• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Brightness Pulp Pada D0 EoP D1 Dan D2 Stage Di Unit Bleaching Pada Pembuatan Pulp PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Brightness Pulp Pada D0 EoP D1 Dan D2 Stage Di Unit Bleaching Pada Pembuatan Pulp PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu

Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda beda. Bahkan kayu yang berasal dari satu pohon pun dapat memiliki sifat yang berbeda, jika dibandingkan bagian ujung dengan pangkalnya. Sifat-sifat kayu yang berbeda tersebut antara lain yang bersangkutan dengan sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik,dan sifat-sifat kimianya. Ada beberapa sifat umum yang terdapat pada semua kayu, diantaranya :

1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetriradial. 2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam tipe, dan susunan

dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin (non karbohidrat)

(2)

4. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembapannya akibat perubahan kelembapan dan suhu udara disekitarnya.

Kayu dapat di serang makhluk hidup perusak kayu, dapat terbakar, terutama jika kayu dalam keaadaan kering (Dumanauw, 2001).

2.1.1. Sifat Fisik Kayu

1. Berat Jenis

Kayu memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda-beda, berkisar antar minimum 0.20 (kayu balsa) hingga 1.28 (kayu nani). Makin berat BJ-nya, umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkuranng pula kekuatannya. Umumnya berat jenis kayu ditentukan besar kayu kering tanur atau kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tertentu.

2. Keawetan Alami Kayu

(3)

3. Warna Kayu

Ada beraneka macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna sesuatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tempat di dalam batang, umur pohon dan kelembapan udara.

4.Higroskopik

Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap dan melepaskan air atau kelembaban. Suatu petunjuk, bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara disekitarnya akan makin tinggi juga kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.

5. Serat

Arah serat dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang dikatakan kayu itu berserat membelok.

6. Berat kayu

(4)

suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan dan dipakai sebagai patokan berat kayu.

7. Kekerasan

Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai berikut :

a. Kayu sangat keras, contoh: balau, gram, dan lain-lain b. Kayu keras, contoh: kulim, pilang, dan lain-lain

c. Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan lain-lain d. Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain (Dumanauw, 2001).

2.1.2. Sifat Mekanik Kayu

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk muatan dari luar. Maksud muatan dari luar adalah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda (Dumanauw, 2001).

2.1.3. Sifat Kimia Kayu

Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 macam unsur yaitu:

(5)

3. Unsur yang diendapkan di dalam kayu selama proses pertumbuhan yang sering disebut zat ekstraktif.

Adapun komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah sebagai berikut Nitrogen 0,04-0,10 %, Hidrogen 6%, Abu 0,20-0,50% (Dumanauw, 2001).

2.1.4. Komponen Kayu

Secara kimia kandungan bahan yang terdapat dalam kayu dapat di bagi 4 (empat) bagian yaitu:

1. Selulosa 2. Hemiselulosa 3. Lignin

4. Zat Ekstraktif

(6)

Tabel 1.1 : Komposisi Typical Chemical Antara Hardwoods Dan Softwoods

Komponen Soft woods Hard woods

Selulosa 42 ± 2 % 45 ± 2 %

Hemiselulosa 27 ± 2 % 30 ± 5 %

Lignin 27 ± 2 % 20 ± 4 %

Zat ekstraktif 3 ± 2 % 5 ± 3 %

1. Selulosa

Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel daripada kayu. Merupakan polimerisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat yang mempunyai persen komposisi yang mirip dengan “starch” yaitu glukosa yang

terhidrolisis oleh asam.

Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas β

-D-glukosa. Karena sifat-sifat kimia dan fisiknya maupun struktur supramolekulnya maka ia dapat memenuhi fungsinya sebagai komponen struktur utama dinding sel tumbuhan (Fengel, 1995).

