• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Tuberkulosis Paru

2.2.10 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada pasien TB Paru adalah : a. Batuk darah

b. Empiema c. Luluh paru d. Pneumotoraks e. Bronkiektasis f. Gagal napas g. Efusi pleura

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

TB Paru

Kepatuhan Keberhasilan

pengobatan

Patuh Tidak Patuh

Sembuh

Tidak Sembuh Pengobatan

Pemeriksaan Penunjang

Kategori 1 Kategori 2 BTA (+) BTA (-)

Kategori 2

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru di Puskesmas Kota Medan tahun 2015.

3.3 Hipotesis a. Hipotesis Nol (0)

Tidak ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan penderita TBParu di PuskesmasHelvetia Kota Medan 2015.

b. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan penderita TBParu di Puskesmas Helvetia Kota Medan 2015.

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara analitik untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan pendekatan retrospektif.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia Kota Medan 4.2.2 Waktu Penelitian

Keseluruhan penelitian dilakukan dilakukan selama 8 bulan mulai dari bulan Maret – November 2016. Pengumpulan data dilakukan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Agustus – November 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pasien TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan sebanyak 1500 pasien, periode Januari – Desember tahun2015 4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah pasien TB Paru di Puskesmas Kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam sampel ini adalah :

a. Kriteria inklusi

1. Rekam medis yang lengkap

2. Rekam medis dengan pasien TB Paru yang selesai pengobatan periode Januari – Desember tahun 2015

3. Penderita TB Paru yang diobati dengan kategori 1 – 3 4. Penderita TB Paru dengan BTA (+) dan BTA (-) b. Kriteria Eksklusi

1. Penderita TB Paru dengan kategori TB Paru anak 2. Pasien yang tidak melanjutkan pengobatan.

4.3.3 Besar Sampel

Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin, seperti berikut ini :

1 Ne2

n N

= +

n= 1500

1+1500 (0.1)2

= 1500

1+1500 (0.01)

= 1500

1+15

= 93,75 ≈ 94 responden keterangan :

n: jumlah sampel N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance) 4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, yang dilakukan secara konsekutif sampling dengan mengambil data secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi yang sudah ada berupa data rekam medik pasien TB paru di Puskesmas Kota Medan.

4.5 Pengolahan Data Dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan program Statistical Package For Social Science (SPSS) yang dilakukan dengan menghitung jumlah pasien TB Paru berdasarkan tingkat kepatuhan berobat di Puskesmas Kota Medan.

4.5.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis Bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel indpenden dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi squaredengan tingkat kepercayaan 95%.

4.6 Definisi Operasional a. Kepatuhan

Definisi : Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan pengobatan/mengambil obat sesuai dengan yang disarankan oleh dokternya.

Alat Ukur : Lembar Ceklis dari hasil rekam medis i. Cara ukur : dilihat (observasi)

ii. Hasil : a. Patuh b. Tidak Patuh iii. Skala ukur : Nominal

b. Kesembuhan Pengobatan Tb paru Definisi :

Kesembuhan TB didefinisikan sebagai :

1. Definisi sembuh : Penderita dikatakan sembuh apabila penderita telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif (yaitu pada akhir pemeriksaan (AP) dan atau sebulan sebelum

akhir pemeriksaan (AP), dan pada satu pemeriksaan follow up sebelumnya).

2. Definisi Tidak Sembuh :

Penderita dikatakan tidak sembuh apabila tidak patuh dalam menyelesaikan pengobatan.

i. Alat ukur : Lembar Ceklis dari data rekam medis ii. Cara ukur : dilihat (observasi)

iii. Hasil :

a. Berhasil b. Tidak berhasil

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2016 sampai dengan 16 November 2016 di Puskesmas Helvetia Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 1500 pasien penderita TB Paru dari bulan Januari-Desember Tahun 2015. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB Paru, berdasarkan data rekam medis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia Jalan Kemuning Perumnas Helvetia, Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia.

