• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Rinosinusitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Rinosinusitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan tersering di seluruh dunia (Soetjipto, 2010). Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri (Soetjipto, 2010).

Rinosinusitis adalah penyakit yang sering terjadi, dengan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup dan pembiayaan perawatan kesehatan, serta dampak ekonomi dalam hal absensi dan produktivitas. Diperkirakan sekitar 6 miliar dolar dihabiskan di Amerika Serikat setiap tahun pada terapi rinosinusitis. Pada tahun 2006, sebanyak 2.89 juta resep telah dipreskripsikan kepada pasien rinosinusitis kronis (CRS) di Kanada dengan perbandingan kira-kira dua per tiga untuk rinosinusitis akut (ARS) dan satu per tiga untuk CRS (Desrosiers, 2011).

Pada penelitian terbaru di Kanada dijelaskan dampak CRS pada pasien dan pemanfaatan kesehatan. Pasien dengan CRS memiliki status kesehatan mirip dengan pasien arthritis, kanker, asma, dan penyakit radang usus. Pasien yang menderita CRS didapati melakukan rawat inap dan kunjungan ke praktek dokter secara lebih sering jika dibandingkan dengan orang tanpa CRS. Temuan ini mengakibatkan kesan yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien dalam pembiayaan perawatan (Desrosiers, 2011).

Pada tahun 2007, di Amerika Serikat sebanyak 26 juta orang diserang ARS dan didapati melakukan kunjungan ke praktek dokter sebanyak 12.9 juta. Meskipun tidak ada data spesifik yang tersedia di Kanada, namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di AS didapati bahwa sebanyak 2.6 juta kasus yang terjadi di Kanada setiap tahun. Hal ini dibuktikan dengan data preskripsi pada tahun 2004. Peningkatan insiden tersebut, menyimpulkan bahwa bakteria

(2)

rinosinusitis akut biasanya berkembang dengan infeksi saluran pernafasan atas sekitar 0.5% hingga 2% ( Desrosiers, 2011 ).

Menurut sebuah survei yang telah dilakukan di kawasan perumahan di Kanada melaporkan bahwa prevalensi CRS adalah 5%. Prevalensinya lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki ( 5.7% : 3.4% ) bagi usia ≥ 12 tahun dan prevalensinya meningkat berdasarkan usia. CRS sering terjadi karena kebiasaan merokok, pendapatan yang lebih rendah, riwayat alergi, asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan resikonya sedikit tinggi pada masyarakat yang tinggal di wilayah timur ( Desrosiers, 2011 ).

Hasil penelitian CRS berdasarkan kriteria EPOS menemukan prevalensi 5.5% di Sao Paulo terhadap 11 juta penduduk dengan menggunakan rencana cluster sampling dan wawancara pribadi. Dalam sebuah survei nasional di Korea, prevalensi CRS ditemukan dengan adanya obstruksi dan sekret hidung yang berlangsung lebih dari 3 bulan disertai dengan temuan obyektif endoskopi seperti perubahan warna sekret pada saluran hidung atau polip hidung adalah sekitar 6.95% ( Bachert, 2014 ).

Evaluasi retrospektif terhadap gejala klinis rinosinusitis telah diteliti di Teaching Hospital Olabisi Onabanjo University, Sagamu Nigeria selama lima tahun periode antara Januari 2002 dan Desember 2006. Sebanyak 131 kasus rinosinusitis dianalisis terhadap Pria : Wanita dan hasil rationya adalah 1 : 1.05 ( Sogebi, 2013 ).

Di Indonesia, prevalensi rinosinusitis termasuk tinggi. Hal ini dapat diketahui berdasarkan data DEPKES RI tahun 2003 yang menyebutkan bahwa penyakit tersebut berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama (Stephen, 2012). Dari survey awal yang peneliti lakukan, didapati 980 kunjungan pasien rinosinusitis yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

Banyaknya kasus rinosinusitis yang terjadi baik di luar negeri maupun di Indonesia, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang karakteristik penderita rinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana karakteristik penderita rinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014 .

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita rinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014 berdasarkan umur dan jenis kelamin.

b. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014 berdasarkan keluhan utama. c. Untuk mengetahui jumlah sinus yang terlibat pada penderita

rinosinusitis di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014. d. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinosinusitis di RSUP. Haji

Adam Malik Medan pada tahun 2014 berdasarkan jenis terapi yang dilakukan.

(4)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya dan masalah-masalah yang mungkin timbul akibat dari rinosinusitis agar dapat berobat lebih awal.

2. Hasil data penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh dokter untuk mendiagnosa serta melakukan penatalaksanaan yang baik.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data yang mendukung penelitian lain di masa akan datang tentang rinosinusitis.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Here, a normalized cut methods based on spectral clustering is conducted (Shi and Malik, 2000). Considering the spatial distribution of points in isotropic subspace

[r]

We propose a method of foreground detection on depth maps based on medial representation of objects silhouettes which does not require any machine learning procedures and is able

Dengan diskusi pemecahan masalah, siswa mampu mengidentifikasi pentingnya peran hewan sebagai sumber daya alam dalam menjaga keseimbangan alam dengan tepat7. Dengan

The proposed algorithm requires a labeled dataset for training. We found that it is hard to use real surveillance videos for this task. Most of such data does not contain

Guru juga menyampaikan bahwa meskipun kita tidak memiliki hewan peliharaan kita harus tetap menjaga dan menyayangi hewan yang ada di sekitar kita.. Siswa akan

A convolutional neural network (CNN) is one of the deep learning architectures which have been applied in different fields of computer vision and machine