• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Komposisi dan struktur sel-sel kayu

2.1.1 Komponen kimia

Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hydrogen, dan oksigen.

Tabel 2.1.1 Komposisi unsur kayu

Unsur % berat kering

Karbon Hidrogen Oksigen Nitrogen Abu 49 6 44 sedikit 0,1

Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah ; residu semacam ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan, dan silicon. Kenyataan bahwa kayu-kayu domestik memiliki kandungan abu yang sangat rendah terutama kandungan silikanya, dapat dilihat dari sudut pemanfaatannya ; kayu dengan kandungan silika lebih tinggi dari pada kira-kira 0,3 %

(atas dasar berat kering) akan menyebabkan alat-alat menjadi sangat tumpul. Kandungan silika melebihi 0,5 % secara relatif umum terdapat pada kayu-kayu keras tropika pada sejumlah spesies kandungan ini mungkin lebih dari 2 % dari beratnya.

Struktur Kimia

Kembali pada pohon yang diselubung oleh suatu lapisan kambium yang tipis yang terdiri atas sel-sel yamng mampu untuk membelah berulang-ulang. Sel-sel yang dibentuk ke arah dalam dari selubung ini kemudian menjadi kayu yang baru, sedang yang dibentuk kearah luar menjadi bagian dari kulit.

Sel kayu yang baru dibentuk mempunyai selubung yang tipis seperti selaput, kaya akan pektin dan disebut dinding primer, dan sel tersebut berisi cairan. Pektin adalah zat-zat kolodial yang kompleks dengan berat molekul tinggi yang apabila terhidrolisis umumnya akan menghasilkan asam galakturonat dan sedikit arabinosa dan galaktosa.

Sebelum menjadi bagian dinding sel , molekul-molekul selulosa yang berbentuk seperti rantai panjang membentuk berkas-berkas molekul selulosa yang diletakkan sejajar satu sama lain. Berkas-berkas selulosa kemudian diselubungi oleh hemiselulosa dengan berat molekul rendah untuk membentuk unit yang lebih besar yang disebut mokrofibril.

Hemiselulosa yang berantai pendek dengan berat molekul rendah juga merupakan bagian struktur dinding sel. Nampaknya hemiselulosa merupakan agen penghubung yang menghubungkan atau mengikat mikrofobril besama-sama.

2.1.1 Proses pembuatan

Secara sederhana proses pembuatan kertas melibatkan : 1. Pemecahan kayu menjadi serat penyusunnya (pulp), 2. pelarutan serat didalam air,

3. penggilingan atau penghalusan pulp,

4. pencampuran bahan-bahan tambahan (bahan pengisi, bahan pengelem, bahan pengikat kekuatan basah),

5. pembentukan tikar serat, 6. penguras air, dan

7. pengeringan lembaran untuk banyak tipe kertas, pembentukan lembaran mungkin diikuti oleh perlakuan permukaan. (Haygreen, 1996)

2.2 Dasar – Dasar Teori Pada Pembuatan Pulp

Kayu adalah bahan utama serat selulosa yang dipakai untuk pembuatan pulp dan kertas dikarenakan rendemen seratnya yang tinggi.

2.2.1 Bahan – bahan yang terdapat dalam kayu

Secara kimia, kandungan bahan yang terdapat dalam kayu dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :

a. selulosa b. Hemiselulosa c. Lignin d. Extractives

Komposisi dan sifat-sifat kimia dari komponen-komponen ini sangat berperan dalam proses pembuatan pulp. Pada setiap pemasakan kita ingin mengambil sebanyak mungkin sellulosa dan hemisellulosa nya; disisi lain lignin dan extracktive tidak dibutuhkan / dipisahkan dari serat kayunya. Komposisi kimia kayu bervariasi untuk setiap spesies.

Secara umum, hard wood mengandung lebih banyak selulosa, hemiselulosa dan

Tabel 2.1: Komposisi Tipical chemical antara hardwoods dan softwoods

Komponen Soft Wood Hard Wood

Selulosa Hemiselulose Lignin Extractive 42 ± 2 % 27 ± 2 % 27 ± 2 % 3 ± 2 % 45 ± 2 % 30 ± 5 % 20 ± 4 % 5 ± 3 % a. Selulosa

Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel dari pada kayu. Merupakan polymerisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat yang mempunyai persen komposisi yang mirip dengan “starch” yaitu glukosa yang terhidrolisa oleh asam.

