• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KARAKTERISTIK PASIEN FIBRILASI ATRIUMYANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIKTAHUN Oleh : YULITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI KARAKTERISTIK PASIEN FIBRILASI ATRIUMYANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIKTAHUN Oleh : YULITA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK PASIEN FIBRILASI ATRIUMYANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI

ADAM MALIKTAHUN 2015

Oleh :

YULITA 130100202

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(2)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK PASIEN FIBRILASI ATRIUMYANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI

ADAM MALIKTAHUN 2015

Oleh :

YULITA NIM: 130100202

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(3)
(4)

ABSTRAK

Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supraventrikular yang ditandai dengan aktivitas atrium yang tidak terkoordinasi sehingga mengakibatkan gangguan fungsi mekanis atrium. Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktik sehari-hari. Penyebab fibrilasi atrium belum diketahui secara pasti tetapi, sering dihubungkan dengan keadaan kelainan struktur penyakit jantung, gagal jantung, juga penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, dan hipertiroid. Fibrilasi atrium juga dianggap sebagai faktor resiko terjadi nya stroke lima kali lebih tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan bentuk cross sectional study dan pendekatan retrospective menggunakan data rekam medik. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan fibrilasi atrium yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2015. Data penelitian menggunakan tekniktotal sampling. Analisis data dilakukan dengan program SPSS.

Dari hasil penelitian ini diperoleh karakteristik pasien fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung kongestif adalah jumlah terbanyak dari sampel yaitu sebanyak 91 pasien (89,2%) dan pasien fibrilasi atrium disertai dengan stroke sebanyak 1 pasien (1,0%). Sementara itu, karakteristik pasien fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit sistemik seperti diabetes melitus sebanyak 2 pasien (2,0%), hipertensi sebanyak 8 pasien (7,8%), dan hipertiroid sebanyak 1 pasien (1,0%). Dari penelitian ini diperoleh karakteristik pasien fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 terbanyak pada kelompok umur <60 tahun dan pada kelompok berjenis kelamin perempuan.

Kata kunci: fibrilasi atrium, karakteristik, faktor resiko

(5)

ABSTRACT

Atrial fibrillation is a supraventricular tachyarrhythmia characterized by uncoordinated atrial activity resulting disorder atrial mechanical function. Atrial fibrillation is the most common arrhythmia encountered in everyday practice. The cause of atrial fibrillation is not known with certainty but, often associated with the state of structural abnormalities of heart disease, heart failure, as well as systemic diseases such as diabetes, hypertension, and hyperthyroidism. Atrial fibrillation is also considered a risk factor for stroke its happening five times higher.

This study aims to determine the characteristics of hospitalized patients in the atrial fibrillation Haji Adam Malik Hospital in 2015. The study was a descriptive study with a cross-sectional and retrospective approach using medical records. The population in this study were patients with atrial fibrillation who are hospitalized in Haji Adam Malik Hospital in Medan in the period 1 January 2015- 31 December 2015. The research data using total sampling technique. Data analysis was performed with SPSS program.

From the results of this study showed the characteristics of atrial fibrillation patients are accompanied with cardiovascular diseases such as congestive heart failure disease is the highest number of samples as many as 91 patients (89.2%) and patients with atrial fibrillation is characterized by a stroke in 1 patient (1.0%) , Meanwhile, the characteristics of atrial fibrillation patients are accompanied by systemic diseases such as diabetes mellitus 2 patients (2.0%), hypertension as much as 8 patients (7.8%), and hyperthyroidism in 1 patient (1.0%). From this research, the characteristics of patients with atrial fibrillation in Haji Adam Malik Hospital in 2015 mostly in the age group <60 years and women's groups.

Keyword: atrial fibrillation, characteristics, risk factor

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan izin Nya skripsi yang berjudul karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015 ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa semua usaha yang telah dilakukan merupakan hasil kerjasama yang baik dari semua pihak yang telah membantu. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Sari Harahap, M. Ked (PD), Sp. PD selaku Dosen Pembimbing 1 dan dr. Ismiralda Siregar, M. kes selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK(KH), FISH sebagai penguji 1 dan dr. Esther R. D. Sitorus, M. Ked(PA), SpPA sebagai dosen penguji 2 yang telah memberikan kritikan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan seluruh Staf instalasi rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan

5. Orang tua saya tercinta (bapak H. Syahlian fitri bsc dan ibu Hj. Rusmiati) kakak dan abang tersayang atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

(7)

6. Seluruh teman–teman stambuk 2013, atas dukungan dan bimbingan serta sahabat-sahabat saya aisy, vina, dwi, juga kepada luhurul amri dan semua senior yang telah membantu dalam bentuk doa dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung namun tidak dapat disebutkan satu per satu.

Seluruh bantuan baik moral maupun material yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Medan, 16 Desember 2016

Penulis Yulita

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR SINGKATAN………... xi

DAFTAR LAMPIRAN…..………... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Bidang Penelitian ... 3

1.4.2. Bidang Pendidikan ... 3

1.4.3. Bidang Pelayanan Masyarakat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi Fibrilasi Atrium ... 4

2.2. Etiologi ... 4

2.2.1. Penyakit Jantung yang Berhubungan dengan FA ... 4

2.2.2. Penyakit di Luar Jantung yang Berhubungan dengan FA 4 2.3. Klasifikasi FA ... 5

2.3.1. Berdasarkan Persentasi dan Durasi ... 5

2.3.2. Berdasarkan Penyakit yang Mendasari ... 5

2.4. Faktor Risiko Fibrilasi Atrium ... 6

2.4.1. Usia ... 6

2.4.2. Jenis Kelamin ... 6

2.4.3. Predisposisi Genetik ... 6

2.4.4. Hipertiroid ... 6

2.4.5. Sindrom Metabolik ... 7

2.4.6. Penyakit Jantung Katup ... 7

2.4.7. Inflamasi ... 7

2.4.8. Penyakit Paru ... 8

2.4.9. Alkohol ... 8

(9)

2.4.10. Aktifitas Fisik ... 8

2.5. Patofisiologi Fibrilasi Atrium ... 8

2.5.1. Adanya Perubahan Patologis sebelum FA Terjadi ... 9

2.5.2. Mekanisme Elektrofisiologis... 9

2.5.2.1. Mekanisme Fokal ... 9

2.5.2.2. Mekanisme Reentri Mikro ... 9

2.5.2.3. Fibrilasi Atrium Menyulut FA ... 10

2.6. Diagnosis FA ... 10

2.6.1. Anamnesis ... 10

2.6.2. Pemeriksaan Fisik. ... 10

2.6.3. Pemeriksaan Penunjang ... 11

2.6.3.1. Pemeriksaan Laboratorium ... 11

2.6.3.2. Elektrokardiogram(EKG) ... 11

2.7. Tatalaksana Fibrilasi Atrium ... 12

2.7.1. Pemilihan Strategi Terapi. ... 14

2.7.2. Terapi Antitrombotik. ... 14

2.8. Komplikasi Fibrilasi Atrium ... 16

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ... 17

3.1. Kerangka Teori ... 18

3.2. Kerangka Konsep ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.3.1. Populasi ... 19

4.3.2. Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20

4.5. Metode Analisis Data ... 20

4.6. Definisi Operasional... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 24

5.1 Hasil Penelitian……… . 24

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... 24

5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian………... 24

5.1.3 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin. 25 5.1.4 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Usia………… 25

5.1.5 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Stroke……… 26

5.1.6 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Gagal Jantung Kongestif.. 26

5.1.7 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan hipertensi……….. 27

(10)

5.1.8 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan

Fibrilasi Atrium Berdasarkan diabetes melitus……….. 27

5.1.9 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan hipertiroid………. 28

5.2 Pembahasan………. 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 32

6.1 Kesimpulan……… 32

6.2 Saran……….. 32

DAFTAR PUSTAKA... 33 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1 Skor CHADS2: Penilian risiko stroke pada fibrilasi

atrium ...

