• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS 2020"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN LABORATORIUM

DANA ITS 2020

Biomonitoring Kualitas Air Danau Ranupani

Tim Peneliti :

Bieby Voijant Tangahu, ST., MT., PhD. (Teknik Lingkungan/FTSPK)

Dr. Dewi Hidayati, SSi., MSi. (Biologi/FSAD)

Anak Agung Gde Kartika, ST., MSc. (Teknik Sipil/FTSPK)

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... ii

Daftar Gambar ... iii

Daftar Lampiran ... v

BAB I RINGKASAN ... 1

BAB II HASIL PENELITIAN ... 2

2.1 Kualitas Air ... 2

2.2 Komponen Biologi ... 24

2.3 Status Pencemaran Danau Ranupani ... 32

2.4 Pengelolaan Lingkungan ... 43

BAB III STATUS LUARAN ... 48

BAB IV PERAN MITRA ... 49

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN ... 50

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ... 51

BAB VII DAFTAR PUSTAKA ... 52

(3)

Daftar Tabel

Tabel 2. 1 Jenis-jenis vegetasi yang teramati di riparian Danau Ranupani (Titik sampling Vg1) 26

Tabel 2. 2 Jenis-jenis Burung yang Teramati di Sekitar Danau Ranupani ... 29

Tabel 2. 3 Hasil Analisis Plankton di Perairan Danau Ranupani ... 30

Tabel 2. 4 Jenis-jenis Ikan yang Ditemukan di Danau Ranupani dan Status Konservasi Spesies

Ikan menurut IUCN ... 32

Tabel 2. 5 Status Mutu Air Danau Ranupani dengan Baku Mutu Kelas I ... 36

Tabel 2. 6 Status Mutu Air Danau Ranupani dengan Baku Mutu Kelas II ... 37

Tabel 2. 7 Status Mutu Air Danau Ranupani dengan Baku Mutu Kelas III ... 39

Tabel 2. 8 Status Mutu Air Danau Ranupani dengan Baku Mutu Kelas IV ... 40

Tabel 2. 9 Indeks Pencemaran Danau Ranupani ... 42

(4)

Daftar Gambar

Gambar 2. 1 Peta Lokasi Sampling Air ... 2

Gambar 2. 2 Parameter Suhu ... 3

Gambar 2. 3 Konsentrasi Parameter Total Dissolved Solid (TDS) ... 4

Gambar 2. 4 Trend konsentrasi TDS Tahun 2011-2020 ... 4

Gambar 2. 5 Konsentrasi Total Suspended Solid ... 5

Gambar 2. 6 Trend Konsentrasi TDS Tahun 2011-2020 ... 5

Gambar 2. 7 Parameter pH ... 6

Gambar 2. 8 Trend pH Tahun 2011-2020 ... 6

Gambar 2. 9 Konsentrasi Biological Oxygen Demand (BOD)... 7

Gambar 2. 10 Trend Konsentrasi BOD Tahun 2011-2020 ... 7

Gambar 2. 11 Konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) ... 8

Gambar 2. 12 Trend Konsentrasi COD Tahun 2011-2020 ... 9

Gambar 2. 13 Konsentrasi Dissolved Oxygen (DO) ... 9

Gambar 2. 14 Trend Konsentrasi DO Tahun 2011-2020 ... 10

Gambar 2. 15 Konsentrasi Amonia (NH

3

-N) ... 10

Gambar 2. 16 Konsentrasi Nitrat (NO

3

-N) ... 11

Gambar 2. 17 Trend Konsentrasi NO

3

-N Tahun 2011-2020 ... 12

Gambar 2. 18 Konsentrasi Nitrit (NO

2

-N) ... 13

Gambar 2. 19 Konsentrasi Cobalt (Co)... 14

Gambar 2. 20 Konsentrasi Barium (Ba) ... 14

Gambar 2. 21 Konsentrasi Boron (B) ... 15

Gambar 2. 22 Konsentrasi Cadmium (Cd) ... 15

Gambar 2. 23 Konsentrasi Chrom Hexavalent (Cr

6+

) ... 16

Gambar 2. 24 Konsentrasi Besi (Fe) ... 17

Gambar 2. 25 Konsentrasi Mangan (Mn) ... 17

Gambar 2. 26 Konsentrasi Tembaga (Cu) ... 18

Gambar 2. 27 Analisis Parameter Seng (Zn) ... 18

Gambar 2. 28 Analisis Parameter Timbal (Pb) ... 19

Gambar 2. 29 Konsentrasi Chlorida (Cl

-

) ... 20

Gambar 2. 30 Konsentrasi Sianida (CN) ... 20

Gambar 2. 31 Konsentrasi Fluorida ... 21

(5)

Gambar 2. 33 Konsentrasi Free Chlorine (Cl

2

) ... 22

Gambar 2. 34 Konsentrasi Total Coli ... 23

Gambar 2. 35 Konsentrasi Fecal Coli ... 23

Gambar 2. 36 A. Kegiatan pembersihan S. molesta di Danau Ranupani tahun 2018; B. Hasil

pengamatan Vegetasi di sekitar Danau Ranupani (Titik sampling Vg1); C.

Tumbuhan air yang teramati di permukaan danau Ranupani; D. Tumbuhan air yang

teramati pada saat survei: Alternanthera philoxeroides (Kremah air); E. Kondisi area

pertanian di perbukitan yang curam di sekitar Danau Ranupani yang menjadi

ancaman terjadinya longsoran (di dalam kotak merah). ... 25

Gambar 2. 37 Kiri dan tengah: kondisi vegetasi yang teramati di sekitar Danau Ranupani (Titik

sampling Vg1) dan kanan: vegetasi yang teramati di area pertanian (Titik sampling

Vg2) antara lain tanaman kentang (Solanum tuberosum). ... 26

Gambar 38 Jenis vegetasi yang teramati di riparian Danau Ranupani (titik sampling Vg1) ... 28

Gambar 2. 39 Burung yang Teramati di Sekitar Danau Ranupani ... 29

Gambar 2. 40 Lokasi Plankton diambil dari 4 titik sampling perairan Danau Ranupani (Kode

RP1; RP2; RP3 dan RP4) ... 30

Gambar 2. 41 Ikan Tombro atau ikan mas, Pemancing dan Hasil Pancingan yang Teramati di

Danau Ranupani ... 31

Gambar 2. 42 Lokasi Sampling Komponen Biologi ... 32

Gambar 2. 43 Peta Drainase... 44

Gambar 2. 44 Layout Pembangunan Drainase di Desa Ranupani ... 46

(6)

Daftar Lampiran

(7)

BAB I RINGKASAN

Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang sebagian wilayahnya masuk

dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), merupakan desa terakhir

pada rute pendakian Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan

laut. Di Desa Ranupani terdapat Danau Ranupani yang merupakan kawasan Taman Nasional

yang saat ini mengalami pendangkalan dan terjadi pencemaran air danau dari limbah pupuk

lahan pertanian akibat pola pertanian di daerah tangkapan air yang ada di Desa Ranupani.

Indikasi pencemaran air danau dapat dilihat secara visual dari warna kehijauan yang tampak di

permukaan danau. pencemaran air danau oleh limbah pupuk dari lahan pertanian dan sampah

rumah tangga dari aktivitas penduduk Desa Ranupani, serta penutupan badan air Ranupani oleh

gulma Salvinia molesta. Biomonitoring dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran air di

Danau Ranupani serta menentukan alternatif pengelolaan untuk mengatasi pencemaran

tersebut.

Beberapa warga Ranupani menggantungkan pekerjaannya sebagai petani dan sebagian

lainnya juga berprofesi menjadi pemandu pendakian Gunung Semeru yang sering dikenal

sebagai porter. Namun, kegiatan warga di bidang pertanian merupakan salah satu faktor

terjadinya penyempitan yang luas di Danau Ranupani, pembukaan dan pemanfaatan perbukitan

sebagai lahan pertanian merupakan sebab terjadinya erosi. Fungsi pepohonan besar adalah

sebagai instrumen ekologis untuk menahan pengikisan tanah. Hal tersebut tidak dapat

digantikan oleh tanaman pertanian. Implikasi dari hal tersebut kemudian mengakibatkan

kedalaman danau semakin berkurang. Sebelumnya pada tahun 1998, kedalaman Danau

Ranupani mencapai 12 meter, namun pada tahun 2013 Danau Ranupani kedalamanya

berkurang hingga mencapai 7 meter.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat pencemaran air yang terjadi pada

Danau Ranupani, sehingga nantinya dapat digunakan untuk menentukan alternatif pengelolaan

yang tepat untuk mengatasi pencemaran air pada Danau Ranupani. Penelitian dilakukan dalam

skala kajian lapangan, dengan pengambilan data primer dan pengumpulan data sekunder yang

terkait. Data primer berupa kualitas air dan analisis organisme (plankton dan bentos) Danau

Ranupani. Pengambilan data primer untuk kualitas air dilakukan secara random, grab dan

composite sampling, sedangkan analisis organisme dilakukan dengan sampling menggunakan

metode transek dan observasi lapangan.

