• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi 1Definisi

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung yang bisa mengenai jantung, otak, ginjal, arteri perifer, dan mata. Beberapa penelitian mengatakan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β

Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Faktor Resiko Hipertensi

Dapat Dimodifikasi Tidak Dapat Dimodifikasi

Hipertensi Merokok Obesitas(BMI>30) Dislipidemia Diabetes mellitus Mikroalbuminemia atau GFR < 60 ml/min

Umur ( pria > 55 tahun, wanita > 65 tahun)

Riwayat Keluarga dengan penyakit kardiovaskular premature (pria <55 tahun, wanita < 65 tahun)

Sumber : Yogiantoro, 2006

2.1.8 Penatalaksaan

Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart Association (AHA)

merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney Foundation (NKF), target tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75 mmHg untuk pasien dengan > 1 g proteinuria (Cohen, 2008).

2.1.8.1 Farmakologi

Jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan untuk terapi hipertensi adalah: 1. Diuretika, terutama jenis obat Thiazide atau Aldosterone Antagonist

Thiazide merupakan obat utama dalam terapi hipertensi dimana terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular. Thiazide dapat digunakan sebagai obat tunggal pada penderita hipertensi ringan sampai sedang dan dapat juga dikombinasi dengan obat

Universitas Sumatera Utara

antihipertensi lain untuk meningkatkan efektivitas antihipertensi lain dan mencegah retensi cairan oleh antihipertensi lain (Nafrialdi, 2007).

2. Beta Blocker

Merupakan obat antihipertensi yang populer kedua setelah diuretik. Beta blocker

digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya infark miokard akut), pasien dengan aritmia supraventrikel dan ventrikel tanpa kelainan konduksi (Nafrialdi, 2007). 3. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist

Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist pada terapi hipertensi memberikan efek yang sama dengan antihipertensi yang lain. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist terbukti sangat efektif pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut (Nafrialdi, 2007).

4. Angiotensin Converting Enzim Inhibitor (ACEI)

5. Obat golongan ini bermanfaat terutama pada pasien hipertensi yang kronik atau menetap akibat penyakit parenkim ginjal. Hiperkalemia mungkin terjadi pada penggunaaan ACE inhibitor akibat hambatan pada renin (Rahayoe, 2003).

6. Angiotensin II Receptor Blocker AT, receptor antagonist/blocker (ARB)

Angiotensin II Receptor Blocker sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi sepeti hipertensi renovaskular lain dan hipertensi genetik, tetapi kurang efektif pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah (Nafrialdi, 2007).

2.1.8.2. Non Farmakologi

Terapi Non Farmakologi Mengubah gaya hidup merupakan suatu terapi atau pendekatan yang sangat bermanfaat dalam mengatasi tekanan darah tinggi (Lumbantobing, 2008).

a. Menurunkan Berat Badan Berlebih dan Pengaturan Diet Mengurangi berat badan dapat menurunkan risiko hipertensi,diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Penerapan pola makan yang seimbang dapat mengurangi tekanan darah. Menurut Martono (2004) setiap penurunan 5 kg berat badan pada yang obesitas dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan penurunan tekanan darah diikuti dengan penurunan berat badan mengurangi

Universitas Sumatera Utara

system simpatis dan aktivitas RAAS. Setiap penurunan 1 kg berat badan dapat menurunkan tekanan darah 2/1 mmHg . Universitas Sumatera Utara xxxiv Penurunan berat badan tidak lepas dari modifikasi dietnya. Tujuan utama dari pengaturan diet pada hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat, menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi yang dapat menurunkan tekanan darah. Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang diet kaya serat dari buah-buahan dan rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5,5-11,4 mmHg serrta tekanan diastolik sebesar 3 – 5,5 mmHg (Frisoli, Schmieder, Grodzicki, Messerli, 2011).

b. Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Olahraga Olahraga aerobik secara teratur seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda secara teratur dapat menurunkan tekanan darah dan mempertahankan berat badan ideal. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung lebih kuat. Jantung yang kuat dapat memompa darah lebih banyak dengan usaha minimal sehingga resistensi perifer total terjadi penurunan karena gaya yang bekerja pada dinding pembuluh arteri akan berkurang. Aktivitas fisik seperti olahraga aerobik yang dilakukan secara teratur 30-60 menit per hari, 3-5 hari per minggu dapat menu bermanfaat menurunkan tekanan darah 5 mmHg (Frisoli, Schmieder, Grodzicki, Messerli, 2011).

c. Berhenti Merokok Merokok memiliki peran cukup besar dalam peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok. Tidak merokok mengurangi keseluruhan risiko penyakit kardiovaksular dan dapat menurunkan tekanan darah secara perlahan.

d. Pembatasan Asupan Natrium Pembatasan asupan natrium dengan mengurangi kadar garam dapat membantu pendertita hipertensi menurunkan tekanan darahnya. Penggunaan sodium kurang dari 2,4 gram atau kurang dari 6 gram (1 sedok teh) garam dapur per hari dapat mengurangi 4-7 mmHg tekanan darah (Frisoli, Schmieder, Grodzicki, Messerli, 2011). Pembataasan asupan garam juga harus menghindari makanan yang sudah diasinkan. Penambahan dengan suplemen potasium juga Universitas Sumatera Utara xxxv dapat menurunkan tekanan darah karena salah satu penyebab dari hipertensi adalah defisiensi potassium.

Universitas Sumatera Utara

e. Istirahat yang Cukup Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi kepatuhan.Meluangkan waktu istirahat itu perlu dilakukan secara rutin. Yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Amir, 2002 dalam Sagala, 2011).

Universitas Sumatera Utara BAB 1

PENDAHULUAN

Dokumen terkait