15

Tabel 2 Rekomendasi pengobatan berdasarkan skor CHADS2 ... 15 Tabel 3 Karakteristik HAS-BLED ... 16 Tabel

5.1

Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Jenis

Kelamin……….

25

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok

Usia………...

25

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Stroke………....

26

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Gagal Jantung Kongestif

26

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan hipertensi………...

27

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan diabetes melitus…...

27

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosa dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan hipertiroid…...

28

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1Manajemen Fibrilasi Atrium onset baru... 13 Gambar 2Kerangka Teori Penelitian ... 17 Gambar 3Kerangka Konsep Penelitian ... 18

(13)

DAFTAR SINGKATAN

AF : Atrial Fibrillation AV : Atrio Ventricular

AVNRT : Atrioventricular Nodal Reentry Tachycardia CKMB : Kreatinin Kinase-MB

CT : Computed Tomography EKG : Elektrokardiografi FA : Fibrilasi Atrium

POAF : Post Operative Atrial Fibrillation PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronis RR : Relative Risk

TIA : Transient Ischemic Attack

VP : Vena Pulmoner

WPW : Wolff-Parkinson-White WHO : World Health Organization

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwyat Hidup Lampiran 2 : Lembar Ethical Clearance

Lampiran 3 : Surat izin Survei Awal Penelitian (Fakultas Kedokteran USU) Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian (RSUP H. Adam Malik)

Lampiran 5 :Hasil data statistik Lampiran 6 : Data induk

(15)
(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fibrilasi atrium adalah irama jantung abnormaldengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan irregular.1 Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering dijumpai dalam praktik sehari-hari.2

Prevalensi fibrilasi atrium mencapai 1-2% populasi dan meningkat dalam 50 tahun mendatang.3Kejadian fibrilasi atrium meningkat seiring dengan pertambahan usia sekitar 0,5% untuk pasien yang berusia 50-59 tahun dan 8,8%

pada usia 80-89 tahun.4Di Amerika Serikat diperkirakan 2,3 juta penduduk menderita FA dengan>10% berusia di atas 65 tahun dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi 4,78 juta pada tahun 2035.5 Di Indonesia terjadi peningkatan signifikan persentase populasi usia lanjut sebesar 7,7% pada tahun 2000-2005, menjadi 28,68% (estimasi WHO tahun 2045-2050) maka angka kejadian FA juga akan meningkat secara signifikan.3

Framingham heart study yang merupakan studi kohor pada tahun 1948 dengan melibatkan 5209 subjek penelitian sehat (tidak menderita penyakit kardiovaskular) menunjukkan bahwa dalam periode 20 tahun, angka kejadian FA pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu sebesar 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan. Sementara itu data dari studi observasional (MONICA-multinational MONItoring of trend and determinant in CArdiovascular disease) pada populasi urban di Jakarta menemukan angka kejadian FA sebesar 0,2% dengan rasio laki-laki dan perempuan 3:2.3

Fibrilasi atrium menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, termasuk stroke, gagal jantung, serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki risiko stroke 5 kali lebih tinggi dan risiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi dibanding pasien tanpa FA.3

Kejadian atrial fibrilasi dapat terjadi pada jantung dengan struktur anatomi normal, namun umumnya lebih sering terjadi pada keadaan kelainan struktur penyakit jantung. Penyebab fibrilasi atrium yang paling sering terjadi adalah

(17)

akibat penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensi, kelainan katup mitral, perikarditis, kardiomiopati, emboli paru, pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik, dan kor pulmonal. Pada beberapa kasus, fibrilasi atrium tidak ditemukan penyebabnya.1

Diketahui bawah sekitar 25% pasien FA juga menderita penyakit jantung koroner. Walaupun hanya 10% dari seluruh kejadian infark miokard akut yang mengalami FA, tetapi kejadian tersebut akan meningkatkan angka mortalitas sampai 40%. Penyakit katup reumatik meningkatkan kemungkinan terjadinya FA dan mempunyai risiko 4 kali lipat untuk terjadinya komplikasi tromboemboli.

Pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, kejadian FA ditemukan pada satu diantara lima pasien. Pada hipertensi sistemik ditemukan 45% dan diabetes melitus 10% dari pasien FA. Demikian pula dengan beberapa keadaan lain seperti penyakit paru obstruktif kronik dan emboli paru akut.2

Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang banyak menimbulkan permasalahan sebagai konsekuensinyaterkait dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas serta kualitas hidup pasien yang terganggu. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai “Karakteristik Penderita Rawat Inap Fibrilasi Atrium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2015”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana karakteristik penderita rawat inap fibrilasi atrium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik penderita rawat inap dengan fibrilasi atrium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada rentang tahun 2015.

(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik jenis kelamin dan usia pada pasien dengan fibrilasi atrium.

2. Mengetahui karakteristik penderita fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit kardiovaskular seperti stroke dan gagal jantung kongestif.

3. Mengetahui karakteristik penderita fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit sistemik seperti diabetes melitus, hipertensi dan hipertiroid.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bidang Penelitian

Memberikan informasi yang jelas mengenai karakteristik penderita rawat inap fibrilasi atrium sehingga menjadi pengetahuan bagi masyarakat dan membantu masyarakat dalam melakukan pencegahan.

1.4.2 Bidang Pendidikan

Sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

1.4.3 Bidang Pelayanan Masyarakat

Dapat memberikan informasi mengenai karakteristik terjadinya fibrilasi atrium dalam periode satu tahun terakhir sebagai bahan evaluasi dalam penanggulangan terjadinya penyakit kardiovaskular di masyarakat.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fibrilasi Atrium

Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supraventrikular yang ditandai dengan aktivitas atrium yang tidak terkoordinasi sehingga mengakibatkan gangguan fungsi mekanis atrium.3

2.2 Etiologi Fibrilasi Atrium

Fibrilasi atrium dapat terjadi pada suatu kejadian yang dipicu oleh berbagai kondisi akut seperti konsumsi kafein, alkohol dan marijuana yang berlebihan.