(7)

Gambar 1: Struktur selulosa

2. Hemiselulosa

Hemiselulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan glukosa yang terdiri hanya dari polimer glukosa, hemiselulosa merupakan polimer dari lima bentuk gula yang berlainan yaitu: glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa, dan arabinosa. Rantai hemiselulosa lebih pendek dibandingkan dengan rantai selulosa, karena hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah. Molekul hemiselulosa terdiri dari 300 unit gugus gula. Berbeda dengan selulosa, polimer hemiselulosa berbentuk tidak lurus, tetapi merupakan polimer-polimer bercabang yang berarti hemiselulosa tidak akan dapat membentuk struktur kristal dan serat mikro seperti halnya selulosa. Pada proses pembuatan pulp hemiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan selulosa.

(8)

3. Lignin

Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan selulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Ia berfungsi sebagai bahan perekat atau semen antara sel-sel selulosa yang membuat kayu menjadi kuat. Lignin merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak. Molekul utama pembentuk lignin adalah phenyl propane. Satu molekul lignin dengan derajat polimerisasi yang tinggi merupakan molekul yang besar, karena ukurannya dan struktur tiga dimensinya. Lignin di dalam kayu berfungsi sebagai lem atau semen. Lapisan (lamella) tengah dengan kandungan utamanya adalah lignin, mengikat sel-sel itu dan sehingga terbentuk struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin bersama dengan hemiselulosa membentuk semen (matriks) dimana tersusunlah selulosa yang berupa “mikro fibrils”.

CH2OH

CH CH

OCH3

OH

(9)

4. Zat ekstraktif

Kayu biasanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak yang di sebut dengan istilah “extractive”. Zat-zat ini dapat diambil atau di

pisahkan dari kayu dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik seperti eter ataupun alkohol. Asam-asam lemak, asam-asam resin, lilin, terpentin, dan gugus fenol adalah merupakan beberapa grub yang juga merupakan zat ekstraktif. Kebanyakan dari zat ekstraktif itu terpisahkan dalam proses pulp dengan cara “Kraft Pulping”. Minyak mentah terpentin dapat di peroleh dari

digester pada waktu mengeluarkan gas. Lemak-lemak, asam-asam lemak akan membentuk sabun (soap) pada proses “Kraft” dan terlarut dalam larutan pemasak. Soap ini selanjutnya akan di pisahkan dari black liquor dan daur ulang sebagai “tall oil”. Beberapa atau sebagian kecil dari zat ekstraktif yang terlarut

akan menyebabkan timbulnya getah (“pitch”) dalam pembuatan pulp secara kraft

dan pada pembuatan kertas. Bentuk ini merupakan gumpalan yang mengotori peralatan seperti halnya screen dan wire ( PT.TPL, 2004).

2.2. Pulp (Bubur Kertas)

(10)

Bahan baku tersebut akan dihasilkan serat pendek sebagai bahan baku untuk industri Pulp. Asosiasi Pulp dan kertas belum menanam tanaman ‘serat panjang’, karena ditaksir tidak efisien, namun industri kertas memerlukan baik serat pendek dan panjang (Hidayat, 2008).

2.3. Bahan Baku Pembuatan Pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama untuk pembuatan pulp karena rendemen seratnya yang tinggi. Kayu yang digunakan oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk saat ini adalah jenis kayu yang merupakan hasil hutan tanaman industri yang membutuhkan waktu sekitar 4-5 tahun pada area yang cukup luas. Eucalyptus dapat dipanen pada umur 4-5 tahun dengan diameter antara 20-30 m dengan tinggi 45 m.

Kayu Eucalyptus adalah kayu yang ditanam dan dikembangkan oleh perusahaan kayu Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras. Dalam pengolahan di pabrik dipisahkan karena tanaman secara homogen sehingga memudah dikelompokkan. Pengelompokan secara homogen Eucalyptus yang ditanam oleh perusahaan terdiri dari 3 spesies yaitu Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, E ucalyptus hybrid.

(11)

memiliki ciri-ciri lebih menguntungkan, yaitu kulit tipis, mudah lepas, dan lebih mudah hancur dibanding yang lain (PT. TPL., 2002).

