RIWAYAT HIDUP PENELITI (Curriculum Vitae)
Nama : DINDA HANIFAH
Tempat/ tanggal lahir : Medan, 16 Juni 1992 Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Citra Garden Blok C12 No.23 Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara
Nomor Telepon : 081362496688
Orang Tua : Ayah : Ali Hanafiah
Ibu : Nur Haima Harahap Riwayat Pendidikan : SDN 112224 Kotapinang (1998-2003)
SMPN 1 Kotapinang (2004-2006)
LAMPIRAN
Hasil Output SPSS
1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
usia pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <1 tahun (bayi) 2 1.7 1.7 1.7
1-14 tahun (balita-anak) 1 .8 .8 2.5
15-49 tahun (remaja-dewasa) 110 92.4 92.4 95.0
> 50 tahun (orang tua) 6 5.0 5.0 100.0
Total 119 100.0 100.0
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
JK pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 81 68.1 68.1 68.1
Perempuan 38 31.9 31.9 100.0
3. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
TP pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak sekolah 3 2.5 2.5 2.5
SD 9 7.6 7.6 10.1
SMP 29 24.4 24.4 34.5
SMA 76 63.9 63.9 98.3
Sarjana 2 1.7 1.7 100.0
Total 119 100.0 100.0
4. Distribusi Sampel Berdasarkan Faktor Risiko
FR pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Faktor sistemik 57 47.9 47.9 47.9
Faktor lokal dan sistemik 62 52.1 52.1 100.0
Riwayat merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 58 48.7 48.7 48.7
Ada 61 51.3 51.3 100.0
Total 119 100.0 100.0
Diabetes Mellitus
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 116 97.5 97.5 97.5
Ada 3 2.5 2.5 100.0
Total 119 100.0 100.0
HIV/AIDS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 23 19.3 19.3 19.3
Ada 96 80.7 80.7 100.0
Total 119 100.0 100.0
Keganasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 115 96.6 96.6 96.6
Ada 4 3.4 3.4 100.0
TB paru
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 58 48.7 48.7 48.7
Ada 61 51.3 51.3 100.0
Total 119 100.0 100.0
Anemia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 63 52.9 52.9 52.9
Ada 56 47.1 47.1 100.0
Total 119 100.0 100.0
Cross Tab
Riwayat merokok * Diabetes Mellitus Crosstabulation
Diabetes Mellitus
Total Tidak ada Ada
Riwayat merokok Tidak ada Count 56 2 58
% within Riwayat merokok 96.6% 3.4% 100.0%
Ada Count 60 1 61
% within Riwayat merokok 98.4% 1.6% 100.0%
Total Count 116 3 119
Riwayat merokok * HIV/AIDS Crosstabulation
Riwayat merokok * TB paru Crosstabulation
Riwayat merokok * Anemia Crosstabulation
Anemia
Total Tidak ada Ada
Riwayat merokok Tidak ada Count 24 34 58
% within Riwayat merokok 41.4% 58.6% 100.0%
Ada Count 39 22 61
% within Riwayat merokok 63.9% 36.1% 100.0%
Total Count 63 56 119
DAFTAR PUSTAKA
Akpan, A., Morgan, R., 2002. Review Oral Candidiasis. Journal of Postgrad Medicine. 78: 455-458
DEPKES R.I., 2010. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
DEPKES R.I., 2010. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (DITJEN PPPL) Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral, ed.2:123-126
DEPKES R.I., 2007. Kebijakan Nasional Kolabrasi HIV-TB
Epstein, JB., Silverman, S.Jr., Fleischmann, J., 2001. Chapter 18: Oral Fungal
Infections. In: Silverman S.Jr, Eversole RL, Truelove EL Essentials of Oral Medicine. Canada: BC Decker Inc: 170-177. Available at: http://web.squ.edu.om/medLib/MED_CD/E_CDs/Essential%20of%20Oral%
20Medicine/startme.pdf
Evans, E.G.V., 2002. Fungi. In: Greenwood D, Slack R.C.B, Peutherer J.F Medical Microbiology A Guide To Microbial Infections: Pathogenesis, Immunity, Laboratory Diagnosis and Control. Ed. 16th. London: Churchill
Livingstone: 575-576.
Gabler, IG., Barbosa, AC., Vilfla, RR., Lyon, S., Rosa, CA., 2008. Incidence and Anatomic Localization of Oral Candidiasis in Patients with AIDS Hospitalized in a Public Hospital in Belo Horizonte, MG, Brazil. Journal of Applied Oral Science. 16(4): 247-250
Jawetz, E., Brook, GF., 2007. Mikrobiologi Kedokteran In: Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran, ed 23, EGC-Jakarta; 627-629; 637-641
Menon, T., Umamaheswari, K., Kumarasamy, N., Solomon, S., Thyagarajan, SP., 2001. Efficacy of fluconazole and Itraconazole in the treatment of Oral Candidiasis in HIV Patients. Elsivier, 80: 151-154
Mitchell, T.G., 2007. Bab 45: Mikologi Kedokteran. In: Brooks G.F, Butel J.S, Morse S.A; alih bahasa, Hartanto H et al; editor edisi bahasa Indonesia, Elferia R.N et al. Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. Ed. 23 Jakarta: EGC: 657-660.
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Parihar, S., 2011. Oral Candidiasis-A Review. Webmed Central Dentistry. 2 (11): 1-18. Available at: http://www.webmedcentral.com/article_view/2498
Permitasari, D.A., 2012. Faktor Risiko Terjadinya Koinfeksi Tuberculosis Pada Pasien HIV/AIDS Di RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Rajesh R, Subramanian K, Padmavathy BK, Vasanthi S. 2002. Prevalence and Spesies Profile of Dermatophytosis among positive patient in rural raferral centre. Indian J sex Transm Dis.27 (2) :p.70
Sitorus, R., 2011. Pengobatan Kandidiasis Oral dengan Flukonazole pada Penderita HIV/AIDS Dihubungkan dengan spesies dan Bentuk Klinis yang dijumpai. Repository Universitas Sumatera Utara.
