• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara pH Dengan Temperatur Pada Brightness Dalam Tahap EoP Bleaching Pulp Dissolving PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara pH Dengan Temperatur Pada Brightness Dalam Tahap EoP Bleaching Pulp Dissolving PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA pH DENGAN TEMPERATUR PADA BRIGHTNESS

DALAM TAHAP EoP BLEACHING PULP DISSOLVING PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

HELEN G SITUMORANG 092401102

PROGRAM STUDI D III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA pH DENGAN TEMPERATUR PADA BRIGHTNESS

DALAM TAHAP EoP BLEACHING PULP DISSOLVING PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

HELEN G SITUMORANG

092401102

PROGRAM STUDI DIII KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : : HUBUNGAN ANTARA pH DENGAN TEMPERATUR PADA BRIGHTNESS DALAM TAHAP EoP BLEACHING PULP DISSOLVING

Koordinator Program Kimia Industri Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar , M.Si Dra.Saur LumbanRaja,M.Si

NIP:195512181987012001 NIP:195506231986012002

Departemen Kimia FMIPA USU

(4)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA pH DENGAN TEMPERATUR PADA BRIGHTNESS

DALAM TAHAP EoP BLEACHING PULP DISSOLVING PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

HELEN G SITUMORANG

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya yang begitu besar hingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Adapun judul dari Karya Ilmiah ini adalah “Hubungan antara pH dengan Temperatur pada Brightness dalam tahap EoP Bleaching Pulp Dissolving PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea”

Karya Ilmiah ini merupakan hasil praktek kerja lapangan di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk,Porsea. Dan merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan study pada program study Diploma Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis Bapak J.Situmorang dan ibu T.Tambunan tersayang yang telah memberikan dukungan moril dan materil dan juga kepada abang dan kakak penulis (Sahat, Lina dan adik saya Sulastri yang tetap setia membantu dan mendukung penulis)

2. Ibu Dra. Saur Lumban Raja.M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan,M.S selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Emma Zaidar, M.S selaku ketua program studi D III Kimia Industri

5. Dr. Sutarman, M.Sc selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

6. Pembimbing lapangan di PT Toba Pulp Lestari Bapak Suhunan Sirait, Bapak Mestika Nugraha, Bapak Rikson Sitorus, dkk.

7. Sahabat-sahabatku Tini, Amry, Panca, Johannes, Vermadi, Nimrod dan juga anak Kimia Indstri stambuk 09 yang selalu memberi dorongan kepada penulis dalam mengerjakan Karya Ilmiah ini

(6)

9. Teristimewa teman seperjuangan PKL di toba pulp lestari, Fermadi, Eva dan juga Florida Semoga kita berhasil dan tetap mengandalkan Tuhan dalam mencapai angan dan cita - cita kita.

Penulis menyadari bahwa Karya Imiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.

Akhir kata, Penulis berharap kiranya Karya Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2012

(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa tentang hubungan antara pH dengan temperatur terhadap

brightness dalam tahap EoP pada bleaching. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 12 kali dalam 1 hari dengan range waktu setiap 2 jam. Analisa yang dilakukan adalah pengaruh pH dan suhu dan hubungannya terhadap brightness pulp. Batas pH yaitu antara 10 – 11,5 dan batas temperatur yaitu antara 700C - 900C. Dari hasil analisa yang dilakukan maka diperoleh bahwa pH dan temperatur adalah berbanding lurus terhadap brightness.

(8)

THE RELATION BETWEEN pH AND TEMPERATURE IN BRIGHTNESS

ON EoP STAGE BLEACHING DISSOLVING PULP

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

ABSTRACT

(9)
(10)

2.4.3. Unit Pencucian dan Penyaringan ( washing dan screening ) 15

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 37

4.1 Hasil 37

4.2 Pembahasan 41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Data komposisi unsur kayu 6

Tabel 4.1 Data pH terhadap brightness 40

(12)

DAFTAR SINGKATAN

BKP

: Bleach Kraft Pulp

BL

: Black Liquor

DCS

: Distribusi Control System

DKP

: Dissolve Kraft Pulp

ECF

: Element Chlorine Free

HD

: High Density

MC

: Medium Consistency

MFB

: Multi Fuel boyler

MSW

: Multi Stage Washing

PHK

: Pre-Hydrolisis Kraft

(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa tentang hubungan antara pH dengan temperatur terhadap

brightness dalam tahap EoP pada bleaching. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 12 kali dalam 1 hari dengan range waktu setiap 2 jam. Analisa yang dilakukan adalah pengaruh pH dan suhu dan hubungannya terhadap brightness pulp. Batas pH yaitu antara 10 – 11,5 dan batas temperatur yaitu antara 700C - 900C. Dari hasil analisa yang dilakukan maka diperoleh bahwa pH dan temperatur adalah berbanding lurus terhadap brightness.

