• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Hasil dan Hasil Padi Hibrida pada Kondisi Cekaman Kekeringan

DI LAHAN SAWAH

A. Karakter Agronomi dan Morfologi pada Kondisi Cekaman Kekeringan 1 Pertumbuhan Genotipe Padi Hibrida pada Kondisi Cekaman

A.2. Komponen Hasil dan Hasil Padi Hibrida pada Kondisi Cekaman Kekeringan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi cekaman kekeringan dan genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang malai, jumlah gabah isi per malai dan bobot 1 000 butir. Interaksi cekaman kekeringan dan genotipe hanya berpengaruh nyata pada persentase gabah hampa, bobot gabah per rumpun, hasil gabah per hektar dan indeks panen (Lampiran 6). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan respon antar genotipe akibat cekaman kekeringan pada peubah persentase gabah hampa, bobot gabah per rumpun, hasil gabah per hektar dan indeks panen.

Tabel 23. Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah terhadap panjang malai, jumlah gabah isi dan bobot 1 000 butir

Genotipe

Panjang malai (cm) Jumlah gabah isi

(butir) Bobot 1 000 butir (g) Kontrol Cekaman kekeringan Kontrol Cekaman kekeringan Kontrol Cekaman kekeringan BI485A/BP3 25.99 23.66 79.8 36.4 25.22 22.11 BI485A/BP5 26.48 24.39 69.4 40.3 26.71 22.72 BI485A/BP10 26.99 24.04 93.7 53.4 26.04 22.83 BI485A/BP12 27.83 25.09 115.8 88.9 24.98 23.54 BI485A/BP15 26.55 23.59 89.6 69.1 26.45 22.66 BI599A/BP5 26.60 26.88 81.5 54.6 26.42 22.47 BI599A/BP15 28.63 26.50 97.8 84.0 27.04 22.90 BI665A/BP6 27.39 25.68 66.5 33.4 24.03 22.04 Maro 27.45 25.18 84.7 42.3 24.65 21.75 Hipa 6 26.42 24.14 100.1 53.6 20.60 19.38 Hipa 7 27.76 25.05 89.9 67.9 22.25 21.45 Hipa 8 29.54 26.46 91.2 47.6 23.10 21.44 IR64 25.39 23.09 66.1 35.0 25.73 21.82 Limboto 28.59 25.71 105.4 78.7 25.91 24.10 Rata-rata 27.26 x 24.96 y 88.0x 56.1y 24.94x 22.23y

Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti huruf yang tidak sama pada masing-masing peubah berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Akibat perlakuan cekaman kekeringan di lahan sawah yang terjadi pada akhir fase vegetatif hingga dua minggu setelah antesis, antar genotipe secara umum menghasikan panjang malai, jumlah gabah isi dan bobot gabah 1 000 butir yang relatif sama, akan tetapi pada peubah jumlah gabah isi cenderung tinggi pada genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP15, Limboto dan Hipa 7 dibanding dengan IR64. Jumlah gabah isi genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP15, Limboto dan Hipa 7 yaitu berturut-turut sebesar 88.9, 69.1, 84.0, 78.7 dan 67.9 butir, sedangkan IR64 hanya 35.0 butir (Tabel 23). Hal ini berimplikasi pada rendahnya persentase gabah hampa genotipe/varietas tersebut.

Pada perlakuan cekaman kekeringan genotipe BI485A/BP12, BI599A/BP15, BI485A/BP15 dan BI485A/BP10 menghasilkan persentase gabah hampa terrendah yang tidak berbeda nyata dengan varietas cek Limboto dan Hipa7 yaitu berturut-turut sebesar 41.2, 46.9, 48.1 dan 54.0 persen serta 48.3 dan 54.4 persen (Tabel 24). Hal ini berimplikasi pada tingginya bobot gabah per rumpun genotipe BI485A/BP12 yaitu sebesar 17.60 g yang tidak berbeda nyata dengan genotipe BI485A/BP10, BI485A/BP15, BI599A/BP15 dan varietas Hipa 7 serta Limboto yaitu berturut-turut sebesar 12.40, 16.78, 17.02, 12.72 dan 17.06 g (Tabel 24). Daya hasil BI485A/BP12 adalah 2.82 ton ha-1 yang tidak berbeda nyata dengan genotipe BI485A/BP10, BI485A/BP15, BI599A/BP15 yaitu berturut-turut sebesar 1.98, 2.58, 2.72, 2.04 dan 2.73 ton ha-1, sedangkan IR64 hanya menghasilkan gabah 1.42 ton ha-1 (Tabel 25). Hasil genotipe hibrida tersebut erat kaitannya dengan meningkatnya remobilisasi cadangan asimilat dari daun dan batang ke biji pada kondisi defisit air. Yang et al. (2003) menyatakan bahwa kondisi defisit air, selama pengisian biji dapat meningkatkan remobilisasi C dan pengisian biji pada padi hibrida yang dihasilkan dari sistem tiga galur.

Genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI599A/BP15 akibat perlakuan cekaman kekeringan menurunkan bobot gabah per rumpun yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64, tetapi relatif sama dengan varietas Limboto dan Hipa 7. Penurunan relatif bobot gabah per rumpun pada genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP15, varietas Limboto dan Hipa 7 berturut-turut hanya sebesar 9.5, 16.1, 15.6, 14.1 dan 23.7 persen, sedangkan IR64 menurun sebesar 52.7 persen (Tabel 24).

Tabel 24 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap persentase gabah hampa dan bobot gabah per rumpun

Genotipe Persentase gabah hampa (%) Bobot gabah (g rumpun-1 Penurunan relatif (%) ) Kontrol Cekaman kekeringan Kontrol Cekaman kekeringan

BI485A/BP3 60.3 cdefgh 73.9 ab 16.40 abcde 7.14 hi 56.5 BI485A/BP5 56.5 defghi 63.8 bcdef 14.10 bcdef 9.35 fghi 33.7 BI485A/BP10 44.7 ij 54.0 efghij 20.27 a 12.40 defgh 38.8 BI485A/BP12 48.0 hij 41.2 j 19.45 abc 17.60 abcd 9.5 BI485A/BP15 50.0 ghij 48.1 hij 20.01 a 16.78 abcde 16.1 BI599A/BP5 48.0 hij 63.5 bcdef 15.97 abcde 11.42 efghi 28.5 BI599A/BP15 55.2 efghi 46.9 hij 20.17 a 17.02 abcd 15.6 BI665A/BP6 68.5 abcd 79.9 a 12.03 defghi 6.85 i 43.1 Maro 50.4 fghij 68.7 abcd 19.59 ab 9.21 fghi 53.0 Hipa 6 51.4 fghij 63.0 bcdefg 16.63 abcde 11.36 efghi 31.7 Hipa 7 54.0 efghij 54.4 efghij 16.68 abcde 12.72defg 23.7 Hipa 8 63.2 bcdefg 70.6 abc 13.88cdef 7.74 ghi 44.3 IR64 48.7 hij 66.3 abcd 18.72 abc 8.85 fghi 52.7 Limboto 48.5 hij 48.3 hij 19.85 a 17.06 abcd 14.1 Rata-rata 53.4 y 60.2 x 17.41x 11.82y 32.1

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Villa et al. (2011) melaporkan bahwa secara umum hasil biji padi hibrida lebih tinggi dibanding dengan padi inbrida pada berbagai kondisi lingkungan. Pada lahan sawah yang tercekam kekeringan, padi hibrida yang berbunga lebih awal umumnya produksinya tinggi. Hal yang sama juga telah dilaporkan oleh Lafitte dan Courtois (2002) bahwa produksi pada kondisi cekaman kekeringan secara konsisten lebih tinggi pada kultivar yang matang lebih awal. Kumar et al. (2006) menyatakan bahwa pada kondisi cekaman kekeringan pada padi, bahan kering diredistribusi dari daun dan batang, berkontribusi secara nyata pada hasil biji kultivar NSG-19 dan Sabita yang matang lebih awal. Selanjutnya Lafarge et al. (2009) menyatakan bahwa tingginya hasil hibrida, akibat laju pertumbuhan batang yang tinggi dan partisi asimilat yang baik diantara organ-organ tanaman.

Tabel 25 Pengaruh cekaman kekeringan di lahan sawah dan genotipe terhadap hasil gabah per hektar, indeks panen, indeks toleransi kekeringan dan indeks kepekaan kekeringan

Genotipe

Hasil gabah (ton ha-1) Indeks panen (IP) Indeks toleransi kekeringan (%) Indeks kepekaan kekeringan Kontrol Cekaman kekeringan Kontrol Cekaman kekeringan

BI485A/BP3 2.67 abcde 1.14 hi 0.38 fghij 0.26 ijk 43.5 1.76 BI485A/BP5 2.26 bcdef 1.50 fghi 0.31 hijk 0.43 cdefghi 66.3 1.05 BI485A/BP10 3.24 a 1.98 defgh 0.51 cdefg 0.52 cdef 61.2 1.21 BI485A/BP12 3.11 abc 2.82 abcd 0.58 bcd 0.76 a 90.5 0.30 BI485A/BP15 3.20 a 2.58 abcde 0.49 cdefg 0.70 ab 83.9 0.50 BI599A/BP5 2.55 abcde 1.83 efghi 0.41 defghi 0.47 cdefgh 71.6 0.89 BI599A/BP15 3.23 a 2.72 abcd 0.38 fghij 0.60 bc 84.4 0.49 BI665A/BP6 1.93 defghi1.10 i 0.22 jk 0.17 k 56.9 1.34 Maro 3.14 ab 1.47 fghi 0.46 cdefgh0.40 defghi 47.0 1.65 Hipa 6 2.66 abcde 1.88 efghi 0.33 ghijk 0.56 bcde 68.4 0.99 Hipa 7 2.67 abcde 2.04defg 0.33 ghijk 0.49 cdefg 76.3 0.74 Hipa 8 2.22cdef 1.24 ghi 0.21 jk 0.30 hijk 55.7 1.38 IR64 3.00 abc 1.42 fghi 0.35 fghij 0.40 efghi 47.3 1.64 Limboto 3.18 a 2.73 abcd 0.45 cdefgh0.53 cdef 86.0 0.44 Rata-rata 2.79x 1.89y 0.38 y 0.46 x

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0.05.

Persentase gabah hampa yang tinggi pada beberapa genotipe akibat perlakuan cekaman kekeringan (Tabel 24) berimplikasi pada indeks panen yang rendah (Tabel 25). Indeks panen pada perlakuan cekaman kekeringan berbeda nyata antar genotipe. Genotipe BI485A/BP12 menghasilkan indeks panen tertinggi yaitu 0.76, kemudian diikuti genotipe BI485A/BP15 dan BI599A/BP15 dengan nilai indeks panen masing-masing 0.70 dan 0.60. Villa et al. (2011) melaporkan bahwa indeks panen padi hibrida nyata lebih tinggi dibandingkan dengan padi inbrida baik pada kondisi cekaman kekeringan maupun tanpa cekaman kekeringan. Yang et al. (2003) menyatakan bahwa tingginya indeks panen karena meningkatnya remobilisasi asimilat akibat defisit air. Defisit air menyebabkan laju pengisian biji meningkat dan periode waktu pengisian biji memendek. Rata-rata laju pengisian biji pada tanaman yang mengalami kekeringan moderat dan kekeringan parah, telah meningkat 22% dan 48% pada percobaan pot dan 19% dan 38% pada percobaan lapangan, dibandingkan dengan kondisi tanpa cekaman kekeringan. Kumar et al. (2009) menyatakan bahwa

penurunan biomasa tanaman genotipe peka akibat cekaman kekeringan akan berdampak pada penurunan hasil padi, sehingga biomasa dan indeks panen yang tinggi dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan genotipe toleran kekeringan.

Hasil gabah dan indeks panen yang tinggi pada genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15, BI599A/BP15 menyebabkan nilai indeks toleransi relatif tinggi dan indeks kepekaan terhadap kekeringan yang relatif rendah pada genotipe tersebut (Tabel 25). Berdasarkan nilai indeks toleransi yang relatif tinggi yaitu lebih dari 80 persen dengan persentase penurunan hasil gabah per rumpun kurang dari 20 persen dan indeks kepekaan terhadap kekeringan kurang dari 0.5 atau nilai-nilai dari peubah toleransi terhadap cekaman kekeringan yang relatif sama dengan varietas cek Limboto maka genotipe BI485A/BP12, BI485A/BP15 dan BI599A/BP15 termasuk kategori toleran kekeringan.