• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Tinggal Pulp Di Menara EP2 Terhadap Tingkat Brightness Pada Proses Bleaching Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Waktu Tinggal Pulp Di Menara EP2 Terhadap Tingkat Brightness Pada Proses Bleaching Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU TINGGAL PULP DI MENARA EP2 TERHADAP TINGKAT BRIGHTNESS PADA PROSES BLEACHING

DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

GOKMA JAYA

072409027

PROGRAM D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH WAKTU TINGGAL PULP DI MENARA EP2 TERHADAP TINGKAT BRIGHTNESS PADA PROSES BLEACHING

DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mendapat ijazah Ahli Madya pada program Diploma-3 Kimia Industri Fakultas Matematika Dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. GOKMA JAYA

072409027

PROGRAM D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU TINGGAL PULP DI MENARA

EP2 TERHADAP TINGKAT BRIGHTNESS PADA

PROSES BLEACHING DI PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : GOKMA JAYA

Nomor Induk Mahasiswa : 072409027

Program Studi : DIPLOMA (D-3) KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, juli 2010

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Dr. Rumondang Bulan, Nst. M.S Juliati Tarigan,S.Si.M.Si

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU TINGGAL PULP DI MENARA EP2 TERHADAP TINGKAT BRIGHTNESS PADA PROSES BLEACHING

DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing – masing disebutkan sumbernya

Medan, Juli 2010

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan kasihnya, Sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dari awal penyusunan hingga selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan, waktu,dan pengetahuan. Tetapi Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca, khususnya bagi Lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Penulis mengucapakan terima kasih atas segala kritik dan saran yang membangun untuk karya ilmiah ini.

Selama penulisan karya ilmiah ini, Penulis mendapat banyak dorongan, bantuan dan petunjuk dari semua pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua Saya, Bapak P.Manurung dan Ibu L.Pandiangan yang sangat Penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang dan materi kepada Penulis.

2. Seluruh keluarga besar saya dan seseorang yang spesial (Candra Lumban gaol) yang sangat Penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis

3. Ibu Juliati Tarigan, S.Si. M.Si sebagai dosen pembimbing yang sabar dan teliti dalam membimbing dan mengarahkan Penulis

4. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S, sebagai Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

6. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar,M. Phil, sebagai Ketua Jurusan Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(6)

8. Bapak Pimpinan (Suhunan Sirait), serta seluruh karyawan dan karyawati PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa KIN 07 yang turut membantu Penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

10. Buat teman-teman yang telah mendukung, memberi masukan dan mendoakan Penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih karena karya ilmiah ini dapat selesai.

Medan, Juli 2010 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

2.1Komposisi dan struktur sel-sel kayu ... 5

(8)

2.4.3 Aspek-aspek umum delinifikasi ...16

2.5 Kimia dasar proses pembuatan pulp ... 17

2.5.1 Teori pemutihan ... 17

2.5.2 Bahan kimia proses pemutihan ...18

2.6 Tahap proses pemutihan ...19

2.6.1 Tahap khlorinasi ...20

2.6.2 Tahap oksidasi ekstraksi (EO) ... 22

2.6.3 Tahap khlorin dioksida ... 23

3.1 Pengendalian proses ...26

3.1.1 Menara stock unbleached HD ...27

3.1.2 Unbleached blending tank ... 27

3.1.3 Tahap khlorinasi (Tahap DC) ... 27

3.1.4 Tahap EOP ...27

3.1.5 Tahap D1 (tahap pertama khlorin dioksida) ...27

3.1.6 Tahap D2 (tahap kedua khlorin dioksida) ...28

4.1 Parameter pada proses pemutihan ...28

4.1.1 Proses produksi...29

Bab 3 Bahan dan Metodologi ... 30

3.1 Peralatan dan Bahan ... 30

3.2 Metode kerja lapangan ...30

(9)

Bab 4 Hasil dan Pembahasan ...32

4.1 Hasil ...32

4.2 Data hasil perhitungan ...32

4.3 Perhitungan ...33

4.4 Pembahasan ...35

Bab 5 Kesimpulan dan Saran ...37

5.1 Kesimpulan ...37

5.2 Saran ...37

Daftar pustaka ...38

Lampiran

(10)

ABSTRAK

Proses bleaching pada tahap EP2 ( ekstraksi peroksida ) yaitu sebagian dari

pada tahap proses pemutihan bubur kertas dengan menggunakan bahan kimia H2O2

untuk meningkatkan derajat keputihan bubur kertas. Dengan konsistensi pulp 10 – 12

%, dalam tahap ini waktu yang dibutuhkan tergantung jumlah produksinya dan

pemakain zat kimia lainnya secara praktek lapangan data yang diperoleh dengan cara

perhitungan, dimana semakin banyak jumlah produksinya maka semakin sedikit

waktu yang dibutuhkan bubur kertas berada di dalam menara EP2 dan begitu

sebaliknya, dengan derajat keputihan di tahap EP2 mencapai diatas 88 % ISO.

Salah satu alat yang digunakan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk untuk pengguji

kecerahan dari pulp adalah dengan menggunakan alat Elektronik Refrakto Photometer

(11)

The Influence Retation Time Pulp In Tower EP

2

(Extraction

Perokside) To Get Brightness In Bleaching Process In Toba Pulp

Lestari,Tbk Porsea

ABSTRACT

Bleaching process step in EP2 (extraction perokside) is of part the step

brightness process pulp with to use chemical material H2O2 to in crease stage

brightness pulp. With range consestation pulp 10 – 12 %. In step this time needed

hunged in stock flow and to use chemical material the other, the method field practice

that to get data with calculation, if the more with the stock flow, that the more time in

needed and the other way. Where the brightness stage the step EP2 can attain ≥ 88 %

ISO.

One of the used appliance in PT.Toba Pulp Lestari,Tbk for the examination of

brightness of pulp is by using appliance of Electronic Refracto Photometer

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi unsur kayu

Tabel 2.2 Komposisi tipical chemical antara hardwoods dan softwoods

Tabel 2.6 Kondisi-kondisi proses yang normal diberikan dengan dibawah ini

Tabel 4.1 Data pengamatan di ruang DCS (Distribut ion Control System)

Tabel 4.2 Hasil perhitungan dari hasil pengamatan di ruang DCS (Distribution Control

(13)

ABSTRAK

Proses bleaching pada tahap EP2 ( ekstraksi peroksida ) yaitu sebagian dari

pada tahap proses pemutihan bubur kertas dengan menggunakan bahan kimia H2O2

untuk meningkatkan derajat keputihan bubur kertas. Dengan konsistensi pulp 10 – 12

%, dalam tahap ini waktu yang dibutuhkan tergantung jumlah produksinya dan

pemakain zat kimia lainnya secara praktek lapangan data yang diperoleh dengan cara

perhitungan, dimana semakin banyak jumlah produksinya maka semakin sedikit

waktu yang dibutuhkan bubur kertas berada di dalam menara EP2 dan begitu

sebaliknya, dengan derajat keputihan di tahap EP2 mencapai diatas 88 % ISO.