(8)

Ringkasan penelitian berisi latar belakang penelitian,tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, kata kunci

BAB II HASIL PENELITIAN

2.1 Kualitas Air

Titik pengambilan sampel kualitas air ditunjukkan pada peta yang dapat dilihat pada Error!

Reference source not found., sedangkan kualitas air sumber air serta perbandingannya dengan baku

mutu berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dengan Kriteria Mutu

Air Kelas II ditampilkan dalam bentuk grafik seperti pada

Error! Reference source not found. sampai dengan Error! Reference source not found.35.

Kualitas air permukaan dianalisis pada Laboratorium PDAM Surya Sembada Surabaya.

Gambar 2. 1 Peta Lokasi Sampling Air

Keterangan:

- Sampel 1: Danau Ranupani Saluran Drainase - Sampel 2: Danau Ranupani

- Sampel 3: Saluran Drainase Jembatan

- Sampel 4: Danau Dekat Drainase Kebun Kentang

A. Suhu

Berdasarkan Error! Reference source not found.1, suhu di 4 titik pengambilan sampel menunjukkan nilai yang sama yaitu 27oC. Fluktuasi suhu di perairan tropis umumnya sepanjang tahun mempunyai

Titik 3 Titik 4

Titik 2 Titik 1

(9)

fluktuasi suhu udara yang tidak terlalu tinggi sehingga mengakibatkan fluktuasi suhu air juga tidak terlalu besar (Barus, 2004) dalam (Gazali et al., 2015). Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20oC – 30oC (Effendi, 2003).

Gambar 2. 2 Parameter Suhu

Suhu yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gazali et al. (2015) yang menyatakan bahwa rata-rata suhu air di perairan Ranupani sebesar 18,36oC. Selain itu, penelitian oleh Suheriyanto et al. (2012) juga memperoleh hasil 18,36oC

pada pengukuran parameter suhu.

B. Total Dissolved Solid (TDS)

Total Dissolved Solid (TDS) merupakan semua komponen yang terlarut terlarut baik itu unsur-unsur

organik maupun anorganik. TDS berasal dari bahan-bahan anorganik berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan antara lain seperti Sodium (Na), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) (Gazali et al., 2015). Error! Reference source not found. menunjukkan bahwa semua titik pengambilan sampel berada di bawah baku mutu 1.000 mg/L. Konsentrasi TDS tertinggi pada titik ketiga di drainase jembatan dapat disebabkan oleh limbah domestik dari rumah tangga. Pada penelitian yang dilakukan oleh Arlindia dan Afdal (2015) juga menunjukkan hal yang sama, semakin dekat menuju daerah wisata maka semakin banyak kontaminasi perairan tersebut oleh sampah-sampah yang dibuang oleh pedagang maupun wisatawan di sekitar lokasi wisata, sedangkan semakin dekat ke area sekitar hutan menyebabkan perairan di lokasi tersebut lebih sedikit terkontaminasi dari zat-zat pencemar yang berasal dari aktivitas warga.

27 27 27 27 0 5 10 15 20 25 30

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

(

oC)

(10)

Gambar 2. 3 Konsentrasi Parameter Total Dissolved Solid (TDS)

Berdasarkan Error! Reference source not found., konsentrasi TDS yang diperoleh pada penelitian ini yaitu paling tinggi sebesar 136 mg/L dan paling rendah sebesar 48 mg/L. Konsentrasi rata-rata yang didapatkan adalah 64 mg/L yang menunjukkan penurunan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang memberikan nilai sebesar 7,5 mg/L (Sawitri dan Takandjanji, 2019) dan 57,5 mg/L (Pramono, 2011). Grafik trend konsentrasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat pada Error! Reference source not found..

Gambar 2. 4 Trend konsentrasi TDS Tahun 2011-2020

C. Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid (TSS) pada Error! Reference source not found. menunjukkan bahwa tiga lokasi

sampel memiliki nilai yang di bawah baku mutu. Namun, di titik ke 4, yaitu di dekat drainase kebun kentang, memberikan nilai yang sangat tinggi hingga melebihi baku mutu. Padatan yang terbawa dari area perkebunan kentang menyebabkan nilai TSS meningkat dan menunjukkan nilai yang paling tinggi dibandingkan ketiga titik lainnya. Menurut BLH Sumsel (2011) dalam Firdaus et al. (2014), pada

64 48 136 76 1000 1000 1000 1000 0 200 400 600 800 1000 1200

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i T DS (m g /L )

Sampel Baku Mutu

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 Ko n sen tr asi T DS (m g /L ) Tahun Penelitian

(11)

penelitian yang telah dilakukan di bagian hulu sungai terdapat aktivitas perkebunan dan pertanian serta limbah rumah tangga dan industri sebagai sumber utama meningkatnya total suspended solid (TSS) dan total dissolved solid (TDS) diperairan pesisir Banyuasin.

Gambar 2. 5 Konsentrasi Total Suspended Solid

Konsentrasi TSS yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Seperti yang ditunjukkan pada Error! Reference source

not found., peningkatan konsentrasi TSS dapat disebabkan oleh meningkatnya aktivitas domestik warga

dan wisatawan di Desa Ranupani. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk pada lahan-lahan perkebunan yang semakin banyak sehingga semakin banyak tanah dan pupuk dari lahan-lahan tersebut terbawa erosi.

Gambar 2. 6 Trend Konsentrasi TDS Tahun 2011-2020

D. pH

Baku mutu berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 untuk pH adalah 6-9. Hasil analisis parameter pH di 4 titik pengambilan sampel menunjukkan nilai yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu antara

40 24 28 320 50 50 50 50 0 50 100 150 200 250 300 350

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i T S S (m g /L )

Sampel Baku Mutu

0 20 40 60 80 100 120 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 Ko n sen tr asi T SS ( m g /L ) Tahun Penelitian

(12)

7,06 – 7,77 yang dapat dilihat pada Error! Reference source not found.. Nilai pH rata-rata yang diperoleh dari analisis ini, yaitu sebesar 7,36 menunjukkan nilai yang cenderung naik dibandingkan dengan nilai pH pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farida (2008), Gazali et al. (2015), Pramono (2016), dan Sawitri dan Takandjanji (2019). Peningkatan nilai pH pada perairan Ranupani dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas warga dan yang menggunakan detergen, sabun mandi, sampo dan sejenisnya. Trend hasil analisis parameter pH dapat dilihat pada Error! Reference source

not found..

Gambar 2. 7 Parameter pH

Gambar 2. 8 Trend pH Tahun 2011-2020

Perairan yang memiliki kadar pH ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang asam akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena menyebabkan terjadinya berbagai gangguan seperti gangguan metabolisme dan respirasi, termasuk pada benthos (Barus, 2004) dalam Putri et al., 2017. Berdasarkan hal tersebut serta baku mutu

7,11 7,06 7,48 7,77 6,6 6,8 7 7,2 7,4 7,6 7,8 8

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

pH Sampel 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2000 2005 2010 2015 2020 2025 pH Tahun Penelitian

(13)

PP No 82 Tahun 2001, maka pH danau Ranupani ini masih dalam kisaran optimal untuk keberlangsungan hidup biota perairan.

E. Biological Oxygen Demand (BOD)

Kandungan BOD yang melebihi baku mutu pada keseluruhan titik pengambilan sampel di Danau Ranupani seperti pada Error! Reference source not found. menunjukkan bahwa danau ini telah tercemar oleh bahan organik yang mudah terurai. BOD yang tinggi pada Titik 3 yaitu di saluran drainase jembatan dapat disebabkan oleh penumpukan limbah organik yang bersumber dari aktivitas warga di dasar perairan. Anggoro (1996) dalam Marganof (2007) menyatakan bahwa menumpuknya bahan pencemar organik di perairan akan menyebabkan proses dekomposisi oleh organisme pengurai juga semakin meningkat, sehingga konsentrasi BOD5 juga meningkat.

