Dampak dari obesitas merupakan penyakit-penyakit yang banyak memakan korban meninggal dunia. Termasuk jantung koroner dan diabetes mellitus yang saat ini telah banyak dibicarakan oleh dunia kesehatan tentang penanganannya.10
a) Penyakit jantung dan stroke
Seorang dengan IMT paling sedikit 30 mempunyai 50-100% peningkatan risiko kematian dibandingkan mereka dengan IMT 20-25. Obesitas tipe buah apel mempunyai resiko hampir 3 kali untuk menderita penyakit jantung dibandingkan dengan berat badan normal. Meningkatnya lemak pada daerah perut secara spesifik dihubungkan dengan kekakuan pembuluh darah aorta, yaitu pembuluh darah arteri utama yang memberikan darah ke organ-organ tubuh.
b) Tekanan darah tinggi
Hubungan antara obesitas dan hipertensi adalah kompleks dan mungkin menggambarkan interaksi faktor genetik, demografi dan biologik. Berbagai penelitian telah melaporkan bahwa penurunan berat badan bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah.
c) Gagal jantung
Suatu penelitian tahun 2002 melaporkan bahwa obesitas mungkin bertanggung jawab terhadap 11% gagal jantung pada pria dan 14 % pada wanita. Tetapi mekanismenya masih belum jelas.
d) Gangguan lemak darah (Dislipidemia)
Efek obesitas pada kadar kolesterol adalah kompleks. Walaupun obesitas tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan kadar kolesterol, tetapi kadar Trigliserida (TG) biasanya tinggi sedang Kolesterol baik (HDL) cenderung menurun yang keduanya menyebabkan penyakit jantung.
e) Resistensi insulin dan DM tipe2
Kebanyakan penderita DM tipe 2 adalah obesitas dan pada kenyataannya memberikan kesan yang kuat bahwa penurunan BB dapat menjadi kunci di dalam mengontrol terhadap DM tipe 2, yang mempunyai kelainan berupa ketidakmampuan menggunakan insulin di dalam metabolisme glukosa.
Keadaan ini sering disebut dengan resistensi insulin dan juga dihubungkan dengan hipertensi dan kelainan pembekuan darah. Walaupun mekanisme yang tepat hubungan antara obesitas dan DM tipe 2 sama
sekali belum jelas, tetapi sel-sel lemak dapat melepaskan zat kimia tertentu yang menghambat kepekaan tubuh terhadap insulin.
f) Sindroma metabolik
Terdiri dari obesitas yang ditandai dengan penumpukan lemak pada daerah perut, gangguan kolesterol, hipertensi, dan resistensi insulin. Tampaknya faktor genetik berperan, walaupun obesitas dan makan yang cepat memegang peranan penting di dalam perkembangan sindroma ini. Sindroma metabolik secara signifikan dihubungkan dengan penyakit jantung dan angka kematian yang lebih tinggi.
2.1.2. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada bagian orbit luarnya, sehingga membuat radikal bebas bersifat labil karena memiliki medan magnet yang tidak seimbang yang dapat mempengaruhi struktur molekular dan reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Sifat radikal bebas sangat reaktif sehingga dapat menyerang molekul di sekitarnya.34
Sumber radikal bebas dapat di peroleh dari dua sumber, yaitu endogen dan eksogen. Beberapa sumber eksogen antara lain: radiasi sinar X dan sinar ultraviolet, polusi udara akibat asap kendaraan bermotor, gas buangan dari pabrik dan asap rokok. Beberapa kondisi juga bisa memicu terbentuknya radikal bebas di dalam tubuh, misalnya stress, sakit, olah raga berlebihan dan lain-lain.34
Secara endogen, radikal bebas terbentuk sebagai respon normal dari serangkaian proses biokimia dalam tubuh. Secara alamiah radikal bebas dibentuk dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia, binatang dan tumbuhan. Dalam kondisi normal jumlah radikal tersebut berada dalam keseimbangan atau terkendali. Sumber radikal bebas endogen tersebut berasal dari proses oto-oksidasi, oksidasi enzimatik, respiratory burst, reaksi yang dikatalisis ion logam transisi, dan ischemia reperfusion injury.34
Radikal bebas dalam tubuh dapat berasal dari dalam (endogen) atau dari luar tubuh (eksogen). Secara endogen, radikal bebas dapat berasal dari makanan sumber lemak yang dapat membentuk peroksidasi lipid di dalam tubuh. Selain itu, radikal bebas endogen juga bisa disebabkan oleh kondisi stress, sakit dan olah raga yang berlebihan.
Bentuk senyawa dari radikal bebas di antaranya radikal superoksida (O2-) dan radikal hidroksida (OH+). Senyawa tersebut
merupakan jenis radikal bebas yang sebenarnya. Dua senyawa lain yang berhubungan merujuk pada jenis lainya, yaitu spesies oksigen non radikal di antaranya hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen singlet (O2-).
Senyawa – senyawa tersebut dikenal sebagai Reactive Oxygen Species
(ROS). Walaupun proses oksidasi esensial untuk kehidupan, beberapa proses oksidasi dapat menyebabkan kerusakan sel.34
Tabel 2.3 Jenis-jenis Reactive Oxygen Species (ROS)
ROS KETERANGAN
Anion superoksida O2- Tidak terlalu merusak, tetapi dapat membentuk hidrogen peroksida, yang merupakan reduktan logam transisi dalam pembentukan radikal hidroksil.
Radikal hidroksil OH- Radikal pengoksidasi yang sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan hampir seluruh biomolekul.
Radikal peroksil LO2- Dihasilkan antara lain pada proses peroksidasi lipid.
Hydrogen peroksida H2O2 Hidrogen peroksida bukan radikal bebas tetapi dikategorikan sebagai ROS. Molekul ini merupakan sumber radikal hidroksil dalam kondisi jenuh ion logam transisi, juga terlibat dalam pembentukan HOCl
Oksigen singlet O2 Meskipun bukan radikal bebas, tetapi merupakan pengoksidasi yang kuat.
Peroksinitrit ONOO- Terbentuk dari reaksi NO- dengan O2-
Asam hipoklor HOCl Dihasilkan oleh netrofil pada proses inflamasi terbentuk dari H2O2 dan Cl -yang dikatalisis oleh mieloperoksidase.
Reactive oxygen species (ROS) secara endogen dapat diproduksi oleh tubuh melalui proses produksi energi, sintesis senyawa biologis, dan fagositosis yang terjadi pada aktivitas sistem imun. Walaupun radikal bebas dapat di hasilkan secara endogen dari dalam tubuh, secara fisiologis sel-sel tubuh juga dapat menghasilkan sejumlah enzim dan senyawa antioksidan yang berperan untuk melawan stres oksidatif yang terjadi di dalam tubuh.34
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan, yang disebut sebagai antioksidan endogen seperti superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase (GPx), glutation reduktase (GR) dan seruloplasmin.
Apabila jumlah radikal bebas lebih tinggi dibandingkan antioksidan endogen dapat menimbulkan stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif dalam tubuh menimbulkan kerusakan pada sel. Stres oksidatif dalam tubuh dapat diukur dengan menggunakan salah satu parameternya yaitu kadar MDA plasma. Semakin tinggi stres oksidatif yang terjadi dalam tubuh maka semakin tinggi kadar MDA plasma.