Kondisi klinis lain yang sering terkait adalah penyakit paru obstruktif kronik, hipertiroid, paska operasi jantung, emboli paru akut, perikarditis, miokarditis, serta infark miokard akut, terutama bila terjadi oklusi pada cabang koroner kanan yang disertai disfungsi ventrikel.4Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan kejadian FA dibagi berdasarkan:

2.2.1 Penyakit Jantung yang Berhubungan dengan FA

Penyakit jantung koroner, kardiomiopati dilatasi, kardiomiopati hipertrofik, penyakit katup jantung seperti reumatik, maupun non-reumatik, aritmia jantung seperti takikardia atrial, fluter atrial, AVNRT, sindrom WPW, sick sinus syndrome, perikarditis.2

2.2.2 Penyakit di Luar Jantung yang Berhubungan dengan FA

Hipertensi sistemik,diabetes melitus, hipertiroidisme, penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik, hipertensi pulmonal primer, emboli paru akut, neurogenik seperti sistem saraf autonom dapat mencetuskan FA pada pasien yang sensitif melalui peninggian tonus vagal atau adrenergik.2

(20)

2.3 Klasifikasi Fibrilasi Atrium

2.3.1 Berdasarkan Persentasi dan Durasi

1. First diagnosed AF. Jenis ini ditujukan untuk penderita yang pertama kali terdiagnosis FA, tanpa melihat durasi atau berat ringan gejala yang muncul.

2. FA paroksismal adalah FA yang terjadi kurang dari 7 hari dan akan kembali ke irama sinus secara spontan dalam 24 jam.

3. FA persisten adalah FA dengan episode menetap hingga lebih dari 7 hari.

FA persisten dapat kembali ke irama sinus jika dilakukan kardioversi dengan farmakologik maupun non farmakologik.

4. FA persisten lama (long standing persistent) adalah FA yang berlangsung hingga ≥1 tahun dan strategi tatalak sana yang diterapkan adalah kontrol irama jantung (rhytm control)

5. FA permanen merupakan FA yang ditetapkan permanen oleh dokter dan di rasakan secara klinis oleh penderita sehingga strategi tatalaksananya adalah kontrol laju jantung (rate control).

2.3.2 Berdasarkan Penyakit yang Mendasari

1. FA sorangan (lone): FA tanpa disertai penyakit struktur kardiovaskular, hipertensi, penyakit paru ataupun abnormalitas anatomi jantung seperti pembesaran atrium kiri, dan usia dibawah 60 tahun.

2. FA non-valvular: FA yang tidak ada hubungannya dengan penyakit rematik mitral, katup jantung atau operasi perbaikan katup mitral.

3. FA sekunder: FA yang terjadi dikarenakan adanya kondisi yang memicu FA, seperti infark miokard akut, bedah jantung, perikarditis, miokarditis, hipertiroidisme, emboli paru, pneumonia atau penyakit paru akut lainnya.

Sedangkan FA sekunder yang berkaitan dengan penyakit katup disebut FA valvular.

(21)

2.4 Faktor Risiko Fibrilasi Atrium 2.4.1 Usia

Perubahan degeneratif pada atrium seiring dengan bertambahnya usia diduga sebagai faktor penyebab terjadinya fibrilasi atrium. Kejadian fibrilasi atrium meningkat seiring dengan pertambahan usia, sekitar 0,5% untuk penderita yang berusia 50-59 tahun dan 8,8%, pada usia 80-89 tahun.4

2.4.2 Jenis Kelamin

Menurut Framingham Heart Study pada tahun 1948 dilakukan penelitian pada subjek sehat (tidak menderita penyakit kardiovaskular) menunjukkan bahwa periode 20 tahun, angka kejadian FA adalah 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan. Sementara dari data studi observasional (MONICA-multinational MONItoring of trend and determinant in CArdivaskular disease) pada populasi di Jakarta menemukan angka kejadian FA sebesar 0,2% dengan rasio laki – laki dan perempuan 3:2. Sehingga laki-laki memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena FA dibanding dengan perempuan.3

2.4.3 Predisposisi Genetik

Fibrilasi atrium sering terjadi pada berbagai kondisi yang diturunkan, seperti kardiomiopati hipertrofi, dan hipertrofi ventikel kiri abnormal yang terkait dengan mutasi pada gen PRKAG. Bentuk herediter lain dari FA berhubungan dengan mutasi pada gen yang mengode peptida atrial natriuretik,mutasi loss-of-function pada gen kanal natrium SCN5A, atau gain-of-function pada gen kanal kalium.

Selain itu, beberapa lokus genetik yang dekat dengan gen PITX2 dan ZFHX3 berhubungan dengan FA dan stroke kardioembolik.3

2.4.4 Hipertiroid

(22)

Pada sebuah studi populasi Framingham yang dilakukan pada tahun 2007, menunjukkan bahwa 1% onset baru FA disebabkan oleh hipertiroidisme dan pada 10- 15% penderita dengan hipertiroidisme akan mengalami episode FA.Penjelasan yang paling meyakinkan tentang mekanisme bagaimana terjadinya aritmia pada hipertiroidisme adalah melalui peningkatan sensitivitas jaringan terhadap katekolamin, peningkatan jumlah reseptor β, dan penurunan aktifitas parasimpatis.6

2.4.5 Sindrom Metabolik

Kriteria diagnosis sindrom metabolik meliputi hipertensi, dislipidemia, obesitas dan gangguan metabolisme glukosa. Obesitas dapat mengubah anatomi atrium, memperbesar tekanan intraatrial, oksidatif stres dan peradangan kronis.7 Dislipidemiasecara tidak langsung dapat memicu FA akibat komplikasi aterogeniknya. mekanisme inidapat menyebabkan remodelling listrik dan klinis yang bermanifestasi menjadi FA paroksismal.7Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan kelainan, seperti hipertrofi ventrikel kiri, gangguan sistem konduksi, dilatasi atrium kiri, disfungsi sistolik dan diastolik. Hal ini mempermudah terjadinya aritmia jantung terutama fibrilasi atrium.1

Diabetes dan FA sering dijumpai bersamaan. Ini dikarenakan keduanya berkaitan dengan penyakit arteri koroner, hipertensi, dan disfungsi ventrikel kiri, hal ini dapat disebabkan oleh disfungsi otonom dan kanalopati ion. Terbukti pada studi populasi yang dilakukan menunjukkan adanya penyakit diabetes pada 13% penderita dengan FA sehingga diabetes merupakan faktor risiko independen atas kejadian FA.3

2.4.6 Penyakit Jantung Katup

Distensi pada atrium kiri dapat menyebabkan FA seperti yang terjadi pada penderita penyakit katup jantung dengan prevalensi sebesar 30% dan 10-15 % pada atrium septal defect.3

2.4.7 Inflamasi

(23)

Inflamasi memegang peranan penting dalam terjadinya POAF (post-operative atrial fibrillation). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa inflamasi menyebabkan perubahan konduksi atrial, memfasilitasi mekanisme re-entry, serta mencetuskan terjadinya POAF.8