Gambar 2. 9 Konsentrasi Biological Oxygen Demand (BOD)

Gambar 2. 10 Trend Konsentrasi BOD Tahun 2011-2020 16 38 48 23 3 3 3 3 0 10 20 30 40 50 60

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i BOD (m g /L )

Sampel Baku Mutu

0 5 10 15 20 25 30 35 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Ko n sen tr asi B OD (m g /L ) Tahun Penelitian

(14)

Konsentrasi BOD5 apabila dibandingkan dengan penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan di Danau

Ranupani menunjukkan peningkatan. Dapat dilihat pada Error! Reference source not found. bahwa konsentrasi BOD5 cenderung naik sejak tahun 2011. Konsentrasi BOD rata-rata dari hasil penelitian

yaitu sebesar 31,25 mg/L, meningkat dibandingkan penelitian sebelumnya pada tahun 2019 yang menunjukkan nilai 23,7 mg/L dan 2015 dengan konsentrasi BOD sebesar 2,62 mg/L. Peningkatan BOD5

merupakan indikasi menurunnya kandungan oksigen terlarut di perairan karena adanya aktivitas organisme pengurai (Canter dan Hill, 1979 dalam Marganof, 2007).

F. Chemical Oxygen Demand (COD)

Nilai COD menggambarkan total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi (non biodegradable) menjadi CO2 dan H2O (Marganof, 2007). Nilai COD yang melebihi baku mutu

menunjukkan bahwa perairan Danau Ranupani telah tercemar oleh zat pencemar yang mudah diuraikan dan yang sulit diuraikan. Pada Error! Reference source not found., konsentrasi COD di semua titik melebihi baku mutu yang telah ditetapkan sehingga tidak sesuai untuk persyaratan sumber air kelas II.

Gambar 2. 11 Konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD)

Tingginya nilai BOD dan COD

dapat disebabkan oleh kinerja IPAL yang belum optimal (baru

beroperasi 3 bulan), sehingga menyebabkan parameter BOD dan COD yang keluar dari efluen

belum memenuhi baku mutu.

Berdasarkan trend penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang

dapat dilihat pada Error! Reference source not found., menunjukkan bahwa konsentrasi COD juga mengalami peningkatan seperti konsentrasi BOD. Dengan konsentrasi COD rata-rata sebesar 60,355 mg/L, meningkat dari 48,6 mg/L (Sawitri dan Takandjanji, 2019) dan 10,69 (Gazali et al., 2015).

47,54 51,8 97 45 25 25 25 25 0 20 40 60 80 100 120

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i COD (m g /L )

(15)

Gambar 2. 12 Trend Konsentrasi COD Tahun 2011-2020

G. Dissolved Oxygen (DO)

DO memiliki perbandingan terbalik dengan COD. Terlihat bahwa titik dengan konsentrasi COD tinggi maka nilai DO perairan rendah. Pada nilai COD tertinggi, yaitu pada Titik 3, nilai DO yang terkandung hanya 5,3 mg/L. Sedangkan pada nilai COD terendah pada Titik 4, menunjukkan nilai DO yang relatif tinggi, yaitu 6,2 mg/L. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam perairan maka kebutuhan oksigen terlarut dalam proses dekomposisi oleh bakteri juga semakin meningkat sehingga akan menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam perairan (Suwari dan Rozari, 2011).

Gambar 2. 13 Konsentrasi Dissolved Oxygen (DO)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kartono (2002); Farida (2008); Pramono (2011); Gazali et al. (2015); Sawitri dan Takandjanji (2019) menunjukkan penurunan konsentrasi DO sejak tahun 2002. Kemudian mengalami peningkatan nilai DO pada penelitian ini, yaitu 5,58 mg/L, setelah pada penelitian Sawitri dan Takandjanji (2019) memperoleh nilai DO sebesar 3,4 mg/L. Grafik penurunan konsentrasi DO berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Error!

Reference source not found..

0 10 20 30 40 50 60 70 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 Ko n sen tr asi C OD (m g /L ) Tahun Penelitian 6 5 5,3 6,02 4 4 4 4 0 1 2 3 4 5 6 7

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i DO (m g /L )

(16)

Gambar 2. 14 Trend Konsentrasi DO Tahun 2011-2020

Konsentrasi BOD dan COD yang tinggi pada perairan ini berdampak pada nilai DO yang selanjutnya ditunjukkan pada Error! Reference source not found., Nilai BOD dan COD tertinggi yaitu pada titik ketiga menyebabkan DO yang rendah yaitu hanya 5,3 mg/L. Sedangkan BOD dan COD yang rendah yaitu pada titik pertama menghasilkan nilai DO yang cukup tinggi yaitu 6 mg/L.

H. Amonia (NH

3

-N)

Amonia di perairan bersumber dari hasil metabolisme organisme akuatik dan dekomposisi bahan organik oleh bakteri (Boyd 1989). Selain itu, amonia dapat berasal dari nitrogen organik yang masuk ke perairan (urea), respirasi bakteri, organisme mati, dan sel yang pecah (Painter 1970 dalam Novotny dan Olem, 1994). Meskipun amonia bersumber dari hasil ekskresi hewan akuatik, namun proporsinya terhitung kecil jika dibandingkan dengan pembentukan amonia dari dekomposisi oleh bakteri (Wetzel, 2001) dalam (Ervinia, 2011).

Gambar 2. 15 Konsentrasi Amonia (NH3-N)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Ko n sen tr asi DO (m g /L ) Tahun Penelitian 0,0666 0,102 0,0149 0,088 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i NH 3 -N (m g /L ) Sampel

(17)

Amonium merupakan bentuk unsur nitrogen yang terdapat di dalam air berasal dari pupuk yang larut, kotoran hewan dan lain lain. Amonium berfungsi sebagai hara atau pupuk untuk tanaman air. Kandungan yang tinggi di dalam air sehingga kandungan oksigen di dalam air semakin berkurang dan menyebabkan hewan air sulit berkembang bahkan mati (Rahayu et al. (2009) dalam Ariella (2017)). Tingginya konsentrasi amonia pada titik di titik ke 2 dapat disebabkan oleh penguraian daun-daun yang gugur di sekitar Danau Ranupani di titik ke 2. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh menyatakan bahwa serasah yang bertambah dari mangrove yang berupa batang, daun dan ranting akan jatuh ke bawah, serasah ini merupakan penyumbang utama bahan organik di perairan. Kemudian pada titik tertinggi kedua yaitu di titik ke 4 dapat disebabkan oleh pupuk yang larut bersama air menuju perairan.

I. Nitrat (NO

3

-N)

Nitrat yang tinggi pada titik keempat yang berlokasi dekat dengan kebun kentang dapat bersumber dari pupuk yang terbawa bersama erosi tanah yang terbawa dengan aliran air. Pupuk nitrogen diserap tanaman dalam bentuk nitrat dan amonium. Nitrat (NO3-) yang berlebihan akan hilang ke badan air

mengalami residu di lingkungan yaitu di saluran irigasi dan badan air yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan kualitas air (Elmi et al., 2004) dalam (Wantasen, 2015. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wantasen (2015), sumber nitrat terbesar adalah dari outlet saluran irigasi persawahan yang memiliki pertumbuhan vegetatif aktif. Pada penelitian ini juga menunjukkan hal yang sama, yaitu konsentrasi Nitrat terbesar di titik ke 4 yang merupakan titik pengambilan sampel terdekat dengan perkebunan yang ditunjukkan pada Error! Reference source not found..

Gambar 2. 16 Konsentrasi Nitrat (NO3-N)

Konsentrasi yang diperoleh masih berada di bawah baku mutu lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Kelas II Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (konsentrasi nitrat: 10 mg/L). Selain itu, nitrat juga dihasilkan dari proses nitrfikasi amonium menjadi nitrat dalam keadaan oksigen yang cukup (aerob). Nitrat (NO3-) adalah nutrien yang pada kadar

berlebihan, dapat menyebabkan penurunan kualitas air suatu badan air yang akhirnya menimbulkan

3,12 3,08 2,41 5,17 10 10 10 10 0 2 4 6 8 10 12

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i NO 3 -N (m g /L )

(18)

pencemaran air serta berakibat pada eutrofikasi (eutrophication) (Arthana, 2006) dalam (Wantasen, 2015).

Gambar 2. 17 Trend Konsentrasi NO3-N Tahun 2011-2020

Meskipun mengalami penurunan pada tahun 2019, konsentrasi NO3-N mengalami peningkatan kembali.

