• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu

Kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah

digunakan kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, digunakan dan mudah

dipasang. Pada saat yang sama, kayu adalah salah satu bahan kimia yang paling

kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur

lubang-lubang kecil, selaput dan dinding-dinding yang berlapis-lapis rumit.

Kemudahan kayu untuk diubah menjadi suatu produk dan dapat lama dipergunakan,

tergantung pada pengetahuan praktis akan strukturnya

(Haygeen, 1987).

(2)

Tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa kayu merupakan salah satu produk

alam yang sangat penting. Sekitar sepertiga luas permukaan lahan dunia tertutup oleh

hutan yang mengandung persedian pertumbuhan total kayu sekitar 300,000 juta m3

Produk paling penting dari pengolahan kayu secara kimia adalah pulp.Dalam

tahun 1980 pulp yang dihasilkan di seluruh dunia mencapai 123 juta ton. Dalam

periode yang sama konsumsi total kertas dan karton adalah 170 juta ton dan dari

jumlah tersebut lebih dari 25 % dihasikan dari kertas bekas.

.

2.1.1 Sifat-sifat umum kayu

Kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang

berbeda-beda.Bahkan kayu yang berasal dari satu pohonpun dapat memiliki sifat yang

berbeda.Jika dibandingkan bagian ujung dengan pangkalnya. Untuk itu, ada baiknya

jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui terlebih dahulu, sebelum kayu dipergunakan

sebagai bahan bangunan, industri kayu maupun untuk pembuatan perabot.

Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah berat jenis,

keawetan alami, warna, higroskopik, tektur, serat, berat, kekerasan, kesan raba, bau

dan rasa, nilai dekoratif, dan beberapa sifat lain.

2.1.1.1. Berat jenis

Kayu memiliki berat jenis(BJ) yang berbeda-beda, berkisar antara minimum

(3)

bagi aneka sifat kayu makin berat BJnya, umumnya makin kuat pula kayunya.

Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya.

2.1.1.2. Keawetan alami kayu

Keawetan alami kayu ternyata berbeda-beda.Maksud keawetan alami ialah

ketahanan kayu terhadap serangan unsur-unsur perusak kayu dari luar misalnya

jamur, rayap, bubuk, cacing laut, dan makhluk lainnya, yang diukur dengan jangka

waktu ketahanan keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam

kayu(zat ekstrakstif).Zat-za tersebut merupakan sebagian unsur racun bagi

perusak-perusak kayu, sehingga perusak-perusak tersebut tidak sampe rsak atau tinggal di dalamnya

dan merusak kayu.

2.1.1.3.Warna kayu

Ada beraneka macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputi-putihan,

coklat muda,coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan, dan lain sebagainya hal

ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna

suatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tempat di dalam

batang, umur pohon kdan kelembapan udara.

2.1.1.4. Higroskopik

Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air

(4)

udara pada suatu saat. Makin lembab udara disekitarnya akan makin tinggi pula

kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.

2.1.1.5. Tekstur

Tekstur ialah ukuran relatif sel-sel kayu.Maksud sel kayu adalah serat-serat

kayu.Jadi dapat dikatakan bahwa tekstur ialah ukuran relatif serat-serat

kayu.Berdasarkan teksturnya, jenis kayu dapat dibedakan kedalam 3 golongan.

Ketiga golongan tersebut ialah:

a. Kayu bertekstur halus , misalnya giam, lara,kulim, dan lain-lain

b. Kayu bertekstur sedang misalnya jati, sonokeling, dan lain-lain

c. Kayu bertekstur kasar, misalnya kempas, meranti, dan lain-lain.

2.1.1.6. Serat

Serat berkaitan dengan sifat kayu, yang menunjukkan arah umum sel-sel kayu

di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon.Arah serat dapat ditentukan oleh arah

yang beralur-alur yang terdapat pada permukaan kayu.Kayu dikatakan berserat halus,

jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang.Jika arah sel-sel itu

menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, maka kayu itu

dikatakan berserat mencong.

2.1.1.7. Bobot kayu

Bobot suatu kayu terngantung pada jumlah zat kayu yang tersusun,

(5)

dalamnya. Bobot suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang

bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan kelas kayu.