2.4. Proses Produksi Pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

2.4.1. Pesiapan Kayu (Wood Preparation)

Persiapan Kayu (Wood Preparation) adalah langkah awal dalam proses pengolahan pulp, dimana meliputi proses penyediaan kayu yang berasal dari berbagai HTI, dan kemudian dibawa kelokasi pabrik menggunakan truk-truk pengangkut kayu. Gelondong kayu tersebut di tumpukkan di Wood Storage. Dari Wood Storage, gelondongan kayu di umpankan ke Wood Room. Gelondongan kayu yang siap diolah disebut log yang berukuran sekitar 3 meter.

Log dikupas kulitnya dan dibersihkan dengan alat Debarking Drum. Log yang sudah bersih dimasukkankan ke Chipper, di dalam chipper kayu kemudian diiris menjadi potongan potongan kecil yang disebut chip. Chip kemudian di masukkan ke chip screening untuk memisahkan chip yang sesuai atau tidak, chip yang sesuai dimasukkan kedalam penampungan chip yang disebut chip pile atau chip storage (PT.TPL, 2003).

2.4.2. Unit Pemasakan ( Digester)

(12)

tekanan untuk memisahkan serat dengan cara melarutkan bagian-bagian yang bukan serat. Proses tersebut dinamakan dengan “COOKING”. Chip dimasak di dalam

digester dengan menggunakan panas dan reaksi kimia. Bahan kimia yang digunakan dalam pemasakan adalah Caustic soda (NaOH), Sodium Sulfide (Na2S), campuran ini dinamakan dengan white liquor. Digester mempunyai tinggi sekitar 18,6 m dengan diameter 4,2 meter dan volume 200 m³ ( PT.TPL I ).

2.4.3. Unit Washing

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk mempunyai sistem pencucian empat tahap. Air pencuci dan aliran bubur kayu atau pulp memiliki arah yang berlawanan yang di sebut dengan counter current washing.

Air panas di gunakan untuk mencuci di washer empat dengan tempratur 70˚C. Air pencuci yang dipakai di washer empat berasal dari pulp machine yang kemudian digunakan untuk mengencerkan bubur kayu yang akan masuk ke washer empat dan untuk mencuci bubur kayu pada washer sebelumnya. Pada washer tiga, air didapat dari evaporator dicampur dengan air yang berasal dari washer empat. Kemudian pada washer dua, air yang di gunakan berasal dari washer tiga dan begitu seterusnya. Sehingga air yang terdapat pada washer satu adalah air yang paling pekat dan air tersebut akan menuju ke evaporator dan pulp akan menuju ke proses bleaching (PT.TPL, 2003).

2.4.4. Unit Pemutihan (Bleaching)

(13)

dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu harus di hilangkan atau di putihkan.

Tujuan utama proses pemutihan secara umum adalah sebagai berikut : a. Memperbaiki brightness

b. Memperbaiki kemurnian

c. Degradasi serat selulosa seminimum mungkin

Pengurangan kandungan resin di dalam pulp juga faktor lain yang penting dalam proses pemutihan.

Lignin pada pulp dapat terlihat dalam berbagai bentuk tergantung kepada kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin sangat reaktif yang berarti bahwa lignin mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti Khlorin, hypo khlorit, Hidrogen Peroksida, dll. Kemudian molekul lignin terurai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp.

Pemutihan yang sudah modern biasanya dilaksanakan secara bertahap dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia dan kondisi-kondisi yang berbeda-beda pada setiap tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat ditunjukkan dengan urutan sebagai berikut:

a. Khlorinasi (C) : Reaksi dengan elemen Khlorin dalam suatu media asam.

b. Ekstraksi Alkali (E) : Pemisahan hasil reaksi dengan Caustic.

(14)

d. Hypoklorit (H) : Reaksi dengan Hypoklorit dalam suasana alkali.

e. Khlorin Dioksida (D) : Reaksi dengan Khlorin Dioksida dalam suasana asam.

f. Oksigen : Reaksi dengan elemen �2 yang bertekanan dalam suasana alkali.