Sejak penelitian yang dilakukan pada tahun 2002, konsentrasi NO3-N perairan Danau Ranupani

cenderung meningkat. Peningkatan nilai NO3-N menunjukkan bahwa konsentrasi NH3-N juga

meningkat. Hal ini dikarenakan NO3-N merupakan hasil oksidasi dari NH3-N sehingga kedua parameter

ini saling berhubungan. Error! Reference source not found. merupakan trend perubahan konsentrasi NO3-N sejak tahun 2002. Terlihat bahwa terjadi penurunan konsentrasi pada penelitian yang dilakukan

tahun 2019, yaitu dari 1,14 mg/L menjadi 0,04 mg/L. Namun kemudian kembali meningkat pada tahun 2020 sehingga diperoleh konsentrasi rata-rata sebesar 3,445 mg/L.

J. Nitrit (NO

2

-N)

Parameter nitrit memiliki korelasi dengan pH. Semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi pembentukan nitrit (NO2-N). Seperti yang disampaikan pada penelitian Wantasen (2015) yang

menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara nitrat dan pH, peningkatan pH mendorong terbentuknya gas NH3 dan NO2 serta penurunan konsentrasi nitrat (NO3). Proses Nitrifikasi berlangsung

pada pH basa ((Wantasen, 2012) dalam (Wantasen, 2015)), yang pada penelitian ini pH basa ditunjukkan dengan pH > 7. Konsentrasi nitrit di perairan alami biasanya ditemukan dalam jumlah yang sedikit yaitu lebih sedikit dari pada nitrat (Wantasen, 2015).

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Ko n sen tr asi NO 3 -N Tahun Penelitian

(19)

Gambar 2. 18 Konsentrasi Nitrit (NO2-N)

Aktivitas pemupukan, dalam hal ini pupuk Urea: NH2CONH2 di lingkungan, dapat mengalami

proses mineralisasi, yaitu proses berubah spesies menjadi Ammonia (NH3) dan Amonium (NH4) (Bush,

2000) dalam (Wantasen, 2015). Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi transformasi nitrogen di perairan antara lain adalah temperatur, pH, dan konsentrasi oksigen terlarut. Lingkungan perairan yang memiliki pH tinggi/suasana alkalis lebih banyak ditemukan ammonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik (Manahan, 2005) dalam (Wantasen, 2015).

Penguraian NH3 oleh bakteri dan aktivitas lain yang menambah konsentrasi nitrit di perairan

menyebabkan konsentrasi nitrit melebihi baku mutu yang telah ditetapkan pada Titik 3 dan Titik 4. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah (Wantasen, 2015). Pada proses nitrifikasi, erat kaitannya kandungan DO dengan penguraian amonia dalam air. Berdasarkan hasil analisis parameter amonium, nitrat dan nitrit. Dapat dilihat bahwa dengan kadar DO yang paling tinggi dibandingkan dengan ketiga titik lainnya, terjadi penguraian amonium menjadi nitrat dan nitrit pada titik 4. Sedangkan, pembentukan nitrat mengalami perlambatan sebanding dengan nilai DO yang rendah pada titik kedua.

K. Cobalt (Co)

Parameter Cobalt dari hasil analisis sampel di Danau Ranupani menunjukkan nilai yang berada jauh di bawah konsentrasi maksimal baku mutu yang ditetapkan. Perairan tawar alami biasanya memiliki kadar kobalt < 0,001 mg/L (Moore, 1991) dalam (Effendi, 2003). Kobalt termasuk kedalam unsur renik yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan reproduksi pada tumbuhan dan hewan. Bersama dengan ion logam lainnya, (misalnya tembaga, seng, besi dan magnesium), kobalt dibutuhkan oleh enzim sebagai koenzim yang berfungsi untuk mengikat molekul substrat (Effendi, 2003).

0,02 0,02 0,069 0,11 0,06 0,06 0,06 0,06 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i NO 2 -N (m g /L )

(20)

Gambar 2. 19 Konsentrasi Cobalt (Co)

L. Barium (Ba)

Konsentrasi Barium di keempat titik sampel berada di bawah 0,1 mg/L berdasarkan Error! Reference

source not found.20. Meskipun parameter Barium tidak dipersyaratkan untuk baku mutu air kelas II,

namun konsentrasi Barium ini lebih rendah jika dibandingkan dengan syarat untuk baku mutu air kelas I. Sehingga konsentrasi Barium di Danau Ranupani ini sesuai untuk memenuhi kriteria Mutu Air Kelas II.

Gambar 2. 20 Konsentrasi Barium (Ba)

M. Boron (B)

Konsentrasi Boron yang diperoleh pada parameter ini berada di bawah baku mutu yang ditetaokan untuk syarat air minum kelas II. Seperti yang ditunjukkan pada Error! Reference source not found., konsentrasi tertinggi diperoleh pada Titik 3.

0,000777 0,000777 0,000777 0,000777 0,2 0,2 0,2 0,2 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Co (m g /L )

Sampel Baku Mutu

0,018 0,0136 0,0107 0,038 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Ba (m g /L ) Sampel

(21)

Gambar 2. 21 Konsentrasi Boron (B)

N. Cadmium (Cd)

Cadmium dapat bersumber dari aktivitas alam yaitu berasal dari letusan gunung berapi, debu yang terbawa angin, kebakaran hutan yang menyebabkan kandungan logam kadmium di dalam pohon terlepas, pupuk yang mengandung kandungan kadmium yang digunakan pada lahan pertanian dan aliran sungai yang berasal dari lahan pertanian tersebut. Pencemaran logam kadmium pada lahan pertanian juga berasal dari penggunaan pestisida dan pupuk fosfat anorganik (Fang dan Zhu 2014). Berbagai jenis pestisida mengandung unsur kadmium baik sebagai komponen utama maupun bahan komplementer yang berfungsi sebagai bahan perekat dan peningkat efektivitas senyawa racun yang dikandungnya (Agency 1998). Peningkatan penggunaan pestisida dan pupuk anorganik secara berlebihan secara terus menerus dalam kurun waktu lama menyebabkan kontaminasi kadmium pada lahan pertanian semakin meningkat (Schipper et al. 2011 dalam Sutrisno dan Kuntyastuti, 2015).

Gambar 2. 22 Konsentrasi Cadmium (Cd)

0,009 0,009 0,148 0,02 1 1 1 1 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i B (m g /L )

Sampel Baku Mutu

0,07 0,096 0,000199 0,000199 0,01 0,01 0,01 0,01 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Cd (m g /L )

(22)

Konsentrasi Kadmium yang melampaui baku mutu terjadi pada Titik 1 dan Titik 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perairan Danau Ranupani telah terkontaminasi logam berat Kadmium dan tidak dapat memenuhi persyaratan untuk baku mutu syarat air Kelas II. Sedangkan untuk kedua titik lainnya, terpantau masih berada jauh di bawa baku mutu. Konsentrasi Kadmium yang tinggi.

O. Chrom Hexavalent (Cr

6+

)

Konsentrasi Chrom Hexavalent pada penelitian ini diperoleh sebesar 0,01 mg/L pada titik ke 4, sedangkan 0 mg/L pada ketiga titik lainnya seperti yang dapat dilihat pada Error! Reference source

not found.. Baku mutu yang ditetapkan adalah sebesar 0,05 mg/L sehingga konsentrasi parameter

Chrom Hexavalent sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.

Gambar 2. 23 Konsentrasi Chrom Hexavalent (Cr6+)

P. Besi (Fe)

PP No 82 Tahun 2001 tidak menetapkan parameter logam Besi sebagai baku mutu untuk persyaratan sumber air kelas II. Konsentrasi tertinggi diperoleh di titik 3 sebesar 0,0275 mg/L dan terendah sebesar 0,0058 mg/L. Meskipun tidak dipersyaratkan untuk baku mutu sumber air kelas II. Namun jika dibandingkan dengan Kelas I, maka konsentrasi logam Besi pada penelitian ini di bawah baku mutu sehingga masih aman untuk dipergunakan sebagai persyaratan untuk kelas II. Hasil analisis parameter Besi ditunjukkan pada Error! Reference source not found..

0 0 0 0,01 0,05 0,05 0,05 0,05 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Cr 6+ (m g /L )

(23)

Gambar 2. 24 Konsentrasi Besi (Fe)

Q. Mangan (Mn)

Diketahui bahwa konsentrasi logam berat Mangan (Mn) pada penelitian ini diperoleh dari titik 3 dengan konsentrasi 0,02 mg/L dan titik 4 dengan konsentrasi 0,009 mg/L. seperti yang ditunjukkan pada gambar

Error! Reference source not found.. Sedangkan di titik 1 dan titik 2 tidak menunjukkan adanya

kontaminasi oleh logam berat Mangan. Mangan tidak bersifat toksik tetapi keberadaannya dapat mengendalikan kadar unsur toksik lainnya di perairan seperti logam berat (Effendi, 2003) dalam (Kamarati et al., 2018).