Sudjana, P., 2008. Infeksi Jamur Pada Penderita Infeksi HIV. Jurnal IPD FKUP- RSHS. Available at: www.interne-rshs.com
Suyoso, S., 2010. Kandidiasis Mukosa. RSU.Dr.Soetomo Surabaya: 1-17. Available at: http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/index.php? option= com_ docman&task=doc_download&gid=83&Itemid=118
Tarcin, BG., 2011. Oral Candidosis: Aetiology, Clinical Manifestations, Diagnosis and Management. Journal of Marmara University Institute of Health Science. 1 (2): 140-148.
VCT pusyansus, 2013. Rekam Medik, RSUP H.Adam Malik, Medan
Gupta, V.K., 2013. Laboratory Protocols in Fungal Biology: Current Methods in Fungal Biology.New York: Springer: 246-250
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Karakteristik : Umur Jenis kelamin Tingkat pendidikan
Faktor Risiko
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kandidiasis Oral Berdasarkan Gambaran Klinis dengan atau tanpa
Hasil Lab(+)
3.2 Definisi Operasional
Karakterstik:
Umur adalah umur pasien kandidiasis oral yang dinyatakan dalam tahun. Pengukuran dengan cara observasi, alat ukur: rekam medis, skala: ordinal, hasil ukur :
1. < 1 tahun 2. 1-9 tahun 3. 10-19 tahun 4. 20-29 tahun 5. 30-39 tahun 6. 40-49 tahun
7. > 50 tahun (orang tua)
Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien kandidiasis oral. Pengukuran dengan cara observasi, alat ukur rekam medis, skala: nominal, hasil ukur:
1. laki-laki 2. perempuan
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir pasien kandidiasis oral. Pengukuran dengan cara observasi, alat ukur rekam medis, hasil ukur:
1. Tidak sekolah 2. SD
Faktor Risiko adalah DM, HIV/AIDS, TB paru, keganasan, anemia (faktor sistemik) dan merokok (faktor lokal) pada pasien kandidiasis oral. Pengukuran dengan cara observasi, alat ukur rekam medis, hasil ukur:
1. Faktor lokal 2. Faktor sistemik
3. Faktor lokal dan sistemik
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif untuk melihat karakteristik, faktor risiko, dan proporsi pasien kandidiasis oral di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2012 dengan pendekatan studi cross sectional.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Agustus – Oktober 2013 dari sumber catatan rekam medis yaitu dari Januari – Desember 2012
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP. H.Adam Malik Medan bagian Instalasi Rekam Medik.Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Alasan untuk memilih tempat tersebut adalah rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan di kota Medan propinsi Sumatera Utara yang senantiasa mendapat pasien dari berbagai daerah dan kota sekitar propinsi tersebut.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah catatan rekam medik pasien RSUP. H.Adam Malik Medan dari Januari – Desember 2012 yang didiagnosa menderita kandidiasis oral. Pengambilan sampel dilakukan secara metode total sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan sampel.
Pengumpulan sampel juga akan digunakan kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria Inklusi
Semua pasien yang datang ke RSUP H.Adam Malik Medan dengan gambaran klinis dan didiagnosa kandidiasis oral
2. Kriteria Eksklusi
Catatan rekam medik tidak lengkap
4.4 Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana semua data yang diperlukan diperoleh dari catatan rekam medis serta hasil laboratorium mikrobiologi pasien yang menderita kandidiasis oral.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
4.6 Kerangka Operasional
Dari Laporan Hasil
Pemeriksaan Laboratorium
Spesies Candida Tahun 2012
Spesies Candida dari Swab Oral
ditemukan 3 sampel
Sampel Dari Catatan Medik
yang didiagnosa
Kandidiasis Oral
ditemukan 119 sampel
Hasil anamnesis: Umur, Jenis
kelamin, Tingkat pendidikan, Faktor
risiko, Pemeriksaan laboratorium,
Gambaran klinis
Analisa dan
Pengolahan data
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Prov. Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No.547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.
5.1.2. Karakteristik Individu
Pada penelitian ini dari 186 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan selama bulan Januari sampai Desember 2012, didapatkan 119 pasien yang memenuhi kriteria inklusi atas yang rawat jalan serta rawat inap.
5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel
Tabel 5.1. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan kelompok umur
Dari tabel 5.1. dapat diketahui bahwa dari 119 orang pasien kandidiasis oral berdasarkan gambaran klinis dengan atau tanpa pemeriksaan lab (+), proporsi terbesar terjadi pada kelompok umur antara 30-39 tahun yaitu sebanyak 37.8% diikuti kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 35.3%, 40-49 tahun sebanyak 16.8%, >50 tahun sebanyak 5%, 10-19 tahun 2.5%. Lalu pada kelompok umur <1tahun adalah 1.7% serta kelompok umur antara 1-9 tahun adalah sebanyak 0.8%.
Tabel 5.2. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 81 68.1
Perempuan 38 31.9
Total 119 100.0
Tabel 5.3. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak sekolah 3 2.5 terbanyak menderita kandidiasis oral adalah tingkat SMA sebanyak 76 orang (63.9%), tingkat SMP sebanyak 29 orang (24.4%), tingkat SD terdapat sebanyak 9 orang (7.6%) dan yang tidak sekolah sebanyak 3 orang (2.5%) paling sedikit diderita oleh pasien dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 2 orang (1.7 %).