Salah satu alat yang digunakan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk untuk pengguji

kecerahan dari pulp adalah dengan menggunakan alat Elektronik Refrakto Photometer

(14)

The Influence Retation Time Pulp In Tower EP

2

(Extraction

Perokside) To Get Brightness In Bleaching Process In Toba Pulp

Lestari,Tbk Porsea

ABSTRACT

Bleaching process step in EP2 (extraction perokside) is of part the step

brightness process pulp with to use chemical material H2O2 to in crease stage

brightness pulp. With range consestation pulp 10 – 12 %. In step this time needed

hunged in stock flow and to use chemical material the other, the method field practice

that to get data with calculation, if the more with the stock flow, that the more time in

needed and the other way. Where the brightness stage the step EP2 can attain ≥ 88 %

ISO.

One of the used appliance in PT.Toba Pulp Lestari,Tbk for the examination of

brightness of pulp is by using appliance of Electronic Refracto Photometer

(15)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kayu merupakan hasil dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah

yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Produksi pulp merupakan teknik yang paling penting untuk mengelolah kayu secara

kimia. Kenyataan ini dijelaskan dengan angka – angka mutakhir produksi pulp dan

kertas dan pertumbuhan dinamik yang diramalkan hingga tahun 2000, yang

menggangap kenaikan setiap tahun antara 2 dan 4 %.Jumlah total kayu yang

dibutuhkan saat ini untuk membuat pulp kimia dan mekanik adalah sekitar 85% .

Pulp ( Bubur kertas ) merupakan bahan baku untuk pembuatan kertas, komponen

kimia bahan selulosa merupakan komponen penyusun utama dalam pembuatan pulp,

sedangkan komponen lainnya berikatan dengan selulosa, yakni hemiselulosa, lignin,

dan ekstraktif disamping selulosa dan hemiselulosa terdapat senyawa kimia yang lebih

kompleks yaitu lignin yang berfungsi sebagai perekat antara komponen selulosa dan

senyawa kimia yang bermolekul rendah dan dapat larut dalam air serta pelarut

organik. (Dumanauw,J.F.1990)

PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk adalah salah satu pabrik pulp yang

mengunakan proses pulp secara kraft. Pada dasarnya semua tanaman berserat dapat

dibuat pulp, tetapi harga dan kualitas pulp yang dihasilkan belum tentu ekonomis dan

baik sehingga tidak dapat bersaing dipasar. Bahan baku pembuatan pulp lebih baik

mengunakan kayu, baik kayu berserat panjang maupun berserat pendek, untuk

mendapatkan produk yang berkualitas dan memenuhi standart, pulp diuji dari derajat

(16)

pemutihan ( Bleaching ), dimana pada proses bleaching adalah tahap yang keempat

dalam pengelohan pulp, pada tahap tersebut mengunakan bakan kimia antara lain klor

dioksida (ClO2), natrium hidroksida (NaOH), dan proses pemutihan dengan hidrogen

peroksida ( H2O2 ) dengan mengunakan ini dapat menaikkan brightness, selain itu

ramah akan lingkungan, sehingga tidak mencemari lingkungan dan tidak merugikan

penduduk sekitar dan perusahan. yang dulunya menggunakan Hipoklorin (HOCl)

tetapi sekarang sudah menggunakan H2O2 yang ramah terhadap lingkungan. Salah

satu tempat proses bleaching di PT Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea adalah di EP2,

dimana disini akan terjadi proses pemutihan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis

menganalisis bagaimana Pengaruh Waktu Tinggal Pulp Di Menara EP2 Terhadap

Tingkat Brightness Pada Proses Bleaching Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea.

1.2Permasalahan

Salah satu standart ISO untuk menentukan kualitas bubur pulp adalah tingkat

brightness dimana ada beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat brigthness,

salah satunya adalah waktu tinggal. Dengan demikian yang menjadi permasalahan

adalah bagaimanakah pengaruh waktu tinggal pulp di menara EP2 terhadap tingkat

(17)

1.3Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh waktu tinggal pulp di EP2 terhadap tingkat

brightness pada proses bleaching di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea.

1.4Manfaat

Memberikan informasi tentang industri pulp terutama mengenai proses

bleaching / pengelentangan, dan pengaruh waktu tinggal pulp di menara EP2 terhadap

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat - sifat umum kayu

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu

memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan

pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon itu tersebut, setelah

diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk

sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun

kayu bakar.

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda.

Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat agak berbeda,jika dibandingkan

bagian ujung dan pangkalnya. Dalam hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat

kayu tersebut diketahui lebih dahulu, sebelum kayu di gunakan sebagai bahan

bangunan, industri kayu dan pembuatan perabotan . Sifat yang dimaksud antara lain

adalah sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat

kimianya.

Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata.

(19)

lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamela tengah. Zat ekstraktif terdapat

diluar dinding sel kayu. (Dumanauw,J.F.1990)

2.1 Komposisi dan Struktur Sel-Sel kayu

Kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah

digunakan seperti kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, dan mudah di

pasang . Pada saat yang sama, kayu adalah salah satu bahan kita yang paling

kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel masing-masing memiliki struktur lubang-lubang

kecil, selaput dan dinding-dinding yang berlapis-lapis. Kemudahan kayu untuk diubah

menjadi suatu produk dan dapat lama dipergunakan tergantung pada pengetahuan

praktis akan strukturnya.

2.1.1 Komponen Kimia

Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hydrogen,

dan oksigen.

Tabel 2.1.1 Komposisi unsur kayu

(20)

Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi

pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah ; residu semacam

ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak

terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan,

dan silicon. Kenyataan bahwa kayu-kayu domestik memiliki kandungan abu yang

sangat rendah terutama kandungan silikanya, dapat dilihat dari sudut pemanfaatannya

; kayu dengan kandungan silika lebih tinggi dari pada kira-kira 0,3 %

(atas dasar berat kering) akan menyebabkan alat-alat menjadi sangat tumpul.

Kandungan silika melebihi 0,5 % secara relatif umum terdapat pada kayu-kayu keras

tropika pada sejumlah spesies kandungan ini mungkin lebih dari 2 % dari beratnya.

Struktur Kimia

Kembali pada pohon yang diselubung oleh suatu lapisan kambium yang tipis

yang terdiri atas sel-sel yamng mampu untuk membelah berulang-ulang. Sel-sel yang

dibentuk ke arah dalam dari selubung ini kemudian menjadi kayu yang baru, sedang

yang dibentuk kearah luar menjadi bagian dari kulit.

Sel kayu yang baru dibentuk mempunyai selubung yang tipis seperti selaput,

kaya akan pektin dan disebut dinding primer, dan sel tersebut berisi cairan. Pektin

adalah zat-zat kolodial yang kompleks dengan berat molekul tinggi yang apabila

terhidrolisis umumnya akan menghasilkan asam galakturonat dan sedikit arabinosa

(21)

Sebelum menjadi bagian dinding sel , molekul-molekul selulosa yang

berbentuk seperti rantai panjang membentuk berkas-berkas molekul selulosa yang

diletakkan sejajar satu sama lain. Berkas-berkas selulosa kemudian diselubungi oleh

hemiselulosa dengan berat molekul rendah untuk membentuk unit yang lebih besar

yang disebut mokrofibril.