2.4.8 Penyakit Paru

Penyakit paru seperti sleep apnea dicurigai menjadi faktor risiko terjadi FA melalui dua mekanisme. Sleep apnea menghasilkan periode hipoksemia dan hiperkapnia, menyebabkan aktivasi simpatik dan tekanan darah meningkat. Penderita dengan sleep apnea sering didiagnosis dengan ketidakseimbangan otonom dan disfungsi diastolik jantung.7 Obat-obat yang sering dipakai pada penyakit asma seperti bronkospasme teofilin dan agonis beta juga dapat menjadi pencetus FA.3

2.4.9 Alkohol

Meminum alkohol secara berlebihan dapat mencetuskan FA paroksismal. Hal ini pertama kali ditemukan oleh Ettinger et al pada tahun 1978 yang dinamakan dengan “holiday heart syndrome”. Alkohol mempunyai efek toksik secara langsung pada miokardium, aktivasi simpatik, gangguan konduksi intra dan inter atrium, dan ketidakseimbangan elektrolit.7

2.4.10 Aktivitas Fisik

Olahraga yang berlebihan seperti yang dilakukan oleh para atlet dapat menjadi risiko tersendiri untuk terjadinya FA. Bagaimana mekanisme terkait masih belum jelas. Tetapi, diduga berkaitan dengan tekanan dan volume jantung yang berlebihan oleh peningkatan aktivitas fisik. Faktanya jantung para atlet beradaptasi secara fisik dengan cara peningkatan ukuran atrium, perubahan fungsi diastolik dan tonus parasimpatis yang dominan pada populasi ini.3,7

2.5 Patofisiologi Fibrilasi Atrium

Terjadinya FA masih belum sepenuhnya dipahami dan dipercaya bersifat multifaktorial. Dua konsep yang dianut tentang mekanisme FA adalah: 1) faktor pemicu (trigger); dan 2) faktor-faktor yang mempertahankannya. Pada penderita

(24)

yang sering kambuh namun masih bisa untuk dilakukan konversi secara spontan biasanya karena ada faktor yang menjadi pemicu (trigger), sedangkan pada penderita yang tidak dapat dikonversi secara spontan disebabkan karena ada faktor yang mempertahankannya.3

2.5.1 Adanya Perubahan Patofisiologis Sebelum FA Terjadi.

Adanya proses remodelling yang terjadi di atrium ditandai dengan proliferasi dan diferensiasi fibroblas menjadi miofibroblas yang akan meningkatkan deposisi jaringan ikat dan fibrosis di atrium. Proses remodelling atrium menyebabkan gangguan elektris antara serabut otot dan serabut konduksi di atrium, hal ini dapat menjadi faktor pemicu sekaligus faktor yang mempertahankanterjadinya FA.3

2.5.2 Mekanisme Elektrofisiologis

Mekanisme elektrofisiologis FA dapat dibedakan menjadi mekanisme fokal karena adanya pemicu dan mekanisme reentri mikro (multiple wavelet hypothesis) karena adanya substrat. Hal ini dapat berdiri sendiri atau muncul bersamaan.3

2.5.2.1 Mekanisme Fokal

Mekanisme fokal adalah mekanisme FA dengan pemicu dari daerah-daerah tertentu, yakni 72% di VP dan sisanya (28%) bervariasi dari vena kava superior (37%), dinding posterior atrium kiri (38,3%), krista terminalis (3,7%), sinus koronarius (1,4%), ligamentum marshall (8,2%) dan septum interatrium. Vena pulmoner memiliki potensi yang kuat untuk memulai dan melanggengkan takiaritmia atrium, karena VP memiliki periode refrakter yang lebih pendek serta adanya perubahan drastik orientasi serat miosit.3

2.5.2.2 Mekanisme Reentri Mikro (multiple wavelet hypothesis)

Menurut hipotesis Moe bahwa FA dilanggengkan oleh banyaknya wavelet yang tersebar secara acak dan saling bertabrakan satu sama lain dan kemudian padam, atau terbagi menjadi banyak wavelet lain yang terus-menerus merangsang atrium. Oleh karenanya, sirkuit reentri ini tidak stabil, beberapa menghilang, sedangka yang lain tumbuh lagi, sirkuit-sirkuit ini memiliki panjang siklus yang

(25)

bervariasi tapi pendek. Diperlukan setidaknya 4-6 wavelet mandiri untuk melanggengkan FA.3

2.5.2.3 Fibrilasi Atrium Menyulut FA (AF begets AF)

Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa pemacuan atrium dengan teknik pacu rentet (burst pacing) akan menyebabkan FA, yang akan kembali ke irama sinus. Kemudian bisa dilakukan pacu-rentet lagi akan muncul FA kembali.

Apabila proses ini dilakukan terus menerus, maka durasi FA akan bertambah lama sampai lebih dari 24 jam. Oleh karena itu pada penderita yang mengalami FA paroksismal dapat berkembang menjadi FA persisten atau permanen.3

2.6 Diagnosis Fibrilasi Atrium

Untuk menegakkan diagnosis FA, terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan.

2.6.1Anamnesis

Beberapa gejala ringan yang dikeluhkan penderita adalah palpitasi, mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik, didapati penderita dalam keadaan presinkop atau sinkop, kelemahan umum dan pusing.3

2.6.2Pemeriksaan Fisik

Denyut nadi dijumpai ireguler dan cepat, sekitar 110-140x/menit. Namun pada penderita dengan toksisitas obat jantung (digitalis) dapat mengalami bradikardia. Pemeriksaan kepala dan leher menunjukkan eksoftalmus, pembesaran tiroid, peningkatan tekanan vena jugular atau sianosis. Pada pemeriksaan paru dapat dijumpai tanda-tanda gagal jantung (ronki, efusi pleura), mengi atau pemanjangan ekspirasi mengindikasikan adanya penyakit paru kronik yang mungkin mendasari terjadinya FA (misalnya PPOK, asma).3

Pada pemeriksaan jantung dilakukan pemeriksan palpasi dan auskultasi menyeluruh untuk mengevaluasi penyakit jantung katup atau kardiomiopati.

(26)

Pulsus defisit, yaitu selisih jumlah nadi yang teraba dengan auskultasi laju jantung dapat ditemukan pada penderita FA. Pemeriksaan abdomen adanya asites, hepatomegali yang dapat mengindikasikan gagal jantung kanan. Pada pemeriksaan neurologis terdapat tanda-tanda Transient Ischemic Attack(TIA)atau kejadian serebrovaskular yang dapat ditemukan pada penderita FA. Peningkatan refleks dapat ditemukan pada hipertiroidisme.3

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang.

2.6.3.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, ureum, kreatinin serum untuk menunjukkan apakah pasien menderita gangguan elektrolit atau gagal ginjal. Pemeriksaan enzim jantung seperti CKMB dan atau troponin. Dari pemeriksaan ini dapat ditemukan tanda-tanda infark miokard sebagai pencetus FA. Pemeriksaan D-dimer (bila pasien memiliki risiko emboli paru). Pemeriksaan Fungsi tiroid untuk melihat apakah pasien memiliki gangguan tiroid seperti tirotoksikosis. Pemeriksaan kadar digoksin untuk mengevaluasi level subterapeutik dan atau toksisitas.3

2.6.3.2 Elektrokardiogram (EKG)

Pada penderita FA gambaran EKG umum nya sebagai berikut:

1. Pola interval RR yang irreguler.

2. Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas.Gelombang P menjadi fibrilasi dengan amplitudo, bentuk dan durasi yang bervariasi, hal ini berhubungan dengan respon ventrikel yang irregulerdan cepat pada sistem konduksi AV yang utuh. Dan paling sering terjadi pada sadapan V1.