Tabel 5.4. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan faktor risiko
Faktor Risiko Jumlah (n) Persentase (%)
Gambar 5.1. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan faktor risiko lokal dan sistemik
Hasil penelitian terlihat bahwa faktor risiko sistemik terbanyak adalah HIV/AIDS dari 119 orang dijumpai 96 orang (80.7%) diikuti TB paru sebanyak 61orang (51.3%), anemia 56 orang (47.1%), keganasan 4 orang (3.4%) serta DM sebanyak 3 orang (2.5%) sedangkan faktor lokal terbanyak adalah merokok sebanyak 61orang (51.3%)
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi riwayat merokok berdasarkan faktor risiko sistemik pada pasien kandidiasis oral berhubungan dengan faktor risiko lokal (merokok) pada pasien kandidiasis oral
adalah TB Paru yaitu 56 orang (91.8%) diikuti HIV/AIDS 54 orang (88.5%), Anemia 22 orang (36.1%) sedangkan keganasan dan diabetes mellitus merupakan faktor risiko sistemik dengan frekuensi terkecil yang berhubungan dengan faktor risiko lokal (merokok) pada pasien kandidiasis oral yaitu 3.4% dan 1.6%
5.2. Pembahasan
5.2.1. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan kelompok umur
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa proporsi terbesar terjadi pada kelompok umur antara 30-39 tahun yaitu sebanyak 37.8%. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada tahun 2010 dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun merupakan kelompok terbanyak (48,1%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), dan kelompok umur 40-49 (9,1%) dilaporkan oleh DepKes (2010). Sedangkan pada tahun 2011 dilaporkan kasus tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (33,62%) disusul kelompok umur 20-29 tahun (33,05%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,09). Jadi, kebanyakan orang yang datang berobat rata-rata. Pada penelitian ini proporsi terbesar terjadi pada kelompok umur antara 30-39 karena pada kelompok umur ini lebih sering terpapar faktor risiko terjadinya kandidiasis oral
5.2.2. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan jenis kelamin
Pada penelitian ini, dapat dilihat proporsi jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 68.1% sedangkan pada perempuan adalah 31.9%.
Kebiasaan laki-laki merokok menjadi salah satu penyebabkan mereka lebih terpapar dengan zat toksik yang dapat mempengaruhi sistem imun tubuh sehingga mempermudah terjadinya infeksi rongga mulut oleh jamur.
Malik laki-laki lebih banyak dibanding perempuan (VCT-Pusyansus RSUP.HAM Medan,2013) sedangkan, Menurut data statistik kasus di Indonesia pada tahun 2009-2010 laki-laki yang terkena kandidiasis oral dengan HIV sebanyak 74.0% dan 26,0% perempuan (DepKes RI Ditjen PPPL,2010)
5.2.3. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan tingkat pendidikan Hasil penelitian terlihat bahwa tingkat pendidikan pasien kandidiasis oral terbanyak adalah pada tingkat pendidikan SMA (63.9%) diikuti dengan pendidikan SMP (24.4%). Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Risma (2008) di RSUP H.Adam Malik Medan yaitu pada tingkat pendidikan SMA (46,2%) dan SMP (30,8). Hal yang sama juga dikatakan oleh Rajesh R, yang mendapatkan pada tingkat SMA (82%). Tingginya angka pasien kandidiasis oral pada tingkat sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama kemungkinan berpengaruh dengan perilaku dan pengaruh lingkungan
5.2.4. Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan faktor risiko
Pada penelitian ini terlihat bahwa faktor risiko terbanyak adalah faktor lokal dan sistemik yaitu sebanyak 52.1% diikuti faktor sistemik (Diabetes Mellitus, HIV/AIDS, keganasan, anemia,TB paru) sebanyak 47.9% dan tidak didapati pasien kandidiasis oral yang hanya disebabkan oleh faktor lokal (merokok). Menurut Epstain (2001) frekuensi terjadinya infeksi oral yang disebabkan spesies Candida meningkat dengan adanya kedua faktor risiko sistemik dan lokal.
Faktor risiko terbanyak adalah HIV/AIDS (80.7%) sesuai dengan penelitian Suyoso (2010) di RSU.Dr.Soetom Surabaya ditemukan 90% pasien HIV positif menderita kandidiasis oral. Sedangkan menurut Akpan (2002) frekuensi terjadinya kandidiasis oral pada pasien HIV antara 7%-48%
(88.5%). Sedangkan hasil penelitian Desy (2012) di RSUP DR.Kariadi Semarang menyatakan bahwa kandidiasis oral merupakan faktor risiko penyerta terbanyak pada pasien HIV-TB sebanyak (20.8%) dan sesuai dengan artikel Aspek Kesehatan Masyarakat HIV-TB di Indonesia mencapai 80.8%
5.2.5. Distribusi proporsi spesies Candida pada pasien kandidiasis oral Dari 119 pasien kandidiasis oral ditemukan hanya 3 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil dari 3 sampel positif (+) Candida albicans. Pernyataan yang sama juga dinyatakan pada penelitian Risma (2008) bahwa ditemukan spesies Candida albicans (77%) diikuti Candida tropicalis (19,2%) dan Candida krusei (3,8). Sesuai dengan penelitian Menon (2001) di India di jumpai Candida albicans (73.9%) sedangkan hasil penelitian Gabler (2008) dari 34 pasien ditemukan 31 pasien Candida albicans (95%)
5.3. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain :
Data yang digunakan merupakan data sekunder dari catatan medik. Kebanyakan catatan medik kurang lengkap sehingga tidak bisa dijadikan sampel penelitian. Beberapa berkas catatan medik juga tidak dapat ditemukan, kemungkinan berkas tersebut sedang dipinjam dan belum dikembalikan ke Instalasi Rekam Medik.
Hasil Anamnesis yang tidak lengkap tertulis di dalam berkas catatan medik mempersulit peneliti untuk mengetahui faktor-faktor risiko lokal dan sistemik pada pasien sebagai kelengkapan dari variabel penelitian ini
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan :
1. Jumlah total pasien yang didiagnosa kandidiasis oral berdasarkan gambaran klinis dengan atau tanpa pemeriksaan lab (+) di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 adalah 119 orang.
2. Distribusi proporsi kelompok umur yang terbanyak menderita kandidiasis oral adalah kelompok umur antara 15-49 tahun sebanyak 92.4%.