Bleaching plant terdiri dari dua menara, High density stock untuk penyimpanan pulp yang belum diputihkan dan untuk pulp yang telah diputihkan, blending tank untuk pulp ynag belum diputihkan, menara Khlorinasi-Khlorin Dioksida (CD), menara Caustic Ekstraksi-Oksigen (EO), menara Hypoklorit-Khlorin Dioksida, menara II Khlorin Dioksida-Hypoklorit.

1. Tangki Penyimpanan High Density

Pulp yang belum diputihkan berasal dari tahap pencuci akhir disimpan dengan konsistensi sebesar 12% didalam menara penyimpanan unbleach high density stock sebelum dipergunakan untuk proses pemutihan.

2. Unbleached Blending Tank

Pulp yang belum diputihkan yang berasal dari menara HD dipompakan menuju sebuah unbleached blending tank yang bekerja sabagai suatu tangki berdensity rendah untuk menyeragamkan konsistensi stock sebelum tahapa awal proses pemutihan.

3. D0 Tower

(15)

Tahap D0 Tower menggunakan Klorin Dioksida untuk memutihkan pulp dengan cara menghancurkan lignin yang membentuk komponen khloro lignin.

4. EOP Tower

Caustik (NaOH), Oksigen (�2) dan Hidrogen Peroksida (�22) yang di gunakan untuk memutihkan pulp. Di dalam tahap EOP untuk melarutkan komponen Khlorinat lignin. Setelah larut komponen tersebut akan mudah dicuci dari pulp.

5. D1 Tower

Pada tahap ini digunakan Klorin Dioksida yang di gunakan untuk memurnikan pulp dan akan memberikan brightness yang tinggi tanpa memberikan pengaruh-pengaruh dan sifat-sifat kekuatannya. Dosis ���2 yang digunakan tergantung dari kualitas pulp yang masuk dan brightness akhir yang di kehendaki.

6. D2 Tower

Merupakan tahap keempat pada proses pemutihan. ���2 digunakan untuk memurnikan pulp. Tahap ini memutihkan pulp dengan cara mengelantang lebih lanjut zat pengotor yang tersisa di dalam pulp tersebut (Sirait, 2003).

2.4.5. Proses Pulp (Pulp Machine)

(16)

bale, dimana 1 bale = 200 kg. Pulp yang dikemas, disimpan pada gudang (warehouse) dan kemudian siap untuk di pasarkan (PT. TPL II ).

2.5. Tahap-Tahap Pemutihan (Bleaching)

1. Substitusi Klorin Dioksida Pada Tahap Pertama (D0)

Awalnya klorin dioksida menggantikan hipoklorit pada tahap selanjutnya dari proses pemutihan untuk mencapai brightness pulp yang tinggi tanpa mengalami degradasi. Secara substansial substitusi dengan klorin dioksida memiliki banyak keuntungan :

1. Pemakaian bahan kimia sedikit 2. Hasil tinggi

3. Biaya lebih rendah

4. Kekuatan pulp lebih tinggi 5. Zat penggotor dan shive sedikit 6. Brightness lebih stabil

7. Sedikit resin pada limbah 8. Warna lebih rendah

Selama proses pemutihan beberapa klorin dioksida membentuk ion – ion klorat yang tidak akan bereaksi dengan lignin. Pemakaian klorin dioksida menghasilkan lebih banyak lignin yang teroksidasi dan sedikit substitusi terhadap klorin, jadi sedikit klorolignin dan asam klorida yang terbentuk. Hal ini dapat menyebabkan sedikit sodium hidroksida yang dibutuhkan pada tahap EOP berikutnya.