(14)

THE RELATION BETWEEN pH AND TEMPERATURE IN BRIGHTNESS

ON EoP STAGE BLEACHING DISSOLVING PULP

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kayu merupakan bahan mentah yang sangat tua, terutama digunakan untuk

pembuatan kertas, tetapi bisa juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti

rayon ( bahan baku tekstil ). Pulp merupakan komoditi yang dapat menunjang

perekonomian di Indonesia. Hal ini lah yang menjadi alasan PT.Toba Pulp Lestari,

Tbk yang terletak di Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Porsea.

Pulp adalah hasil pemisahan serat selulosa dari bahan baku kayu PT.Toba Pulp

Lestari Tbk, sebagai salah satu pabrik pembuatan pulp yang berskala besar di

Indonesia, menggunakan proses Sulfat atau lebih dikenal dengan proses kraft

menggunakan white liquor ( lindi putih ) sebagai cairan pemasak. Dalam proses ini

bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pulp yaitu Eucalyptus, dimana

perusahaan memiliki Departemen Kehutanan yang ditanami dengan tanaman

Eucalyptus pada area yang begitu luas dan akan dapat digunakan kira – kira 7 – 8

tahun dengan diameter 10 – 40 meter dengan panjang maksimum 7,0 meter

Proses pembuatan pulp ada dua macam yaitu secara kimia (chemical pulping) dan

proses mekanikal (mechanical pulping). Tetapi dalam bab ini akan dibahas secara

(16)

terbuat umumnya terbuat dari kayu atau lebih tepatnya dari serat kayu dicampur

dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi dan penguat kertas.

( Fengel, 1995 )

Proses pembuatan pulp dimulai dari penyediaan bahan baku, dengan cara

mengambil dari hutan tanaman industri kemudian disimpan dengan tujuan untuk

pelapukan dan persediaan bahan baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan Log.

Kemudian log di kupas kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Barking

Drum.

Setelah itu log melewati stone trap ( alat yang berbentuk silinder berfungsi

untuk membuang batu yang menempel pada log ), setelah itu log dicuci.

Log yang sudah bersih ini kemudian di iris dengan menggunakan alat chipper menjadi

potongan-potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim ke

penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai dengan yang tidak. Chip

yang standar disimpan ditempat penampungan.

Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak

(digester). Pertama di kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam

di steaming vessel. chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut dengan

cooking liquor.

Tahap selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap kemudian dicuci dengan tujuan

untuk memisahkan cairan sisa hasil pemasakan dan mengurangi dampak terhadap

lingkungan.

Proses selanjutnya pulp di saring (screeaning) agar terbebas dari bahan-bahan

pengotor yang dapat mengurangi kualitas pulp. Proses akhir dari penyaringan berada

(17)

Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida

(NaOH) di dalam delignification tower sebelum di cuci didalam washer.

Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia

pada tahap pengelantangan (bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta

memutihkan pulp.

Bubur kertas ini kemudian dikelantang (bleaching) dengan bahan kimia di dalam

proses bleaching untuk mencapai derajat keputihan sesuai standar ISO. Pulp

kemudian disimpan atau dikirim ke pulp machine untuk diolah menjadi kertas.

( Anonim, 2003 )

Pengamatan tentang pengaruh pH dan temperatur terhadap Brightness pada

tahap EoP pada bleaching, dimana semakin tinggi pH maka brightness pulp yang

dihasilkan akan semakin baik, sebaliknya semakin rendah pH maka brightness pulp

yang dihasilkan akan kurang baik, demikian juga dengan temperatur. Semakin tinggi

temperatur maka brightness pulp yang dihasilkan akan semakin baik sebaliknya

semakin rendah temperatur maka brightness pulp yang dihasilkan kurang baik.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik mengambil judul:

(18)

1.2. Permasalahan

Proses pemutihan ( bleaching ) adalah proses yang sangat diperhatikan pada proses

pengolahan pulp dan yang paling dikontrol adalah kekuatan serat pulp. Bleaching

bertujuan untuk meningkatkan derajat keputihan pada pulp dengan mendegradasikan

sisa lignin pada pulp.