Gambar 2. 25 Konsentrasi Mangan (Mn)

R. Tembaga (Cu)

Tembaga yang termasuk dalam golongan logam berat menunjukkan konsentrasi tertinggi sebesar 0,0045 mg/L di titik 4 dengan baku mutu yang ditetapkan 0,02 mg/L. Meskipun konsentrasi berada di bawah

0,02 0,0058 0,0275 0,013 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i F e (m g /L ) Sampel 0 0 0,02 0,009 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i M n (m g /L ) Sampel

(24)

baku mutu, namun keempat titik menunjukkan bahwa perairan Danau Ranupani mengandung sejumlah konsentrasi logam berat Tembaga.

Gambar 2. 26 Konsentrasi Tembaga (Cu)

S. Seng (Zn)

Berdasarkan hasil analisis, Danau Ranupani mengandung beberapa jenis logam berat yang mungkin bersumber dari aktivitas warga Desa Ranupani. Logam berat yang memiliki konsentrasi tertinggi adalah seng (Zn). Pupuk anorganik seperti pupuk NPK dan TSP mengandung logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu). Kedua logam berat ini termasuk dalam logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup yang dalam hal ini yaitu tanaman, tetapi jika dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun (Widowati et al., 2008) dalam (Parmiko et al., 2014). Pemupukan yang terus menerus tidak saja menyebabkan tingginya residu pupuk di dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kandungan logam berat seperti Cu dan Zn (Widaningrum et al., 2007) dalam (Parmiko et al., 2014). Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kandungan seng yang terkandung di perairan ini diperoleh dari pupuk kimia yang digunakan warga karena lingkungan Danau Ranupani yang mayoritas dikelilingi wilayah perkebunan milik warga.

0,0026 0,0028 0,0044 0,0045 0,02 0,02 0,02 0,02 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Cu (m g /L )

(25)

Gambar 2. 27 Analisis Parameter Seng (Zn)

T. Timbal (Pb)

Parameter seng yang ada di perairan ini dapat bersumber dari penggunaan pupuk pestisida. Terjadinya peningkatan Zn dan Pb disebabkan adanya aktivitas pembuangan limbah rumah tangga, limbah pertanian yang banyak menggunakan pupuk pestisida yang banyak mengandung Zn sehingga terjadi pertambahan jumlah yang signifikan pada sore hari (Sunti, 2012) dalam (Maddusa et al., 2017).

Gambar 2. 28 Analisis Parameter Timbal (Pb)

U. Chlorida (Cl

-

)

Konsentrasi parameter klorida di di Danau Ranupani terpantau paling tinggi di Titik 3 yang berada di drainase jembatan sebesar 12,11 mg/L. Meskipun tidak terdapat persyaratan baku mutu untuk air Kelas II, namun apabila dibandingkan dengan Kelas I sebesar 600 mg/L, maka parameter chlorida ini masih berada di bawah baku mutu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi parameter ini sudah sesuai untuk persyaratan air Kelas II.

0,000188 0,000188 0,000193 0,000193 0,05 0,05 0,05 0,05 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Zn (m g /L )

Sampel Baku Mutu

0,003344 0,003344 0,003832 0,005 0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4

Ko n se n tras i (m g /L ) Timbal (Pb)

(26)

Gambar 2. 29 Konsentrasi Chlorida (Cl-)

V. Cianida (CN)

Pada Error! Reference source not found., konsentrasi Sianida di danau pada penelitian ini menunjukkan bahwa air di danau ini telah terkontaminasi logam berat Sianida dengan konsentrasi yang telah mencapai baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,02 mg/L. Sianida yang terkonsumsi oleh biota perairan juga akan mempengaruhi manusia yang memakan biota tersebut, sehingga dapat berefek pada tekanan darah, penglihatan, paru, sistem syaraf (saraf pusat dan otonom), jantung dan sistem endokrin hingga berakhir dengan kematian (Maksum, 2017).

Gambar 2. 30 Konsentrasi Sianida (CN)

Bentuk sianida alami ditemukan dalam tanaman yang mengandung sianogen glikosida berikut enzimnya yang berfungsi membantu pelepasan (hidrolisis) sianida (Yuningsih, 2012). Sianida di alam dapat ditemukan dalam beberapa jenis tanaman yang secara alami memproduksi zat-zat yang apabila dikonsumsi dapat menghasilkan sianida dalam jumlah yang sangat sedikit.

8,72 8,23 12,11 7,27 0 2 4 6 8 10 12 14

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Cl -(m g /L ) Sampel 0,002 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i CN (m g /L )

(27)

Secara alami, ada beberapa bahan makanan yang menghasilkan sianida dosis rendah seperti singkong, kacang lima, kacang merah, bayam, kedelai, rebung, tapioka, kecambah millet dan almond. Biji buah-buahan seperti aprikot, apel, dan buah persik juga diduga memiliki sejumlah besar bahan kimia yang dapat dimetabolisme menjadi sianida (https://nationalgeographic.grid.id/read/13303334/sianida-di-dalam-makanan-kita-sehari-hari). Bahan makanan tersebut dapat dikonsumsi oleh warga secara langsung atau dikonsumsi oleh hewan yang kemudian menjadi bahan makanan. Setelah dikonsumsi oleh warga dan keluar melalui proses pencernaan atau metabolisme, zat tersebut mengalir menuju perairan.

W. Fluorida (F)

Fluorida yang terkandung di perairan Ranupani menunjukkan nilai yang rendah dan masih memenuhi baku mutu air Kelas II dengan konsentrasi tertinggi yaitu sebesar 0,293 mg/L. Konsentrasi fluorida di empat titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Error! Reference source not found.. Pada perairan alami biasanya memiliki kadar fluoride kurang dari 0,2 mg/L (McNeely, 1979) dalam (Effendi, 2003). Sedangkan perairan yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar fluorida 0,7 – 1,2 mg/L (Davis dan Cornwell, 1991) dalam (Effendi, 2003). Meskipun tidak melebihi standar baku mutu yang ditetapkan, namun konsentrasi fluoride melebihi baku

Gambar 2. 31 Konsentrasi Fluorida

X. Sulfat (SO

4

)

Pada Error! Reference source not found., dapat dilihat bahwa konsentrasi tertinggi di Danau Ranupani diperoleh di titik 4 dengan konsentrasi sebesar 106,7 mg/L dan terendah di titik kedua yaitu sebesar 36,9 mg/L. Menurut Effendi (2003), ion sulfat (SO42-) merupakan salah satu bentuk sulfur anorganik di

perairan. Ion sulfat merupakan salah satu ion utama dalam perairan dan penting bagi makhluk hidup karena merupakan elemen penting dalam protoplasma. Sumber sulfat di perairan dapat berasal dari limbah industri, serta limbah rumah tangga termasuk penggunaan deterjen. Surfaktan sulfat adalah linear alkil benzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium kuarterner, imidazoline dan betain yang biasa digunakan dalam deterjen.

0,061 0,098 0,293 0,119 1,5 1,5 1,5 1,5 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i F (m g /L )

(28)

Gambar 2. 32 Konsentrasi Sulfat (SO4)

Y. Free Chlorine (Cl

2

)

Klorin bebas di Danau Ranupani terpantau memiliki konsentrasi 0 mg/L. Dengan demikian, parameter Cl2 memenuhi syarat baku mutu air Kelas II sebesar 0,03 mg/L seperti yang ditunjukkan pada Error!

Reference source not found..

Gambar 2. 33 Konsentrasi Free Chlorine (Cl2)

Z. Total Coli dan Fecal Coli

Titik kedua pengambilan sampel Total Coli dan Fecal Coli menujukkan nilai yang tidak melebihi baku mutu seperti yang dapat dilihat pada Error! Reference source not found. dan Error! Reference

source not found.. Sedangkan ketiga titik lainnya melebihi baku mutu. Karena ketiga titik tersebut

dekat dengan pemukiman sehingga sangat dimungkinkan bahwa tingginya nilai Total Coli dan Fecal Coli disebabkan oleh rembesan tangki septik milik warga yang tidak kedap air. Tingginya Total Coli dan Fecal Coli di danau ini menjadikan air di danau ini tidak memenuhi baku mutu sebagai klasifikasi

37,4 36,9 59,7 106,7 0 20 40 60 80 100 120

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i S O4 (m g /L ) Sampel 0 0 0 0 0,03 0,03 0,03 0,03 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i Cl 2 (m g /L )

(29)

air Kelas II, yaitu

air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Gambar 2. 34 Konsentrasi Total Coli

Gambar 2. 35 Konsentrasi Fecal Coli

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sawitri dan Takandjanji (2019), konsentrasi

bakteri pencemar Fecal Coli yang diperoleh adalah sebesar 1100 MPN/100 mL. Hal tersebut

menunjukkan bahwa parameter Fecal Coli yang diperoleh pada penelitian ini telah mengalami

peningkatan, yang saat ini memiliki konsentrasi rata-rata 2.817,5 MPN/100 mL. Dapat

disimpulkan bahwa Danau Ranupani semakin tercemar dengan adanya bakteri ini, meskipun

pada titik kedua pengambilan sampel menunjukkan nilai yang rendah.