2.1.1.8. Kekerasan

Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan bobot

kayu.Kayu-kayu yang keras juga termaksuk kayu-kayu yang berat.Sebaliknya kayu

ringan adalah juga kayu yang lunak.Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu dapat

digolongkan sebagai berikut.

a. Kayu sangat keras, contohnya balau dan giam

b. Kayu keras, contohnya kulim dan pilang

c. Kayu sedang kekerasannya, contohnya mahoni dan meranti

d. Kayu lunak,contohnya pinus dan balsa (Dumanauw, 1990)

2.1.2 Sifat mekanik kayu

Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul beban atau gaya

yang mengenainya. Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan banyaknya

bahan yang dimampatkan terpuntir atau terlengkungkan oleh suatu beban yang

mengenainya.Perubahan-perubahan bentuk yang terjadi segera sesudah beban

dikenakan dan dapat dipulihkan jika beban dihilangkan disebut perubahan bentuk

elastis.Sebaliknya jika perubahan bentuk berkembang perlahan-lahan sesudah

(6)

Sifat-sifat mekanik biasanya merupakan ciri-ciri terpenting produk-produk

kayu yang akan digunakan untuk bahan bangunan gedung. Penggunaan struktural

dapat didefinisikan sebagai setiap penggunaan dimana sifat mekanik merupakan

kriteria pertama untuk pemilihan bahan. Penggunaan struktur produk-produk kayu

meliputi palang-palang lantai dan kasau dalam rumah-rumah kerangka kayu,

tiang-tiang listrik, penutup atap dan bawah lantai kayu lapis, balok-balok berlapis yang

direkat dalam bangunan komersial, lantai papan partikel dalam

rumah-mobil,penyangga atap berlapis dalam bangunan-bangunan komersial, anak tangga

kayu, tiang perahu layar dan kerangka perabot rumah tangga. (Haygreen,1987)

2.1.3. Komponen Kimia

Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan

oksigen.

Table 1. Komposisi Unsur Kayu

Unsur % berat kering

Karbon 49

Hidrogen 6

Oksigen 44

Nitrogen Sedikit

Abu 0,1

(7)

Tambahan pula kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah

terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu

semacam ini dikenal sebagai abu.Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang

tidak terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium,

mangan dan silikon. Kenyataan bahwa kayu-kayu domestik memiliki kandungan abu

yang sangat rendah terutama kandungan silikanya adalah penting dari sudut

pemanfaatannya, kayu dengan kandungan silika lebih tinggi dari pada kira-kira 0,3 %

(atas dasar berat kering) akan menyebabkan alat-alat menjadi sangat tumpul.

Kandungan silika melebihi 0,5 % secara reaktif umum terdapat pada kayu-kayu keras

tropika dan pada sejumlah spesies kandungan ini mungkin lebih dari 2 % dari

beratnya.

Unsur-unsur penyusunan kayu itu tergabung dalam sejumlah senyawa

organik:selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Tabel 2. Unsur-Unsur Organik Kayu

Tipe Selulosa Hemiselulosa Lignin

% berat kering

Kayu keras 40-44 15-35 18-25

Kayu lunak 40-44 20-32 25-35

(8)

Senyawa tersebut pada kayu keras dan kayu lunak.Proporsi lignin dan hemiselulosa

sangat bervariasi diantara spesies-spesies kayu, dan juga antara kayu keras dan kayu

lunak. (Haygreen,1987)

2.3.1. Komponen-Komponen Kimia Pada Kayu

1. Selulosa

Selulosa (C6H10O5)n adalah polimer berantai panjang polisakarida

karbohidrat dari beta-glukosa.Selulosa memiliki sifat berbentuk senyawa berserat,

mempunyai tegangan tarik yang tinggi, tidaklarut dalam air dan pelarut organik.

Selulosa merupakan unsur yang penting dalam proses pembuatan pulp, semakin

banyak selulosa yang terkandung dalam pulp maka semakin baik kualitas pulp

tersebut. Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), selulosa dibedakan atas tiga jenis

yaitu:

a. Selulosaα (Alpha Cellulose)

Selulosa α (Alpha Cellulose ) merupakan selulosa berantai panjang, tidak larut dalam

larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) berkisar

600-1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian

(9)

b.Selulosaβ (Betha Cellulose)

Selulosa β (Betha Cellulose) merupakan selulosa berantai pendek, larut dalam larutan

NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP berkisar 15-90, dapat mengendap bila

dinetralkan.

c. Selulosaγ (Gamma cellulose)

Selulosa γ (Gamma cellulose) meupakan selulosa berantai pendek, larut dalam

larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP kurang daripada 15.

2. Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan senyawa sejenis polisakarida yang terdapat pada

semua jenis serat, mudah larut dalam alkali, dan mudah terhidrolisis oleh asam

mineral menjadi gula dan senyawa lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada

selulosa, dan dapat diisolasi dari kayu dengan ekstraksi. (Purnawan dan Cyrilla Indri

Parwati, 2014)

3. Lignin

Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi,

tersusun atas unit-unit fenilpropan meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan

oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungannya

dengan golongan senyawa tersebut.Sebaliknya lignin pada dasarnya adalah suatu

(10)

bermacam-macam karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu tetap tidak

menentu.

Lignin terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel, diantara sel-sel,

lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel bersama.Dalam dinding sel,

lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberikan

ketegaran pada sel. Lignin juga berpengaruh dalam memperkecil perubahan dimensi

sehubungan dengan perubahan kandungan air kayu dan juga dikatakan bahwa lignin

mempertinggi sifat racun kayu yang membuat kayu tahan terhadap

serangancendawan dan serangga.Ketegaran yang diberikan oleh lignin merupakan

faktor penentu sifat-sifat kayu. Mengingat sifat kapas yang sangat lunak

(hampir-hampir selulosa murni) dapat dibayangkan betapa kayu akan menjadi tidak kaku

tanpa adanya bahan-bahan pengeras.

Di dalam kayu lignin merupakan bahan yang tidak berwarna.Apabila ingin

bersentuhan dengan udara, terutama dengan adanya sinar matahari, maka

(bersama-sama dengan karbohidrat-karbohidrat tertentu) lama kelamaan lignin cenderung

menjadi kuning. Lignin bersifat termoplastik artinya lignin akan menjadi lunak dan

dapat dibentuk pada suhu yang lebih tinggi dan keras kembali apabila menjadi dingin.

(Haygreen, 1987)

2.2 Pulp

Pulp adalah bahan berserat yang dihasilkan dari proses manufaktur yang kompleks

(11)

tanaman. Kayu menyediakan dasar untuk sekitar 90% dari produksi pulp global,

sedangkan sisanya 10% berasal dari tanaman tahunan. Pulp adalah salah satu

kebanyakan bahan baku yang melimpah di seluruh dunia yang digunakan terutama

sebagai besar komponen dalam pembuatan kertas dan kertas karton, dan dengan

meningkatnya pentingnya juga dalam bentuk berbagai macam produk selulosa dalam

industri tekstil,makanan, dan industri farmasi.

Gambar 2.2 Pulp

Industri pulp secara global kompetitif dan menarik dari sudut pandang keberlanjutan

dan kompatibilitas lingkungan. Dalam banyak hal, industri ini adalah contoh ideal

sebuah diinginkan, industri mandiri yang memberikan kontribusi positif ke banyak

bidang kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, tidak ada keraguan bahwa ia akan terus

memainkan peran penting di masa depan. Meskipun teknologi bubur yang ada

(12)

Cairan lindi hitam (black liqour) yang di dapatkan dari proses pemasakan

berkonsentrasi rendah yang berasal dari unit pencucian dipekatkan dengan

menggunakan evaporator jenis falling film plate dan konsentrator. Cairan yang sudah

dipekatkan dengan konsentrasi 65 % padatan selanjutnya kemudian dibakar di dalam

sebuah Ketel uap dan pemulih bahan kimia. Uap air tekanan tinggi di produksi

dengan membakar bahan organik yang terdapat di dalam cairan,dimana bahan

organik dalam lindi hitam yang dihasilkan setelah pembuatan pulp adalah dasarnya

terdiri dari lignin dan produk-produk degradasi karbohidrat disamping bagian-bagian

kecil ekstraktif. Proses ini digunakan untuk menghasilkan sumber elektrik pada

Turbo Generator dan kelebihan steam digunakan untuk tujuan pemanasan pada

proses. Bahan kimia anorganik yang diperoleh dalam bentuk massa yang bergabung

(menyatu) disebut sebagai “smelt” ini kemudian dilarutkan di dalam Dissolver dan

dipompakan ke seksi Recausticizing.