5.3 Karakteristik Responden

Informasi berikut ini menunjukkan karakteristik penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan pada Bulan Januari-Desember tahun 2015 sebanyak 1500 pasien penderita TB Paru yang berobat ke Puskesmas Helvetia Kota Medan. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :

5.3.1 Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Umur

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita TB Paru berdasarkan umur yang terbagi dalam golongan umur <20 tahun, 21-40 tahun, 41-60 tahun,

>60 tahun dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan Umur

No. Umur Frekuensi Persentase

1 <20 Tahun 3 3.2

2 21-40 Tahun 37 39.4

3 41-60 Tahun 37 39.4

4 >60 Tahun 17 18.1

Total 94 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa penderita TB Paru paling banyak pada kelompok umur 21-40 tahun dan 41-60 tahun yaitu masing-masing sebanyak 37 orang (39,4%) diikuti kelompok umur >60 tahun yaitu sebanyak 17 orang (18,1%), selanjutnya paling sedikit kelompok umur <20 tahun hanya ada 3 orang (3,2%). Dapat disimpulkan bahwa penderita TB Paru sebagian besar umur 21-60 tahun yaitu sebanyak 74 orang (78,8%).

5.3.2 Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi penderita TB Paru berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 63 67.0

2 Perempuan 31 33.0

Total 94 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru terdapat pada laki-laki yaitu sebanyak 63 orang (67%) dan perempuan sebanyak 31 orang (33%).

5.3.3 Distibusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Pemeriksaan Penunjang

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita TB Paru berdasarkan pemeriksaan penunjang terbagi dua katagori yaitu BTA+ dan BTA- dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini.

Tabel 5.3 Distibusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Pemeriksaan Penunjang

No Pemeriksaan Penunjang Frekuensi Persentase (%)

1 BTA+ 89 94.7

2 BTA- 5 5.3

Total 94 100.0

Berasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan penunjang pada penderita TB Paru proporsi tertinggi terdapat pada BTA+ yaitu sebanyak 89 kasus (94,7%) sedangkan BTA- dijumpai ada 5 kasus (5,3%).

5.3.4 Distibusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Pengobatan Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita TB Paru berdasarkan pengobatan yang terdiri dari kategori 1, 2 dan kategori 3 diuraikan di tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pada Penderita TB Paru berdasarkan Pengobatan

No Pengobatan Frekuensi Persentase (%)

1 Kategori 1 86 91.5

2 Kategori 2 5 5.3

3 Kategori 3 3 3.2

Total 94 100.0

Berasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pengobatan pada penderita TB Paru proporsi tertinggi dijumpai pada pengobatan dengan kategori 1 yaitu sebanyak 86 pasien (91,5%), kategori 2 ada 5 pasien (5,3%) dan kategori 3 ada 3 pasien (3,2%)

5.3.5 Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Berdasarkan Tingkat Kepatuhan

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita TB Paru berdasarkan tingkat kepatuhan ditunjukkan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Tingkat Kepatuhan

No Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase (%)

1 Patuh 86 91.6

2 Tidak Patuh 8 8,5

Total 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah patuh terhadap pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 86 orang (91,5%) tetapi masih ada yang tidak patuh dalam pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 8 orang (8.5%).

5.3.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru berdasarkan Umur

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi tingkat kepatuhan penderita Tb paru berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru berdasarkan Umur

No Umur (Tahun)

Tingkat Kepatuhan

Jumlah Patuh Tidak Patuh

f % f % f %

1 ≤20 tahun 3 3.2 0 0 3 3.2

2 21-40 tahun 37 39.4 0 0 37 39.4

3 41-60 tahun 35 37,2 2 2.1 37 39.4

4 >60 tahun 11 11.7 6 6.4 17 18.1

Jumlah 87 92,6 8 8,5 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 3 orang responden penderita TB Paru usia ≤20 tahun sebanyak 3 orang (3,2%) semuanya patuh terhadap pengobatan TB paru dan juga dari 37 orang responden usia 21-40 tahun seluruhnya patuh terhadap pengobatan TB Paru. Dari 35 orang responden usia 41-60 tahun sebagian besar sebanyak 36 orang (37,2%) patuh dan ada 1 orang (1,1%) tidak patuh terhadap pengobatan TB Paru. Dan dari 17 orang responden usia >60 tahun sebanyak 11 orang (11,7%) patuh dan ada 6 orang (6,4%) tidak patuh terhadap pengobatan TB Paru.

5.3.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi tingkat kepatuhan penderita Tb paru berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Tingkat Kepatuhan

Jumlah Patuh Tidak Patuh

f % f % F %

1 Laki-laki 55 58,5 8 8,5 63 67,0

2 Perempuan 31 33,0 0 0,0 31 33,0

Jumlah 86 91,5 8 8,5 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 63 orang responden dengan jenis kelamin laki-laki ada 8 orang (8,5%) tidak patuh terhadap pengobatan TB paru.

5.3.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru Berdasarkan Pengobatan

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi tingkat kepatuhan penderita TB paru berdasarkan pengobatan dapat dilihat pada tabel 5.9 dibawah ini.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru berdasarkan Pengobatan

No Pengobatan

Tingkat Kepatuhan

Jumlah Patuh Tidak Patuh

f % f % f %

1 Kategori 1 83 88,3 3 3,2 86 91,5

2 Kategori 2 2 2,1 3 3,2 5 5,3

3 Kategori 3 1 1,1 2 2,1 3 3,2

Jumlah 86 91,5 8 8,5 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa dari 86 orang responden dengan pengobatan kategori 1 ada 3 orang (3,2%) tidak patuh terhadap

pengobatan TB Paru. Dari 5 orang responden dengan pengobatan kategori 2 ada 2 orang (2,1%) patuh dan sebanyak 3 orang (3,2%) tidak patuh terhadap pengobatan TB Paru. Dan dari 3 orang pasien yang mendapatkan pengobatan kategori 3 ada 1 orang (1,1%) pasien tidak patuh terhadap pengobatan TB Paru.

5.3.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Keberhasilan Penderita TB Paru berdasarkan Keberhasilan Pengobatan TB Paru

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi tingkat keberhasilan penderita TB paru berdasarkan keberhasilan pengobatan TB paru dapat dilihat pada tabel 5.9 dibawah ini.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru berdasarkan Keberhasilan Pengobatan TB Paru

No Keberhasilan Frekuensi Persentase (%)

1 Sembuh 86 91.5

2 Tidak Sembuh 8 8.5

Total 94 100.0

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan sebagian besar responden telah sembuh dari penyakit TB Paru yaitu sebanyak 86 orang (91,5%), tetapi masih ada yang tidak sembuh yaitu sebanyak 8 orang (8,5%).

5.3.10 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Pengobatan Pada Penderita TB Paru Berdasarkan Umur

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.11 dibawah ini.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Pengobatan pada Penderita TB Paru berdasarkan Umur

No Umur (Tahun)

Keberhasilan

Jumlah Sembuh Tidak sembuh

f % f % F %

1 ≤20 tahun 3 3.2 0 0 3 3.2

2 21-40 tahun 37 39.4 0 0 37 39.4

3 41-60 tahun 35 37.2 2 2.1 37 39.4

4 >60 tahun 11 11.7 6 6.4 17 18.1

Jumlah 86 91.5 8 8.5 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.10 di atas dapat diketahui bahwa dari 3 orang responden penderita TB Paru usia ≤20 tahun sebanyak 3 orang (3,2%) semuanya sembuh dari dari penyakit TB paru dan juga dari 37 orang responden usia 21-40 tahun seluruhnya sembuh dari penyakit TB Paru. Dari 37 orang responden usia 41-60 tahun sebagian besar sebanyak 36 orang (38,3%) sembuh dan ada 1 orang (1,1%) tidak sembuh dari penyakit TB Paru. Dan dari 17 orang responden usia

>60 tahun sebanyak 12 orang (12,8%) sembuh dan ada 5 orang (5,3%) tidak sembuh dari penyakit TB Paru.

5.3.11 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Pengobatan Pada Penderita TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.11 dibawah ini.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Penderita TB Paru berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Keberhasilan

Jumlah Sembuh Tidak sembuh

f % f % f %

1 Laki-laki 57 60.6 6 6.4 63 67.0

2 Perempuan 31 33.0 0 0 31 33.0

Jumlah 88 93.6 6 6.4 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.11 di atas dapat diketahui bahwa dari 63 orang responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (60,6%) sembuh dan ada 6 orang (6.4%) tidak sembuh dari penyakit TB paru. Dari 31 orang responden dengan jenis kelamin perempuan seluruhnya (31%) sembuh dari penyakit TB Paru.

5.3.12 Distribusi Frekuensi Keberhasilan Pengobatan Pada Penderita TB Paru Berdasarkan Pengobatan

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru berdasarkan pengobatan dapat dilihat pada tabel 5.14 dibawah ini.

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Keberhasilan Penderita TB Paru berdasarkan Pengobatan

No Pengobatan

Keberhasilan

Jumlah Sembuh Tidak sembuh

F % f % f %

1 Kategori 1 83 88,3 3 3,2 86 91,5

2 Kategori 2 2 2,1 3 3,2 5 5,3

3 Kategori 3 1 1,1 2 2,1 3 3,2

Jumlah 86 91.5 8 8.5 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.12 di atas dapat diketahui bahwa dari 86 orang responden dengan pengobatan kategori 1 sebagian besar sebanyak 83 orang (88,3%) sembuh dan ada 3 orang (3,2%) tidak sembuh dari penyakit TB Paru.

Dari 5 orang pasien yang melakukan pengobatan dengan kategori 2 ada 2 pasien (2,1%) sembuh, dan sebanyak 3 orang (3,2%) tidak sembuh. Dan dari 3 orang pasien yang melakukan pengobatan dengan kategori 3 ada 1 pasien (1,1%) sembuh dan sebanyak 2 pasien (2,1%) tidak sembuh.

5.3.13 Hubungan Tingkat Kepatuhan Berobat dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru

Dalam penelitian ini, tingkat kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan penderita TB paru di puskesmas helvetia kota medan dapat dilihat pada table 5.13 dibawah ini.

Tabel 5.13 Distribusi Tingkat Kepatuhan Berobat dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan Sembuh Tidak sembuh

F % F % F %

1 Patuh 86 91.5 0 0.0 86 91.5

0,000

2 Tidak Patuh 0 0.0 8 8.5 8 8.5

Jumlah 86 91.5 8 8.5 94 100.0

Berdasarkan Tabel 5.13 di atas dapat diketahui bahwa dari 86 orang pasien dengan tingkat kepatuhan patuh, seluruhnya (91,5%) sembuh dan dari 7 orang pasien dengan tingkat kepatuhan tidak patuh ada 1 pasien (1,1%) sembuh dan sebanyak 6 orang pasien (6,4%) tidak sembuh. Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,000. Artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat

kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan penderita TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa penderita TB Paru sebagian besar berada pada kelompok umur 21-40 yaitu masing-masing sebanyak 37 orang (39,4%) diikuti kelompok umur >60 tahun yaitu sebanyak 17 orang (18,1%), selanjutnya paling sedikit kelompok umur <20 tahun hanya ada 3 orang (3,2%). Penelitian ini sependapat dengan Nurmala H.S (2002) yang menyatakan bahwa kebanyakan penderita ada pada kelompok usia 23-37 tahun yaitu sebanyak 20 orang.18

Dari hasil penelitian pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru terdapat pada laki-laki yaitu sebanyak 63 orang (67%) dan perempuan sebanyak 31 orang (33%). Penelitian ini sependapat denganKholifatul (2012) yang menyatakan bahwa distribusi pasien menurut jenis kelamin menunjukkan sebagian besar pasien TB paru adalah laki-laki sebanyak 23 pasien (72%).19Dan juga sejalan dengan temuan Leli (2012), pasien terbanyak dalam penelitiannya berjenis kelamin laki-laki yaitu 33 orang (33/45) dan 12 orang (12/45) berjenis kelamin perempuan.20

Dari hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa frekuensi berdasarkan pemeriksaan penunjang pada penderita TB Paru proporsi tertinggi terdapat pada BTA+ yaitu sebanyak 89 kasus (94,7%), BTA- 5 kasus (5.3%).

Penelitian ini sejalan dengan Eni, Irvan, Erkadius (2014) yang menyatakan bahwa penderita TB paru di Lubung Alung periode Januari 2012-Desember 2012 ditemukan lebih banyak BTA (+) sebanyak 784 orang (70,8%).21

Dari hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pengobatan pada penderita TB Paru proporsi tertinggi dijumpai pada pengobatan dengan kategori 1 yaitu sebanyak 86 pasien (91,5%), kategori 2 ada 5 pasien (5,3%) dan kategori 3 ada 3 pasien (3,2%). Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitin Nurmala H.S (2002) yang menyatakan

bahwa tipe pengobatan terbanyak adalah kategori 3 yaitu sebanyak 18 org (60,00%), sedangkan kategori 2 dan 1 sama banyak yaitu 6 orang (20,00%).18

5.4.2. Tingkat Kepatuhan

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar pasien patuh terhadap pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 86 orang (91,5%) dan tidak patuh sebanyak 8 orang (8,5%). Hal ini dikarenakan motivasi yang tinggi dari penderita untuk sembuh dan takut bila penyakit berlanjut.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tahan (2006).22

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.6 diketahui bahwa tingkat kepatuhan penderita TB Paru dalam hal melakukan pengobatan didominasi responden yang berada dalam kelompok usia 21-60 tahun (39,4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suharyo (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden TB Paru berada pada usia produktif.23

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.7 ditemukan seluruhnya pasien sebanyak 8 orang yang tidak patuh semua adalah laki-laki (8,5%), Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman penderita TB Paru akan pentingnya dilakukan pengobatan dan sedikitnya informasi yang diterima penderita TB Paru mengenai penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukhsin (2011) bahwa pasien akan menjadi tidak patuh dalam pengobatan apabila pemahaman dan harapan mereka mengenai pengobatan TB tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan.24 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Dewi Rokhmah (2013) menyatakan bahwa perempuan yang telah didiagnosis tuberkulosis kemudian melakukan pengobatan tuberkulosis lebih patuh untuk menuntaskan pengobatan daripada laki-laki.25

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.8 diketahui bahwa dari 86orang pasien dengan pengobatan kategori 1 sebagian besar sebanyak 83 orang (88,3%) patuh dan ada 3 orang (3,2%) tidak patuh terhadap pengobatan TB Paru.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Dian (2015) bahwa seluruh pasien Puskesmas Tirto I dan Tirto II Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 patuh menggunakan pengobatan Kategori I. 26

5.4.3 Keberhasilan Pengobatan

Dari hasil penelitian pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien telah sembuh dari penyakit TB Paru yaitu sebanyak 86 orang (91,5%), tetapi masih ada juga pasien yang belum sembuh yaitu sebanyak 8 orang (8,5%).

Hasil penelitian ini didukung penelitian Kholifatul (2012) bahwa keberhasilan pengobatan TB paru pada pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo sebagian besar berhasil (sembuh),19 tetapi tidak didukung oleh penelitian Bertin (2011) bahwa proporsi keberhasilan pengobatan lebih kecil dibandingkan pengobatannya. Pada penelitiannya keberhasilan pengobatan adalah 40% sedangkan kegagalannya 60%. 27

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.10 dan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien sembuh dari penyakit TB Paru berada pada katagori usia produktif yaitu 21-40 tahun (39,4). Sejalan dengan penelitian Kholifatul (2012) yang menyatakan bahwa tingginya keberhasilan pengobatan Tb paru menunjukkan pasien yang telah berusia diatas 20 tahun.19Dan keberhasilan pengobatan sebagian besar pasien laki-laki (58,5%) sembuh dari penyakit TB Paru dan ada pasien yang tidak sembuh (8,5%). Sependapat dengan penelitian Bertin (2011) yang mengatakan bahwa pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang sembuh yaitu sebanyak (51,5%).27

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5.12 diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan pengobatan katagori 1 sembuh (88,3%) dan ada 3 pasien (3,2%) tidak sembuh. Pasien dengan pengobatan katagori 2 hanya 2 pasien (2,1%) yang sembuh dan sebanyak 3 orang (3,2%) tidak sembuh. Selanjutnya pasien dengan pengobatan kategori 3 ada 1 orang (1,1%) sembuh dan sebanyak 2 orang (2,1%) tidak sembuh. Hasil penelitian ini didukung oleh Dian (2015) bahwa seluruh pasien dengan pengobatan Kategori I sembuh dari sakitnya (95,4%).26

5.4.4 Hubungan Tingkat Kepatuhan Berobat dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.13 diketahui bahwa dari 86 orang pasien dengan tingkat kepatuhan patuh seluruhnya (91,5%) sembuh dan dari 8 orang pasien dengan tingkat kepatuhan tidak patuh seluruhnya juga tidak mengalami kesembuhan (8,5%). Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,000. Artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan penderita TB paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bertin (2011) bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara keteraturan berobat (p=0,000) dan lama pengobatan terhadap keberhasilan pengobatan (p=0,000).27Dapat disimpulkan bahwa keteraturan dalam minum obat dan lama pengobatan berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan penderita TB Paru.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan hubungan tingkat kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia Kota Medan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penderita TB Paru terbanyak pada penelitian ini adalah pada kelompok umur 21-40 tahun yaitu sebanyak 39,4%. Penderita laki-laki lebih banyak dijumpai yaitu sebanyak 67% dibandingkan perempuan dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2:1. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan 94,7%

dengan kasus BTA+. Penderita TB Paru sebagian besar melakukan pengobatan katagori 1 yaitu sebanyak 91,5%.

2. Tingkat kepatuhan penderita TB Paru dalam melakukan pengobatan sebagian besar penderita TB paru sebanyak 91,5% patuh dalam melakukan pengobatan 3. Keberhasilan pengobatan pada penderita TB Paru didapati sebanyak 91,5%

sembuh.

4. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan penderita TB Paru, dengan p-value sebesar 0,000 (<0,005).

6.2 Saran

1. Bagi kepala puskesmas dan petugas kesehatan, hendaknya meningkatkan edukasi pasien TB paru terhadap kesadaran dalam pentingnya memakan obat sesuai dengan yang telah dijadwalkan oleh dokter.

2. Bagi pasien TB paru agar menambah dan meningkatkan wawasan mengenai penyakit TB paru.

3. Bagi peneliti lain, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang tingkat kepatuhan berobat dengan keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru untuk menghindari terjadinya penularan.

4. Bagi masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengurangi kasus TB Paru sehingga dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan dalam hal program penanggulangan tuberkulosis.

DAFTAR PUSTAKA

1L,Tao., K, Kendall. 2014.Sinopsis Organ System Pulmonologi: Pendekatan dengan Sistem Terpadu dan Disertai Kumpulan Kasus Klinik. Jakarta: Karisma Publishing Group

1Djojodibroto, Darmanto. 2012. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta: EGC

3Kementrian Kesehatan RI. 2015.Infodatin Pusat Data Dan Informasi.

Availablefrom:

www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/...tb.pdf

1Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2015. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia. 20102014.

http://www.searo.who.int/indonesia/topics/tb/stranas_tb-2010-2014.pdf

1Dinkes Prov Sumatera Utara. Jurnal Kesehatan.2012.Available

from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41460/5/Chapter%20I.pdf

1Smet.Journal International.1994.Available from:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wihartinig-5290-3-bab2.pdf

1Niven. Journal International. 2002.Available from:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wihartinig-5290-3-bab2.pdf

1Robert, Enhancing Medication Compliance for People. 1999. Available from:

http://www.drh.state.ga.us.ep/pdf/tb.guide.pdf

1Depkes RI. Jurnal Kesehatan.2000.Available from:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wihartinig-5290-3-bab2.pdf

1Cuneo dan Snider.Enhancing Patient Compliance with Tubercculosis Therapy Clinic in Chest Medicine. 1989.Available from:

http://www.pudmed.guv

1Partasasmita.1996.

Available from:

Dokumen terkait