Dari uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

Bagaimana hubungan antara pH dengan Temperatur terhadap brightness dalam tahap

EoP bleaching pulp dissolving

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara pH dengan temperatur terhadap brightness dalam

tahap EoP bleaching pulp dissolving

1.4. Manfaat

Untuk menambah wawasan penulis mengenai industri pulp dan pengolahan nya

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kayu

Kayu merupakan bahan mentah yang sangat tua, beribu – ribu tahun yang lalu, ketika

hutan lebat menutupi kawasan yang luas dipermukaan bumi. Orang – orang primitif

menggunakan kayu untuk bahan bakar dan perkakas. Karena kayu merupakan bahan

alami, berfungsi sebagai penguat batang, cabang dan akar dari pohon atau tanaman

lainnya. Kayu tidak hanya digunakan untuk bahan bangunan tetapi juga semakin

penting sebagai bahan mentah kimia untuk pembuatan arang, ter, getah dan lain – lain.

Tabel 2.1 Komposisi kimia kayu

Unsur % Berat Kering

Karbon C 49

Hidrogen H2 6

Oksigen O2 44

Nitrogen N2 <1

Unsur Anorganik Na, Ca,K,Mg,Si <<1

(20)

Kayu merupakan bahan dasar yang sangat modern,kubah – kubah kayu yang

besar dan perabot rumah yang indah membuktikan kegunaan dan keindahannya.

Bahkan dalam bentuk alih seperti kayu lapis, papan serat kayu menjadi bahan

bangunan yang sangat berharga. Disamping itu, kayu merupakan bahan dasar pulp dan

kertas, serat, film, aditif dan banyak produk – produk lainnya. ( Fengel,1995 )

2.2. Sifat Kimia Kayu

Secara kimia,kayu terdiri dari komponen karbohidrat misalnya selulosa dan

hemiselulosa, dan terdiri dari non karbohidrat misalnya lignin dan zat ekstraktif.

Komposisi dan sifat – sifat kimia dari komponen – komponen ini sangat berperan

dalam proses pembuatan pulp. Secara umum, hard wood mengandung lebih banyak

selulosa, hemiselulosa, dan ekstraktif dibanding dengan soft wood, tetapi kandungan

ligninnya sedikit.

a.Selulosa

Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel dari pada kayu.

Merupakan polimerisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat yang

mempunyai persen komposisi yang mirip dengan starch yaitu glukosa yang

terhidrolisa oleh asam .

b.Hemiselulosa

Hemiselulosa merujuk pada

(21)

polisakarida yang dapat

anggapan, yang ternyata diketahui tidak benar, bahwa hemiselulosa merupakan

senyawa prekursor (pembentuk)

Hemiselulosa juga merupakan polimer – polimer gula, berbeda dengan glukosa

yang terdiri dari polimer glukosa. Hemiselulosa merupakan polimer dari lima bentuk

gula yang berlainan yaitu : glukosa, manosa, galaktosa,xylosa, dan arabinosa.

Rantai hemiselulosa lebih pendek dibandingkan dengan rantai selulosa karena

hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah. Molekul

hemiselulosa terdiri dari 300 unit gugus gula.

c.Lignin

Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen penyus

bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin terutama terakumulasi

pada

sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa

berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).

Setelah selulosa, lignin merupakan zat organik polimer yang banyak dan

penting dalam dunia tumbuhan. Penyatuan lignin kedalam dinding sel tumbuhan

memungkinkan lignin menguasai permukaan bumi. Lignin menaikkan sifat – sifat

kekuatan mekanik sedemikian rupa sehingga tumbuhan yang besar misalnya pohon

(22)

Jumlah lignin yang terdapat dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi,

disamping itu distribusi lignin didalam dinding sel dan kandungan lignin bagian

pohon yang berbeda tidak sama. Sebagai contoh kandungan lignin yang tinggi adalah

khas untuk bagian batang yang paling rendah, paling tinggi dan paling dalam, untuk

cabang kayu lunak, kulit dan kayu tekan. Kandungan lignin dalam daun jarum dan

daun lebar dikatakan tidak tentu, terkadang timggi atau rendah, kemungkinan

tergantung pada keadaan perkembangannya.

d.Zat Ekstraktif

Istilah ekstraktif kayu meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat

diekstraksi dari kayu dengan menggunakan pelarut polar dan non – polar. Dalam arti

yang sempit, ekstraksi merupakan senyawa – senyawa yang larut dalam pelarut

organik, dan dalam pengertian ini nama ekstraktif digunakan dalam analisis kayu,

tetapi senyawa – senyawa karbohidrat dan anorganik yang larut dalam air juga

termasuk dalam senyawa yang dapat diekstraksi.

Kayu biasanya mengandung berbagai zat – zat dalam jumlah yang tidak

banyak yang disebut dengan istilah ekstraktif. Zat – zat ini dapat dipisahkan dari kayu

dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik seperti eter atau alkohol.