Cairan lindi hijau(Green liqour) tersebut selanjutnya mengalami pemisahan

dan pengapuran dengan menggunakan kapur bakar untuk menghasilkan cairan lindi

putih (white liqour) yang akan digunakan sebagai bahan kimia pemasak di dalam

tungku pemasakan kayu. Endapan kapur dari unit pemisahan adalah pekat dan

dikeraskan (calcining) dengan menambahkan batu kapur ke dalam sebuah tungku

kapur yang berputar guna memproduksi kapur bakar kembali yang akan digunakan

(13)

2.2.1. Proses Pembuatan Pulp

Proses pembuatan pulp dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu proses mekanis, proses

semi kimia, dan proses kimia.

1. Secara Mekanis

Pembuatan pulp secara mekanis dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia yaitu

dengan cara menguraikan serat yang ada di dalam kayu secara paksa dengan

menggunakan aksi mekanis. Bahan baku digiling dalam keadaan basah, serat-serat

kayu akan terlepas, kemudian disaring sampai kehalusan tertentu untuk memperoleh

bubur kertas (pulp). Dalam proses mekanis ini tidak dilakukan pemisahan

komponen-komponen yang terdapat di dalam kayu sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai

kandungan bahan seperti semula. Keuntungan proses ini adalah biaya produksi yang

rendah dan hasil yang tinggi karena pulp yang diperoleh sekitar 90 % dari bahan

semula. Kelemahannya adalah rendahnya mutu kertas yang dihasilkan, dimana kertas

mudah sekali menjadi kuning dan kecoklatan karena kandungan ligninnya masih

banyak.

2. Secara Semi Kimia

Proses semi kimia adalah karena pada tahap awal pembuatan pulp digunakan

bahan-bahan kimia sebagai pelunak bahan-bahan baku. Pelunakan dimaksudkan untuk

(14)

dalam kayu. Pulp yang diperoleh biasanya digunakan untuk membuat kertas

pembungkus, kertas cetak dan papan kertas kayu.Jika konsentrasi bahan kimia

semakin tinggi, maka penyerapan terhadap selulosa semakin naik dibandingkan

dengan penyerapan terhadap lignin, yang dapat menghasilkan rendemen dan kekuatan

rendah.

3. Secara Kimia

Proses pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp yang

menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian

kayu yang tidak diinginkan. Rendemen pulp yang diperoleh dalam proses ini relatif

rendah dibandingkan dengan proses mekanis dan semi kimia, yaitu antara 40 – 60 %,

sehingga diperoleh produk selulosa yang lebih murni. Keuntungan-keuntungan

memakai proses kimia pada pembuatan pulp antara lain:

1. Dapat dilakukan pada semua jenis bahan baku.

2. Kekuatan pulp tinggi.

3. Pulp yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembuatan rayon.

4. Kualitas kertas yang dihasilkan lebih tinggi (Syamsul Bahri, 2015)

Proses pembuatan pulp secara kimia terbagi menjadi proses soda, Kraft (Sulfat) dan

Sulfit.

a. Proses Soda

proses soda adalah proses kimia pertama yang digunakan dalam pembuatan pulp.

Dalam prosesnya, natrium hidrosida digunakan sebagai cairan pemasak dengan

menambahkan campuran soda ash (Na2CO3), dan campuran kapur Ca(OH)2 kedalam

(15)

b. Proses Sulfit

proses sulfit adalah salah satu metode pulp yang utama. Proses ini paling sesuai untuk

kayu lunak non resin. Dalam metode ini, lignin pengikat serat dilunakkan dan

dilarutkan sampai batas tertentu dalam larutan yang mengandung ini terlarut, ion

hydrogen sulfit dengan nilai pH antara 1,5-12. Bergantung pada tingkat memasak,

hasilnya bervariasi antara 45% sampai 65%, namun biaya hasilnya sekitar 50% untuk

pulp standar yang tidak diputihkan. Jika pulp diputihkan, 4% sampai 5% berat kayu

asli lainnya mungkin hilang dalam proses pembuatannya.

c. Proses Sulfat (Kraft)

proses kraft, pertama kali digunakan pada tahun 1879, adalah modifikasi proses soda

kaustik dalam natrium sulfit (Na2S) yang ditambahkan kedalam cairan pemasak.