3. Selama periode tahun 2012 total kasus pasien yang menderita kandidiasis oral di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang jenis kelamin laki-laki adalah lebih banyak yaitu sebanyak 68.1% sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 31.9%.
4. Tingkat pendidikan terakhir pasien yang menderita kandidiasis oral terbanyak adalah tingkat SMA (sekolah menengah atas) yaitu sebanyak 76 orang (63.9 %).
5. Faktor risiko terbanyak disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik sebanyak 52.1% kemudian diikuti oleh faktor sistemik sebanyak 47.9% sedang kandidiasis oral yg disebabkan oleh faktor risiko lokal saja tidak ditemukan.
6. HIV/AIDS merupakan faktor risiko terbanyak pada pasien kandidiasis oral di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012 yaitu (80.7%)
8. Proporsi spesies Candida yang utama sebagai penyebab kandidiasis oral dari hasil indentifikasi pemeriksaan swab oral yaitu Candida albicans
6.2. Saran
Dari penelitian ini, terlihat bahwa secara keseluruhan :
1. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini lebih baik dilakukan dengan metode eksperimental.
2. Penelitian lanjutan yang berkaitan dengan epidemiologi penyakit infeksi Candida pada rongga mulut harus dilakukan supaya pencegahan dan
penanganannya lebih baik
3. Perlu diperhatikan adanya faktor risiko lokal maupun sistemik sebagai salah satu faktor predisposisi kandidiasis oral supaya tidak diacuhkan. 4. Perlu kecurigaan akan adanya kandidiasis oral ada daerah mulut, dari
pemeriksaan laboratorium didapati adanya spesies Candida pada pemeriksaan swab
5. Perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang faktor risiko pada kejadian kandidiasis oral agar upaya pencegahan dapat diambil dengan menjaga kebersihan mulut dan melakukan pemeriksaan gigi sekurang-kurangnya satu kali per tahun.
6. Rekam medis perlu dilengkapkan dan dirapikan sehingga informasi yang ingin digali dapat dibaca dengan lebih mudah dan sempurna misalnya, yang berhubungan dengan cara penegakan diagnosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Candida sp
Candida sp adalah anggota flora normal pada kulit, membran mukosa,
dan saluran pencernaan. Infeksi yang disebabkan oleh Candida sp disebut dengan kandidiasis. Kandidiasi dibagi menjadi superficial candidiasis dan deep candidiasis. Candidiasis superfisial (kutan atau mukosa) adalah infeksi
candida yang terjadi melalui peningkatan jumlah kandida lokal dan kerusakan pada kulit atau epitel yang memungkinkan invasi lokal oleh ragi atau pseudohifa di kulit, rambut, kuku dan membran mukosa. Sedangkan deep candidiasis adalah infeksi candida yang mengenai organ dalam dan aliran darah, terjadi ketika kandida masuk ke aliran darah dan pertahanan tubuh yang tidak adekuat untuk menahan pertumbuhan dan penyebaran ragi sehingga bisa menyebabkan infeksi di berbagai organ (Mitchell, 2007).
2.2 Kandidiasis Oral
Kandidiasis oral atau dikenal juga dengan thrush adalah infeksi oportunistik umum pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari spesies Candida (Tarcin, 2011).
2.3 Etiologi
Kandidiasis oral umumnya disebabkan C. albicans, dapat juga C. dubliniensis, C. tropicalis, C. glabrata, C. pseudotropicalis,C. guillierimondii, C.
krusei, C. lusitaniae, C. parapsilosis,dan C. stellatoidea,dan C. glabrata
mewakili lebih dari 80% isolat dari infeksi berdasarkan lesi klinis (Akpan, 2002).
Penelitian yang dilakukan di Eduardo de Menez’s Hospital, Brazil bentuk
Candida parapsilosis 3 pasien, Candida krusei 3 pasien, Candida dublinensis 1
pasien dan Candida gulliermondii 1 pasien. Candida albicans adalah penyebab terbanyak dihubungkan dengan bentuk lesi klinis, diikuti Candida glabrata, Candida tropicalis dan Candida parapsilosis. Identifikasi yang tepat agen
penyebab bias mengindikasikan pilihan terapi yang baik untuk mengobati pasien (Gabler, 2008).
Penelitian pada tahun 2007 di Surabaya, kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS didapat C.albicans 35,29% dan non C.albicans 64,71% (C.tropicalis 29,41%, C.dublininiensis 14,71%, C.glabrata 14,71% dan C.guilliermondii 5,88%) (Suyoso, 2010).
Peningkatan frekuensi kandidiasis oral karena adanya faktor resiko lokal maupun sistemik.
Tabel 2.1 Faktor Risiko Kandidiasis Oral (Tarcin, 2011)
Faktor Lokal Faktor Sistemik
1. Xerostomia(hiposalivasi, radioterapi) 2. Kanker Oral
3. Penggunaan kortikosteroid topikal 4. Pemakaian gigi palsu
5. Diet tinggi karbohidrat 6. Merokok
1. Umur (neonatal dan umur lanjut) 2. Kelainan endokrin (DM,hipotiroid)
sindrom Sjogren yang merupakan faktor risiko dari kandidiasis oral (Tarcin, 2011).
2. Pengunaan kortikosteroid
Pengunaan kortikosteroid meningkatkan risiko kandidiasis oral dengan mengubah glikogen menjadi glukosa dan mensupresi imunitas sellular sehingga meningkatkan pertumbuhan kandida (Akpan, 2002).
3. Diet tinggi karbohidrat
Asupan tinggi karbohidrat diasumsikan dapat menyebabkan kandidiasis oral. Hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa glukosa meningkatkan pertumbuhan Candida dalam saliva (Tarcin,2011).
4. Penggunaan gigi palsu
Penggunaan gigi palsu pada umur lanjut lebih dari 65% terinfeksi kandida (Akpan, 2002). Penggunaan gigi palsu mengurangi resistensi jaringan, peningkatan permeabilitas epitel dan keadaan mulut relatif asam sehingga meningkatnya pertumbuhan kandida (Tarcin, 2011).
5. Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan lokal pada epitel dan
pertumbuhan kolonisasi Candida (Tarcin, 2011).
6. Kelainan endokrin
Diabetes mellitus (DM) dapat meningkatkan infeksi kandida karena
penyimpangan sistem imun. Pasien dengan DM tidak terkontrol menunjukkan
gejala seperti hiposalivasi, penurunan pH saliva, peningkatan kadar glukosa dalam
saliva yang diketahui sebagai faktor penyebab pertumbuhan dan kolonisasi
7. Faktor nutrisi
Kekurangan nutrisi menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan
kehilangan integritas epitel sehingga mendukung invasi dan infeksi jamur.
Anemia defisiensi besi menyebabkan penurunan respon limfosit terhadap antigen
kandida dan penurunan imunitas sellular sehingga terjadi peningkatan frekuensi
Candida albicans di dalam mulut (Tarcin, 2011).
8. Immunosuppresi
Kandidiasis oral kebanyakan terjadi pada pasien HIV/AIDS (Akpan,
2002). Pada infeksi HIV, terjadi defisiensi imun yang melibatkan limfosit
T-helper sehingga pasien HIV/AIDS lebih cenderung pada infeksi sekunder
oportunistik kandida (Tarcin, 2011). 90% pada pasien yang menjalani kemoterapi leukemia akut, dan 95% dari pasien dengan HIV (Akpan, 2002).
Penelitian di salah satu Rumah Sakit di Belo Horizonte, Brazil bahwa infeksi oportunistik yang paling banyak dijumpai yaitu kandidiasis oral dengan prevalensi 50,7% (Gabler, 2008).
kasus kandidiasis oral dari tahun 2008 sampai tahun 2009 terdapat 28.7% (VCT Pusyansus RSUP. HAM).
2.5 Klasifikasi Kandidiasis Oral berdasarkan bentuk lesi klinis 2.5.1 Kandidiasis Pseudomembran Akut
Disebut juga Oral thrush, kandidiasis pseudomembran akut. Tampak plak pseudomembran, putih seperti sari susu, mengenai mukosa bukal, lidah dan permukaan oral lainnya. Pseudomembran tersebut terdiri atas kumpulan hifa dan sel ragi, sel radang, bakteri, sel epitel, debris makanan dan jaringan nekrotik. Bila plak diangkat tampak dasar mukosa eritematosa atau mungkin berdarah dan terasa nyeri sekali (Akpan, 2002).
Gambar 2.1. Kandidiasis Pseudomembranous Akut
2.5.2. Kandidiasis atrofi akut
Gambar 2.2 Kandidiasis Atrofi Akut
2.5.3. Kandidiasis hiperplastik kronis
Disebut juga leukoplakia kandida. Gejala bervariasi dan bercak putih, yang hampir tidak teraba sampai plak kasar yang melekat erat pada lidah, palatum atau mukosa bukal. Keluhan umumnya rasa kasar atau pedih di daerah yang terkena. Tidak seperti kandidiasis pseudomembran, plak disini tidak dapat dikerok. Harus dibedakan dengan leukoplakia oral oleh sebab lain yang sering dihubungkan dengan rokok dan keganasan. Terbanyak pada pria, umumnya diatas 30 tahun dan perokok (Akpan, 2002).
Gambar 2.3.Kandidiasis Hiperplastik Kronis
2.5.4. Kandidiasis atrofi kronis
prostesis maksilaris. Ada tiga stadium yang berawal dari lesi bintik-bintik (pinpoint) yang hiperemia, terbatas pada asal duktus kelenjar mukosa palatum. Kemudian dapat meluas sampai hiperemia generalisata dan peradangan seluruh area yang menggunakan protese. Bila tidak diobati pada tahap selanjutnya terjadi hiperplasia papilar granularis (Akpan, 2002).
Pada kandidiasis atrofi kronis sering disertai kheilitis angularis, tidak menunjukkan gejala atau hanya gejala ringan. Candida albicans lebih sering ditemukan pada permukaan gigi palsu daripada di permukaan mukosa. Bila ada gejala umumnya pada pasien dengan peradangan granular atau generalisata, keluhan dapat berupa rasa terbakar, pruritus dan nyeri ringan sampai berat (Tarcin, 2011).
Gambar 2.4.Kandidiasis Atrofi Kronis
2.5.5. Glositis rhomboid median
Merupakan bentuk lanjutan atau varian kandidiasis hiperplastik kronis. Pada bagian tengah permukaan dorsal lidah terjadi atrofi papilla (Tarcin, 2011).
2.5.6. Kheilosis kandida
Sinonim perleche, angular cheilitis, angular stomatitis. Khas ditandai eritema, fisura, maserasi dan pedih pada sudut mulut. Biasanya pada mereka yang mempunyai kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien umur lanjut dengan kulit yang kendur pada komisura mulut. Juga karena hilangnya dimensi vertical pada 1/3 bawah muka karena hilangnya susunan gigi atau pemasangan gigi palsu yang jelek dan oklusi yang salah. Biasanya dihubungkan dengan kandidiasis atrofi kronis karena pemakaian protese (Tarcin, 2011).
Gambar 2.6.Kheiliosis Angular
2.6 Patogenesis
Candida sp merupakan flora normal pada kulit dan mukosa manumur.
Candida sp merupakan oportunistik patogen karena pada manumur sehat Candida
tidak berbahaya, tetapi pada orang yang memiliki petahanan tubuh yang rendah dan terjadi ketidak seimbangan flora normal dalam tubuhnya maka Candida akan membahayakan dan menyebabkan berbagai gejala penyakit. Faktor virulensi dari Candida yaitu berasal dari dinding sel dan sifat dimorfik dari Candida. Dinding
sel mempunyai peranan penting dalam virulensi karena memiliki bagian yang berinteraksi dengan sel penjamu secara langsung(Mitchell, 2007).
pada tahap awal invasi jaringan. Faktor virulensi yang lain adalah sifat dimorfik dari Candida. Pada keadaan patogen, Candida lebih banyak ditemukan dalam bentuk pseudohifa. Sifat morfologis yang dinamis tersebut merupakan cara untuk dapat beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Kemampuan Candida berubah bentuk menjadi pseudohifa menjadi salah satu faktor virulensi karena bentuk pseudohifa yang besar menyebabkan makrofag sulit untuk memfagositosis (Ghannoum,2000).