Kebanyakan dari ekstraktif ini terpisahkan dalam proses pembuatan pulp dengan cara

(23)

2.3. Teori Umum Pulp

Pulp adalah produk utama kayu, yang terutama digunakan untuk pembuatan kertas,

tetapi juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa seperti sutera rayon dan

selofan. Tujuan utama dari pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat –

serat yang dapat dikerjakan secara kimia atau secara mekanik atau dengan kombinasi

dua tipe perlakuan tersebut. Pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan

menjadi tipe – tipe kimia dan kimia mekanik.

Proses pembuatan pulp dapat dilakukan dengan beberapa cara.

2.3.1.Pembuatan pulp dengan proses Mekanik

Proses mekanik merupakan proses pembuatan pulp dengan menggunakan sistem

mekanik tanpa penggunaan bahan kimia, namun hanya menggunakan air.disamping

itu ada beberapa kelemahan pembuatan pulp dengan menggunakan proses kimia yaitu:

- Hanya bisa dilakukan untuk kayu – kayu yang lunak

- Kekuatan kertasnya yang kurang

- Menggunakan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses kimia

Dengan adanya kelemahan tersebut maka proses mekanik ditinggalkan.

(24)

2.3.2. Pembuatan pulp dengan Proses Semikimia

Proses semikimia ditandai dengan adanya penggunaan bahan kimia yang dapat

memurnikan pulp, misalnya natrium sulfat. Yang termasuk dalam proses semikimia

yaitu :

- Proses Soda ( Soda Process )

- Proses Sulfit ( Sulphite Process )

- Proses Sulfat ( Sulphate Process ) / Proses Kraft

2.4. Proses Produksi Pulp ( Kraft Pulping )

Proses sulfat atau kraft merupakan teknik pokok pembuatan pulp alkalis dan

merupakan dasar untuk sejumlah proses alkalis yang dimodifikasi yang meliputi

pembuatan kraft setelah tahap hidrolisis untuk menghasilkan pulp.

Proses sulfat saat ini tidak hanya merupakan proses pembuatan pulp alkalis

yang utama untuk kayu, tetapi sekaligus juga merupakan proses pulp yang paling

penting. Pernyataan pertama terutama didasarkan pada kenyataan bahwa pulp kraft

yang berasal dari bahasa Jerman dan Swedia yang artinya kekuatan atau tenaga.

Diperoleh dalam rendemen yang lebih tinggi dan dengan sifat – sifat yang lebih

unggul bila dibandingkan dengan pulp soda.

Ada beberapa keuntungan utama pembuatan pulp secara sulfat atau kraft yaitu :

- Tuntutan yang rendah terhadap spesies kayu dan kualitas kayu, termasuk

(25)

terhadap jumlah ekstraktif yang tinggi maupun bagian kayu lapuk yang besar

dari sisa – sisa kulit

- Waktu pemasakan yang pendek

- Pengolahan limbah cairan pemasak yang mantap. Termasuk pemulihan bahan -

bahan kimia dalam pembuatan pulp, pembangkitan panas proses, dan produksi

hasil samping yang berharga seperti minyak tall dan dan terpenting dari

spesies pinus

- Sifat – sifat kekuatan pulp yang sangat baik

- Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan harganya

tidak terlalu mahal

- Dampak pencemaran bisa dikatakan rendah

- Pendaurulangan bahan kimia yang sangat efisien

Kekurangan utama dari pembuatan pulp secara sulfat atau kraft yaitu persoalan bau

yang dihasilkan dan juga kebutuhan bahan pengelantang yang tinggi.

( Fengel, 1995 )

2.4.1. Proses persiapan kayu ( Wood Preparation )

Bahan baku untuk pembuatan pulp yang digunakan di PT.Toba Pulp Lestari Tbk.

adalah Eucalyptus .Proses persiapan kayu dimulai dari penebangan kayu dari hutan

yang dikelola oleh perusahaan, kemudian kayu tersebut diantar dengan menggunakan

truk – truk pengangkut kayu. Kemudian kayu dibongkar dengan menggunakan alat

Goliath Crame, ditempatkan di wood yard yaitu pada tempat penimbunan kayu

(26)

Kayu tersebut kemudian mengalami proses yaitu pengulitan kayu, dimana

kayu dipisahkan dengan kulitnya di Debarking drum,kemudian kayu dicuci, dipotong

- potong dengan menggunakan chipper, lalu disaring inilah yang disebut dengan chip.

Kualitas chips yang dipergunakan sebagai bahan baku dalam pemasakan

sangat berpengaruh terhadap kwalitas pulp yang di hasilkan

Kemudian chip ini dikumpulkan di chip file. Sementara kulit kayu yang dipisahkan

tadi dicincang lalu dikirim ke Multi Fuel Boiler ( MFB ) untuk dijadikan sebagai

bahan bakar.