Kehadiran soda kaustik dalam cairan pemasak sangat sesuai untuk penggunaan

hampir semua jenis kayu.Sodium sulfat bertugas untuk buffering, pencernaan dapat

diimplementasikan pada konsentrasi OH− ion yang lebih rendah. Dengan demikian

kerusakan serat berkurang dan pulp dengan kekuatan tinggi dihasilkan. Umumnya

pemulihan pulp kraft dari kayu lunak sekitar 47% untuk pulp yang tidak diputihkan

dan 44% untuk diputihkan. (Nigam Mohit et al., 2014)

2.3. Pencucian Pulp

Tujuan dari pencucian pulp adalah untuk mendapatkan pulp yang bebas dari zat

(16)

dengan air bersih. Di pabrik bubur kertas modern, Operasi pencucian termasuk juga

perpindahan satu jenis liquor dengan jenis liquor lainnya. Selain fungsi

pencuciannya, peralatan pencuci juga harus juga memungkinkan mengatur pemisahan

efektif kimia atau tingkat suhu antara tahap proses serat tunggal. Berbagai manfaat

dihasilkan dari bubur kertas, seperti meminimalkan pemulihan zat organik untuk

pengolahan atau pembakaran, mengurangi dampak lingkungan dari operasi serat yang

membatasi pengalihan antara proses penggunaan kembali bahan kimia dan konsevasi

energi dalam tahap pemutihan tunggal, dan terakhir namun tidak sedikit mendapatkan

produk pulp akhir yang bersih. Idealnya, pencucian pulp dilakukan dengan jumlah

minimum air pencuci untuk melestarikan sumber air bersih dan untuk mengambil

beban kapasitas dari daerah hilir yang mengolah filtrat pencucian.Seringkali,

pencucian pulp adalah kompromi antara bersihnya pencucian pulp dan jumlah air

pencuci yang digunakan.Di pabrik, operasi pencucian pulp dapat ditemukan pada

pencucian brownstock, di pabrik pemutih dan, seperti kasusnya, juga mencerna dan

menyalakan mesin pengering.

2.3.1 Pengenceran / Ekstraksi Pencucian

Metode pencucian yang paling sederhana adalah dengan pengenceran dan

ekstraksi.Pada tahap pertama, pakan pulp dicampur dengan cairan pencuci, setelah

filtrat diekstraksi lalu pulp dikeluarkan.Pengenceran / ekstraksi pencucian tidak

efektif kecuali dilakukan berkali-kali.Secara teori, sejumlah tahap pengenceran /

ekstraksi yang tak terbatas diperlukan untuk membawa konsentrasi dalam

(17)

rendah, dan terutama bergantung pada konsistensi dimana pulp diencerkan dan

dikentalkan.Hal ini juga tergantung pada sejauh mana zat terlarut diserap pada serat

dan waktu yang dibutuhkan agar zat terlarut menyebar dari serat. Pabrik pulp modern,

tidak ada ruang untuk pengenceran / ekstraksi sebagai proses pencucian terpisah.

Namun demikian, fenomena pengenceran terjadi ketika alasan proses memerlukan

pengenceran, baik untuk pemisahan serat selama penyaringan, bahkan untuk

distribusi serat dizona pembentuk matrik mesin pencuci, atau untuk pencampuran

bahan kimia yang homogen.