 Temperatur reaksi : 60-650C  Brightness : 55-60 % ISO

 Waktu : ± 45 menit

(17)

2. Tahap Oksidasi Ekstraksi (EoP )

Tahap ini merupakan tahap pemurnian dari tahap klorinasi. Tujuan utama dari alkali ekstraksi adalah melarutkan komponen–komponen penyebab warna yang kemungkinan besar larut dalam alkali yang hangat berdasarkan kerja bahan – bahan kimia yang digunakan terhadap sebagian proses pemutihan.

Sebagai suatu ketetapan 0,5 kali dari klorin yang diberikan merupakan persentase NaOH yang di pakai pada tahap ini. Sebagai contoh, jika penambahan klorin adalah 5% pulp, kemudian penambahan caustic yang di berikan terhadap pulp menjadi berkurang. Apabila pada proses penambahan oksigen naik maka delignifikasi E0 meningkat.

 Temperatur reaksi : 70-750C

 Brightness : 65-75 % ISO

 Waktu : 45-60 menit

 pH reaksi : 10,8-11

3. Tahap D1 ( Tahap pertama Klorin Dioksida)

Tahap ini merupakan tahap ketiga dari proses pemutihan. Klorin dioksida adalah suatu bahan pemutihan yang unik memurnikan pulp dan memberikan pengaruh terhadap sifat – sifat kekuatannya. Dosis klorin dioksida tergantung kualitas pulp yang masuk dan brightness akhir yang di inginkan.

 Temperatur reaksi : 78-800C  Brightness : 85-90 % ISO

 Waktu : 240 menit

 pH reaksi : 3.0-3.5

4. Tahap D2 ( Tahap Kedua Klorin Dioksida)

(18)

meningkatkan brightness pulp dengan cara mengelantang lebih lanjut zat – zat pengotor yang tersisa di dalam pulp tersebut.

 Temperatur reaksi : 78-800C  Brightness : 89-91 % ISO

 Waktu : 240 menit

 pH reaksi : 3,0-3,5

(Sirait, 2003).

2.5.1. Bahan Kimia Pemutih 1. Sodium Hidroksida (NaOH)

Pada saat klorin bereaksi dengan lignin dan resin, sebagian besar saja yang menghasilkan tersebut larut dengan air.karena klorinat lignin dan resin sangat mudah larut dalam larutan alkali, perlakuan alkali menyusun setelah proses klorinasi. NaOH merupakan salah satu alkali kuat yang merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Penanganannya harus memperhatikan keseluruhan tindakan pencegahan. Pada proses pemutihan umumnya di gunakan alkali encer dengan konsentrasi kira – kira 120 gr/L.

2. Oksigen (O2)

(19)

3. Sodium Hipoklorit (NaOCl)

Sodium hipoklorit dibuat dari klorin dan sodium hidroksida. Senyawa ini merupakan larutan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali. Hipoklorit biasanya dibuat dengan konsentrasi alkali yang berlebihan ( kira – kira 4gr/L) untuk menjaga kestabilan larutan. Kandungan klorin pada hipoklorit di perkirakan sebesar 40–44 gr/L. Tujuan dengan menggunakan hipoklorit adalah untuk meningkatkan brightness pada pulp. Ini di akibatkan karena reaksi oksidasi yang terjadi dari hipoklorit pada lignin dan bahan – bahan berwarna yang lainnya yang terdapat pada pulp dengan cara mengubahnya menjadi tidak berwarna.

4. Klorin Dioksida (ClO2)

ClO2 adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses pemutihan ini

biasanya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan – bahan berwarna lainnya. Ini di gunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sehingga memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa dengan kerusakan pada selulosa yang minimum. Brightness tinggi yang di hasilkan dengan ClO2 adalah stabil

(20)

2.5.2.Pemutihan dengan Klorin dioksida (ClO2)

Warna dari pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang tersisa di dalam pulp setelah proses pemasakan. Penghitungan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, sehingga menghasilkan kualitas pulp yang rendah.

Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksida yang kuat, berwarna hijau kekuningan pada konsentrasi tinggi warnanya berubah menjadi orange, dapat larut dengan air dingin, merupakan campuran yang terdiri dari air dan ± 16 % Cl2

memiliki titik beku -59oC, dan titik didihnya +11 oC.