Chip kemudian dikirim dengan menggunakan alat Belt Conveyor ke tungku

pemasakan yang disebut dengan Digester Batch.

( Anonim, 2003 )

2.4.2 Proses Pemasakan ( Digester )

Tujuan dari proses ini yaitu untuk mendegradasi komponen lignin, hemiselulosa dan

ekstraktif untuk memperoleh serat selulosa

Proses pemasakan ini dengan menggunakan steam dan cairan bahan pemasak yaitu

White Liquor (WL).

White liquor adalah sebagai media pemasak terdiri dari beberapa bahan-bahan kimia

yang berupa larutan berair:

1. Natrium Hidroksida (NaOH)

(27)

Temperatur pemasakan dijaga sekitar 170 ºC sampai dicapai derajat delignifikasi yang

telah ditentukan.

Uraian Proses Pengoperasian Digester yaitu :

1. Chips Filling, yaitu chips dimasukkan ke dalam digester dengan menggunakan belt

conveyor. Agar dapat mencapai keseragaman setiap pemasakan, maka harus diketahui

berapa berat serpihan kayu yang dimasukkan kedalam digester, kandungan air pada

chips dan berat jenis keseluruhan kayu.

2. Tahap Prehydrolisis, dilakukan dalam pembuatan DKP (Dissolve Kraft Pulp)

sedangkan pada BKP (Bleach Kraft Pulp) tahap prehidrolisis ini tidak dilakukan, hal

ini disebabkan karena proses pre-hydrolisis bertujuan untuk menghilangkan

hemiselulosa.

Dalam tahap Pre-Hidrolisis dapat dibagi 3 yaitu :

- PHK Rump( Pre-Hidrolisis Kraft Rump )

Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menaikkan suhu hingga 170 0C yaitu

dengan cara menginjeksikan steam secara langsung ke Digester

- PHK Cooking( Pre-Hidrolisis Kraft Cooking )

Pada tahap ini tujuannya adalah untuk mempertahankan temperatur cooking

hingga tercapai nilai P-Factor yaitu 250.dimana P-Factor adalah fungsi

(28)

- PHK Relief( Pre-Hidrolisis Krafr Relief )

Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menurunkan tekanan dengan cara

membuang gas melalui relief gas condensor yang terletak di bagian atas

digester.

3. Pengisian Liquor, yaitu pemasakan cairan pemasak yang terdiri dari lindih putih

dan lindih hitam, persentase dari bahan kimia pemasak yang digunakan tergantung

dari pada derajad pemasakan yang dipertimbangkan. Proses pemasakan akan

berlangsung setelah pengisian white liquor dan black liquor, dimana white liquor

berasal dari recaustizing section sedangkan black liquor berasal dari filtrat tank

washer D0 di washing dan screening.

4.Cooking, proses pemasakan liquor secara tidak langsung yaitu dengan mengalirkan

uap kedalam digester dengan uap tekanan menengah. Larutan pemasak diedarkan dari

bagian tengah digester dan disebarkan kebagian atas melalui alat penukar panas yang

disebut liquor heater. Larutan pemasak dipanaskan secara tidak langsung didalam

liquor heater oleh steam yang mempunyai tekanan sedang, dan suhu 100 0C ke 170

0

C. Kira – kira 35 ton steam dipakai untuk memasak satu digester atau sama dengan

175 ton steam per ton pulp yang diproduksi. Kemudian kondensat ini ditampung pada

tangki kondensat kotor yang selanjutnya akan dibuang ke parit dan akan menimbulkan

warna dan bau tidak enak di sekeliling nya.

Temperatur dan waktu pemasakan merupakan dua faktor yang saling

berpengaruh,kalau dalam pemasakan dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi

(29)

5. Blowing, akhir dari pemasakan, dimana bubur pulp yang dihasilkan dialirkan ke

dalam blow tank dengan membuka katup pada jalur pulp yang akan dihembuskan dari

digester ke blow tank. Saat itu tekanan di digester turun hingga tekanan atmosfer.

Maka penurunan tekanan akan menghasilkan gas blow yang menuju heat recovery

system untuk menghasilkan air panas. Pada operasi normal penghembusan dilakukan

tiap 15 menit.

2.4.3.Unit Pencucian dan Penyaringan ( Washing Dan Screening )

Washing merupakan sebuah sistem alat pencuci berputar yang terdiri dari saringan

yang menutupi silinder yang berputar didalan vat. Tujuannya yaitu untuk mencuci

pulp dari hasil degradasi lignin ( black liquor ).