3. Laju jantung umumnya berkisar 110-140x/menit, tetapi jarang melebihi 160- 170x/menit.3

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan adalah foto toraks, uji latih atau uji berjalan enam menit, ekokardiografi, Computed Tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), monitor holter atau event recording, studi elektrofisiologi.3

(27)

2.7 Tatalaksana Fibrilasi Atrium

Manajemen fibrilasi atrium meliputi 3 objektif utama yaitu identifikasi dan penanganan faktor kausatif terkait (misalnyahipertensi, penyakit jantung iskemik, gagal jantung, kelainankatup, tirotoksikosis, dan lain-lain), pemilihan strategi terapi, rate controlataurhythm control, dan penilaian terhadaprisiko tromboemboli serta terapi pencegahannya.3

(28)

Fibrilasi atrium onset baru

Penilaian awal Konversi spontan

Hemodinamik stabil Hemodinamik tak

stabil

Rate control dengan diltiazem verapamil, penyekat beta atau digoksin

Tentukan penyebab dan pertimbangan pemberian

antikoagulan Kardioversi segera

Fibrilasi atrium menetap

Fibrilasi atrium

> 48jam dan tanpa kelainan

Kardioversi dengan panduan ekokardiografi

trans-esofagus atau terapi antikoagulan oral Fibrilasi atrium

<48jam dan tanpa kelainan

Terapi dengan

agen aritmia atau kardioversi

elektrik atau Konversi spontan

Penilaian lanjutan atau pasien boleh dipulangkan

(29)

Gambar 1. Manajemen Fibrilasi Atrium onset baru.4 2.7.1 Pemilihan Strategi Terapi

Target utama dari pendekatan kontrol laju jantung adalah meredakan gejala klinis dan pencegahan komplikasi hemodinamik obat yang menjadi lini pertama adalah golongan penyekat beta (metoprolol dan atenolol).Jikamonoterapi belum berhasil, maka agen kedua atau ketigadapat ditambahkan. Golongan antagonis kalsium non-dihidropiridin seperti diltiazem dan verapamil dapat menjadipilihan lini kedua pada pasien yang kontraindikasi atau non-toleransi dengan penyekat beta. Penyekat beta dan antagoniskalsium bersifat depresif terhadap fungsi ventrikel sehinggaharus berhati-hati dalam penggunaannya pada pasien denganhipotensi atau payah jantung. Digoxin dapat dijadikan pilihan sebagai kontrol laju jantung pada pasien payah jantung denganfibrilasi atrium. Namun digoxin kurang efektif dalammengontroldenyut jantung pada saat beraktivitas atau dalamkondisi hiperadrenergik seperti demam, tirotoksikosis dan pasca operasi.

Ablasi nodus AVdan pacingdapat menjadipilihan yang efektif dalam kontrol laju jantung bagi pasien yang gagalterapi dengan agen-agen farmakologis.4

Kontrol irama atau kardioversimengacu pada upaya untuk mempertahankan irama sinus dalam waktupanjang. Agen farmakologik yang merupakanrekomendasi kelas 1 sebagai kontrol irama jantung sesuai denganGuidelines of the American College of Cardiology, American Heart Association and European Society of Cardiology 2006 (ACC/AHA/ESC 2006) 8adalah flecainide,dofetilide, propafenone, dan ibutilide. Sedangkan amiodaron,agen anti-aritmia yang paling umum digunakan, dimasukkanke dalam kelas 2A.Sebaiknya kardioversi farmakologik dimulaikurang dari 7 hari setelah onset fibrilasi atrium agarefektivitasnya lebih baik.4

2.7.2 Terapi Antitrombotik

(30)

Terapi antitrombotik yang digunakan untuk mencegahan stroke pada pasien FA meliputi antikoagulan antagonis vitamin k yaitu warfarin dan coumadin dan antikoagulan baru yaitu dabigatran etexilate, rivaroxaban, apixaban juga menggunakan antiplatelet. Jenis antitrombolitik tidak digunakan untuk pencegahan stroke pada pasien FA.3

Pencegahan komplikasi tromboemboli merupakan salah satu tujuan dalam tatalaksana FA.2 Pemberian tromboprofilaksis yang optimal pada pasien fibrilasi atrium bersifat personal, sesuai dengan kondisi setiap pasien, serta membutuhkan beberapa penilaian utama berupa stratifikasi risiko tromboembolik, pertimbangan untuk memilih antara terapi antikoagulan atau antiplatelet, dan penilaian risiko perdarahan agar terhindar dari komplikasi penggunaan obat-obatan tersebut.4

Salah satu model yang paling populer dan sukses dalam identifikasi pencegahanprimer pasien dengan risiko tinggi stroke adalah indeks risiko CHADS2.4

Tabel 1. Skor CHADS2: Penilian risiko stroke pada fibrilasi atrium.9 Score CHADS2 Risk Criteria

1 point Congestive heart failure 1 point Hypertension

1 point Age > 75 years 1 point Diabetes mellitus

2 points Stroke / transient ischemic attack

Tabel 2. Rekomendasi pengobatan berdasarkan skor CHADS2.9 CHADS2

Score

Risk Recommendation

0 Low Aspirin (81-325 mg)

daily

1 Intermediate Aspirin (81-325 mg)

daily or warfarin (INR 2.0-3.0), based on patient preference

(31)

2 or more

High (CHADS2 revised) or intermediate (CHADS2 classic)

Warfarin (INR 2.0- 3.0), unless there are reasons to avoid it

Keputusan pemberian tromboprofilaksis perlu diseimbangkan dengan risiko perdarahan akibat antikoagulan, khususnya perdarahan intrakranial yang bersifat fatal atau menimbulkan disabilitas. Penggabungan skor CHADS2 dan HASBLED sangat bermafaat dalam keputusan tromboprofilaksis pada praktik sehari-hari.3

Tabel 3. Karakteristik HAS-BLED.10

Letter Clinical characteristic Point awarded

H Hypertension 1

A Abnormal renal and liver function (1 point each)

1 or 2

S Stroke 1

B Bleeding 1

L Labile INR value 1

E Elderly (e.g. age >65 years) 1 D Drugs or alcohol (1 point each) 1 or 2

Maximum 9 points

2.8 Komplikasi Fibrilasi Atrium

Komplikasi FA dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas. misalnya pada pasien sindroma WPW dan konduksi yang cepat melalui jalur ektranodal yang memintas nodus atrioventrikular, dimana pada saat terjadi FA disertai pre- eksitasi ventrikular, dapat berubah menjadi fibrilasi ventrikel dan kematian mendadak. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada flutter atrial dengan laju irama ventrikel yang cepat dan tidak terkontrol dapat menyebabkan kardiomiopati.

