UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN (UDHP) GENOTIPE PADI HIBRIDA
B. UDHP di Lahan Sawah Tadah Hujan Waktu dan Tempat
A.4. Komponen Hasil dan Hasil
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan genotipe/varietas terhadap komponen hasil dan hasil hanya berpengaruh nyata pada peubah jumlah gabah isi, jumlah gabah total, bobot 1 000 butir dan persentase gabah hampa, sedangkan pada peubah panjang malai, bobot gabah per rumpun dan daya hasil per hektar tidak berpengaruh nyata (Lampiran 9). Hasil uji DMRT rata-rata panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah total, persentase gabah hampa, bobot 1 000 butir dan bobot gabah per rumpun serta daya hasil per hektar disajikan pada Tabel 28.
A.4.1. Panjang Malai
Rata-rata panjang malai antar genotipe dan varietas cek tidak berbeda nyata. Panjang malai genotipe berkisar 23.82-26.47 cm, sedangkan varietas cek Ciherang yaitu 23.7 cm dan Hipa 7 yaitu 25.35 cm (Tabel 30). Panjang malai umumnya berkorelasi dengan jumlah gabah per malai. Zang et al. (2010) menyatakan bahwa malai yang besar dengan jumlah gabah per malai yang banyak dapat meningkatkan kepadatan gabah.
A.4.2. Jumlah Gabah Total
Rata-rata jumlah gabah per malai antar genotipe berbeda nyata. Jumlah gabah rata-rata tinggi pada genotipe BI665A/BP6 (219.2 butir) yang berbeda nyata dengan varietas cek Ciherang (153.0 butir) (Tabel 30). Jumlah gabah total yang relatif tinggi pada genotipe hibrida merupakan implikasi dari panjang malai yang cenderung lebih panjang pada genotipe padi hibrida (Zang et al. 2010).
A.4.3. Jumlah Gabah Isi
Jumlah gabah isi berbeda nyata antar genotipe dan varietas cek. Genotipe BI665A/BP6 menghasilkan jumlah gabah isi tertinggi, disusul genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI599A/BP5 yaitu berturut-turut masing-
masing sebanyak 162.9, 153.6, 147.6 dan 142.6 butir, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas cek Hipa 7 yaitu sebanyak 140.3 butir. Jumlah gabah isi varietas cek Ciherang hanya 125.8 butir yang berbeda nyata dengan genotipe BI665A/BP6, BI485A/BP12 dan BI485A/BP15, tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe lainnya. Jumlah gabah isi rata-rata genotipe hibrida berkisar antara 118.4-162.9 butir, sedangkan varietas cek Ciherang dan Hipa 7 masing-masing 125.8 butir dan 140.3 butir (Tabel 30). Peng dan Khush (2003) menyatakan bahwa kriteria untuk hasil yang lebih tinggi adalah jumlah gabah per malai sekitar 150 butir.
Tabel 30 Komponen hasil dan hasil genotipe padi hibrida dan varietas cek di lahan sawah irigasi
Genotipe Panjang malai (cm) Jumlah gabah total (butir) Jumlah gabah isi (butir) Persentase gabah hampa (%) Bobot 1 000 butir (g) Bobot gabah per rumpun (g) Hasil gabah (ton ha-1) BI485A/BP3 24.88 180.9 bc 134.0 bcd 25.6 ab 28.98 c 41.13 6.57 BI485A/BP5 23.82 149.1 d 118.4d 20.3abc 28.93 cd 37.11 5.93 BI485A/BP10 24.54 161.7 cd 126.9 bcd 21.5abc 29.19 bc 39.43 6.30 BI599A/BP5 25.31 171.7 bcd142.6 abcd 17.3 bcd 30.88 a 38.94 6.23 BI665A/BP6 26.47 219.2 a 162.9 a 26.0 ab 28.59 cd 33.92 5.43 BI485A/BP12 25.15 173.7 bcd153.6 ab 11.6 d 29.26 bc 35.25 5.63 BI485A/BP15 24.66 175.8 bcd147.6 abc 16.3 cd 28.53 cde 42.92 6.87 BI599A/BP15 24.49 169.5 bcd135.3 bcd 20.8abc 29.86 b 39.40 6.30 Ciherang 23.69 153.0 cd 125.8d 17.9 bcd 28.16 de 38.30 6.13 Hipa 7 25.35 195.0 ab 140.3 abcd 28.2 a 27.99 e 46.81 7.50
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α=0.05.
A.4.4. Persentase Gabah Hampa
Persentase gabah hampa berbeda nyata antar genotipe dan varietas cek. Persentase gabah hampa genotipe berkisar antara 11.6-26.0 persen, sedangkan varietas cek sebesar 17.9 dan 28.2 persen. Persentase gabah hampa terrendah diperoleh pada genotipe BI485A/BP12 yaitu sebesar 11.6 persen yang tidak berbeda nyata dengan BI485A/BP15, BI599A/BP5 dan vatietas cek Ciherang yaitu berturut-turut masing-masing sebesar 16.3, 17.3 dan 17.9 persen. Genotipe dengan persentase gampa hampa tertinggi adalah BI665A/BP6 yaitu sebesar 26.0 persen yang tidak berbeda nyata dibanding dengan genotipe BI485A/BP3,
BI485A/BP5, BI485A/BP10 dan varietas cek Hipa 7 yaitu masing-masing 25.6, 20.3, 21.5 dan 28.2 persen (Tabel 30). Proses pengisian biji ditentukan oleh sumber (source) dalam mendukung limbung (sink) atau karena proses penuaan. Sumber yang terbatas dalam mendukung limbung karena akumulasi fotosintat yang rendah atau proses penuaan yang lebih cepat akan meningkatkan persentase gabah hampa. Abdullah et al. (2008) melaporkan bahwa salah satu penyebab kehampaan adalah tidak seimbangnya antara sink (limbung) yang besar dan source (sumber) yang sedikit. Lebih lanjut dijelaskan suatu galur yang mempunyai jumlah gabah per malai banyak, tetapi sumber kurang mendukung, seperti daun lebar, tipis, mendatar, cepat menua dan berumur genjah, menyebabkan hasil asimilat rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung pengisian gabah, mengakibatkan kehampaan tinggi. Bahan kering pada daun mulai menurun 10 hari setelah pengisian biji dan daun yang relatif besar, berperan penting dalam memasok fotosintat ke biji (Shigenori et al. 2003).
A.4.5. Bobot 1 000 Butir
Bobot 1 000 butir genotipe hibrida yang diuji berada pada kisaran 28.53- 30.88 g. Secara umum genotipe hibrida memiliki bobot 1 000 butir nyata lebih tinggi dibanding dengan varietas cek Hipa 7 dan Ciherang, kecuali genotipe BI485A/BP5, BI485A/BP15 dan BI665A/BP6 tidak berbeda nyata dengan varietas cek. Bobot 1 000 butir tertinggi diperoleh pada genotipe BI599A/BP5 yaitu sebesar 30.88 g, kemudian diikuti genotipe BI599A/BP15 yang tidak berbeda nyata dengan genotipe BI485A/BP10 dan BI485A/BP12 yaitu masing- masing sebesar 29.19 g dan 29.26 g (Tabel 30). Ma et al. (2006) menyatakan bahwa karakter tanaman tipe ideal dengan malai berat memiliki bobot 1 000 butir, 28 – 30 g. Padi tipe baru dengan bobot gabah 28 – 30 g dan panjang malai >26 cm serta jumlah gabah yang banyak merupakan ukuran limbung (sink) yang cukup baik untuk mendukung hasil gabah tinggi. Tanaman yang mempunyai jumlah gabah per malai yang banyak membutuhkan asimilat yang banyak untuk pengisian gabah, karena itu harus didukung oleh ukuran daun yang ideal antara lain lebar daun sedang, tebal, agak terkulai dan tidak cepat menua serta berumur
sedang seperti genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP5, dan BI599A/BP15.
A.4.6. Bobot Gabah per Rumpun dan Daya Hasil per Hektar
Bobot gabah antar genotipe dan varietas cek tidak berbeda nyata. Bobot gabah per rumpun genotipe berkisar antara 33.92-42.92 g, sedang bobot gabah per rumpun vartas cek Ciherang yaitu 38.30 g dan Hipa 7 yaitu 46.81 g. Bobot gabah genotipe-genotipe tersebut bila dikonversi ke daya hasil berkisar antara 5.43-6.87 ton ha-1. Genotipe BI485A/BP15 memiliki hasil gabah tertinggi yaitu 42.92 g rumpun-1 atau 6.87 ton ha-1 (Tabel 30). Genotipe tersebut mempunyai potensi hasil tinggi, meskipun pengujian tahap awal masih dilakukan pada skala kecil. Pengujian dalam skala yang lebih luas dan pada lahan bercekaman diharapkan tidak akan menurunkan hasil yang nyata pada genotipe yang toleran kekeringan. Virmani et al. (1997) menyatakan tolok ukur penting dalam perakitan padi hibrida adalah perbandingan hasil antara hibrida dengan varietas cek. Genotipe BI485A/BP3, BI485A/BP10, BI485A/BP15 dan BI599A/BP15 bila dibandingkan dengan varietas cek Ciherang cenderung menunjukkan peningkatan yaitu berturut-turut masing-masing sebesar 7.2, 2.8, 12.1, 1.6 dan 2.8 persen (Tabel 30). Genotipe hibrida tersebut diharapkan tidak bersifat spesifik lokasi karena umumnya hasil hibrida bersifat spesifik lokasi dimana penampilan (fenotipe) dipengaruhi oleh lingkungan selain genetik (Satoto dan Suprihatno 1998).
Cara yang efektif untuk mengembangkan suatu kultivar padi sawah dengan potensi hasil tinggi baik pada kondisi optimum maupun pada kondisi sub otpimum (cekaman kekeringan) maka seleksi langsung dapat mengkombinasikan seleksi di lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Untuk itu dilakukan uji daya hasil pendahuluan genotipe hibrida toleran kekeringan yang potensial dikembangkan di lahan sawah tadah hujan.
B. UDHP di Lahan Sawah Tadah Hujan