Prinsip yang digunakan pada tahap ini adalah menggunakan air yang sedikit

mungkin dengan tingkat kebersihan pulp yang dihasilkan setinggi mungkin. Air

pencuci menggunakan shower yang disemprotkan dipermukaan bubur kayu secara

terus menerus dan airnya tersebut turun ke ketangki filtrat dengan menggunakan

vakum.

Pencucian pada pulp menggunakan hot water dan condensate, kemudian

Pencucian dilakukan berulang ( Multi Stage Washing ),air dapat kembali digunakan

untuk mengurangi polusi.

Pulp berwarna coklat dari digester plant selanjutnya disaring ( screening )

(30)

kasar yang tidak terurai (Shives). Pulp hasil pencucian dan penyaringan ini dikirim

ke unbleach tank. ( Anonim, 2003 )

2.4.4.Unit Pengelantangan ( Bleaching )

Proses pengelantangan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan

yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal

ini dicapai dengan cara menghilangkan atau mengelantang bahan pewarna yang

tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk

menghasilkan warna pada pulp, oleh karena itu harus dihilangkan atau

dikelantang.

Tujuan dari proses pengelantangan ( bleaching ) yaitu :

- Memperbaiki brigthness

- Memperbaiki kemurnian

- Degredasi serat selulosa seminimum mungkin.

Warna pada pulp yang belum dikelantang umumnya disebabkan oleh lignin yang

tersisa, akan lebih banyak lignin yang dihilangkan pada proses pemasakan, tetapi akan

mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, yang akan menghasilkan

kualitas pulp yang rendah. Oleh karena itu, hal ini penting menghentikan proses

pemasakan agar benar – benar cukup dan melanjutkan proses penghilangan lignin

dengan bahan kimia, yang mana umumnya memiliki suatu dampak terhadap

dekomposisi dari lignin. Bahan kimia ini dapat juga digunakan secara langsung pada

(31)

Tingkat kemasakan dimana proses pemasakan dihentikan dan dari titik mana

proses pengelantangan dimulai, terutama bergantung kepada kualitas pulp yang ingin

diproduksi, dan juga pada harga kayu, bahan – bahan kimia dan energi. Untuk tujuan

proses pengelantangan adalah bermanfaat memasak pulp pada tingkat pemasakan

yang seragam mungkin. Pada normalnya dalam proses pengelantangan lignin adalah

melarutkan pulp ke bentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk – bentuk lignin

merupakan kehilangan sebahagian dari hasil pada proses pengelantangan.

Bubur kertas ini kemudian dikelantang (Bleaching) dengan bahan kimia di

dalam proses bleaching bertujuan untuk mencapai derajad keputihan sesuai standart

ISO. Pada bagian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu DO – EoP – D1 – D2.

a. Tahap D0 ( Klorinasi ) : menggunakan bahan pengelantang ClO2

b. Tahap EoP ( ekstraksi alkali ) : menggunakan bahan pengelantang O2, NaOH, dan

H2O2

c. Tahap D1 ( Klorin Dioksida) : menggunakan bahan pengelantang ClO2

d. Tahap D2 ( Klorin Dioksida ) : menggunakan bahan pengelantang ClO2

Bleaching merupakan unit pemutihan pulp dimana lignin yang masih terdapat

dalam unbleachedpulp dengan menggunakan bahan kimia pemutih yaitu cairan klorin

dioksida (ClO2), cairan Hidrogen Peroksida (H2O2), gas Oksigen, dan cairan Caustic

(32)

2.4.4.1. Tahap Klorinasi (D0)

proses pemutihan tahap pertama yaitu menghilangkan menguraikan sebagian

kandungan lignin yang terdapat dalam unbleached pulp dengan menggunakan bahan

kimia ClO2. Proses pemutihan pada tahap ini, bahan yang digunakan dengan jenis

Element Chlorine Free ( ECF ), dimana tidak menggunakan unsur klor ( Cl2 ) murni

tetapi menggunakan senyawa Klorin Dioksida ( ClO2 ).

Pada proses klorinasi terhadap pulp, gas klorin harus larut dan bereaksi secara

menyebar terhadap serat pulp. Reaksi klorin dengan lignin adalah sangat cepat

dimana klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan substitusi. Reaksi – reaksi

ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap

klorinasi.

Substitusi : Cl2 + ( lignin ) ( lignin ) – Cl + HCl

Oksidasi : Cl2 + ( lignin ) ( lignin teroksidasi ) + 2HCl

Tahap pemutihan dengan klorin dioksida menghasilkan derajad putih pulp

(brightness) yang tinggi. Keuntungan dari perlakuan ini adalah bahwa klorin dioksida

menghancurkan lignin tanpa merusak selulosa. Pada proses Khlorinasi, lignin

sebagian terlarut dalam air dan lebih bagus lagi larut pada tahap perlakuan dengan

menggunakan alkali

Klorin dioksida merupakan zat pemutih yang sangat efektif menguraikan

(33)

Pada proses khlorinasi terhadap pulp, gas klorin harus larut dan bereaksi secara

menyebar terhadap serat pulp.

selanjutnya dicuci dan disaring untuk memisahkan cairan kimia dan kandungan lignin

dari pulp nya, kemudian pulp nya dikirim ketahap pengelantangan berikutnya.

( Anonim, 2003 )

2.4.4.2.Tahap Ekstraksi Alkali ( EoP )

Tahap EoP secara normal adalah tahap kedua pada pabrik pengelantang dengan

banyak tahapan dan ini merupakan tahap pemurnian dari tahap khlorinasi. Tujuan

utama dari alkali ekstraksi adalah melarutkan komponen – komponen penyebab warna

yang kemungkinan besar larut dalam larutan alkali yang hangat berdasarkan kerja dari

bahan – bahan kimia yang digunakan terhadap sebahagian proses pengelantangan.

Kelarutan khlorinat dari lignin yang teroksidasi, dan komponen – komponen warna

lainnya meningkatkan tingkat keputihan dalam tahap pengelantangan berikutnya.

Pulp yang sudah dicuci di washer D0 dilakukan penambahan Natrium

Hidroksida ( NaOH ) untuk menaikkan pH, kemudian dihomogenkan di HD mixer

dengan penambahan air dengan steam, kemudian pulp masuk ke feed tank untuk

selanjutnya dimasukkan ke proses ekstraksi ( EoP ). Menara ekstraksi EoP ini dibuat

dari logam karbon dengan kapasitas 235 m3, diameter 3,7 m, tinggi 23,5 m. Pada

menara ekstraksi terjadi penambahan hidrogen peroksida ( H2O2 ) saat pemompaan

diikuti penambahan oksigen ( O2 ) dengan cara penyuntikan. Proses menara EoP

berlangsung selama 60 – 70 menit dengan temperatur 70 0C– 90 0C serta pH 10 – 11,5

(34)

Adapun variabel – variabel yang berperan penting pada proses ekstraksi

sebagai berikut :

a.pH

( Derajad keasaman ) pH memiliki pengaruh yang besar terhadap proses degradasi

kandungan pulp. Pada menara ekstraksi kandungan lignin dan ekstraksi kayu harus di

hilangkan semaksimal mungkin. Dengan penambahan caustic soda pH dinaikkan

hingga berkisar 10 – 11,5. Penghilangan lignin dan ekstraktif tidak akan sempurna

dengan pH dibawah 10, akan tetapi dengan pH diatas 10 maka akan dapat

mendegradasi serat selulosa.

Derajat keasaman ( pH ) digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau

+) yang terlaru

diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.

Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan

standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.

Konsep pH pertama kali diperkenalkan ole

"p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan

untuk power p (pangkat), yang lainnya merujuk kata

berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential.

mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada ta

(35)

7,0. Larutan dengan pH kurang dari pada tujuh disebut bersifat

dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat

sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri

pengolahan kimia seperti

( keteknikan ), da

juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah

Asam dan basa adalah dua ekstrim yang menggambarkan bahan kimia

properti. Mencampur asam dan basa dapat membatalkan atau menetralkan efek

ekstrim mereka. Sebuah substansi yang bukan asam atau dasar adalah netral.

Skala pH mengukur seberapa asam atau dasar zat adalah. Skala pH berkisar 0-14.

Sebuah pH 7 adalah netral. Sebuah pH kurang dari 7 bersifat asam. Sebuah pH lebih

dari 7 adalah basa.

Air murni adalah netral. Tapi ketika bahan kimia yang dicampur dengan air,

campuran bisa menjadi baik asam atau basa. Contoh zat yang bersifat asam adalah

cuka dan jus lemon. Lye, susu magnesium, dan amonia adalah contoh dari zat basa.