11000 280 22000 13000 5000 5000 5000 5000 0 5000 10000 15000 20000 25000

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i T o tal Co li (M P N/1 0 0 m L )

Sampel Baku Mutu

2000 170 4600 4500 1000 1000 1000 1000 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Ko n se n tras i F ec al Co li (M P N/1 0 0 m L )

(30)

2.2 Komponen Biologi

Menurut Fitri (2015) dan Kenedie (2016) dalam Sawitri dan Takandjandji (2019), Danau

Ranupani merupakan salah satu danau di dalam kawasan TNBTS yang merupakan kaldera atau

kawah raksasa yang terbentuk akibat letusan Gunung Semeru ribuan tahun lalu, dan kemudian

terisi air larian dari curah hujan dan rembesan tanah. Fungsi kaldera adalah sebagai

penyeimbang ekosistem. Danau merupakan habitat air tawar yang tergenang (lentik). Istilah

lentik digunakan untuk perairan danau yang tenang, yang menawarkan kondisi lingkungan,

yang sangat berbeda dengan sungai yang merupakan habitat lotik (mengalir). Pada habitat

lentik, cahaya hanya menembus ke kedalaman tertentu tergantung pada kekeruhan. Karena

hanya sebagian kecil yang bersentuhan langsung dengan atmosfer dan karena penguraian

berlangsung secara aktif di bagian bawah, kandungan oksigen ekosistem lentik relatif rendah

jika dibandingkan dengan habitat lotik

(http://wgbis.ces.iisc.ernet.in/energy/water/paper/Tr-115/chapter1.htm).

Berdasarkan Budiyanti (2015) menjelaskan bahwa eutrofikasi telah menjadi masalah yang

signifikan dalam ekosistem Danau Ranupani. Sedimentasi dan Eutrofikasi disebabkan karena

pola pertanian intensif tanpa metode ‘teraserring’. Topografi area pertanian yang terletak di

perbukitan yang curam di sekitar Danau Ranupani menjadi ancaman terjadinya longsoran tanah

pertanian yang mengandung pupuk. Hal ini menunjukkan bahwa resiko sedimentasi dan

eutrofikasi di perairan danau Ranupani masih mungkin terjadi. Kondisi air yang tenang dan

adanya eutrofikasi dapat memicu melimpahnya makrofita atau tumbuhan air di perairan danau.

Oleh karena itu melimpahnya makrofita di perairan danau dapat menjadi indikator bahwa danau

telah

mengalami

eutrofikasi

(Szoszkiewicz

et

al.,

2014)

(http://wgbis.ces.iisc.ernet.in/energy/water/paper/Tr-115/chapter1.htm). Menurut Indira et al.

(2013) dalam Sawitri dan Takandjandji (2019) dalam e-Journal Penelitian Hutan dan

Konservasi

Alam

(http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/view/4675/4723) dilaporkan bahwa Danau Ranupani

menerima sedimen melalui aliran permukaan yang terangkut sebesar 46.999,18 ton/ha/tahun.

Hal tersebut mengakibatkan munculnya ruang tumbuh bagi tumbuhan air, seperti ki ambang

(Salvinia molesta) yang memiliki sistem perakaran yang lebat dengan persen penutupan

mencapai 80%. Berdasar laporan situs website TNBTS disampaikan bahwa pada tahun 2018,

permukaan perairan Danau Ranupani tertutupi oleh melimpahnya pertumbuhan tumbuhan air

kiambang (S. molesta). Hal ini mengindikasikan bahwa danau Ranupani telah mengalamai

eutrofikasi. Sebagai upaya melestarikan Danau Ranupani, pada tahun 2018, BBTNBTS telah

melakukan kegiatan pembersihan danau dari S. molesta sebagaimana ditunjukkan. Saat

dilakukan survei pada studi ini (tahun 2020) terlihat bahwa kondisi air Danau Ranupani telah

terbebas dari tumbuhan air S. molesta. Hal ini menunjukkan keberhasilan program pembersihan

Danau Ranupani dari S. molesta. Namun demikian, ditemukan tumbuhan air lainnya yang

tumbuh di perairan danau, seperti Alternanthera philoxeroides (Kremah air). Gambaran kondisi

lahan pertanian di perbukitan sekitar danau Ranupani tersebut berdasar data Google Image

(31)

tahun 2019 serta kondisi danau dan lingkungan sekitarnya ditunjukkan dalam Error!

Reference source not found..

Gambar 2. 36

A. Kegiatan pembersihan S. molesta di Danau Ranupani tahun 2018; B. Hasil

pengamatan Vegetasi di sekitar Danau Ranupani (Titik sampling Vg1); C. Tumbuhan air yang

teramati di permukaan danau Ranupani; D. Tumbuhan air yang teramati pada saat survei:

Alternanthera philoxeroides (Kremah air); E. Kondisi area pertanian di perbukitan yang

curam di sekitar Danau Ranupani yang menjadi ancaman terjadinya longsoran (di dalam kotak

merah).

Berdasar Gambar 2. 37, ditunjukkan bahwa tutupan vegetasi yang teramati di riparian

Danau Ranupani (Titik sampling Vg1) umumnya terdiri dari semak, herba dan rumput-

rumputan. Tegakan pohon yang teramati umumnya adalah Family cemara (Casuarinaceae).

Sementara berdasar pengamatan dan wawancara, vegetasi di area pertanian yang terletak di

perbukitan (Titik sampling Vg2) umumnya didominasi tanaman kentang (Solanum tuberosum),

(32)

kubis (Brassica oleracea) dan daun bawang (Allium fistulosum). Di sela-sela lahan pertanian

juga teramati beberapa tegakan pohon cemara.

Hasil pengamatan vegetasi disajikan dalam Tabel 2. 1 ditunjukkan bahwa jenis-jenis

tanaman herba yang sering ditemui di lokasi titik sampling Vg1 (riparian danau) antara lain

Rumex aquaticus dan gulma air Alternanthera philoxeroides (Kremah air). Jenis tumbuhan

tersebut umumnya mampu hidup di daratan (terrestrial) maupun area tergenang. Berdasarkan

pengamatan pada saat survey, teramati spesies tersebut ditemukan di area terrestrial dekat danau

maupun area danau yang dangkal (Error! Reference source not found. D dan Gambar 2. 37).

Tegakan pohon yang dijumpai antara lain cemara, akasia dan bambu.

Status konservasi spesies tumbuhan yang ada di riparian Danau Ranupani menurut IUCN

Red List Sebagian besar masuk kategori Least Concern (LC; Berisiko Rendah) dan Data

Deficient (DD; Informasi Kurang). LC diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun

tidak masuk ke dalam kategori manapun. Sedangkan DD diinyatakan “informasi kurang”

artinya informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko

kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Namun ada spesies yang masuk

kategori NT atau Near Threatened (hampir terancam) yaitu Acacia aulacocarpa (akasia)

(https://www.iucnredlist.org/species/38360/10113765) dan satu spesies tergolong EW (Extinct

in the Wild=Punah di alam liar) yaitu Brugmansia suaveolens (Kecubung gunung) (

https://www.iucnredlist.org/es/species/51247699/58913403)

Status

NT

adalah

status

konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau

mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam. Sedangkan EW

adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat

penangkaran atau di luar habitat alami mereka. Jenis-jenis vegetasi yang teramati di riparian

Danau Ranupani (Titik sampling Vg1), status dominansi dan status konservasinya menurut

IUCN disajikan dalam Tabel 2. 1.

Tabel 2. 1 Jenis-jenis vegetasi yang teramati di riparian Danau Ranupani

(Titik sampling Vg1)

No. Spesies

Nama

Famili

Dominansi

Status

Gambar 2. 1

Gambar 2. 37 Kiri dan tengah: kondisi vegetasi yang teramati di sekitar Danau Ranupani (Titik sampling

Vg1) dan kanan: vegetasi yang teramati di area pertanian (Titik sampling Vg2) antara lain tanaman kentang (Solanum tuberosum).