2.3.2 Pencucian Multi Stage

Seringkali, satu tahap pencucian saja tidak cukup untuk melakukan pencucian yang

dibutuhkan. Dalam kasus seperti ini, pencucian multi stage harus dilakukan baik pada

sejumlah mesin pencuci secara seri, atau pada satu potong peralatan pencucian multi

stage. Dalam sistem multi stage, penghilang zat terlarut maksimum dapat dicapai jika

pulp dicuci pada setiap tahap dengan air tawar. Namun metode multi, tahap pencuci

menghasilkan sejumlah filtrat sangat encer yang sangat besar, dan ada disana. (Sixta,

2006)

2.3.3 PemutihanPulp

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang

dimaksudkan untuk memperbaiki brigthness dan pemurnian dari pulp. Hal ini dicapai

(18)

pada pulp oleh karena itu harus dihilangkan atau diputihkan. Tujuan utama proses

pemutihan secara umum dapat diringkas sebagai berikut:

2. Memperbaiki brigthness

3. Memperbaiki kemurnian

4. Degredasi serat selulosa seminimum mungkin

Pengurangan kandungan resin di dalam pulp juga faktor lain yang penting dalam

proses pemutihan.

2.4 Teori Pemutihan Pulp

Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang

tersisa penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan

mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, jadi menghasilkan kualitas

pulp yang rendah oleh karena itu, proses pemasakan agar benar-benar cukup dimana

proses penghilangan lignin dengan bahan kimia, umumnya memiliki suatu dampak

terhadap dekomposisi dari lignin. Pada normalnya proses penghilangan lignin adalah

melarutkan pulp kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk lignin

merupakan kehilangan sebahagian dari hasil dari proses pemutihan, yang mana ini

adalah 5% sampai dengan 10%( dihitung mulai dari pulp yang telah selesai dimasak),

(19)

2.4.1 Bahan Kimia Proses Pemutihan

1. Sodium Hidroksida (NaOH)

Pada saat khlorin bereaksi dengan lignin dan resin, sebagaian besar saja yang

dihasilkan tersebut larut dengan air. Karena khlorinat lignin dan resin sangat mudah

larut dalam larutan alkali, perlakuan alkali menyusul setelah proses khlorinasi.

Sodium hidroksida(caustik soda) merupakan salah satu alkali kuat yang ada.

2. Oksigen ()

Gas oksigen digunakan sebgai suatu zat pemutih bersama-sama dengan alkali pada

tahap ekstraksi.Gas ksigen memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan.Hal ini

mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap lingkungan.

3. Sodium hypoklorit(NaOCl)

Hypoklorit adalah persenyawaan kholrin yang pertama digunakan untuk proses

pemutihan (biasanya disebut Hypo) rumus kimia Sodium hypoklorit adalah (NaOCl).

Sodium hypoklorit dibuat dari khlorin dan caustik soda senyawa ini merupakan

larutan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat dengan

kenaikan dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali(NaOCl).

4. Khlorin Dioksida (���)

(20)

ini memiliki keunikan yang sangat mengoksidasi bahan yang bukan selulosa dengan

kerusakan pada selulosa yang mininum.Brightness tinggi yang dihasillkan dengan

khlorin dioksida adalah stabil.Pada bleaching plant khlorin dioksida digunakan

sebagai suatu larutan gas didalam air. (Sirait,2003)

5 Tahap-tahap pada proses pemutihan (Bleaching)

1. Substitusi Klorin Dioksida Pada Tahap Pertama (Do)

Awalnya klorin dioksida menggantikanhipoklorit pada tahap

selanjutnya pada proses pemutihan untuk mencapai brightness pulp yang

tinggi tanpa mengalami degradasi. Secara substansial substitusi dengan

klorin dioksida memiliki banyak keuntungan:

- Pemakaian bahan kimia sedikit

- Hasil tinggi

- Biaya lebih rendah

- Kekuatan pulp lebih tinggi

- Zat pengotor dan shive sedikit

- Brightness stabil

- sedikit resin pada limbah

- warna lebih rendah

selama proses pemutihan beberapa klorin dioksida membentuk ion-ion

klorat yang tidak akan bereaksi dengan lignin. Pemakaian klorin dioksida

menghasilkan lebih banyak lignin yang teroksidasi dan sedikit substitusi

terhadap klorin ,jadi sedikit klorolignin dan asam klorida yang terbentuk.

Hal ini dapat menyebabkan sedikit natrium hidroksida yang di butuhkan

(21)

2. Tahap Oksidasi Ekstraksi (EOP)

Tahap ini merupakan tahap pemurnian dari tahap klorinasi. Tujuan

utama dari alkali ekstraksi adalah melarutkan komponen-komponen

penyebar warna yang kemungkinan besar larut dalam alkali yang hangat

berdasarkan kerja bahan-bahan kimia yang digunakan terhadap sebagian

proses pemutihan.

