di saat pengambilan data yang disebabkan oleh rekam medis yang tidak lengkap.
3. Berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Damanik BP. Hubungan Antara Hipertensi dan Hipertrofi Ventrikel Kiri pada Pasien Lansia dengan Atrial Fibrilasi.Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. 2014 Jul:1-5.
2. Nasution SA, Ismail D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006 May. p.1522-1527.
3. Yuniadi Y, Tondas AE, Hanafy DA, Hermanto DY, Maharani E, Munawar M, et al. Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium. 1. Jakarta. Centra
Communication. 2014. p. 1-82.
4. Dinarti LK, Suciadi LP. Stratifikasi Risiko dan Strategi Manajemen Pasien dengan Fibrilasi Atrium. Maj Kedokt Indon. 2009 jun 6;59(6):277-284.
5. Yansen I, Yuniadi Y. Tata Laksana Fibrilasi Atrium: Kontrol Irama atau Laju Jantung. CDK-202. 2013;40(3):171-175.
6. Firdaus I. Fibrilasi Atrium pada Penyakit Hipertiroidisme Patogenesis dan Tatalaksana. J Kardiol Ind. 2007;28(5):375-386.
7. Rosiak M, Dziuba M, Chudzik M, Cygankiewicz I, Bartezak K, Drożdż J, et al. Risk Factors for atrial fibrillation: Not always severe heart disease, not always so ‘lonely’. Cardiology Journal. 2010;17(5):437-442.
8. Solihat Y, Nasution AH, Panjaitan H. Pascaoperasi Atrial Fibrilasi. Majalah Kedokteran Nusantara. 2008 Sep;41(3):207-214.
9. Levine E. CHADS2 Score for Stroke Risk Assessment in Atrial Fibrillation.
Medscape [internet]. 2014 May 20 [cited 2016 Jun 05]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/2172597-overview
10. Camm AJ, Kirchhof P, Lip GYH, Schotten U, Savelieva I, Ernst S, et al.
Guidelines for the Management of Atrial Fibrillation: The Task Force for the
Management of Atrial Fibrillation of The European Society of Cardiology (ESC). Medscape [internet]. 2010 [cited 2016 Jun 05]; 12(10): 1360-1420.
Availablefrom: http://www.medscape.com/viewarticle/730434_5
11. Kasim M, Lilyasari O, Yuniadi Y. Fibrilasi Atrial Selama Perawatan Infark Miokard Akut Merupakan Prediktor Stroke Jangka Panjang. J Kardiol Indones. 2011 Desember;32(4):223-228.
12. Summet S, Joseph L, Stephen C, Bernard J. Epidemiology and Natural History of Atrial Fibrillation: Clinical Implications. JACC. 2001;37(2):371-378
13. Conen D, Osswald S, Albert CM. Epidemiology of atrial fibrillation. SWISS MED WKLY. 2009;139(25):346-352.
14. Wibisono A, Fibriani AR, Mahmudah N. Hubungan fibrilasi atrium dengan kejadian stroke iskemik di rsud dr. moewardi. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. 2012 Jul:1-4.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Yulita
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/13 Juli 1996 Warna Negara : Indonesia
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Jln. Kemiri Raya 2 No 2 Perumnas Simalingkar Medan
Nomor Handphone : 081375411665
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Harapan Bunda (2000-2001)
2. SD Negeri No. 068344 Kecamatan Medan Tuntungan Medan (2001-2007) 3. SMP Negeri 2 Medan (2007-2010)
4. SMA Negeri 2 Medan (2010-2013)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang) Riwayat Pelatihan :
1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2013
3. Peserta Seminar Dokter Keluarga dan Workshop Sirkumsisi SCOPH FK USU 2013
4. Peserta Basic Surgical Skill TBM FK USU 2014
5. Peserta Seminar Nasional dan Workshop Pathway to Molecular Therapeutic 2016
Riwayat Kepanitiaan :
1. Anggota volunteer USU KTR tahun 2015
2. Panitia Pelatihan Dokter kecil UKM IMPM USU tahun 2015 3. Koor Dana dan Usaha Kegiatan Bakti Sosial Hari Lansia tahun 2015 4. Anggota volunteer Hari Tanam Pohon UKM IMPM USU tahun 2015
5. Panitia acara Pengabdian Masyarakat Akbar UKM IMPM USU tahun 2016
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Divisi Dana dan Usaha IMPM tahun 2015
GET
FILE='C:\yulita\skripsi yulita\data RM\data spss.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
FREQUENCIES VARIABLES=jeniskelamin STROKE CHF DM HIPERTENSI HIPERTIROID
/STATISTICS=VARIANCE /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet1] C:\yulita\skripsi yulita\data RM\data spss.sav
RECODE usia (60 thru 80=2) (80 thru Highest=3) (Lowest thru 60=1) INTO umur.
VARIABLE LABELS umur 'umur'.
EXECUTE.
FREQUENCIES VARIABLES=umur /STATISTICS=VARIANCE /ORDER=ANALYSIS.
Frequency Table
jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
jeniskelamin STROKE CHF DM HIPERTENSI HIPERTIROID
N
Valid 102 102 102 102 102 102
Missing 1 1 1 1 1 1
Variance .241 .010 .097 .019 .073 .010
STROKE
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
HIPERTIROID
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
HIPERTIROID 1 1.0 1.0 1.0
TDK HIPERTIROID 101 98.1 99.0 100.0
Total 102 99.0 100.0
Missing System 1 1.0
Total 103 100.0
Frequencies
[DataSet1] C:\yulita\skripsi yulita\data RM\data spss.sav
Statistics umur
N
Valid 102
Missing 1
Variance .196
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1.00 80 77.7 78.4 78.4
2.00 21 20.4 20.6 99.0
3.00 1 1.0 1.0 100.0
Total 102 99.0 100.0
Missing System 1 1.0
Total 103 100.0
jenis
kelamin usia stroke CHF DM HIPERTENSI HIPERTIROID
laki-laki 25 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 49 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID laki-laki 75 TDK
STROKE CHF TDK DM HIPERTENSI TDK HIPERTIROID laki-laki 48 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID laki-laki 72 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 29 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 32 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID laki-laki 60 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID laki-laki 23 TDK
STROKE TDK
CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 58 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 44 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 52 TDK
STROKE CHF TDK DM HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 27 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 35 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 49 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID perempuan 44 TDK
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID
STROKE CHF TDK DM TDK HIPERTENSI TDK HIPERTIROID