(33)

Indonesia

IUCN

KATEGORI POHON dan PALEM

1

Casuarina equisetifolia

Cemara

Casuarinaceae

O

LC

2

Acacia aulacocarpa

Akasia

Fabaceae

O

NT

3

Cibotium barometz

Pakis monyet

Cibotiaceae

O

DD

4

Casuarina

junghuhniana

Cemara gunung

Casuarinaceae

F

DD

5

Vasconcellea

pubescens

Pepaya gunung

Caricaceae

R

DD

6

Bambusa sp

Bambu

Poaceae

O

DD

KATEGORI SEMAK, HERBA dan RUMPUT

1

Alternanthera

philoxeroides

Kremah air

Amaranthaceae

F

LC

2

Panicum hemitomon

Ijon ijon

Poaceae

F

LC

3

Rumex aquaticus

-

Polygonaceae

F

LC

4

Brugmansia suaveolens

Kecubung

gunung

Solanaceae

R

EW

5

Ruellia angustifolia

Kencana ungu

Acanthaceae ·

O

LC

6

Panicum repens

Rumput

Poaceae

F

LC

7

Canna lily

Bunga tasbih

Cannaceae

R

LC

8

Zantedeschia aethiopica

Kala lili

Araceae

R

Keterangan: Dominansi vegetasi: D (dominant) (sangat berlimpah) = 80%-100%; A

(abundant) (berlimpah) = 60%-80%; F (frequent) (sering) = 40%-59%; O (occasional)

(jarang)= 20%-39%; R (rare) (sangat jarang) = 0-19%. Status Konservasi menurut IUCN: LC

(Least concern =resiko rendah) ; NT (Near Threatened =hampir terancam); EW (Extinct in

the Wild= Punah di alam liar )

(34)

Alternanthera philoxeroides

(Kremah air) yang ditemukan

area terrestrial (riparian )

Alternanthera philoxeroides

(Kremah air) yang ditemukan

area perairan danau

Rumex aquaticus dan

Panicum

hemitomon

(rumput)

Brugmansia

suaveolens

(Merkubung hutan)

Zantedeschia

aethiopica

(Kala lili)

Acacia

aulacocarpa

(Akasia)

Selain tanaman, Fauna Darat yang diamati adalah burung. Teramati beberapa jenis burung

antara lain Elang Hitam (Ictinaetus malayensis); Burung-gereja Erasia (Passer montanus);

Layang- layang batu (Hirundo tahitica; Tekukur biasa (Spilopelia chinensis); Cucak kutilang

(Pycnonotus aurigaster); Kerak kerbau (Acridotheres javanicus); Walet linci (Collocalia

linchi). Sebagian burung yang teramati ditunjukkan dalam Tabel 2. 2 dan Error! Reference

source not found.. Hasil pengamatan adanya elang hitam dan tekukur dalam survei ini sama

dengan data survei sebelumnya yang dilakukan oleh Nugroho et al. (2013)

(https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71019). Berdasarkan Tabel 2. 2 ditunjukkan

bahwa burung yang teramati di sakitar Danau Ranupani memiliki status konservasi LC: Least

concern (resiko rendah) dan DD: Data deficient (kekurangan data). Tidak ada spesies yang

terancam punah.

(35)

Tabel 2. 2 Jenis-jenis Burung yang Teramati di Sekitar Danau Ranupani

No. Spesies (Burung)

Nama

Indonesia

Famili

Jumlah

(ind.)

Status

IUCN

1

Ictinaetus malayensis

Elang hitam

Accipitridae

1

LC

2

Passer montanus

Burung-gereja

Erasia

Passeridae

52

LC

3

Hirundo tahitica

Layang-layang

batu

Hirundinidae

27

LC

4

Spilopelia chinensis

Tekukur biasa

Columbidae

29

LC

5

Pycnonotus aurigaster

Cucak kutilang

Pycnonotidae 21

LC

6

Acridotheres javanicus

Kerak kerbau

Sturnidae

1

LC

7

Collocalia linchi

Walet linchi

Apodidae

30

DD

8

Lonchura punctulata

Bondol peking

Estrildidae

6

LC

Total

167

Keterangan: LC: Least concern (resiko rendah); DD: Data deficient (Informasi Kurang)

Lonchura punctulata (Bondol peking)

Pycnonotus aurigaster (Cucak kutilang)

Ictinaetus malayensis (Elang hitam)

Spilopelia chinensi (Tekukur biasa)

(36)

Biota perairan yang diamati di perairan Ranupani adalah plankton dan ikan. Plankton

diambil dari 4 titik sampling perairan Danau Ranupani (Kode RP1; RP2; RP3 dan RP4),

dengan lokasi dan koordinat sampling ditunjukkan pada Error! Reference source not found..

Hasil Analisa plankton (Tabel 2.

3) menunjukkan bahwa secara umum, struktur komunitas perairan Danau Ranupani tergolong

cukup stabil hingga stabil, dengan kualitas air kategori sedang hingga buruk. Area Perairan

yang dekat dengan area pemukiman dan pertanian (Titik RP1; RP2 dan RP3) menunjukkan

nilai Indeks Diversitas (H’) Plankton yang lebih kecil (H’=1.206-1,303) daripada dari perairan

yang jauh dari pemukiman dan pertanian (Titik RP4) dengan H’=1.678. Hal ini menunjukkan

bahwa kegiatan di pemukiman dan pertanian memberi pengaruh negatif terhadap kualitas air

Danau Ranupani. Analisis dominansi plankton akan dijelaskan pada dokumen ANDAL.

Tabel 2. 3 Hasil Analisis Plankton di Perairan Danau Ranupani

Plankton

Kondisi Struktur Komunitas dan Kualitas Pencemaran

Perairan di Danau Ranupani berdasar Indeks Diversitas (H’)

Plankton

Nilai/Status

RP1

RP2

RP3

RP4

Phytoplankton

H’

1.281

1.303

1.206

1.678

Kondisi

struktur

komunitas

Stabil

Stabil

Stabil

Stabil

Kualitas perairan

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

Gambar 2. 40 Lokasi Plankton diambil dari 4 titik sampling perairan Danau Ranupani (Kode

(37)

Plankton

Kondisi Struktur Komunitas dan Kualitas Pencemaran

Perairan di Danau Ranupani berdasar Indeks Diversitas (H’)

Plankton

Nilai/Status

RP1

RP2

RP3

RP4

Zooplankton

H’

1.061

1.040

1.040

1.213

Kondisi

struktur

komunitas

Cukup

stabil

Cukup

stabil

Cukup

stabil

Stabil

Kualitas perairan

Buruk

Buruk

Buruk

Sedang

Berdasar laporan analisis kualitas air, diketahui bahwa Efluen IPAL dari limbah domestik

dialirkan melalui pipa dan kemudian dibuang ke Ranupani. Kualitas air efluen yang dihasilkan

oleh IPAL mengandung BOD sebesar 190 mg/L O

2

yang jauh lebih tinggi dari baku mutu (30

mg/L O

2

). Tingginya BOD dari IPAL tersebut mengindikasikan tingginya polutan organik.

Selain menerima beban pencemar organik dari pemukiman, Danau Ranupani juga beresiko

menerima run off sedimen dari lahan pertanian yang mengandung unsur hara dari lahan

pertanian. Kondisi tersebut dapat meningkatkan pencemaran organik dan menimbulkan

eutrofikasi di perairan Ranupani. Hal ini sesuai dengan hasil kualitas perairan berdasarkan

plankton yang menunjukkan kualitas buruk hingga sedang.

Biota perairan lain yang diamati adalah ikan. Berdasarkan pengamatan hasil tangkapan

pemancing setempat, diketahui beberapa jenis ikan di Danau Ranupani, antara lain Tawes

(Barbonymus gonionotus), Ikan mas atau tombro (Cyprinus carpio), Lele (Clarias sp) dan ikan

gatul (Poecilia reticulata) seperti pada Error! Reference source not found. dan Tabel 2. 4.

Jenis-jenis ikan di Ranupani tersebut sama dengan hasil studi sebelumnya oleh Nugorho dkk

(2013) (https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71019).

Berdasarkan pemeriksaan status konservasi menurut IUCN, diketahui bahwa sebagian besar

spesies ikan di Danau Ranupani termasuk kategori LC (Least concern=resiko rendah), namun

terdapat 1 spesies tergolong VU (Vulnerable=rentan) yaitu Cyprinus carpio (ikan tombro/ ikan

Gambar 2. 41 Ikan Tombro atau ikan mas, Pemancing dan Hasil Pancingan yang Teramati di Danau Ranupani

(38)

mas/ ikan karper). Vulnerable (VU: Rentan) merupakan status konservasi untuk kategori

spesies yang menghadapi risiko kepunahan di alam liar di waktu yang akan datang.