Faktor-faktor predesposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidensi kolonisasi dan infeksi kandida yaitu:
1. Faktor mekanis : trauma, kelembaban atau maserasi (gigi palsu, pakaian ketat atau balut tertutup, kegemukan)
2. Faktor nutrisi : avitaminosis, defesisensi besi
3. Perubahan fisiologi : bayi atau umur lanjut, kehamilan, menstruasi
4. Penyakit sistemik : diabetes mellitus dan endrokinopati tertentu, lainnya uremia, malignansi, dan keadaan imunodefesiensi instrinsik (missal infeksi HIVAIDS)
5. Penyebab iatrogenik : faktor barier lemah (pemasangan kateter, penyalahgunaan obat iv),radiasi sinar x, obat obatan oral, parenteral, topical dan aerosol (kortikosteroid dan imunosupresi lainnya, antibiotic spectrum luas,metronidazole,transquilizer,kontrasepsi oral/estrogen) 6. Idiopatik (Evans EGV, 2002)
2.7 Diagnosis
Diagnosa untuk pertumbuhan Candida yang berlebih (kandidiasis) sering diduga atas dasar kecurigaan klinis yaitu perubahan mukosa yang khas berwarna putih sampai merah (Epstein, 2001).
Untuk menegakkan diagnosa secara pasti dilakukan uji laboratorium diagnostik berupa apusan/swab dan kerokan dari permukaan lesi.
1. Pemeriksaan Mikroskopik : usapan mukokutan diperiksaan dengan sediaan apus yang menggunakan pewarnaan gram dan Periodic Acid Schiff (PAS), untuk mencari pseudohifa dan sel-sel bertunas (Tarcin, 2011)
2. Pemeriksaan Biakan : spesimen yang akan diperiksa ditanam dalam
Sabaroud’s Dextrose Agar (SDA) pada suhu ruangan atau 370 dalam
incubator selama 24-48jam. Koloni tumbuh berupa Yeast Like Form (Mitchell, 2007).
3. Uji Biokimia : digunakan untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasi berbagai kelompok jamur, uji biokimia terdiri dari :
1. Metode manual yaitu liquid auxanographic method, pour plate auxanographic, utilization of carbon and nitrogen sources,and
carbohydrate fermentation
2. Metode otomatis yaitu API 20C yeast identification system, biomerieux vitek yeast biochemical card, and abbott yeast identification system (Gupta, 2013)
2.8 Pengobatan
Pengobatan Topikal
1. Nistatin suspensi oral: Dosis: 5 ml (500.000-U), 3 x / hari sesudah makan. Harus ditahan di mulut kurang lebih 2 menit sebelum ditelan(Epstein, 2001)
2. Amfoterisin B:
Bekerja melalui pengikatan pada sterol dalam membran sel jamur dan mengubah permeabilitas membran sel, tidak diserap pada saluran pencernaan sehingga dianjurkan pemberian secara topikal. Sediaan : Suspensi oral 100 mg / ml, 4x/hari (Akpan, 2002).
3. Mikonazol
Sejenis Imidazole dapat digunakan sebagai aplikasi lokal dalam mulut, akan tetapi pemakaian dengan cara ini terbatas karena efek samping seperti muntah dan diare. Obat lain yang termasuk kelompok ini klotrimazol dan ketokonazol. Sediaan: Gel oral 25mg/ml, krem 2%, tablet 250 mg. Pengobatan diteruskan sampai 2 hari sesudah gejala tidak tampak(Epstein, 2001)
4. Solusio gentian violet 1 – 2% :
Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak menarik. Dapat dipertimbangkan untuk kasus sulit dan kekambuhan. Dioleskan 2 x / hari selama 3 hari (Akpan, 2002).
Pengobatan Sistemik
1. Ketokonazol 200mg – 400 mg / hari selama 2 – 4 minggu, untuk infeksi kronis perlu 3 – 5 minggu (Epstein, 2001)
2. Itrakonazol 100 – 200 mg / hari selama 4 minggu (Akpan, 2002) 3. Flukonazol 50 – 200 mg / hari selama 1- 2 minggu (Tarcin, 2011)
Indikasi pengobatan sistemik:
1. Risiko tinggi terjadinya diseminasi (kandidiasis sistemik) yaitu pada pasien granulositopenia/imunokompromais, dan pasien yang mendapat terapi imunosupresif.
2. Dengan terapi topikal tidak berhasil atau tidak sembuh. 3. Bila terjadi reinfeksi.
4. Pada pasien AIDS : kapsul Flukonazol lebih baik dari pada kapsul Itrakonazol. Sebaiknya tablet ketokonazol tidak digunakan oleh karena pasien AIDS kurang sampai aklorhidria sedangkan ketokonazol perlu hiperkhlorhidria hingga minumnya harus bersama makanan, sehingga absorbsinya meningkat (Suyoso, 2010).
2.9 Pencegahan
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah menghindari gangguan keseimbangan pada flora mikroba normal dan pertahanan pejamu intak (Mitchell, 2007).
1. Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi, lidah dan memakai obat kumur setiap hari.
2. Jika menggunakan gigi palsu dibersihkan dan dilepas selama 6 jam setiap hari.
3. Mencegah faktor resiko seperti merokok, diet tinggi karbohidrat dan penggunaan gigi palsu(Akpan, 2002).
Pencegahan kekambuhan dengan cara :
1. Meminimalisasi atau mengobati faktor predisposisinya
2. Memaksimalkan efektivitas terapi ARV pada pasien HIV sebelum memulai obat profilaksis.
4. Pada pasien dengan infeksi HIV tidak dianjurkan untuk pengobatan profilaksis jangka panjang karena pengobatan fase akut dan obat ARV lebih efektif.