Sebagai suatu ketetapan 0,5 kali dari klorin yang duberikan merupakan

persentase NaOH yang dipakai pada tahap ini. Sebagai contoh, jika

penambahan klorin adalah 5% pulp, kemudian penambahan caustic yang

diberikan terhadap pulp menjadi berkurang. Apabila pada proses

penambahan oksigen naik maka delignifikasi EO meningkat.

3. Tahap Pertama Klorin dioksida (tahap DJ)

Tahap ini merupakan tahap ketiga dari proses pemutihan. Klorin

dioksida adalah suatu bahan pemutihan yang unik memurnikan pulp dan

memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat kekuatannya. Dosis klorin

dioksida tergantung kualitas pulp yang masuk dan brightness akhir yang

diinginkan, dan tahap ini merupakan tahap akhir pada proses pemutihan

(Bleaching).

2.3 Pengujian dan Analisa Pada Proses Pemutihan (Bleaching)

Beberapa pengujian yang dilakukan dalam laboratorium untuk mencapai

spesifikasi terhadap kualitas pulp yaitu:

a. Bilangan Kappa

Pengujian ini mengindikasikan kandungan lignin dan kemampuan pulp

tersebut untuk diputihkan.Pengujian ini didasarkan kepada reaksi kalium

permanganat (KMnO4). Normalnya pulp coklat dan pulp setelah melewati

(22)

b. Viskositas

Pengujian terhadap viskositas dilakukan untuk menentukan kekentalan

yang dimiliki oleh pulp.Pengujian mengevaluasi derajat polimerisasi dari

pada selulosa atau degradasi dari pada serat selulosa. Pada proses pemutihan

dissolving pulp, kondisi-kondisi proses dan bahan kimia yang diberikan

adalah dirancang untuk mengendalikan derajat polimerisasi menuju tingkat

yang di kehendaki dan pengujian viskositas sangatlah penting. Pemeriksaan

meliputi penentuan viskositas larutan pulp di dalam kupraetilen diamin atau

kuppramonium.

c. Pemutihan (Brightness)

Brightness pulp diukur pada tahap yang berbeda-beda didalam proses

pemutihan. Tujuannya adalah untuk mencapai Brightness yang spesifik

terhadap pulp yang dihasilkan.Sebuah alat pengukur tingkat refleksi atau

pengukur brightness digunakan di laboratorium untuk mengukur Brightness

contoh pulp dibuat dalam lembaran.Ini memantulkan cahaya yang diukur

dan dinyatakan sebagai persen dari pada Magnesium oksida.Pengukuran ini

bertujuan untuk mengendalikan dosis bahan kimia pada tahap ini.(Sirait,

Gambar

Table 1. Komposisi Unsur Kayu
Tabel 2. Unsur-Unsur Organik Kayu
Gambar 2.2 Pulp

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari Karya Ilmiah ini adalah “Hubungan antara pH dengan Temperatur pada Brightness dalam tahap EoP Bleaching Pulp Dissolving PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea”..

Khlorin bereaksi dengan lignin secara Oksidasi dan substitusi. Reaksi-reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap Khlorinasi. Khlorin

Pulp ( Bubur keras ) merupakan bahan baku untuk pembuatan kertas, komponen kimia bahan selulosa merupakan komponen penyusun utama, sedangkan komponen lainnya yang berikatan

Di gunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab dapat mengoksidasi bahan yang bukan merupakan selulosa dengan kerusakan pada selulosa yang minimum, dan

Pemeriksaan terhadap klorin yang tersisa didalam stock pulp pada tahap proses klorinasi dan klorin dioksida dilakukan untuk mengendalikan dosis bahan kimia. Contoh yang

UNIT BLEACHING PADA PEMBUATAN PULP PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk –

Di gunakan untuk memutihkan pulp y ang berkualitas sebab dapat mengoksidasi bahan yang bukan merupakan selulosa dengan kerusakan pada selulosa yang minimum, dan

ClO 2 adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses pemutihan ini biasanya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan berwarna