Hemiselulosa yang berantai pendek dengan berat molekul rendah juga

merupakan bagian struktur dinding sel. Nampaknya hemiselulosa merupakan agen

penghubung yang menghubungkan atau mengikat mikrofobril besama-sama.

2.1.1 Proses pembuatan

Secara sederhana proses pembuatan kertas melibatkan :

1. Pemecahan kayu menjadi serat penyusunnya (pulp),

2. pelarutan serat didalam air,

3. penggilingan atau penghalusan pulp,

4. pencampuran bahan-bahan tambahan (bahan pengisi, bahan pengelem, bahan

pengikat kekuatan basah),

5. pembentukan tikar serat,

6. penguras air, dan

7. pengeringan lembaran untuk banyak tipe kertas, pembentukan lembaran

(22)

2.2 Dasar – Dasar Teori Pada Pembuatan Pulp

Kayu adalah bahan utama serat selulosa yang dipakai untuk pembuatan pulp

dan kertas dikarenakan rendemen seratnya yang tinggi.

2.2.1 Bahan – bahan yang terdapat dalam kayu

Secara kimia, kandungan bahan yang terdapat dalam kayu dapat dibagi

menjadi 4 bagian yaitu :

a. selulosa

b. Hemiselulosa

c. Lignin

d. Extractives

Komposisi dan sifat-sifat kimia dari komponen-komponen ini sangat berperan

dalam proses pembuatan pulp. Pada setiap pemasakan kita ingin mengambil sebanyak

mungkin sellulosa dan hemisellulosa nya; disisi lain lignin dan extracktive tidak

dibutuhkan / dipisahkan dari serat kayunya. Komposisi kimia kayu bervariasi untuk

setiap spesies.

Secara umum, hard wood mengandung lebih banyak selulosa, hemiselulosa dan

(23)

Tabel 2.1: Komposisi Tipical chemical antara hardwoods dan softwoods

Komponen Soft Wood Hard Wood

Selulosa

Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel dari pada

kayu. Merupakan polymerisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat yang

mempunyai persen komposisi yang mirip dengan “starch” yaitu glukosa yang

terhidrolisa oleh asam.

Gambar 2.1 Struktur Selulosa (Sastrohamidjojo, H.1995)

(24)

b. Hemiselulosa

Hemisellulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan glukosa

yang terdiri hanya dari polimer glukosa, hemisellulosa merupakan polimer dari lima

bentuk gula yang berlainan yaitu : glukosa, manose, galaktosa, xylosa, dan arabinosa.

Berbeda dengan sellulosa, polimer hemisellulosa berbentuk tidak lurus, tapi

merupakan polimer-polimer bercabang, yang berarti hemisellulosa tidak akan dapat

membentuk struktur kristal dan serat mikro seperti halnya sellulosa. Pada proses

pembuatan pulp hemisellulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan sellulosa.

c. Lignin

Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan sellulosa

membentuk dinding sel dari pohon kayu. Lignin berfungsi sebagai bahan perekat atau

semen antara sel-sel sellulosa yang membuat kayu semakin kuat.

Lignin merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak. Molekul utama

pembentuk lignin adalah phenyl propane. Satu molekul lignin dengan derajat

polimerisasi yang tinggi merupakan molekul yang besar, karena ukurannya dan

struktur tida dimensinya. Lignin didalam kayu berfungsi sebagai lem atau semen.

Lapisan (lamella) tengah, dengan kandungan utamanya adalah lignin, mengikat sel-sel

itu dan sehingga terbentuk struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada

dinding sel, lignin, bersama dengan hemisellulosa membentuk semen (matriks)

(25)

Gambar 2.2 Struktur Lignin. (Sastrohamidjojo, H.1995)

d. Extractive

Kayu biasanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak

yang disebut dengan istilah “extractive”. Zat-zat ini dapat diambil / dipisahkan dari

kayu apakah dengan memakai pelarut air maupun organik seperti eter atau alkohol.

Asam-asam lemak, asam sam resin, terpentin, dan gigu spenol adalah merupakan

beberapa group yang juga merupakan extractive. Kebanyakan dari extractive itu

terpisah dalam proses pembuatan pulp dengan cara “Kraft Pulping”. Minyak mentah

terpentin dapat diperoleh dari digester pada waktu mengeluarkan gas.

OH OH

OCH3 H3CO

OH

(I) (II) (III)

OCH3

CH CH2OH

CH2OH

CH CH2OH

(26)

Lemak-lemak, asam-asam lemak akan membentuk sabun (soap) pada proses

“Kraft” dan terlarut dalam larutan pemasak. Soap ini selanjutnya akan dipisahkan dari

black liquor dan daur ulang sebagai “tall oil”. Beberapa / sebagian kecil dari

extractive yang terlarut akan menyebankan timbulnya getah “pitch” dalam pembuatan

pulp secara kraft dan pada pembuatan kertas. Bentuk ini merupakan gumpalan yang

mengotori peralatan seperti halnya screen dan wire.

2.2.2 Pulping Proses

Pemisahan serat sellolosa dari bahan-bahan yang bukan serat didalam kayu

dapat dilakukan dengan berbagai macam cara / proses, yaitu :

1. Proses mekanik

2. Proses semi kimia

3. Proses kimia

Mechanical Pulping

Dalam proses pembuatan pulp secara mekanik pemisahan serat dilakukan

dengan cara menggunakan tenaga mekanik. Proses ini dikakukan dengan menggerinda

kayunya menjadi serat pulp dan menghasilkan rendemen sebesar 90 – 95 %, tetapi

menyebabkan kerusakan pada serat . Penggunaan pulp yang dihasilkan pada proses

mekanik ini nilainya kecil sekali, juga pulp itu masih mengandung banyak lignin dan

(27)

Semi-Chemical Pulping

Proses semi kimia meliputi pengolahan cara kimia yang diikuti dengan

perbaikan secara mekanik dan beroperasi pada rendemen yang tingginya dibawah

proses mekanik. Biasanya bahan kimia yang digunakan pada proses ini adalah sodium

sulphite.

Chemical Pulping

Pada proses kimia, bahan-bahan yang terdapat ditengah lapisan kayu akan

dilarutkan agar serat dapat terlepas dari zat-zat yang mengikatnya. Hal yang

merugikan pada proses ini adalah rendemen yang rendah yaitu 45 – 55 %.

Proses kimia dapat dibagi menjadi tiga katagori :

1. Soda Process

2. Sulphite Process

3. Sulphate Process

Dalam proses soda, kayu dimasak dengan larutan sodium hidroksida. Larutan

sisa pemasakan dipekatkan kemudian dibakar, yang akan menghasilkan sodium

karbonat, dan apabila diolah dengan penambahan batu kapur akan menghasilkan

sodium hidroksida. Nama proses “soda” karena bahan kimia yang ditambahkan

kedalam prosesnya berupa sodium karbonat. Proses ini sekarang sudah tidak dipakai

lagi. Pada proses sulfite, larutan pemasak yang dipakai adalah asam-asam yang

(28)

2.3 Uraian Proses “Kraft”

Sulphate or Kraft Process

Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses

sulphate atau disebut juga proses kraft. Kraft berasal dari bahasa Jerman yang berarti

kuat. Kekuatan proses kraft ini dikarenakan adanya bahan kimia yang terkandung

dalam larutan pemasak yang disebut “sulfidity”.