5. Kontrol ke dokter bagi pasien rawat jalan (Suyoso, 2010). Kandidiasis tidak menular karena sebenarnya semua orang secara normal sudah mengandung organisme tersebut (Mitchell, 2007).
2.10 Prognosis
Prognosis untuk kandidiasis oral baik dengan pengobatan yang tepat dan efektif. Kekambuhan lebih sering terjadi karena kurangnya kesadaran untuk menjalankan terapi/pengobatan, kegagalan untuk merawat dan membersihkan gigi palsu dengan tepat, atau ketidakmampuan untuk mencegah faktor predisposisi terhadap infeksi. (Akpan, 2002)
2.11 Komplikasi 1. Dehidrasi 2. Disfagia
3. Pada pasien leukoplakia dapat menjadi karsinoma skuamosa (jarang) 4. Pasein dengan AIDS, kandidiasis mukokutan kronis atau neutropenia
dapat menjadi kandidiasis esofagus
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Kandidiasis oral atau dikenal juga dengan thrush adalah infeksi oportunistik umum pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari spesies Candida (Akpan, 2002; Gabler, 2008).
Pada kandidiasis oral ada beberapa ragi genus Candida memiliki kemampuan menyebabkan kandidiasis oral: Candida albicans, Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida krusei, Candida guillermondii,
Candida parapsilosis, Candida dubliniensis, Candida stellatoidea, dan
Candida lusitaniae. Dari sembilan spesies Candida diatas 80% penyebab
tersering untuk kandidiasis oral dari hasil isolat adalah Candida albicans, Candida grablata, dan Candida tropicalis (Akpan, 2002).
Dilaporkan 40% sampai 60% dari populasi mempunyai spesies Candida di dalam mulut dalam jumlah kecil sebagai bagian yang normal dari
mikroflora oral (Epstein, 2001). Dari populasi umum didapatkan tanpa gejala 20-75%. Insiden Candida albicans yang diisolasi dari rongga mulut 45% pada neonatus, 45% - 65% dari anak yang sehat, 30% - 45% dari orang dewasa yang sehat, 50% 65% dari orang yang memakai gigi palsu, 65% -88% pada pasien rawat inap, 90% pada pasien yang menjalani kemoterapi leukemia akut, dan 95% dari pasien dengan HIV (Akpan, 2002).
oportunistik untuk kandidiasis oral di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2010 sekitar 129 orang, tahun 2011 sekitar 188 orang, dan tahun 2012 sekitar 186 orang (VCT Pusyansus RSUP. HAM, 2013).
Frekuensi infeksi oral oleh spesies Candida meningkat karena adanya faktor risiko lokal maupun sistemik misalnya lanjut umur, diabetes mellitus, pasien yang terinfeksi HIV / AIDS atau leukemia, pemakaian inhaler aerosol steroid, antibiotik spektrum luas, dan obat-obatan psikotropika (Epstein, 2001).
Pada pasien kandidiasis oral terdapat beberapa gejala seperti rasa terbakar, perubahan pengecapan dan penciuman. Pada faring atau esofagus dapat menyebabkan disfagia (Epstein, 2001).
Dengan berbagai penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa insidensi kandidiasis oral sangat bervariasi dipengaruhi oleh karakteristik pasien meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan faktor resiko. Oleh karena itu, dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui Karakteristik Pasien Kandidiasis Oral di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2012
1.2Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik pasien kandidiasis oral di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2012?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik pasien kandidiasis oral di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2012
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
2. Mengetahui faktor risiko lokal dan sistemik pada pasien kandidiasis oral
3. Mengetahui spesies Candida penyebab kandidiasis oral serta proporsinya
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti
1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
2. Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan statistik kedokteran ke dalam penelitian
1.4.2 Bagi masyarakat
Untuk memberikan gambaran kelompok umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan serta faktor resiko yang paling banyak menderita kandidiasis oral sehingga dapat dilakukan pencegahan dini.
1.4.3 Bagi pelayanan kesehatan
ABSTRAK
Kandidiasis oral adalah infeksi oportunistik umum pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari spesies Candida. Frekuensi infeksi oral oleh spesies Candida meningkat karena adanya faktor risiko lokal dan faktor risiko sistemik. Insidensi kandidiasis oral sangat bervariasi dipengaruhi oleh karakteristik penderita.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita Kandidiasis Oral di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi kasus cross sectional. Data pasien kandidiasis oral dikumpulkan dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012
Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien kandidiasis oral lebih banyak pada kelompok umur antara 15-49 tahun yaitu sebanyak 92,4%.Proporsi jenis kelamin yang terbanyak adalah lelaki (68.1%).Tingkat pendidikan terakhir pasien yang terbanyak menderita kandidiasis oral adalah tingkat SMA sebanyak 76 orang (63.9%). Faktor risiko terbanyak yang terdapat pada pasien kandidiasis oral adalah faktor lokal dan sistemik yaitu sebanyak 52.1%. Faktor lokal terbanyak adalah merokok 51.3% dan faktor sistemik terbanyak adalah HIV/AIDS (80.7%)
ABSTRACT
Oral candidiasis is a common opportunistic infection of the oral cavity
caused by overgrowth of Candida species . Incidence of oral infection by Candida
species has increased due to both local and systemic risk factors. The incidence of
oral candidiasis differs greatly with the influence of characteristics of patients.
The objective of this study was to describe characteristics of patients with
oral candidiasis at Haji Adam Malik Medan General Hospital in the year 2012.
This is a descriptive research with a cross sectional approach. The data of oral
candidiasis patients was obtained from medical record division in Haji Adam
Malik General Hospital in the year 2012.