Komplikasi yang paling sering muncul dan membahayakan adalah tromboemboli, terutama stroke.2

(32)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Gambar 2. Kerangka Teori Fibrilasi atrium

• Adanya proses remodeling di atrium.

• Adanya gangguang mekanisme elektrofisiologis

Usia Terdiagnosis fibrilasi atrium berdasarkan

gambaran EKG

Diabetes melitus

Jenis kelamin

Stroke Gagal jantung

kongestif

Hipertensi

Hipertiroid

(33)

3.2 Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka konsep

Karakteristik

• Jenis kelamin

• Usia

• Stroke

• Gagal jantung kongestif

• Hipertensi

• Diabetes mellitus

• Hipertiroid Fibrilasi atrium

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional pendekatan retrospective. Penelitian ini disebut studi deskriptif karena ingin mengetahui gambaran pasien fibrilasi atrium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Penelitian ini merupakan desain cross sectional karena subyek diukur atau dikumpulkan secara simultan yaitu pada waktu yang bersamaan dan pendekatan retrospective karena data merupakan rekam medis selama satu tahun sebelumnya di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

4.2 Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien yang menderita fibrilasi atrium yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dalam masa waktu 1 Januari 2015-31 Desember 2015.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari rekam medis dengan kriteria inklusi

(35)

Kriteria inklusi:

Pasien yang didiagnosa sebagai fibrilasi atrium yang dirawat inap di Rumat Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada periode 1 Januari 2015-31 Desember 2015.

Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi total (total sampling).

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis penderita fibrilasi atrium selama tahun 2015 yang didapat di bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pada rekam medis tersebut dilihat variable yang diteliti yaitu jenis kelamin, usia, stroke, gagal jantung kongestif, hipertensi, diabetes melitus, penyakit tiroid sebagai karakteristik penderita fibrilasi atrium selama tahun 2015 lalu dilakukan pencatatan dan tabulasi.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan telah dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan juga melakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada.

(36)

4.6 Definisi Operasional 1. Fibrilasi Atrium

a. Definisi operasional : Pasien yang didiagnosa oleh dokter menderita fibrilasi atrium berdasarkan

pemeriksaan EKG dengan gambaran gelombang p yang tidak jelas dan RR irreguler yang tercatat dilembar rekam medis

a. Cara ukur : Observasi b. Alat ukur : Tabulasi c. Skala ukur : Nominal

d. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita fibrilasi atrium

2. Jenis Kelamin

a. Definisi operasional : Jenis kelamin yang tercantum pada rekam medis sesuai dengan kartu tanda pengenal sebagai laki-laki / perempuan seperti tertulis dalamrekam medis.

b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur : Dikelompokkan menjadi pasien laki-laki dan pasien perempuan seperti yang tertulis di dalam rekam medis.

3. Usia

a. Definisi operasional : Usia pasien saat melakukan pemeriksaan

(37)

sesuai dengan tahun dan bulan lahir yang tercatat dikartu tanda pengenal yang tercatat dalamrekam medis

b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Rasio

e. Hasil ukur : Hasil dikelompokkan menurut kelompok usia yang berbeda.

4. Stroke

a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita stroke berdasarkan berbagai pemeriksaan yang tercatat di lembar rekam medis

b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur : pasien yang didiagnosa menderita stroke 5. Gagal Jantung Kongestif

a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita gagal jantung kongestif berdasarkan pemeriksaan jantung yang tercatat dilembar rekam medis

b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita gagal jantung kongestif

6. Hipertensi

a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita hipertensi dengan tekanan darah sistol >140 dan diastole >90 berdasarkan

(38)

berbagai pemeriksaan yang tercatat dilembar rekam

medis b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita hipertensi

7. Diabetes Melitus

a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita diabetes melitus dengan GDS

>200 dan GDP >126 berdasarkanberbagai pemeriksaan yang tercatat dilembar

rekam medis a. Cara ukur : Observasi b. Alat ukur : Tabulasi c. Skala ukur : Nominal

d. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita diabetes melitus

8. Hipertiroid

a. Definisi operasional : Pasien yang telah didiagnosa oleh dokter menderita hipertiroid berdasarkan berbagai pemeriksaan yang tercatat dilembar rekam medis

b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Tabulasi d. Skala ukur : Nominal

e. Hasil ukur : Pasien yang didiagnosa menderita hipertiroid

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada mula didirikan, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan nama rumah sakit ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

775/MENKES/SK/IX/1992. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat (Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP) mengacu kepada Departemen Kesehatan (Depkes) sehingga segala urusan rumah sakit bergantung pada Depkes Republik Indonesia (Pemerintah Pusat). Rumah Sakit ini sebagian besar adalah rumah sakit pendidikan yang cukup besar dan luas dengan hubungan khusus ke Fakultas kedokteran, rumah sakit inilah yang digolongkan kepada RSUP H. Adam Malik.

RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H.

Adam Malik berada kurang lebih 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Berastagi.

5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian

(40)

Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah data rekam medis pasien yang menderita fibrilasi atrium yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015-31 Desember 2015 yang telah memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dimana peneliti mengambil semua total sampel yang ada yaitu sebanyak 102 sampel.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Sampel

F %

Laki - Laki 40 39,2

Perempuan 62 60,8

Jumlah 102 100,0

Berdasarkan data pada tabel 5.1 jumlah pasien perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan pasien laki–laki. Dimana jumlah pasien perempuan adalah 62 pasien (60,8%) dan jumlah pasien laki–laki adalah 40 pasien (39,2%).

5.1.4 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia Jumlah Sampel

F %

<60 tahun 83 81,4

60-80 tahun 18 17,6

>80 tahun 1 1,0

Jumlah 102 100,0

(41)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan jumlah pasien yang paling banyak dijumpai dalam kelompok usia <60 tahun yaitu sebanyak 83 pasien (81,4%), dan pada kelompok usia 60-80 tahun yaitu sebanyak 18 pasien (17,6%). Jumlah pasien paling sedikit dijumpai dalam kelompok usia >80 tahun yaitu sebanyak 1 pasien (1,0%).

5.1.5 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Stroke

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan stroke

Stroke Jumlah Sampel

F %

Ada 1 1,0

Tidak Ada 101 99,0

Jumlah 102 100,0

Berdasarkan data pada Tabel 5.4 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita stroke, dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita stroke.

5.1.6 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Gagal Jantung Kongestif

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Gagal Jantung Kongestif

Gagal Jantung Kongestif Jumlah Sampel

F %

Ada 91 89,2

Tidak Ada 11 10,8

Jumlah 102 100,0

Berdasarkan data pada Tabel 5.5 sebanyak 91 pasien (89,2%) menderita gagal jantung kongestif, dan sebanyak 11 pasien (10,8%) tidak menderita gagal jantung kongestif.