Keuntungan-keuntungan dari proses sulphate ini adalah sebagai berikut :

1. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi.

2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari spesies

yang berbeda.

3. Tersedianya bahan kimia pengganti denga berbagai bahan alternative dan

harganya tidak mahal.

4. Tersedianya pilihan yang dapat dipakai untuk proses pemucatan.

5. Dampak pencemarannya bisa dikatakan sangat rendah.

6. Pendaur ulang-an bahan kimianya sangat efisien.

7. Pendaur ulang-an panas yang begitu efisien.

8. Masalah getah (pitch) dari kayu yang mengandung resin-resin sangat

berkurang.

(29)

Tujuan Pembuatan Pulp dengan Proses Kraft

Yang menjadi target pada proses ini adalah untuk memisahkan serat-serat yang

terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang

terdapat pada dinding-dinding serat. Pemisahan serat terjadi karena larutnya lignin

yang ada diantara / ditengah-tengah “lamella” yang berfungsi sebagai pengikat serat.

Bahan kimia yang terdapat dalam larutan pemasak juga merembes / terserap ke

dinding serat dan melarutkan lignin yang berada di situ.

Larutan Pemasak

Larutan pemasak, atau white liquor, adalah larutan berair dari sodium

hidroksid [NaOH] dan sodium sulphide [Na2S]. White liquor juga mengandung

bahan kimia yang tidak aktif, seperti misalnya sodium karbonat Na2CO3

Reaksi kimia yang terjadi selama pemasakan.

i. Terhadap lignin

Reaksi lignin selama pembuatan pulp merupakan reaksi yang sangat kompleks

dan tidak/ atau belum diketahui secara pasti. Sebagaimana diketahui bahwa

keberadaan ion-ion hidrosulfida akan mempercepat terlarutnya lignin tanpa

harus melarutkan serat selulosa.

ii. Terhadap Karbohidrat

Kita mengharapkan hanya lignin saja yang terlarut selama proses pembuatan

pulp, tetapi pada kenyataanya sellulosa dan hemisellulosa pun bereaksi dengan

(30)

karbohidrat menjadi molekul-molekul yang lebih pendek dan dapat larut, yang

akan mengakibatkan rendemen menjadi lebih rendah. Lebih dari 20 % kayu

akan hilang karena kehilangan sellulosa dan hemiselulosa. Kebanyakan

kehilangan ini terjadi pada saat awal pemasakan . Hemiselulosa lebih cepat

terputus rantainya dibandingkan dengan selulosa karena ia merupakan molekul

yang bercabang dan lebih kecil.

iii. Terhadap extractive

Extractive bereaksi dengan, dan mengkonsumsi bahan-bahan kimia.

Kebanyakan dari extractive ini terlarut dalam larutan selama pemasakan.

Beberapa extractive yang terlarut dapat didaur ulang yang akan menghasilkan

produk-produk samping. (Anonim,2001)

2.4 Pembuatan Pulp Kraft

2.4.1 Bahan-bahan Kimia Pemasak dan Keseimbangan

Pembuatan pulp kraft dilakukan dengan larutan yang terdiri atas natrium

hidroksida dan natrium sulfide, yang dinamakan lindi putih. Menurut terminologi

digunakan defenisi-defenisi berikut, dimana semua bahan kimia dihitung sebagai

ekuivalen natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH atau Na2O.

Alkali total Semua garam natrium

(31)

Efisiensi pengkostikan 100 %

Derajat reduksi 100 %

4

Dalam kimia pembuatan pulp modern unit-unit berat NaOH sering diganti

denga unit-unit molar, misalnya mol alkali sefektif per liter larutan atau per kilogram

kayu.

2.4.2 Impregnasi

Dalam proses kraft impregnasi yang sempurna dari serpih-serpih dengan

bahan-bahan kimia pemasak tidak sekritis seperti dalam pembuatan pulp asam sulfit.

Difusi bahan-bahan kimia dalam kayu yang jenuh dengan cairan dikendalikan oleh

luas penampang-lintang total dari semua kapiler.

2.4.3 Aspek-aspek Umum Delignifikasi

Kebutuhan alkali efektif dalam pemasakan kraft setara sekitar 150 kilogram

Natrium hidroksida per ton kayu. Sebagai hasil degradasi alkali terhadap polisakarida,

maka sekitar 1,6 ekuivalen asam dibentuk untuk setiap unit monosakarida yang lepas

dari rantai. Dari banyaknya alkali yang dimasukan, 60-70% dibutuhkan untuk

(32)

menetralkan asam-asam uronat dan asetat (sekitar 10% alkali) dan produk-produk

degradasi lignin (25-30% alkali).

Ion-ion hydrogen sulfide bereaksi dengan lignin, tetapi kebanyakan produk

lignin yang mengandung belerang terurai selama tahap-tahap akhir pemasakan dengan

pembentukan unsur belerang yang bergabung dengan ion-ion hydrogen sulfide

membentuk polisulfida. Namun lignin kraft masih mengandung 2-3% belerang, yaitu

setara dengan 20-30% dari pemasukan. (Ero Sjostrom,1995)

2.5 Kimia Dasar Proses Pemutihan Pulp

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan

yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini

dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa

pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk

menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu harus dihilangkan atau dibutuhkan.

Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkaskan sebagai

berikut :

1. Memperbaiki brightness

2. Memperbaiki kemurnian

(33)

2.5.1 Teori Pemutihan

Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin

yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi

akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, juga menghasilkan

kualitas pulp yang rendah. Oleh karena itu, proses pemasakan agar benar-benar cukup

dimana proses penghilangan lignin dengan bahan kimia, umumnya memiliki suatu

dampak terhadap dekomposisi dari lignin. Pada normalnya proses penghilangan lignin

adalah melarutkan pulp kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk

lignin merupakan kehilangan sebagian dari hasil pada proses pemutihan, yang mana

ini adalah antara 5 % - 10 %.

Lignin pada pulp kelihatan dalam berbagai macam bentuk tergantuk pada

kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin ini sangat reaktif yang berarti

bahwa ini mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti Khlorin, HypoKhlorit,

Hidrogen Peroksida.

2.5.2 Bahan Kimia Proses Pemutihan Solodium Hidroksida (NaOH)

Pada saat Khlorin bereaksi dengan lignin dan resin, sebagian besar saja yang

dihasilkan tersebut larut dengan air. Karena Khlorinat lignin dan resin sangat mudah

larut dalam larutan alkali menyusul setelah proses Khlorinasi. Sodium Hidroksida

(Caustik Soda) merupakan salah satu alkali kuat yang ada. Ini merupakan bahan kimia

(34)

memperhatikan keseluruhan tindakan pencegahan. Pada proses pemutihan normalnya

digunakan alkali encer dengan konsentrasi kira-kira 120 gram/liter.