Tabel 2. 4 Jenis-jenis Ikan yang Ditemukan di Danau Ranupani dan Status Konservasi Spesies

Ikan menurut IUCN

No.

Spesies

Nama Indonesia

Famili

Status

1

Clarias sp.

Lele

Clariidae

LC

2

Cyprinus carpio

Tombro/ ikan mas

Cyprinidae

VU

3

Barbonymus gonionotus

Tawes

Cyprinidae

LC

4

Poecilia reticulata

Gatul

Poeciliidae

LC

Keterangan: LC (Least concern=resiko rendah); VU (Vulnerable=rentan)

Peta lokasi sampling biologi dapat dilihat pada Error! Reference source not found. berikut.

Gambar 2. 42

Lokasi Sampling Komponen Biologi

2.3 Status Pencemaran Danau Ranupani

Berdasarkan hasil analisis parameter lengkap yang telah diuraikan, maka dapat dilakukan

penentuan status pencemaran Danau Ranupani dengan metode Indeks Pencemaran (IP).

(39)

Metode IP dibangun berdasarkan dua indeks kualitas. Yang pertama adalah Indeks Rata-rata

(IR). Indeks ini menunjukkan tingkat pencemaran rata-rata dari seluruh parameter dalam satu

kali pengamatan. Yang kedua adalah indeks maksimum (IM). Indeks ini menunjukkan satu

jenis parameter yang dominan menyebabkan penurunan kualitas air pada satu kali pengamatan

(Marganingrum, 2013) dalam (Romdania et al., 2018).

Status mutu air berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran sebagai berikut:

No Skor IP Deskripsi 1 0 – 1,0 Kondisi Baik 2 1,1 – 5,0 Cemar Ringan 3 5,1 – 10 Cemar Sedang 4 >10 Cemar Berat

Sumber: KepMen LH No 115 Tahun 2003

Berdasar Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003, status mutu air

dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Pencemaran. memiliki konsep yang berlainan

dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality Index). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk

suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh

bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai.

Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu

Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil

analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj

adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij.

PIj = (C1/L1j, C2/L2j,…,Ci/Lij)

Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh parameter kualitas

air. Nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0 adalah nilai yang kritik, karena nilai

ini diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu Baku Mutu Peruntukan Air. Jika Ci/Lij >1,0 untuk

suatu parameter, maka konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan

air digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi

peruntukan, maka pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air itu. Pada model IP digunakan

berbagai parameter kualitas air, maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai ratarata dari

keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolok-ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna

jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai lebih besar dari 1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij

yang maksimum

PIj = {(Ci/Lij)R,(Ci/Lij)M}

Nilai (Ci/Lij)R : nilai Ci/Lij rata-rata

(Ci/Lij)M : nilai Ci/Lij maksimum

(40)

Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)Rm dan

atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau nilai rata-rata

Ci/Lij makin besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan makin besar pula.

PIj = m √(

𝐶𝑖 𝐿𝑖𝑗

)

𝑀 2

+ (

𝐶𝑖 𝐿𝑖𝑗

)

𝑅 2

Dimana m = faktor penyeimbang

Keadaan kritik digunakan untuk menghitung nilai m

PIj = 1,0 jika nilai maksimum Ci/Lij = 1,0 dan nilai rata-rata Ci/Lij = 1,0 maka

1,0 = m√(1)

2

+ (1)

2

m = 1/√2, maka persamaan tersebut menjadi:

Pij =

(𝐿𝑖𝑗𝐶𝑖) 𝑀 2 +(𝐿𝑖𝑗𝐶𝑖) 𝑅 2 2

Harga Pij ini dapat ditentukan dengan cara:

1. Memilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah maka kualitas air akan

membaik

2. Memilih kosentrasi parameter baku mutu yang tidak memiliki rentang

3. Menghitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter ada setiap stasiun pengambilan sampel

4. Untuk nilai kosentrasi parameter DO, yang menurun akan menyatakan tingkat pencemaran

meningkat misal DO. Perlu ditentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim (yang merupakan

DO jenuh = 7). Kemudian nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil

perhitungan, yaitu:

(Ci/Lij) baru =

𝐶𝑖𝑚−𝐶𝑖

𝐶𝑖𝑚−𝐿𝑖𝑗

5. Jika nilai baku Lij memiliki rentang

- Untuk Ci < Lij rata-rata

(Ci/Lij) baru =

𝐶𝑖𝑚−(𝐿𝑖𝑗)𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

(𝐿𝑖𝑗) min − (𝐿𝑖𝑗)𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

- Untuk Ci < L ij rata-rata

(Ci/Lij) baru =

𝐶𝑖𝑚−(𝐿𝑖𝑗)𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

(𝐿𝑖𝑗) maks − (𝐿𝑖𝑗)𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

6. Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini kecil dari 1,0 dan penggunaan nilai

(Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih besar dari 1,0. (Ci/Lij) baru = 1,0 + P.

Log (Ci/Lij) hasil pengukuran. P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan

disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk

suatu peruntukan (biasanya digunakan 5)

7. Menentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij

8. Menentukan harga Pij

Pij =

(𝐿𝑖𝑗𝐶𝑖) 𝑀 2 +(𝐿𝑖𝑗𝐶𝑖) 𝑅 2 2

(41)

Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Pencemaran (IP) adalah sebagai berikut:

𝐼𝑃

𝑗

=

(

𝐿

𝐶

𝑖 𝑖𝑗

)

2 𝑀

+ (

𝐿

𝐶

𝑖 𝑖𝑗

)

2 𝑅

2

Dimana:

𝐼𝑃

𝑗

: Indeks Pencemaran bagi peruntukan j

𝐶

𝑖

: Konsentrasi hasil uji parameter

𝐿

𝑖𝑗

: Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j

(𝐶

𝑖

𝐿

𝑖𝑗

)

𝑀

: Nilai 𝐶

𝑖

𝐿

𝑖𝑗

maksimum

(𝐶

𝑖

𝐿

𝑖𝑗

)

𝑅

: Nilai 𝐶

𝑖

𝐿

𝑖𝑗

rata-rata

Metoda ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau

tidaknya sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter

tertentu. Standar Baku Mutu Air (BMA) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria

peruntukan air kelas II (PP 82/2001). Penggunaan BMA kelas II dikarenakan belum adanya

kajian teknis peruntukan air Danau Ranupani, sehingga dalam kondisi dimana kajian teknis

peruntukan sumber air belum dilakukan, maka BMA menggunakan kriteria peruntukan air

kelas II meskipun sumber air tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan air baku (Peraturan

Pemerintah 82/2001 pasal 5, pasal 9, pasal 11, pasal 12 ayat 1).

Gambar

Gambar 2. 3 Konsentrasi Parameter Total Dissolved Solid (TDS)
Gambar 2. 5 Konsentrasi Total Suspended Solid
Gambar 2. 11 Konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD)
Gambar 2. 12 Trend Konsentrasi COD Tahun 2011-2020
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

(3) Segala bentuk kegiatan yang menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah dan/atau kegiatan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan di kawasan lindung baik

Modulation of citrate metabolism alters aluminum tolerance in yeast and transgenic canola overexpressing a mithocondrial citrate synthase.. Thermostability and

Berdasarkan penilaian dari ahli isi Bapak I Gede Ngurah Dody Prayoga,S.Pd dan ahli isi Bapak I Nyoman Rediasa,S.Sn,M.Si. dapat dianalisa persentase keseluruhan penilaian

Narasumber dalam acara Seminar Dosen/Diskusi Dosen Fakultas Teologi UKDW yang akan diselenggarakan pada tanggal 2l Februari 2014 dengan tema &#34; Let Her Head be Covered

Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kelayakan penghidupan ditunjang dengan pengadaan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai untuk dapat menunjang

Berbeda dengan asuransi konvensional yang menjadikan sertifikat polish sebagai bukti telah dibuatnya perjanjian antara perusahaan asuransi dengan nasabah, yang mengatur

Pengaruh nutrisi serta respon imun pada infeksi STH merupakan beberapa faktor yang menyebabkan gangguan perkembangan kognitif anak secara tidak langsung.. Gangguan

Berdasarkan hasil uji t (parsial) pada model regresi, diperoleh nilai t hitung sebesar 1.430 artinya dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Tangibles berpengaruh positif dan