(42)

5.1.7 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertensi

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertensi

Hipertensi Jumlah Sampel

F %

Ada 8 7,8

Tidak Ada 94 92,2

Jumlah 102 100,0

Berdasarkan data pada Tabel 5.6 sebanyak 8 pasien (7,8%) menderita hipertensi, dan sebanyak 94 pasien (92,2%) tidak menderita hipertensi

5.1.8 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Diabetes Melitus

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Diabetes Melitus

Diabetes Melitus Jumlah Sampel

F %

Ada 2 2,0

Tidak Ada 100 98,0

Jumlah 102 100,0

Berdasarkan data pada Tabel 5.7 sebanyak 2 pasien (2,0%) menderita diabetes melitus, dan sebanyak 100 pasien (98,0%) tidak menderita diabetes melitus.

(43)

5.1.9 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertiroid

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Sampel yang Didiagnosis dengan Fibrilasi Atrium Berdasarkan Hipertiroid

Hipertiroid Jumlah Sampel

F %

Ada 1 1,0

Tidak Ada 101 99,0

Jumlah 102 100,0

Berdasarkan data pada tabel 5.10 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita hipertiroid, dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita hipertiroid.

(44)

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 lebih banyak diderita oleh pasien berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 62 pasien (60,8%) dibandingkan dengan laki–laki yaitu sebanyak 40 pasien (39,2%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasim et al, (2011) dimana fibrilasi atrium lebih banyak di derita oleh laki–laki sebanyak 10 pasien (90%) dan perempuan sebanyak 1 pasien (9%).11 Penelitian lainnya seperti penelitian Summet et al, (2001) yang dilakukan pada populasi usia diatas 65 tahun didapatkan pasien yang menderita fibrilasi atrium berjenis kelamin laki–laki sebanyak (9,1%) dan perempuan sebanyak (4,8%).12

Berdasarkan teori fibrilasi atrium lebih banyak diderita oleh laki–laki daripada perempuan dengan mekanisme yang belum diketahui dengan pasti.

Walaupun ada kepustakaan yang mengatakan tidak terdapat perbedaan pada jenis kelamin. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terjadi karena adanya variasi pada populasi fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 tertinggi pada pasien dalam kelompok usia <60 tahun yaitu sebanyak 83 pasien (81,4%). Pasien dalam kelompok usia 60-80 tahun didapatkan sebanyak 18 pasien (17,6%) dan yang paling sedikit ditemukan pada kelompok usia >80 tahun yaitu sebanyak 1 pasien (1,0%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Conen et al, (2009) yang mengatakan bahwa prevalensi penderita fibrilasi atrium pada usia <60 tahun kurang dari 1% dan meningkat menjadi lebih dari 7% pada usia 80 tahun keatas.13

(45)

Menurut teori prevalensi FA meningkat seiring dengan meningkatnya usia.

Hal ini berkaitan dengan perubahan degeneratif pada atrium seiring dengan bertambahnya usia. Perbedaan hasil penelitian dengan teori dan penelitian sebelumnya berkaitan dengan angka harapan hidup di Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan angka harapan hidup pada penelitian yang dilakukan oleh Conen et al, (2009) dimana penelitian sebelumnya di lakukan di negara maju, bukan di negara berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita stroke dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita stroke.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Wibisono et al, (2012) yang mengatakan bahwa prevalensi fibrilasi atrium dengan stroke sekitar 1-2%.14

Berdasarkan teori fibrilasi atrium menyebabkan risiko stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat dibanding pasien tanpa fibrilasi atrium. Adanya gangguan irama jantung mengakibatkan keadaan yang relatif statis pada atrium seperti pada fibrilasi atrium. Sumber trombus pada fibrilasi atrium dianggap sebagai faktor risiko yang penting dalam terjadinya kardioemboli. Trombus atau emboli yang terlepas akibat kontraksi endokardium yang tidak teratur dapat menyumbat aliran darah dan menyebabkan hipoksia neuron yang diperdarahinya. Maka daerah tersebut akan mengalami iskemik dan berlanjut menjadi infark.

Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 91 pasien (89,2%) menderita gagal jantung kongestif dan sebanyak 11 pasien (10,8%) tidak menderita gagal jantung kongestif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Summet et al, (2001) dimana ditemukan 10-35% pasien fibrilasi atrium disertai dengan penyakit gagal jantung kongestif. Berdasarkan teori fibrilasi atrium menyebabkan gagal jantung kongestif dikaitkan dengan mekanisme pembesaran volume atrium kiri dan kegagalan ventrikel kiri.12 Terdapat perbedaan prevalensi dari penelitian sebelumnya dimana prevalensi

(46)

pasien fibrilasi atrium disertai dengan gagal jantung kongestif di RSUP Haji Adam Malik meningkat sampai 89,2%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 8 pasien (7,8%) menderita hipertensi dan sebanyak 94 pasien (92,9%) tidak menderita hipertensi. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kasim et al, (2011) ditemukan sebanyak 6 pasien menderita fibrilasi atrium disertai dengan hipertensi.11 Berdasarkan teori hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan ini lah yang dapat mengakibatkan kelainan pada sistem konduksi jantung seperti fibrilasi atrium.

Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 2 pasien (2,0%) menderita diabetes melitus dan sebanyak 100 pasien (98,0%) tidak menderita diabetes melitus. Berdasarkan teori diabetes melitus menjadi faktor risiko terjadinya fibrilasi atrium dengan mekanisme komplikasi makrovaskular yang terjadi akibat penyakit diabetes melitus sehingga mendukung terjadinya fibrilasi atrium.

Berdasarkan hasil penelitian ini, karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015 sebanyak 1 pasien (1,0%) menderita hipertiroid dan sebanyak 101 pasien (99,0%) tidak menderita hipertiroid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ismail (2007) menunjukkan bahwa 1% onset baru fibrilasi atrium disebabkan oleh hipertiroidisme pada populasi dewasa.6 Berdasarkan teori fibrilasi atrium terjadi pada hipertiroidisme disebabkan oleh adanya peningkatan sensitivitas jaringan katekolamin, peningkatan jumlah reseptor β, dan penurunan aktifitas parasimpatis.

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik pasien rawat inap fibrilasi atrium di RSUP Haji Adam Malik Medan dalam masa waktu 1 Januari 2015–31 Desember 2015 pada 102 sampel dapat disimpulkan bahwa:

1. Angka kejadian fibrilasi atrium dilihat dari jenis kelamin lebih banyak pada diderita pada perempuan dibandingkan laki – laki.

2. Angka kejadian fibrilasi atrium tertinggi pada kelompok usia <60 tahun.

3. Pada penelitian ini didapatkan bahwa penderita fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit gagal jantung kongestif lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit penyakit kardiovaskular lainnya.

4. Pada penelitian ini didapatkan bahwa penderita fibrilasi atrium yang disertai dengan penyakit hipertensi lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan penyakit sistemik lainnya.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan melalui penelitian ini, tenaga kesehatan dapat lebih mengenali tentang karakteristik fibrilasi atrium yang akan digunakan sebagai tindakan pencegahan.