Gambar 2.1 Struktur Selulosa (Sastrohamidjojo, H.1995)

CH2OH H OH H H OH CH2OH H H H OH H H OH H H n selulosa

b. Hemiselulosa

Hemisellulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan glukosa yang terdiri hanya dari polimer glukosa, hemisellulosa merupakan polimer dari lima bentuk gula yang berlainan yaitu : glukosa, manose, galaktosa, xylosa, dan arabinosa.

Berbeda dengan sellulosa, polimer hemisellulosa berbentuk tidak lurus, tapi merupakan polimer-polimer bercabang, yang berarti hemisellulosa tidak akan dapat membentuk struktur kristal dan serat mikro seperti halnya sellulosa. Pada proses pembuatan pulp hemisellulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan sellulosa.

c. Lignin

Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan sellulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Lignin berfungsi sebagai bahan perekat atau semen antara sel-sel sellulosa yang membuat kayu semakin kuat.

Lignin merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak. Molekul utama pembentuk lignin adalah phenyl propane. Satu molekul lignin dengan derajat polimerisasi yang tinggi merupakan molekul yang besar, karena ukurannya dan struktur tida dimensinya. Lignin didalam kayu berfungsi sebagai lem atau semen. Lapisan (lamella) tengah, dengan kandungan utamanya adalah lignin, mengikat sel-sel itu dan sehingga terbentuk struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin, bersama dengan hemisellulosa membentuk semen (matriks) dimana tersusunlah sellulosa yang berupa “mikro fibrils”.

Gambar 2.2 Struktur Lignin. (Sastrohamidjojo, H.1995)

d. Extractive

Kayu biasanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak yang disebut dengan istilah “extractive”. Zat-zat ini dapat diambil / dipisahkan dari kayu apakah dengan memakai pelarut air maupun organik seperti eter atau alkohol.

Asam-asam lemak, asam sam resin, terpentin, dan gigu spenol adalah merupakan beberapa group yang juga merupakan extractive. Kebanyakan dari extractive itu terpisah dalam proses pembuatan pulp dengan cara “Kraft Pulping”. Minyak mentah terpentin dapat diperoleh dari digester pada waktu mengeluarkan gas.

OH OH

OCH3 H3CO

OH

(I) (II) (III)

OCH3 CH CH2OH CH2OH CH CH2OH CH

Lemak-lemak, asam-asam lemak akan membentuk sabun (soap) pada proses “Kraft” dan terlarut dalam larutan pemasak. Soap ini selanjutnya akan dipisahkan dari

black liquor dan daur ulang sebagai “tall oil”. Beberapa / sebagian kecil dari

extractive yang terlarut akan menyebankan timbulnya getah “pitch” dalam pembuatan pulp secara kraft dan pada pembuatan kertas. Bentuk ini merupakan gumpalan yang mengotori peralatan seperti halnya screen dan wire.

2.2.2 Pulping Proses

Pemisahan serat sellolosa dari bahan-bahan yang bukan serat didalam kayu dapat dilakukan dengan berbagai macam cara / proses, yaitu :

1. Proses mekanik 2. Proses semi kimia 3. Proses kimia

Mechanical Pulping

Dalam proses pembuatan pulp secara mekanik pemisahan serat dilakukan dengan cara menggunakan tenaga mekanik. Proses ini dikakukan dengan menggerinda kayunya menjadi serat pulp dan menghasilkan rendemen sebesar 90 – 95 %, tetapi menyebabkan kerusakan pada serat . Penggunaan pulp yang dihasilkan pada proses mekanik ini nilainya kecil sekali, juga pulp itu masih mengandung banyak lignin dan serat-seratnya tidak murni sebagai serat.

Semi-Chemical Pulping

Proses semi kimia meliputi pengolahan cara kimia yang diikuti dengan perbaikan secara mekanik dan beroperasi pada rendemen yang tingginya dibawah proses mekanik. Biasanya bahan kimia yang digunakan pada proses ini adalah sodium

sulphite.

Chemical Pulping

Pada proses kimia, bahan-bahan yang terdapat ditengah lapisan kayu akan dilarutkan agar serat dapat terlepas dari zat-zat yang mengikatnya. Hal yang merugikan pada proses ini adalah rendemen yang rendah yaitu 45 – 55 %.

Proses kimia dapat dibagi menjadi tiga katagori :

1. Soda Process 2. Sulphite Process 3. Sulphate Process

Dalam proses soda, kayu dimasak dengan larutan sodium hidroksida. Larutan sisa pemasakan dipekatkan kemudian dibakar, yang akan menghasilkan sodium karbonat, dan apabila diolah dengan penambahan batu kapur akan menghasilkan sodium hidroksida. Nama proses “soda” karena bahan kimia yang ditambahkan kedalam prosesnya berupa sodium karbonat. Proses ini sekarang sudah tidak dipakai lagi. Pada proses sulfite, larutan pemasak yang dipakai adalah asam-asam yang mengandung sulfur dari logam alkali, atau alkali tanah berupa bisulfit.

2.3 Uraian Proses “Kraft”

Sulphate or Kraft Process

Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses sulphate atau disebut juga proses kraft. Kraft berasal dari bahasa Jerman yang berarti kuat. Kekuatan proses kraft ini dikarenakan adanya bahan kimia yang terkandung dalam larutan pemasak yang disebut “sulfidity”.

Keuntungan-keuntungan dari proses sulphate ini adalah sebagai berikut : 1. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi.

2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari spesies yang berbeda.

3. Tersedianya bahan kimia pengganti denga berbagai bahan alternative dan harganya tidak mahal.

4. Tersedianya pilihan yang dapat dipakai untuk proses pemucatan. 5. Dampak pencemarannya bisa dikatakan sangat rendah.

6. Pendaur ulang-an bahan kimianya sangat efisien. 7. Pendaur ulang-an panas yang begitu efisien.

8. Masalah getah (pitch) dari kayu yang mengandung resin-resin sangat berkurang.

Tujuan Pembuatan Pulp dengan Proses Kraft

Yang menjadi target pada proses ini adalah untuk memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutnya lignin yang ada diantara / ditengah-tengah “lamella” yang berfungsi sebagai pengikat serat. Bahan kimia yang terdapat dalam larutan pemasak juga merembes / terserap ke dinding serat dan melarutkan lignin yang berada di situ.

Larutan Pemasak

Larutan pemasak, atau white liquor, adalah larutan berair dari sodium hidroksid [NaOH] dan sodium sulphide [Na2S]. White liquor juga mengandung bahan kimia yang tidak aktif, seperti misalnya sodium karbonat Na2CO3

Reaksi kimia yang terjadi selama pemasakan.

i. Terhadap lignin

Reaksi lignin selama pembuatan pulp merupakan reaksi yang sangat kompleks dan tidak/ atau belum diketahui secara pasti. Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan ion-ion hidrosulfida akan mempercepat terlarutnya lignin tanpa harus melarutkan serat selulosa.

ii. Terhadap Karbohidrat

Kita mengharapkan hanya lignin saja yang terlarut selama proses pembuatan pulp, tetapi pada kenyataanya sellulosa dan hemisellulosa pun bereaksi dengan ion-ion hidroksil pada larutan pemasak. Reaksi ini akan memutus rantai

karbohidrat menjadi molekul-molekul yang lebih pendek dan dapat larut, yang akan mengakibatkan rendemen menjadi lebih rendah. Lebih dari 20 % kayu akan hilang karena kehilangan sellulosa dan hemiselulosa. Kebanyakan kehilangan ini terjadi pada saat awal pemasakan . Hemiselulosa lebih cepat terputus rantainya dibandingkan dengan selulosa karena ia merupakan molekul yang bercabang dan lebih kecil.

iii. Terhadap extractive

Extractive bereaksi dengan, dan mengkonsumsi bahan-bahan kimia.

Kebanyakan dari extractive ini terlarut dalam larutan selama pemasakan. Beberapa extractive yang terlarut dapat didaur ulang yang akan menghasilkan produk-produk samping. (Anonim,2001)

2.4 Pembuatan Pulp Kraft

2.4.1 Bahan-bahan Kimia Pemasak dan Keseimbangan

Pembuatan pulp kraft dilakukan dengan larutan yang terdiri atas natrium hidroksida dan natrium sulfide, yang dinamakan lindi putih. Menurut terminologi digunakan defenisi-defenisi berikut, dimana semua bahan kimia dihitung sebagai ekuivalen natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH atau Na2O.

Alkali total Semua garam natrium

Alkali yang dapat dititrasi NaOH + Na2S + Na2CO3

Alkali aktif NaOH + Na2S

Alkali efektif NaOH +

2 1

Efisiensi pengkostikan 100 % 3 2CO Na NaOH NaOH + Sulfiditas 100 % 2 2 S Na NaOH S Na + Derajat reduksi 100 % 4 2 2 SO Na NaOH S Na +

Dalam kimia pembuatan pulp modern unit-unit berat NaOH sering diganti denga unit-unit molar, misalnya mol alkali sefektif per liter larutan atau per kilogram kayu.

2.4.2 Impregnasi

Dalam proses kraft impregnasi yang sempurna dari serpih-serpih dengan bahan-bahan kimia pemasak tidak sekritis seperti dalam pembuatan pulp asam sulfit. Difusi bahan-bahan kimia dalam kayu yang jenuh dengan cairan dikendalikan oleh luas penampang-lintang total dari semua kapiler.

2.4.3 Aspek-aspek Umum Delignifikasi

Kebutuhan alkali efektif dalam pemasakan kraft setara sekitar 150 kilogram Natrium hidroksida per ton kayu. Sebagai hasil degradasi alkali terhadap polisakarida, maka sekitar 1,6 ekuivalen asam dibentuk untuk setiap unit monosakarida yang lepas dari rantai. Dari banyaknya alkali yang dimasukan, 60-70% dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam hidroksi tersebut, sedangkan sisanya dibutuhkan untuk

menetralkan asam-asam uronat dan asetat (sekitar 10% alkali) dan produk-produk degradasi lignin (25-30% alkali).

Ion-ion hydrogen sulfide bereaksi dengan lignin, tetapi kebanyakan produk lignin yang mengandung belerang terurai selama tahap-tahap akhir pemasakan dengan pembentukan unsur belerang yang bergabung dengan ion-ion hydrogen sulfide membentuk polisulfida. Namun lignin kraft masih mengandung 2-3% belerang, yaitu setara dengan 20-30% dari pemasukan. (Ero Sjostrom,1995)

2.5 Kimia Dasar Proses Pemutihan Pulp

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu harus dihilangkan atau dibutuhkan.

Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkaskan sebagai berikut :

1. Memperbaiki brightness 2. Memperbaiki kemurnian

2.5.1 Teori Pemutihan

Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, juga menghasilkan kualitas pulp yang rendah. Oleh karena itu, proses pemasakan agar benar-benar cukup dimana proses penghilangan lignin dengan bahan kimia, umumnya memiliki suatu dampak terhadap dekomposisi dari lignin. Pada normalnya proses penghilangan lignin adalah melarutkan pulp kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk lignin merupakan kehilangan sebagian dari hasil pada proses pemutihan, yang mana ini adalah antara 5 % - 10 %.

Lignin pada pulp kelihatan dalam berbagai macam bentuk tergantuk pada kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin ini sangat reaktif yang berarti bahwa ini mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti Khlorin, HypoKhlorit, Hidrogen Peroksida.

2.5.2 Bahan Kimia Proses Pemutihan Solodium Hidroksida (NaOH)

Pada saat Khlorin bereaksi dengan lignin dan resin, sebagian besar saja yang dihasilkan tersebut larut dengan air. Karena Khlorinat lignin dan resin sangat mudah larut dalam larutan alkali menyusul setelah proses Khlorinasi. Sodium Hidroksida (Caustik Soda) merupakan salah satu alkali kuat yang ada. Ini merupakan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar pada kulit. Penanganan Caustik soda harus

memperhatikan keseluruhan tindakan pencegahan. Pada proses pemutihan normalnya digunakan alkali encer dengan konsentrasi kira-kira 120 gram/liter.

Oksigen (O2)

Gas Oksigen digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama-sama dengan alkali pada tahap ekstrasi. Gas Oksigen memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan. Hal ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat menggangu terhadap lingkungan.

Sodium Hypoklorit (NaOCI)

Hypoklorit adalah persenyawaan Khlorin yang pertama digunakan untuk proses pemutihan (biasanya disebut “Hypo”. Rumus kimia Sodium hypokhlorit adalah NaCI. Sodium Hypokhlorit dibuat dari Khorin dan Caustic Soda. Senyawa ini merupakan larutan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali. Hypokhlorit biasanya dibuat dengan konsentrasi alkali yang berlebihan (kira-kira 4 gram per liter) untuk menjaga kestabilan larutan. Kandungan Khlorin pada larutan Hypokhlorit diperkirakan sebesar 40 – 44 gram per liter. Tujuan utama perlakuan dengan menggunakan Hypokhlorit adalah untuk meningkatkan brightness pada pulp. Ini dicapai dengan tindakan oksidasi dari Hypokhlorit pada lignin dan bahan-bahan berwarana yang lain yang terdapat pada pulp dengan cara mengubahnya menjadi tak berwarna. Bagaimanapun reaksi ini, sangat sering merusak serat selulosa kecuali bila kondisi-kondisi operasi seperti pH, temperatur, waktu tinggal, dan jumlah Hypokhlorit

yang digunakan secara hati-hati. Degredasi ini dikendalikan bertujuan untuk mencapai kekuatan pulp yang dikehendaki (kendali viskositas).

Khlorin Dioksida (CIO2)

Khlorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses pemutihan ini umunya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan berwarna yang lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan Selulosa dengan kerusakan pada Selulosa yang minimum. Brightness tinggi dihasilkan dengan Khlorin Dioksida adalah stabil. Pada Bleaching plant, Khlorin Dioksida digunakan sebagai suatu larutan gas dalam air. ( Anonim,washing and screening PT.TPL. 2001 )

2.6 Tahapan Proses Pemutihan

Pemutihan yang sudah modern biasanya dilaksanakan secara bertahap dengan memanfaatkan bahan – bahan kimia dan kondisi – kondisi yang berbeda-beda pada setiap tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat ditunjukkan dengan urutan sebagai berikut :

• Khlorinasi (C) Reaksi dengan elemen Khlorin dalam suatu media asam.

• Ekstrasi Alkali (E) Pemisahaan hasil reaksi dengan Caustic.

• Ekstrasi Oksidasi (E/O) Ekstrasi Oksidasi yang diperkuat dengan Peroksida.

• Hypoklhorit (H) Reaksi dengan Hypokhlorit dalam suasana alkali.

• Khlorin Dioksida (D) Reaksi dengan khlorin Dioksida dalam suasana asam

• Oksigen (O) Reaksi dengan elemen O2 yang bertekanan dalam suasana alkali.

2.6.1 Tahap Khlorinasi

Reaksi Khlorin – Air

Pada proses khlorinasi terhadap pulp, gas khlorin harus larut dan bereaksi secara menyebar terhadap serat pulp. Reaksi lignin / khlorin adalah sangat cepat. Dispersi khlorin yang tepat dan pengadukan adalah sangat penting untuk memperoleh operasi yang optimal.

Reaksi – Reaksi Khlorin – Lignin

Khlorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan subtitusi. Reaksi – reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap khlorinasi.

Substitusi :

Kebanyakan lignin yang terkhlorinasi dan teroksidasi akan larut di dalam tahap ekstraksi selanjutnya setelah hidrolisa dengan pembentukan Sodium Phenolat.

Reaksi Klorin – Karbohidrat

Karbohidrat juga bereaksi pada kondisi – kondisi tahap Khlorinasi. Khlorin mengoksidasi dan menguraikan polimer – polimer selulosa dan hemiselulosa.

Reaksi – reaksi ini dapat menimbulkan kehilangan kekuatan dan hasil terhadap pulp. Khlorin bereaksi dengan mekanisme sebuah radikal bebas untuk memutuskan molekul selulosa. (sirait,suhunan.2003)

Ringkasan Tahap Khlorinasi

Khlorin sangat cepat bereaksi terhadap lignin yang terdapat pada pulp yang belum diputihkan. Sebagian besar reaksi terjadi pada beberapa menit pertama. Pada proses Khlorinasi, lignin sebagian terlarut didalam air dan lebih mantap lagi larut pada tahap perlakuan dengan menggunakan alkali.

Reaksi – reaksi kimia proses khlorinasi adalah sebagian besar reaksi – reaksi secara substitusi dimana khlorin mensubstitusi sebuah atom pada lignin, dan sebagian oksidasi, dimana persenyawaan khlorin melepaskan oksigen yang berikatan dengan atom – atom pada lignin.

Variabel Proses Pada Tahap Khlorinasi

2. Temperatur

Kenaikan temperatur pada proses khlorinasi akan meningkatkan pengembalian filtrat. Reaksi berlangsung sangat cepat pada temperatur yang lebih tinggi dan lambat pada temperatur yang rendah. Kenaikan temperatur tidak meningkatkan kerusakan terhadap pulp itu sendiri. Ini mempercepat pemakaian Khlorin Dioksida, jikalau jumlah konsumsi tidak dikendalikan, hal ini akan menyebabkan kerusakan bertambah.

3. Waktu

Pada temperatur yang tinggi, 95% Khlorin akan bereaksi pada beberapa menit yang pertama dan sisanya akan segera terbuang. Ini perlu dicatat bahwa ortho – kuinon dalam filtrat proses khlorinasi akan dititrasi sebagai khlorin pada pengujian khlorin yang tersisa, yang ditunjukkan dengan suatu sisa yang tidak terdeteksi. Pengukuran yang benar terhadap sisa khlorin dilakukan denga mengekstraksi sisa khlorin dari filtrat dengan menggunakan Karbon Tetrakhlorida.

4. pH

Ketika pulp yang telah dicuci di khlorinasi, pH dengan cepat turun lebih rendah dari dua sebagai akibat pemakaian khlorin dan dihasilkannya HCl. Cairan lindi hitam yang terbawa menaikkan pH pulp yang belum diputihkan dan demikian pula pH proses khlorinasi. pH memiliki pebgaruh yang kecil pada proses delignifikasi yang lain dari pada substitusi selesai oksidasi yang relatif naik pada pH yang lebih rendah. Bagaimanapun, degredasi terhadap sellulosa meningkat pada suatu pH akhir lebih besar dari 2.

2.6.2 Tahap Oksidasi Ekstraksi (EO)

Tahap kedua pada bleaching plant dengan banyak tahapan dan ini merupakan tahap pemurnian dari tahap khlorinasi. Tujuan utama dari alkali ekstraksi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang kemungkinan besar larut dalam larutan alkali yang hanya berdasarkan kerja dari bahan-bahan kimia yang digunakan terhadap sebagian proses pemutihan. Kelarutan khlorinasi dan lignin yang

teroksidasi, dan komponen-komponen warna lainnya meningkatkan tingkat keputihan dalam tahap pemutihan berikutnya. (sirait,suhunan.2003)

Variabel-variabel Proses Pada Oksidasi Ekstraksi

1. Konsistensi

Keefektifan proses ekstraksi tergantung kepada konsentrasi alkali yang digunakan. Suatu pulp dengan kosistensi yang tinggi maka akan diberikan konsentrasi alkali yang lebih tinggi pada penerapan bahan kimia yang diberikan. Pada kosistensi yang lebih tinggi sedikit uap air yang dibutuhkan untuk memanaskan pulp untuk menaikkan temperatur.

2. Temperatur

Brightness yang lebih tinggi dihasilkan pada tahap pemutihan/oksidasi berikutnya

dan ekstraksi kappa lebih rendah dan dapat dicapai jika temperatur ekstraksi dijaga pada 65-700 C. Temperatur diatas 700 C tidak menunjukkan adanya hasil-hasil yang menguntungkan.

3. Waktu Reaksi

Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikkan terhadap waktu reaksi pada saat parameter yang lainya dijaga ketat. Hal ini terus-menerus berkurang setelah suatu reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada dua bentuk reaksi untuk menghilangkan lignin ; (a). Sebuah tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan (b). sebuah akhir delignifikasi yang lambat. Masing-masing mereka disebut eliminasi lignin yang bersifat mudah dan eliminasi lignin dengan cara lambat.

4. Brightness

Ketika lignin sudah dikeluarkan dari pulp pada proses pemutihan dengan

Dokumen terkait