Oksigen (O2)

Gas Oksigen digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama-sama dengan alkali

pada tahap ekstrasi. Gas Oksigen memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan. Hal ini

mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat menggangu terhadap lingkungan.

Sodium Hypoklorit (NaOCI)

Hypoklorit adalah persenyawaan Khlorin yang pertama digunakan untuk

proses pemutihan (biasanya disebut “Hypo”. Rumus kimia Sodium hypokhlorit adalah

NaCI. Sodium Hypokhlorit dibuat dari Khorin dan Caustic Soda. Senyawa ini

merupakan larutan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat

dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali.

Hypokhlorit biasanya dibuat dengan konsentrasi alkali yang berlebihan (kira-kira 4

gram per liter) untuk menjaga kestabilan larutan. Kandungan Khlorin pada larutan

Hypokhlorit diperkirakan sebesar 40 – 44 gram per liter. Tujuan utama perlakuan

dengan menggunakan Hypokhlorit adalah untuk meningkatkan brightness pada pulp.

Ini dicapai dengan tindakan oksidasi dari Hypokhlorit pada lignin dan bahan-bahan

berwarana yang lain yang terdapat pada pulp dengan cara mengubahnya menjadi tak

berwarna. Bagaimanapun reaksi ini, sangat sering merusak serat selulosa kecuali bila

(35)

yang digunakan secara hati-hati. Degredasi ini dikendalikan bertujuan untuk mencapai

kekuatan pulp yang dikehendaki (kendali viskositas).

Khlorin Dioksida (CIO2)

Khlorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari

proses pemutihan ini umunya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan

berwarna yang lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab

ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan Selulosa dengan

kerusakan pada Selulosa yang minimum. Brightness tinggi dihasilkan dengan Khlorin

Dioksida adalah stabil. Pada Bleaching plant, Khlorin Dioksida digunakan sebagai

suatu larutan gas dalam air. ( Anonim,washing and screening PT.TPL. 2001 )

2.6 Tahapan Proses Pemutihan

Pemutihan yang sudah modern biasanya dilaksanakan secara bertahap dengan

memanfaatkan bahan – bahan kimia dan kondisi – kondisi yang berbeda-beda pada

setiap tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat

ditunjukkan dengan urutan sebagai berikut :

• Khlorinasi (C) Reaksi dengan elemen Khlorin dalam suatu

media asam.

• Ekstrasi Alkali (E) Pemisahaan hasil reaksi dengan Caustic.

• Ekstrasi Oksidasi (E/O) Ekstrasi Oksidasi yang diperkuat dengan

(36)

• Hypoklhorit (H) Reaksi dengan Hypokhlorit dalam suasana

alkali.

• Khlorin Dioksida (D) Reaksi dengan khlorin Dioksida dalam suasana

asam

• Oksigen (O) Reaksi dengan elemen O2 yang bertekanan

dalam suasana alkali.

2.6.1 Tahap Khlorinasi

Reaksi Khlorin – Air

Pada proses khlorinasi terhadap pulp, gas khlorin harus larut dan bereaksi

secara menyebar terhadap serat pulp. Reaksi lignin / khlorin adalah sangat cepat.

Dispersi khlorin yang tepat dan pengadukan adalah sangat penting untuk memperoleh

operasi yang optimal.

Reaksi – Reaksi Khlorin – Lignin

Khlorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan subtitusi. Reaksi – reaksi

ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap

khlorinasi.

Substitusi :

Kebanyakan lignin yang terkhlorinasi dan teroksidasi akan larut di dalam tahap

ekstraksi selanjutnya setelah hidrolisa dengan pembentukan Sodium Phenolat.

Reaksi Klorin – Karbohidrat

Karbohidrat juga bereaksi pada kondisi – kondisi tahap Khlorinasi. Khlorin

(37)

Reaksi – reaksi ini dapat menimbulkan kehilangan kekuatan dan hasil terhadap pulp.

Khlorin bereaksi dengan mekanisme sebuah radikal bebas untuk memutuskan molekul

selulosa. (sirait,suhunan.2003)

Ringkasan Tahap Khlorinasi

Khlorin sangat cepat bereaksi terhadap lignin yang terdapat pada pulp yang

belum diputihkan. Sebagian besar reaksi terjadi pada beberapa menit pertama. Pada

proses Khlorinasi, lignin sebagian terlarut didalam air dan lebih mantap lagi larut pada

tahap perlakuan dengan menggunakan alkali.

Reaksi – reaksi kimia proses khlorinasi adalah sebagian besar reaksi – reaksi

secara substitusi dimana khlorin mensubstitusi sebuah atom pada lignin, dan sebagian

oksidasi, dimana persenyawaan khlorin melepaskan oksigen yang berikatan dengan

atom – atom pada lignin.

Variabel Proses Pada Tahap Khlorinasi

2. Temperatur

Kenaikan temperatur pada proses khlorinasi akan meningkatkan pengembalian

filtrat. Reaksi berlangsung sangat cepat pada temperatur yang lebih tinggi dan lambat

pada temperatur yang rendah. Kenaikan temperatur tidak meningkatkan kerusakan

terhadap pulp itu sendiri. Ini mempercepat pemakaian Khlorin Dioksida, jikalau

(38)

3. Waktu

Pada temperatur yang tinggi, 95% Khlorin akan bereaksi pada beberapa menit

yang pertama dan sisanya akan segera terbuang. Ini perlu dicatat bahwa ortho –

kuinon dalam filtrat proses khlorinasi akan dititrasi sebagai khlorin pada pengujian

khlorin yang tersisa, yang ditunjukkan dengan suatu sisa yang tidak terdeteksi.

Pengukuran yang benar terhadap sisa khlorin dilakukan denga mengekstraksi sisa

khlorin dari filtrat dengan menggunakan Karbon Tetrakhlorida.

4. pH

Ketika pulp yang telah dicuci di khlorinasi, pH dengan cepat turun lebih

rendah dari dua sebagai akibat pemakaian khlorin dan dihasilkannya HCl. Cairan lindi

hitam yang terbawa menaikkan pH pulp yang belum diputihkan dan demikian pula pH

proses khlorinasi. pH memiliki pebgaruh yang kecil pada proses delignifikasi yang

lain dari pada substitusi selesai oksidasi yang relatif naik pada pH yang lebih rendah.

Bagaimanapun, degredasi terhadap sellulosa meningkat pada suatu pH akhir lebih

besar dari 2.

2.6.2 Tahap Oksidasi Ekstraksi (EO)

Tahap kedua pada bleaching plant dengan banyak tahapan dan ini merupakan

tahap pemurnian dari tahap khlorinasi. Tujuan utama dari alkali ekstraksi adalah

melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang kemungkinan besar larut

dalam larutan alkali yang hanya berdasarkan kerja dari bahan-bahan kimia yang

(39)

teroksidasi, dan komponen-komponen warna lainnya meningkatkan tingkat keputihan

dalam tahap pemutihan berikutnya. (sirait,suhunan.2003)

Variabel-variabel Proses Pada Oksidasi Ekstraksi

1. Konsistensi

Keefektifan proses ekstraksi tergantung kepada konsentrasi alkali yang

digunakan. Suatu pulp dengan kosistensi yang tinggi maka akan diberikan konsentrasi

alkali yang lebih tinggi pada penerapan bahan kimia yang diberikan. Pada kosistensi

yang lebih tinggi sedikit uap air yang dibutuhkan untuk memanaskan pulp untuk

menaikkan temperatur.