(48)

2. Diharapkan agar data–data di rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilengkapi dengan data yang semaksimal mungkin agar tidak timbul masalah di saat pengambilan data yang disebabkan oleh rekam medis yang tidak lengkap.

3. Berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Damanik BP. Hubungan Antara Hipertensi dan Hipertrofi Ventrikel Kiri pada Pasien Lansia dengan Atrial Fibrilasi.Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. 2014 Jul:1-5.

2. Nasution SA, Ismail D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006 May. p.1522-1527.

3. Yuniadi Y, Tondas AE, Hanafy DA, Hermanto DY, Maharani E, Munawar M, et al. Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium. 1. Jakarta. Centra

Communication. 2014. p. 1-82.

4. Dinarti LK, Suciadi LP. Stratifikasi Risiko dan Strategi Manajemen Pasien dengan Fibrilasi Atrium. Maj Kedokt Indon. 2009 jun 6;59(6):277-284.

5. Yansen I, Yuniadi Y. Tata Laksana Fibrilasi Atrium: Kontrol Irama atau Laju Jantung. CDK-202. 2013;40(3):171-175.

6. Firdaus I. Fibrilasi Atrium pada Penyakit Hipertiroidisme Patogenesis dan Tatalaksana. J Kardiol Ind. 2007;28(5):375-386.

7. Rosiak M, Dziuba M, Chudzik M, Cygankiewicz I, Bartezak K, Drożdż J, et al. Risk Factors for atrial fibrillation: Not always severe heart disease, not always so ‘lonely’. Cardiology Journal. 2010;17(5):437-442.

8. Solihat Y, Nasution AH, Panjaitan H. Pascaoperasi Atrial Fibrilasi. Majalah Kedokteran Nusantara. 2008 Sep;41(3):207-214.

9. Levine E. CHADS2 Score for Stroke Risk Assessment in Atrial Fibrillation.

Medscape [internet]. 2014 May 20 [cited 2016 Jun 05]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/2172597-overview

10. Camm AJ, Kirchhof P, Lip GYH, Schotten U, Savelieva I, Ernst S, et al.

Guidelines for the Management of Atrial Fibrillation: The Task Force for the

(49)

Management of Atrial Fibrillation of The European Society of Cardiology (ESC). Medscape [internet]. 2010 [cited 2016 Jun 05]; 12(10): 1360-1420.

Availablefrom: http://www.medscape.com/viewarticle/730434_5

11. Kasim M, Lilyasari O, Yuniadi Y. Fibrilasi Atrial Selama Perawatan Infark Miokard Akut Merupakan Prediktor Stroke Jangka Panjang. J Kardiol Indones. 2011 Desember;32(4):223-228.

12. Summet S, Joseph L, Stephen C, Bernard J. Epidemiology and Natural History of Atrial Fibrillation: Clinical Implications. JACC. 2001;37(2):371-378

13. Conen D, Osswald S, Albert CM. Epidemiology of atrial fibrillation. SWISS MED WKLY. 2009;139(25):346-352.

14. Wibisono A, Fibriani AR, Mahmudah N. Hubungan fibrilasi atrium dengan kejadian stroke iskemik di rsud dr. moewardi. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. 2012 Jul:1-4.

(50)
(51)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Yulita

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/13 Juli 1996 Warna Negara : Indonesia

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jln. Kemiri Raya 2 No 2 Perumnas Simalingkar Medan

Nomor Handphone : 081375411665

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Harapan Bunda (2000-2001)

2. SD Negeri No. 068344 Kecamatan Medan Tuntungan Medan (2001-2007) 3. SMP Negeri 2 Medan (2007-2010)

4. SMA Negeri 2 Medan (2010-2013)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang) Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2013

3. Peserta Seminar Dokter Keluarga dan Workshop Sirkumsisi SCOPH FK USU 2013

4. Peserta Basic Surgical Skill TBM FK USU 2014

5. Peserta Seminar Nasional dan Workshop Pathway to Molecular Therapeutic 2016

(52)

Riwayat Kepanitiaan :

1. Anggota volunteer USU KTR tahun 2015

2. Panitia Pelatihan Dokter kecil UKM IMPM USU tahun 2015 3. Koor Dana dan Usaha Kegiatan Bakti Sosial Hari Lansia tahun 2015 4. Anggota volunteer Hari Tanam Pohon UKM IMPM USU tahun 2015

5. Panitia acara Pengabdian Masyarakat Akbar UKM IMPM USU tahun 2016

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Dana dan Usaha IMPM tahun 2015

(53)
(54)
(55)
(56)

GET

FILE='C:\yulita\skripsi yulita\data RM\data spss.sav'.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=jeniskelamin STROKE CHF DM HIPERTENSI HIPERTIROID

/STATISTICS=VARIANCE /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\yulita\skripsi yulita\data RM\data spss.sav

RECODE usia (60 thru 80=2) (80 thru Highest=3) (Lowest thru 60=1) INTO umur.

VARIABLE LABELS umur 'umur'.

EXECUTE.

FREQUENCIES VARIABLES=umur /STATISTICS=VARIANCE /ORDER=ANALYSIS.

Frequency Table

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

laki-laki 40 38.8 39.2 39.2

perempuan 62 60.2 60.8 100.0

Total 102 99.0 100.0

Missing System 1 1.0

Total 103 100.0

Statistics

jeniskelamin STROKE CHF DM HIPERTENSI HIPERTIROID

N

Valid 102 102 102 102 102 102

Missing 1 1 1 1 1 1

Variance .241 .010 .097 .019 .073 .010

(57)

STROKE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

STROKE 1 1.0 1.0 1.0

TDK STROKE 101 98.1 99.0 100.0

Total 102 99.0 100.0

Missing System 1 1.0

Total 103 100.0

CHF

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

CHF 91 88.3 89.2 89.2

TDK CHF 11 10.7 10.8 100.0

Total 102 99.0 100.0

Missing System 1 1.0

Total 103 100.0

DM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

DM 2 1.9 2.0 2.0

TDK DM 100 97.1 98.0 100.0

Total 102 99.0 100.0

Missing System 1 1.0

Total 103 100.0

HIPERTENSI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

HIPERTENSI 8 7.8 7.8 7.8

TDK HIPERTENSI 94 91.3 92.2 100.0

Total 102 99.0 100.0

Missing System 1 1.0

Total 103 100.0

Gambar

Gambar 2. Kerangka Teori Fibrilasi atrium •  Adanya proses remodeling di atrium. •  Adanya gangguang mekanisme elektrofisiologis   Usia  Terdiagnosis fibrilasi atrium berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien

Dari survey awal yang peneliti lakukan, didapati 980 kunjungan pasien rinosinusitis yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.. Banyaknya kasus rinosinusitis

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui prevalensi DM pada pasien- pasien SKA yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari sampai Desember

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk mengkaji karakteristik pasien gagal jantung kongestif yang menjalani rawat inap ulang di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun

Peran Perawat Dalam Pencegahan Luka Tekan Pada Pasien Tirah Baring di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Oleh: Diana

Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Kuesioner

STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM