• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II HASIL PENELITIAN

2.2 Komponen Biologi

Menurut Fitri (2015) dan Kenedie (2016) dalam Sawitri dan Takandjandji (2019), Danau

Ranupani merupakan salah satu danau di dalam kawasan TNBTS yang merupakan kaldera atau

kawah raksasa yang terbentuk akibat letusan Gunung Semeru ribuan tahun lalu, dan kemudian

terisi air larian dari curah hujan dan rembesan tanah. Fungsi kaldera adalah sebagai

penyeimbang ekosistem. Danau merupakan habitat air tawar yang tergenang (lentik). Istilah

lentik digunakan untuk perairan danau yang tenang, yang menawarkan kondisi lingkungan,

yang sangat berbeda dengan sungai yang merupakan habitat lotik (mengalir). Pada habitat

lentik, cahaya hanya menembus ke kedalaman tertentu tergantung pada kekeruhan. Karena

hanya sebagian kecil yang bersentuhan langsung dengan atmosfer dan karena penguraian

berlangsung secara aktif di bagian bawah, kandungan oksigen ekosistem lentik relatif rendah

jika dibandingkan dengan habitat lotik

(http://wgbis.ces.iisc.ernet.in/energy/water/paper/Tr-115/chapter1.htm).

Berdasarkan Budiyanti (2015) menjelaskan bahwa eutrofikasi telah menjadi masalah yang

signifikan dalam ekosistem Danau Ranupani. Sedimentasi dan Eutrofikasi disebabkan karena

pola pertanian intensif tanpa metode ‘teraserring’. Topografi area pertanian yang terletak di

perbukitan yang curam di sekitar Danau Ranupani menjadi ancaman terjadinya longsoran tanah

pertanian yang mengandung pupuk. Hal ini menunjukkan bahwa resiko sedimentasi dan

eutrofikasi di perairan danau Ranupani masih mungkin terjadi. Kondisi air yang tenang dan

adanya eutrofikasi dapat memicu melimpahnya makrofita atau tumbuhan air di perairan danau.

Oleh karena itu melimpahnya makrofita di perairan danau dapat menjadi indikator bahwa danau

telah mengalami eutrofikasi (Szoszkiewicz et al., 2014)

(http://wgbis.ces.iisc.ernet.in/energy/water/paper/Tr-115/chapter1.htm). Menurut Indira et al.

(2013) dalam Sawitri dan Takandjandji (2019) dalam e-Journal Penelitian Hutan dan

Konservasi Alam

(http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/view/4675/4723) dilaporkan bahwa Danau Ranupani

menerima sedimen melalui aliran permukaan yang terangkut sebesar 46.999,18 ton/ha/tahun.

Hal tersebut mengakibatkan munculnya ruang tumbuh bagi tumbuhan air, seperti ki ambang

(Salvinia molesta) yang memiliki sistem perakaran yang lebat dengan persen penutupan

mencapai 80%. Berdasar laporan situs website TNBTS disampaikan bahwa pada tahun 2018,

permukaan perairan Danau Ranupani tertutupi oleh melimpahnya pertumbuhan tumbuhan air

kiambang (S. molesta). Hal ini mengindikasikan bahwa danau Ranupani telah mengalamai

eutrofikasi. Sebagai upaya melestarikan Danau Ranupani, pada tahun 2018, BBTNBTS telah

melakukan kegiatan pembersihan danau dari S. molesta sebagaimana ditunjukkan. Saat

dilakukan survei pada studi ini (tahun 2020) terlihat bahwa kondisi air Danau Ranupani telah

terbebas dari tumbuhan air S. molesta. Hal ini menunjukkan keberhasilan program pembersihan

Danau Ranupani dari S. molesta. Namun demikian, ditemukan tumbuhan air lainnya yang

tumbuh di perairan danau, seperti Alternanthera philoxeroides (Kremah air). Gambaran kondisi

lahan pertanian di perbukitan sekitar danau Ranupani tersebut berdasar data Google Image

tahun 2019 serta kondisi danau dan lingkungan sekitarnya ditunjukkan dalam Error!

Reference source not found..

Gambar 2. 36

A. Kegiatan pembersihan S. molesta di Danau Ranupani tahun 2018; B. Hasil

pengamatan Vegetasi di sekitar Danau Ranupani (Titik sampling Vg1); C. Tumbuhan air yang

teramati di permukaan danau Ranupani; D. Tumbuhan air yang teramati pada saat survei:

Alternanthera philoxeroides (Kremah air); E. Kondisi area pertanian di perbukitan yang

curam di sekitar Danau Ranupani yang menjadi ancaman terjadinya longsoran (di dalam kotak

merah).

Berdasar Gambar 2. 37, ditunjukkan bahwa tutupan vegetasi yang teramati di riparian

Danau Ranupani (Titik sampling Vg1) umumnya terdiri dari semak, herba dan rumput-

rumputan. Tegakan pohon yang teramati umumnya adalah Family cemara (Casuarinaceae).

Sementara berdasar pengamatan dan wawancara, vegetasi di area pertanian yang terletak di

perbukitan (Titik sampling Vg2) umumnya didominasi tanaman kentang (Solanum tuberosum),

kubis (Brassica oleracea) dan daun bawang (Allium fistulosum). Di sela-sela lahan pertanian

juga teramati beberapa tegakan pohon cemara.

Hasil pengamatan vegetasi disajikan dalam Tabel 2. 1 ditunjukkan bahwa jenis-jenis

tanaman herba yang sering ditemui di lokasi titik sampling Vg1 (riparian danau) antara lain

Rumex aquaticus dan gulma air Alternanthera philoxeroides (Kremah air). Jenis tumbuhan

tersebut umumnya mampu hidup di daratan (terrestrial) maupun area tergenang. Berdasarkan

pengamatan pada saat survey, teramati spesies tersebut ditemukan di area terrestrial dekat danau

maupun area danau yang dangkal (Error! Reference source not found. D dan Gambar 2. 37).

Tegakan pohon yang dijumpai antara lain cemara, akasia dan bambu.

Status konservasi spesies tumbuhan yang ada di riparian Danau Ranupani menurut IUCN

Red List Sebagian besar masuk kategori Least Concern (LC; Berisiko Rendah) dan Data

Deficient (DD; Informasi Kurang). LC diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun

tidak masuk ke dalam kategori manapun. Sedangkan DD diinyatakan “informasi kurang”

artinya informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko

kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Namun ada spesies yang masuk

kategori NT atau Near Threatened (hampir terancam) yaitu Acacia aulacocarpa (akasia)

(https://www.iucnredlist.org/species/38360/10113765) dan satu spesies tergolong EW (Extinct

in the Wild=Punah di alam liar) yaitu Brugmansia suaveolens (Kecubung gunung) (

https://www.iucnredlist.org/es/species/51247699/58913403) Status NT adalah status

konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau

mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam. Sedangkan EW

adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat

penangkaran atau di luar habitat alami mereka. Jenis-jenis vegetasi yang teramati di riparian

Danau Ranupani (Titik sampling Vg1), status dominansi dan status konservasinya menurut

IUCN disajikan dalam Tabel 2. 1.

Tabel 2. 1 Jenis-jenis vegetasi yang teramati di riparian Danau Ranupani

(Titik sampling Vg1)

No. Spesies Nama Famili Dominansi Status

Gambar 2. 1

Gambar 2. 37 Kiri dan tengah: kondisi vegetasi yang teramati di sekitar Danau Ranupani (Titik sampling

Vg1) dan kanan: vegetasi yang teramati di area pertanian (Titik sampling Vg2) antara lain tanaman kentang (Solanum tuberosum).

Indonesia IUCN

KATEGORI POHON dan PALEM

1 Casuarina equisetifolia Cemara Casuarinaceae O LC

2 Acacia aulacocarpa Akasia Fabaceae O NT

3 Cibotium barometz Pakis monyet Cibotiaceae O DD

4 Casuarina

junghuhniana Cemara gunung Casuarinaceae F DD

5 Vasconcellea

pubescens Pepaya gunung Caricaceae R DD

6 Bambusa sp Bambu Poaceae O DD

KATEGORI SEMAK, HERBA dan RUMPUT

1 Alternanthera

philoxeroides Kremah air Amaranthaceae F LC

2 Panicum hemitomon Ijon ijon Poaceae F LC

3 Rumex aquaticus - Polygonaceae F LC

4 Brugmansia suaveolens Kecubung

gunung Solanaceae R EW

5 Ruellia angustifolia Kencana ungu Acanthaceae · O LC

6 Panicum repens Rumput Poaceae F LC

7 Canna lily Bunga tasbih Cannaceae R LC

8 Zantedeschia aethiopica Kala lili Araceae R

Keterangan: Dominansi vegetasi: D (dominant) (sangat berlimpah) = 80%-100%; A

(abundant) (berlimpah) = 60%-80%; F (frequent) (sering) = 40%-59%; O (occasional)

(jarang)= 20%-39%; R (rare) (sangat jarang) = 0-19%. Status Konservasi menurut IUCN: LC

(Least concern =resiko rendah) ; NT (Near Threatened =hampir terancam); EW (Extinct in

the Wild= Punah di alam liar )

Alternanthera philoxeroides

(Kremah air) yang ditemukan

area terrestrial (riparian )

Alternanthera philoxeroides

(Kremah air) yang ditemukan

area perairan danau

Rumex aquaticus dan

Panicum hemitomon

(rumput)

Brugmansia suaveolens

(Merkubung hutan)

Zantedeschia aethiopica

(Kala lili)

Acacia aulacocarpa

(Akasia)

Selain tanaman, Fauna Darat yang diamati adalah burung. Teramati beberapa jenis burung

antara lain Elang Hitam (Ictinaetus malayensis); Burung-gereja Erasia (Passer montanus);

Layang- layang batu (Hirundo tahitica; Tekukur biasa (Spilopelia chinensis); Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster); Kerak kerbau (Acridotheres javanicus); Walet linci (Collocalia

linchi). Sebagian burung yang teramati ditunjukkan dalam Tabel 2. 2 dan Error! Reference

source not found.. Hasil pengamatan adanya elang hitam dan tekukur dalam survei ini sama

dengan data survei sebelumnya yang dilakukan oleh Nugroho et al. (2013)

(https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71019). Berdasarkan Tabel 2. 2 ditunjukkan

bahwa burung yang teramati di sakitar Danau Ranupani memiliki status konservasi LC: Least

concern (resiko rendah) dan DD: Data deficient (kekurangan data). Tidak ada spesies yang

terancam punah.

Tabel 2. 2 Jenis-jenis Burung yang Teramati di Sekitar Danau Ranupani

No. Spesies (Burung) Nama

Indonesia Famili

Jumlah

(ind.)

Status

IUCN

1 Ictinaetus malayensis Elang hitam Accipitridae 1 LC

2 Passer montanus

Burung-gereja

Erasia Passeridae 52 LC

3 Hirundo tahitica

Layang-layang

batu Hirundinidae 27 LC

4 Spilopelia chinensis Tekukur biasa Columbidae 29 LC

5 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang Pycnonotidae 21 LC

6 Acridotheres javanicus Kerak kerbau Sturnidae 1 LC

7 Collocalia linchi Walet linchi Apodidae 30 DD

8 Lonchura punctulata Bondol peking Estrildidae 6 LC

Total 167

Keterangan: LC: Least concern (resiko rendah); DD: Data deficient (Informasi Kurang)

Lonchura punctulata (Bondol peking) Pycnonotus aurigaster (Cucak kutilang)

Ictinaetus malayensis (Elang hitam) Spilopelia chinensi (Tekukur biasa)

Biota perairan yang diamati di perairan Ranupani adalah plankton dan ikan. Plankton

diambil dari 4 titik sampling perairan Danau Ranupani (Kode RP1; RP2; RP3 dan RP4),

dengan lokasi dan koordinat sampling ditunjukkan pada Error! Reference source not found..

Hasil Analisa plankton (Tabel 2.

3) menunjukkan bahwa secara umum, struktur komunitas perairan Danau Ranupani tergolong

cukup stabil hingga stabil, dengan kualitas air kategori sedang hingga buruk. Area Perairan

yang dekat dengan area pemukiman dan pertanian (Titik RP1; RP2 dan RP3) menunjukkan

nilai Indeks Diversitas (H’) Plankton yang lebih kecil (H’=1.206-1,303) daripada dari perairan

yang jauh dari pemukiman dan pertanian (Titik RP4) dengan H’=1.678. Hal ini menunjukkan

bahwa kegiatan di pemukiman dan pertanian memberi pengaruh negatif terhadap kualitas air

Danau Ranupani. Analisis dominansi plankton akan dijelaskan pada dokumen ANDAL.

Tabel 2. 3 Hasil Analisis Plankton di Perairan Danau Ranupani

Plankton

Kondisi Struktur Komunitas dan Kualitas Pencemaran

Perairan di Danau Ranupani berdasar Indeks Diversitas (H’)

Plankton

Nilai/Status RP1 RP2 RP3 RP4

Phytoplankton

H’ 1.281 1.303 1.206 1.678

Kondisi struktur

komunitas Stabil Stabil Stabil Stabil

Kualitas perairan Sedang Sedang Sedang Sedang

Gambar 2. 40 Lokasi Plankton diambil dari 4 titik sampling perairan Danau Ranupani (Kode

Plankton

Kondisi Struktur Komunitas dan Kualitas Pencemaran

Perairan di Danau Ranupani berdasar Indeks Diversitas (H’)

Plankton

Nilai/Status RP1 RP2 RP3 RP4

Zooplankton

H’ 1.061 1.040 1.040 1.213

Kondisi struktur

komunitas

Cukup

stabil

Cukup

stabil

Cukup

stabil Stabil

Kualitas perairan Buruk Buruk Buruk Sedang

Berdasar laporan analisis kualitas air, diketahui bahwa Efluen IPAL dari limbah domestik

dialirkan melalui pipa dan kemudian dibuang ke Ranupani. Kualitas air efluen yang dihasilkan

oleh IPAL mengandung BOD sebesar 190 mg/L O

2

yang jauh lebih tinggi dari baku mutu (30

mg/L O

2

). Tingginya BOD dari IPAL tersebut mengindikasikan tingginya polutan organik.

Selain menerima beban pencemar organik dari pemukiman, Danau Ranupani juga beresiko

menerima run off sedimen dari lahan pertanian yang mengandung unsur hara dari lahan

pertanian. Kondisi tersebut dapat meningkatkan pencemaran organik dan menimbulkan

eutrofikasi di perairan Ranupani. Hal ini sesuai dengan hasil kualitas perairan berdasarkan

plankton yang menunjukkan kualitas buruk hingga sedang.

Biota perairan lain yang diamati adalah ikan. Berdasarkan pengamatan hasil tangkapan

pemancing setempat, diketahui beberapa jenis ikan di Danau Ranupani, antara lain Tawes

(Barbonymus gonionotus), Ikan mas atau tombro (Cyprinus carpio), Lele (Clarias sp) dan ikan

gatul (Poecilia reticulata) seperti pada Error! Reference source not found. dan Tabel 2. 4.

Jenis-jenis ikan di Ranupani tersebut sama dengan hasil studi sebelumnya oleh Nugorho dkk

(2013) (https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71019).

Berdasarkan pemeriksaan status konservasi menurut IUCN, diketahui bahwa sebagian besar

spesies ikan di Danau Ranupani termasuk kategori LC (Least concern=resiko rendah), namun

terdapat 1 spesies tergolong VU (Vulnerable=rentan) yaitu Cyprinus carpio (ikan tombro/ ikan

Gambar 2. 41 Ikan Tombro atau ikan mas, Pemancing dan Hasil Pancingan yang Teramati di Danau Ranupani

mas/ ikan karper). Vulnerable (VU: Rentan) merupakan status konservasi untuk kategori

spesies yang menghadapi risiko kepunahan di alam liar di waktu yang akan datang.

Tabel 2. 4 Jenis-jenis Ikan yang Ditemukan di Danau Ranupani dan Status Konservasi Spesies

Ikan menurut IUCN

No. Spesies Nama Indonesia Famili Status

1 Clarias sp. Lele Clariidae LC

2 Cyprinus carpio Tombro/ ikan mas Cyprinidae VU

3 Barbonymus gonionotus Tawes Cyprinidae LC

4 Poecilia reticulata Gatul Poeciliidae LC

Keterangan: LC (Least concern=resiko rendah); VU (Vulnerable=rentan)

Peta lokasi sampling biologi dapat dilihat pada Error! Reference source not found. berikut.

Gambar 2. 42

Lokasi Sampling Komponen Biologi

Dokumen terkait