In this study, there were 119 patients diagnosed with oral candidiasis at
Haji Adam Malik General Hospital regardless of type of treatment received.
There were more patients with oral candidiasis in the age group between 30-39
year old with as much as 37.8%. Highest proportion of sexes is male (68.1%). The
education level with most number of patients was high school level with as much
as 76 patients (63.9%). Most patients with oral candidiasis have both local and
systemic factors with as much as 52.1 %. Local factor that was found the most
among patients was smoking (51.3%) meanwhile the systemic factor the most
among patients was HIV/AIDS (80.7%).
Conclusion: In this study it was found that oral candidiasis patients were mostly
in the age group between 15-49 year old with male patients being more affected
and most of patients education level being high school level. Smoking and
HIV/AIDS being the most predisposing local and systemic factors respectively in
the incidence of oral candidiasis.
KARAKTERISTIK PASIEN KANDIDIASIS ORAL
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
DINDA HANIFAH 100100182
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kandidiasis oral adalah infeksi oportunistik umum pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari spesies Candida. Frekuensi infeksi oral oleh spesies Candida meningkat karena adanya faktor risiko lokal dan faktor risiko sistemik. Insidensi kandidiasis oral sangat bervariasi dipengaruhi oleh karakteristik penderita.
Penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita Kandidiasis Oral di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain studi kasus cross sectional. Data pasien kandidiasis oral dikumpulkan dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012
Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien kandidiasis oral lebih banyak pada kelompok umur antara 15-49 tahun yaitu sebanyak 92,4%.Proporsi jenis kelamin yang terbanyak adalah lelaki (68.1%).Tingkat pendidikan terakhir pasien yang terbanyak menderita kandidiasis oral adalah tingkat SMA sebanyak 76 orang (63.9%). Faktor risiko terbanyak yang terdapat pada pasien kandidiasis oral adalah faktor lokal dan sistemik yaitu sebanyak 52.1%. Faktor lokal terbanyak adalah merokok 51.3% dan faktor sistemik terbanyak adalah HIV/AIDS (80.7%)
ABSTRACT
Oral candidiasis is a common opportunistic infection of the oral cavity
caused by overgrowth of Candida species . Incidence of oral infection by Candida
species has increased due to both local and systemic risk factors. The incidence of
oral candidiasis differs greatly with the influence of characteristics of patients.
The objective of this study was to describe characteristics of patients with
oral candidiasis at Haji Adam Malik Medan General Hospital in the year 2012.
This is a descriptive research with a cross sectional approach. The data of oral
candidiasis patients was obtained from medical record division in Haji Adam
Malik General Hospital in the year 2012.
In this study, there were 119 patients diagnosed with oral candidiasis at
Haji Adam Malik General Hospital regardless of type of treatment received.
There were more patients with oral candidiasis in the age group between 30-39
year old with as much as 37.8%. Highest proportion of sexes is male (68.1%). The
education level with most number of patients was high school level with as much
as 76 patients (63.9%). Most patients with oral candidiasis have both local and
systemic factors with as much as 52.1 %. Local factor that was found the most
among patients was smoking (51.3%) meanwhile the systemic factor the most
among patients was HIV/AIDS (80.7%).
Conclusion: In this study it was found that oral candidiasis patients were mostly
in the age group between 15-49 year old with male patients being more affected
and most of patients education level being high school level. Smoking and
HIV/AIDS being the most predisposing local and systemic factors respectively in
the incidence of oral candidiasis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Karakteristik Pasien Kandidiasis Oral di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012” dapat saya selesai. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Kedokteran S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati dan rasa hormat saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah member bantuan dan bimbingan selama penyelesaian proposal saya ini, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Rina Yunita, Sp.MK selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak membantu saya dalam menyusun dan menyiapkan penelitian ini dengan baik.
3. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK, dr. Karina Sugih Arto, Sp.A dan dr. Milahayati Daulay, M.Kes selaku dosen penguji saya yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan proposal penelitian saya sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. Bapak saya, Ali Hanafiah dan ibu saya, Nur Haima Harahap sebagai orang tua yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik hingga dewasa, dan tidak putus-putus memberikan dukungan kepada saya.
Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada saya dan melimpahkan rahmatnya.
Medan, 16 Desember 2013
Penulis,
2.5.6. Kheilosis Kandidia ... 11
2.6. Patogenensis ... 11
2.7. Diagnosis ……….. ... 12
2.8. Pengobatan.. ... 13
2.9. Pencegahan ... 15
2.10. Prognosis ... 16
2.11. Komplikasi ... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL.. 17
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 17
3.2. Definisi Operasional... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN………... 20
4.1. Jenis Penelitian ... 20
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
4.2.1 Lokasi Penelitian………... 20
4.2.2 Waktu Penelitian………. 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
4.3.1 Populasi... 20
4.3.2 Sampel ... 21
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23
5.1 Hasil Penelitian……. ... 23
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23
5.1.2 Karakteristik Individu ... 23
5.1.3 Distribusi Karateristik Sampel ... 23
5.2.Pembahasan……… ... 27
5.3 Keterbatasan Penelitaian ... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
6.1. Kesimpulan………... 30
6.2. Saran……… ... 31
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Faktor risiko kandidiasis oral lokal dan sistemik 5 5.1 Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan
kelompok umur 24
5.2 Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan
jenis kelamin 24
5.3 Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan
tingkat pendidikan 25
5.4 Distribusi pasien kandidiasis oral berdasarkan
faktor risiko 25
5.5 Distribusi faktor risiko lokal berdasarkan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman 2.1 Kandidiasis Pseudomembran Akut 8 2.2 Kandidiasis Atrofi Akut 9 2.3 Kandidiasis Hiperplastik Kronis 9
2.4 Kandidiasis Atrofi Kronis 10
2.5 Glositis Rhomboid Median 10
2.6 Kheilosis Kandida 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Persetujuan Komite Etik Lampiran 3 Surat Izin Penelitian