2. Temperatur

Brightness yang lebih tinggi dihasilkan pada tahap pemutihan/oksidasi berikutnya

dan ekstraksi kappa lebih rendah dan dapat dicapai jika temperatur ekstraksi dijaga

pada 65-700 C. Temperatur diatas 700 C tidak menunjukkan adanya hasil-hasil yang

menguntungkan.

3. Waktu Reaksi

Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikkan terhadap waktu reaksi pada

saat parameter yang lainya dijaga ketat. Hal ini terus-menerus berkurang setelah suatu

reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada dua bentuk reaksi untuk menghilangkan

lignin ; (a). Sebuah tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan (b).

sebuah akhir delignifikasi yang lambat. Masing-masing mereka disebut eliminasi

(40)

4. Brightness

Ketika lignin sudah dikeluarkan dari pulp pada proses pemutihan dengan

oksigen, brightness meningkat. Hal ini umumnya disebabkan oleh delignifikasi dan

bukan proses penghilangan.

2.6.3 Tahap Khlorin Dioksida

Pada saat pulp diberikan perlakuan dengan khlorin dioksida, ini bereaksi

dengan air dan komponen-komponen pulp, umumnya lignin dan resin melengkapi

reaksi. Khlorin dioksida bereaksi dengan air sesuai dengan persamaan reaksi berikut :

2ClO2 + H2O → HClO3 + HClO2

Reaksi ini lambat pada kondisi asam, agak baik pada temperatur tinggi, akan tetapi

kecepatan reaksi meningkat dengan suatu kenaikkan terhadap pH. Asam khlorida

yang dihasilkan tidak reaktif diatas pH 1. Asam khlorus tidak reaktif diatas pH 6, akan

tetapi ini menjadi suatu zat pemutih yang efektif seperti berkurangnya pH dan sangat

reaktif dibawah pH 3.

Variabel-Variabel Proses Pada Tahap Khlorin Dioksida

1. Pengaruh Temperatur

Khlorin dioksida bereaksi sangat cepat pada temperatur rendah terhadap pulp

yang mengandung sejumlah lignin. Bagaimanapun pada saat sebagian besar lignin

telah dioksidasi, lignin yang tersisa adalah lebih sulit dihilangkan. Untuk

mengoksidasi sebagian kecil lignin tersebut dicapai pada tahap berikutnya, suatu

temperatur yang tinggi harus dipergunakan untuk memperoleh tingkat brightness yang

(41)

tinggi, brightnessnya lebih tinggi. Selama penambahan khlorin dioksida yang

ditambahkan tidak semuanya dikonsumsi. Pada batas pertengahan tingkat brightbness

60-75, kenaikan brightness setiap satuan konsumsi khlorin adalah hampir tetap, akan

tetapi jumlah khlorin dioksida yang dikonsumsi lebih besar dalam memproduksi suatu

penambahan satuan brightness seperti pencapaian brightness pada tingkat yang lebih

tinggi. Dengan dua tahap khlorin dioksida, 89-90 brightness ISO yang dicapai adalah

lebih ekonomis. Jika suatu kenaikan terhadap brightness dikehendaki lebih lanjut lagi,

bukan hanya jumlah khlorin dioksida yang dibutuhkan lebih tinggi, akan tetapi

temperatur juga harus dinaikan menjadi 80-900 C supaya jumlah khlorin dioksida

yang dipakai lebih besar.

2. Pengembalian Warna

Salah satu kondisi ysng penting selama proses pemutihan dengan khlorin

dioksida adalah sisa khlorin dioksida positif pada saat reaksi telah berakhir. Hal ini

dibutuhkan bukan hanya menghilangkan shive akan tetapi juga untuk menghindari

pengembalian warna. Jika kondisi ini tidak dijaga, pulp berwarna kuning akan terjadi.

Temperatur yang optimum untuk tahap khlorin dioksida adalah 700 C. Jika

temperaturnya lebih rendah dari pada ini, khlorin yang dikonsumsi tidak mencukupi

untuk mencapai brightness 89-90 ISO. Jika temperatur dinaikan lebih tinggi secara

substansial, reaksi yang sangat cepat dapat terjadi bahwa ada suatu resiko terhadap

pemakaian semua khlorin dioksida sebelum rekasi berakhir, yang disertai dengan

(42)

3. Pemutihan Shive

Untuk memaksimumkan proses pemutihan shive yang lolos dari proses

penyaringan dan pencucian pada sistem pembersihan pulp coklat, suatu sisa bahan

kimia dijaga delama reaksi pada semua tahap. Jika dikehendaki brightness yang

rendah, temperatur harus lebih rendah untuk mengurangi kecepatan pemakaian bahan

kimia dan menjaga sisa bahan kimia.

4. Pengaruh Konsistensi

Pengaruh konsistensi terhadap efisiensi proses pemutihan dengan khlorin

dioksida adalah kecil. Akan tetapi biaya bahan pemanasan air dari pulp menjadi 700 C

membuatkan setingggi mungkin. Konsistensi yang optimum proses pemutihan untuk

pencampuran khlorin dioksida adalah 10-12%.

5. Waktu Tinggal

Reaksi berlangsung cepat pada mulanya dan kemudian menurun perlahan akan

tetapi penambahan brightness adalah kira-kira 4 jam. Suatu waktu tinggal yang lebih

singkat membutuhkan khlorin dioksida yang banyak yang mana ini tidak baik untuk

shive.

Dasar Operasi Bleaching Plant

Bleaching Plant dirancang untuk menghasilkan pulp untuk kertas (BKP)

sebanyak 750.0 Ton Kering setiap hari atau Dissolving Pulp (DKP) sebanyak 550.0

(43)

dari menara penyimpanan pulp coklat HD dan setelah melewatu tahap akhir proses

pemutihan, pulp disimpan di dalam menara Bleached High Density.

Tahapan proses pemutihan digambarkan dengan kombinasi huruf

DC-EOP-D1-D2

C = Khlorin (CL2)

D = Khlorin Dioksida (CIO2)

E = Caustic Ekstrasi dengan larutan Sodium Hidroksida (NaOH)

O = Oksigen (O2)

P = Hidrogen Peoksida (H2O2)

Kondisi – kondisi Proses yang normal diberikan dibawah ini:

DC EOP D1 D2

3.1 Pengendalian Proses

Agar supaya tujuan proses pemutihan dapat tercapai dengan mempertemukan

kepentingan terhadap produksi dan kualitas yang bersifat ekonomi, sangat penting

untuk mengendalikan proses pada setiap tahap secara akurat. Pengendalian tahap

yang bervariasi secara otomatis pada pengoperasiannya adalah melalui sebuah

mikroprosesor berdasarkan sistem kendali yang terdistribusi (DCS). Semua proses

(44)

pada tahap yang bervariasi secara singkat dijelaskan dibawah. Nomor yang disebutkan

mengacu kepada nomor tag di DCS seperti yang diberikan pada lembar aliran untuk

Bleaching Plant.

3.1.1 Menara Stock Unbleached HD

Level di menara secara terus-menerus dipantau dan direkam oleh LR-205.

Indikasi level tinggi dan rendah ditentukan. Stock pulp dengan konsistensi sebesar

12% diencerkan pada bagian bawah menara menjadi konsisteni kira-kira 5.0% dengan

menggunakan filtrat yang berasal dari washer vakum #1 melalui penyemprotan dilusi.

3.1.2 Unbleached Blending Tank

Level di dalam menara secara terus-menerus dipantau dan direkam oleh

LR-355. Indikasi alarm level tinggi dan rendah ditentukan. Stock pulp dengan konsistensi

sebesar 4.5% diencerkan pada bagian bawah menara menjadi konsistensi kira-kira

sebesar 4.0% dengan menggunakan filtrat yang sama dari washer vakum #1 melalui

penyemprotan dilusi.. Untuk mengahasilkan suatu dosis bahan kimia yang sesuai,

aliran pulp yang melewati proses setiap satuan waktu, harus dikendalikan dengan

(45)

3.1.3 Tahap Khlorinisai (Tahap DC)

Proses Khlorinasi adalah tahap pertama di dalam proses pemutihan. Fungsi

dari pada tahap DC adalah untuk mengeluarkan lignin dari pulp (yang cenderung

menimbulkan warna coklat pada pulp).

3.1.4 Tahap EOP (Ekstrasi)

Caustic (NaOH), Oksigen (O2), dan hydrogen Peroksida digunakan untuk

memurnikan pulp di dalam tahap EO untuk melarutkan komponen Khlorinat Lignin.

Segera sesudah larut, komponen Khlorinat Lignin mudah dicuci dari pulp.

3.1.5 Tahap D1 (Tahap Pertama Khlorin Dioksida)

Tahap Khlorin Dioksida adalah merupakan tahap yang ketiga dalam tahapan

proses pemutihan. Khlorin Dioksida adalah suatu bahan pemutihan yang unik

memurnikan pulp dan memberikan brightness tinggi tanpa memberikan pengaruh

terhadap sifat – sifat kekuatannya, Dosis Khlorin Dioksida tergantung kepada kualitas

(46)

3.1.6 Tahap D2 (Tahap Khlorin Dioksida kedua)

Tahap Khlorin Dioksida kedua adalah tahapan keempat pada proses

pemutihan. Khlorin Dioksida (CIO2) digunakan untuk memurnikan pulp di dalam

tahap D2. Tahap ini memutihkan bubur kertas (brightness pulp) dengan cara

pengelantangan lebih lanjut zat–zat pengotor yang tersisa didalam pulp tersebut.

(sirait,suhunan.2003)

4.1 Mengenai Zat Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching

agent pada industri pulp, kertas, dan testil. Senyawa ini juga dapat dipakai pada proses

pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen,dll

Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator

yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu

yang berbahaya. Sebagai contoh dalam industri kertas dan pulp, pengunaan hidrogen

peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH dan soda api. Semakin basa maka

laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi. Kebutuhan industri akan

hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ketahun. Walaupun di saat ini

Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik penghasil hidrogen peroksida seperti

(47)

4.1.1 Proses produksi

Proses pembuatan kertas yang akan di bahas dalam makalah ini adalah

pembuatan kertas dari pulp dengan proses kimia (kraft process). Disebut kraft karena

pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari pada

proses mekanis dan semikimia. kraft pulping menghasilkan pulp kurang dari 50% dari

bahan baku kayu, sisanya menjadi sampah yang akhirnya akan dibakar, disebarkan

ketanah atau dibuang dengan sistem landfill. Kelebihan dari kraft pulping ini adalah

dihasilkannya serat yang kuat ( Jerman : “kraft” berarti kuat ) kraft pulp biasanya

berwarna gelap dan umumnya diputihkan dengan senyawa klorin dan sekarang

menggunakan hidrogen peroksida yang ramah lingkungan.

(48)

BAB 3

BAHAN DAN METODOLOGI

3. Peralatan dan bahan

Materi atau bahan kerja praktek yang berhubungan dengan pelaksanaan

keberlangsungan kerja praktek terdiri dari peralatan pengolahan,bahan olahan dan

bahan penunjang keberlangsungan proses.

3.1 Metode Kerja di Lapangan

1) Unbleach tower : untuk menampung bubur pulp coklat yang berasal dari unit

washing

2) Unbleach bleanding : untuk mengaduk bubur pulp agar tidak bergumpal –

gumpal

3) Mixer ClO2 : untuk mencampur ClO2 dengan pulp yang belum dikelantang

4) Chlorination ( DO ) : untuk mereaksikan bubur pulp coklat dengan ClO2

sehingga bubur pulp akan lebih putih

5) DO-washer : mencuci bubur pulp yang berasal dari Dо-tower sehingga bubur

pulp yang telah bercampur dengan ClO2 akan tercuci dan bahan kimianya

dapat larut

6) DO filtrate tank : sebuah tangki untuk menampung air yang digunakan untuk

mengencerkan bubur pulp yang ada di DO washer, Do tower, unleach tower,

(49)

7) Extraction oksidation ( EO) Tower : untuk mereaksikan bubur pulp coklat

dengan bahan-bahan kimia NaOH,O2, H2O2 sehingga bubur pulp coklat akan

menjadi lebih putih dengan adanya reaksi kimia tersebut

8) O2 mixer : untuk mencampur oksigen dengan pulp

9) Washer II (EO Washer) : untuk mencuci pulp yang berasal dari EO tower agar

bahan kimia yang ditambahkan dapat larut

10)EO filtrate tank : untuk menampung air yang digunakan untuk mengencerkan

pulp yang ada di EO washer dan EO tower

11)MC pump (Medium consistency pump) : untuk memompakan bubur pulp

dengan kekentalan 10-12 %

12)Dı dan D2 reactio tower : untuk mereaksikan bubur pulp dengan bahan kimia

ClO2 dan H2O2

13)Dı dan D2 washer : mencuci bubur pulp yang telah bercampur dengan ClO2

dan H2O2 bahan kimia tersebut larut dalam air pencuci

14)Blech tank : tangki penampungan bubur pulp yang telah diblending siap

dikirim ke unit pulping atau ke tahap selanjutnya yaitu pulp machine

15) Sampel yang diamati hanya di menara EP2 dengan menggunakan parameter

H2O2 yang dapat menaikkan brightness. Data yang diambil hanya di menara

(50)

3.2 Bahan yang digunakan :

a. Di lapangan

1. Bubur pulp

2. NaOH (Natrium Hidroksida)

3. ClO2

4. H2O2

5. Enzim

6. O2 (oksigen

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan data yang diperoleh pada penentuan brightness pada tahap

EP2 yang dilakukan pada unit Bleaching pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk pada

tanggal 26 -28 Januari 2010 dalam variasi 4 jam, diperoleh data-data sebagai berikut :

Tabel 4.1. Data pengamatan di ruang DCS (Distribution Control System)

NO Stock flow (Ton/Jam) Brightness (%)

Tabel 4.2 Data hasil perhitungan

Hasil perhitungan dari ruang DCS (Distribution Control System)

terdapat pada tabel 4.2 dibawa ini.

(52)

4.3 Perhitungan

Untuk menentukan waktu tinggal pulp di EP2 pada proses bleaching.

Contoh perhitungan dari tabel 4.1 dengan no1.

A. Menghitung jumlah produksi dari stock flow dengan :

konsistensi stock : 4.5 %

waktu satu hari dalam menit : 24 x 60 = 1440

• Menghitung jumlah aliran stock di EP2

Konsistensi EP2: 10 % • Waktu di V tube dengan kapasitas 193 m³

(53)

Total waktu tinggal pulp dimenara EP2

= waktu di volume tube + waktu volume di EP2 tower

= 43.37 min + 111.23 min

= 154 menit

Maka waktu tinggal di Menara EP2 adalah waktu di volume tube

ditambahkan dengan waktu volume tower EP2 sehingga diperoleh waktu

tinggal dimenara EP2 selama 154 min dengan jumlah produksi 641 m³/min

diperoleh tingkat brightness 85.5.

Untuk penyelesaian dari tabel 4.1 dengan no 2,3,4,,,,6 dilakukan hal yang

(54)

4.4 Pembahasan

Salah satu bagian yang penting dalam pembuatan pulp adalah unit pemutihan

(Bleaching Unit).proses pemutihan pulp dilakukan setelah melewati proses pencucian

(Washing Unit). Tujuan utama proses pemutihan secara umum adalah memperbaiki

kecerahan warna, kemurnian, dan degradasi serat selulosa seminimum mungkin serta

pengurangan resin di dalam pulp. Pada proses pemutihan digunakan ClO2, NaOH, dan

H2O2 tujuannya untuk meningkatkan kecerahan pulp (Brightness),sehingga diperoleh

kecerahan warna yang diinginkan sesuai standart ISO, salah satu variabel untuk

menentukan tingkat brightness adalah waktu tinggal. Apabila pulp terlalu lama berada

di dalam menara maka akan mempengaruhi kualitas pulp/ kertas yang dihasilkan yang

Sdapat menyebabkan serat-serat kertas tersebut mudah sobek sehingga tidak dapat

bersaing dipasaran untuk itu perlu diperhatikan waktu tinggal dan pemakaian zat

pendukung lainnya. Untuk meningkatkan kualitas dan mutu pulp.

Berdasarkan pengamatan dilapangan dan analisis data menunjukkan bahwa

semakin sedikit waktu tinggal pulpdi dalam menara EP2 maka tingkat brightnessnya

semakin meningkat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh semakin sedikitnya gugus

kromofor atau lignin yang terikat pada bubur pulp tersebut. Adapun reaksi yang

terjadi pada proses bleaching dengan menggunakan H2O2 adalah sebagai berikut:

Mula-mula hidrogen peroksida terurai seperti persamaan reaksi berikut :

H2O2→ H2O + On

Adapun mekanisme reaksi hidrogen peroksida adalah (othmer,1992)

H2O2→ 2OH*

H2O2 + OH* → OOH* + H2O

OOH* + OH* → H2O + 2On

Zat reaktif, On yang terbentuk dari peruraian hidrogen peroksida akan

mendifusi kedalam serat, didalam serat akan terjadi reaksi oksidasi gugus kromofor

oleh On. Adanya reaksi ini, akan mengakibatkan pengurangan gugus kromofor.

(55)

pertambahan derajat putih pulp. Kromofor dalam pulp adalah gugus-gugus fungsional

yang terdapat pada lignin antara lain gugus hidrofil fenol dan ikatan rangkap.

Berbagai gugus kromofor yang ada dalam lignin dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

Berdasarkan pengamatan dilapangan dan analisis data menunjukkan bahwa

semakin sedikit waktu tinggal pulpdi dalam menara EP2 maka tingkat brightnessnya

semakin meningkat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh semakin sedikitnya gugus

(56)
(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Semakin sedikit waktu tinggal di menara EP2 maka tingkat brightness semakin

tinggi, dimana tingkat brightness di menara EP2 rata-rata diatas 88% ISO.

5.2 Saran

1. Pemakain zat-zat kimia pada tahap bleaching sangat perlu diperhatikan karena

sangat berpengaruh terhadap kualitas pulp. Pemakain zat kimia harus sesuai

dengan target-target yang sudah ditetapkan. Karena bila pemakainnya berlebih

maka akan merusak serat-serat kertas dan jika kurang dari ketentuan maka

akan mengurangi derajat keputihan pulp (Brightness).

2. Penentuan waktu terhadap tingkat brightness yang tepat, merupakan faktor

yang harus diperhatikan. Karena jika waktu yang terlalu lama, maka tidak akan

tercapainya target waktu produksi pulp yang efisien. Sebaliknya bila waktu

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Digester Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Anonim. 2001. Washing And Screening Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Dumanau, J.F. 1990. Mengenal Kayu. SMTIK – PIKA, Semarang : Kanisius

Eera Sjostrom. 1995. Kimia Kayu. Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Haygreen, John.G. 1996. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Sastrohamidjojo,H. 1995. Kimia Kayu, Dasar – Dasar Dan Pengunaan. Yogjakarta :

UGM Press.

Sirait, Suhunan. 2003. Module Bleaching Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

http//www. H2O2. Com/intro/overview.html akses 21 april 2010.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Digester Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Anonim. 2001. Washing And Screening Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

Dumanau, J.F. 1990. Mengenal Kayu. SMTIK – PIKA, Semarang : Kanisius

Eera Sjostrom. 1995. Kimia Kayu. Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Haygreen, John.G. 1996. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Sastrohamidjojo,H. 1995. Kimia Kayu, Dasar – Dasar Dan Pengunaan. Yogjakarta :

UGM Press.

Sirait, Suhunan. 2003. Module Bleaching Plant. Porsea : PT. Toba Pulp Lestari.

http//www. H2O2. Com/intro/overview.html akses 21 april 2010.

Gambar

Tabel 2.1.1 Komposisi unsur kayu
Tabel 2.1: Komposisi Tipical chemical antara hardwoods dan softwoods
Gambar 2.2 Struktur Lignin. (Sastrohamidjojo, H.1995)
Tabel 4.1. Data pengamatan di ruang DCS (Distribution Control System)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun

Kegiatan Peningkatan Sarana Prasarana Panti-Panti Sosial Pemda Jawa Tengah Pekerjaan Rehab Fisik Unit Resos Margo Mukti Rembang. JB: Modal JP:

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran

Tujuan pembuatan pra rancangan pabrik pembuatan dan pencairan biogas ini adalah untuk menerapkan disiplin ilmu teknik kimia, khususnya bidang neraca massa, neraca energi,

• Sebagai tempat edukasi bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat kota Medan mengenai dunia otomotif yang telah berkembang di Indonesia sejak kendaraan roda empat pertama

[r]