Kerja dari cara proses pemutihan ini umumnya dengan cara mengoksidasi lignin dan bahan berwarna lain yang terdapat dalam pulp. Di gunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab dapat mengoksidasi bahan yang bukan merupakan selulosa dengan kerusakan pada selulosa yang minimum, dan brightness yang tinggi yang di hasilkan dengan klorin dioksida adalah stabil.

Klorin dioksida (ClO2) memiliki sifat-sifat kimia dominan,yaitu:

1. Klorin dioksida merupakan oksidator yang kuat 2. Memiliki reaktivitas yang tinggi dalam fase gas 3. Reaksinya sangat lambat terhadap karbohidrat

4. Dalam bentuk murni cenderung terurai dan mudah meledak

(21)

2.5.3. Tahap Khlorinasi

Reaksi-reaksi klorin-Lignin

Klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan substitusi. Reaksi reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap klorinasi.

Substitusi:

Cl2+ (Lignin) → (Lignin- Cl) + HCl

Oksidasi

Cl2+ (Lignin) → (Lignin teroksidasi) + 2HCl

(Sirait, 2003).

2.5.4. Tahap Klorin Dioksida

Pada saat pulp diberikan perlakuan dengan klorin dioksida, ini bereaksi dengan air dan komponen-komponen pulp, umumnya lignin dan resin melengkapi reaksi. Klorin dioksida bereaksi dengan air sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini:

2ClO2 + H2O → HClO2

(22)

ClO2 + e-→ ClO2-

Selama pH turun di bawah 7.0, ion klorit bereaksi dengan sebuah ion hidrogen membentuk asam khlorus pada kesetimbangan reaksi berikut.

ClO2 + H- → HClO2

(Sirait, 2003)

2.6.Pengujian Dan Analisa Pada Bleaching

Beberapa pengujian yang dilakukan dalam laboratotium untuk mencapai spesifikasi terhadap kualitas pulp yaitu :

a. Bilangan Kappa

Pengujian ini mengindikasikan kandungan lignin dan kemampuan pulp tersebut untuk di putihkan. Pengujian ini di dasarkan kepada reaksi Potasium Permanganat (KMnO4). Normalnya pulp coklat dan pulp setelah melewati tahap proses alkali

ekstraksi diperiksa bilangan kappanya di laboratorium. b. Viskositas

(23)

viskositas sangatlah penting. Pemeriksaan meliputi penentuan viskositas larutan pulp didalam kupraetilen diamin atau Kuppramonium.

c. Brightness

Gambar

Tabel 1.1 : Komposisi Typical Chemical Antara Hardwoods Dan Softwoods
Gambar 1: Struktur selulosa
Gambar 3:  Struktur dasar lignin

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan pengujian terhadap viskositas yang bertujuan untuk menentukan kekentalan yang dimiliki oleh pulp setelah dilakukan proses pemutihan (bleaching).. Pengujian

Pemeriksaan terhadap klorin yang tersisa didalam stock pulp pada tahap proses klorinasi dan klorin dioksida dilakukan untuk mengendalikan dosis bahan kimia. Contoh yang

Standart Mutu Pulp PT. TPL, 2016). Universitas

PENGARUH KONSENTRASI DAN JUMLAH PEMAKAIAN ClO 2 TERHADAP BRIGHTNESS PULP PADA D1 STAGE UNIT.. BLEACHINGPT.TOBA PULP

Lignin yang tersisa adalah zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp , Oleh karena itu harus dihilangkan.. Semakin banyak jumlah pemakaian ClO 2

sangat penting dalam proses pembuatan pulp yang dibagi menjadi 4 (empat)..

Proses semi kimia adalah karena pada tahap awal pembuatan pulp digunakan bahan-. bahan kimia sebagai pelunak

Kraft Pulp Dengan Proses Biobleaching Sebelum Chemical Bleaching.. Untuk Mengurangi Pemakaian