Konsentrasi ion hidrogen dan ion hidroksida tidak langsung diberikan oleh sejumlah

pH. Derajat keasaman ( pH ) didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi

ion hidrogen persamaan tersebut.Logaritma dari angka yang merupakan kelipatan dari

(36)

Air adalah zat yang membuat banyak dari kimia yang terjadi di tubuh kita dan

di sekitar kita. Tapi kebanyakan orang mengambil untuk diberikan sifat-sifat kimia

air. Telah diketahui bahwa molekul air terus bergerak. Dan perlu diingat bahwa setiap

molekul air membawa muatan dipol, atau bersih, di seluruh molekul. Seperti kita lihat

dalam

berperilaku seperti sebuah magnet kecil dengan ujung positif dan negatif. Hal ini

menyebabkan dipol molekul air akan tertarik satu sama lain; hidrogen positif tertarik

ke oksigen negatif dari molekul di dekatnya. Karena atom oksigen dalam air

cenderung memonopoli elektron dalam molekul, proton hidrogen hanya longgar

diadakan untuk molekul. Daya tarik antara molekul air yang berdekatan

memungkinkan mereka untuk menukar proton hidrogen.

Asam basa kimia adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Ion-ion

hidronium kelebihan asam memberi mereka sifat menarik. Asam dapat bereaksi

dengan logam dan bahan lainnya. Asam kuat HCl diproduksi dalam perut Anda untuk

membantu mencerna makanan. Dalam konsentrasi encer, asam bertanggung jawab

atas rasa asam dari lemon, jeruk nipis, cuka dan zat lainnya. Basis juga sangat reaktif.

Dasar yang kuat NaOH digunakan dalam rumah tangga banyak agen pembersih

seperti pembersih oven dan tiriskan menyumbat-remover. Tapi bagaimana mengukur

konsentrasi asam atau basa,

Keasaman ( kebasaan ) suatu larutan diukur dengan menggunakan skala pH.

(37)

b.Temperatur

Brightnees yang diinginkan pada tahap EoP adalah pada saat temperatur kira – kira

700C – 90 0C. Jika temperatur berada diatas 90 0C maka akan menghasilkan pulp yang

akan rapuh.

Keuntungan – keuntungan dengan menggunakan temperatur 70 – 90 0C :

- Jika temperatur 700C– 900C akan mengurangi korosi pada alat pencuci,

masalah – masalah gas khlorin dan konsumsi

- Jumlah air dan buangan sedikit

- Pemakaian uap air sedikit

Klorin dioksida bereaksi sangat cepat pada temperatur rendah terhadap pulp

yang mengandung sejumlah lignin. Bagaimana pun pada saat sebahagian besar

lignin telah dioksidasi, lignin yang tersisa adalah lebih sulit dihilangkan. Untuk

mengoksidasi sebahagian kecil lignin tersebut dicapai pada tahap berikutnya, suatu

temperatur yang tinggi harus digunakan untuk memperoleh tingkat brightness

yang maksimum dengan jumlah klorin dioksida yang sedikit. Temperatur yang

lebih tinggi, brightness nya lebih tinggi. Selama penambahan klorin dioksida yang

ditambahkan tidak semuanya dikonsumsi. Kenaikan brightness setiap satuan

konsumsi klorin adalah hampir tetap, akan tetapi jumlah klorin dioksida yang

dikonsumsi lebih besar dalam memproduksi suatu penambahan satuan brightness

seperti pencapaian brightness pada tingkat yang lebih tinggi. ( Suhunan,2003 )

(38)

Keefektifan proses ekstraksi tergantung pada konsentrasi alkali yang digunakan. Suatu

pulp dengan konsistensi yang tinggi maka akan diberikan konsentrasi alkali yang lebih

tinggi pada penerapan bahan kimia yang diberikan

d.Brightness

Ketika lignin sudah keluar dari pulp maka brightness akan meningkat. Hal ini

disebabkan oleh delignifikasi.

e.Waktu Reaksi

Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikan terhadap waktu reaksi pada saat

parameter lainnya tetap dijaga. Hal ini terus menerus akan berkurang setelah suatu

reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada 2 bentuk reaksi untuk menghilangkan

lignin, sebab tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan sebuah akhir

delignifikasi yang lambat. Masing – masing disebut eliminasi lignin yang bersifat

mudah dan eliminasi lignin dengan cara lambat.

2.4.4.3. Tahap Klorin Dioksida (D1)

Pada saat pulp diberikan perlakuan dengan klorin dioksida ini maka akan bereaksi

dengan air dan komponen – komponen pulp. Reaksi ini lambat pada kondisi asam,

dan akan lebih baik pada temperatur tinggi, akan tetapi kecepatan reaksi meningkat

dengan suatu kenaikan terhadap pH. Klorin Dioksida adalah suatu bahan pemutih

bersifat lembut yang hanya akan berpengaruh terhadap lignin dan memberikan

brightness yang tinggi pada pulp tanpa memperlemah kekuatannya. Klorin dioksida

memiliki sebuah elektron yang tidak berpasangan dengan defenisi sebuah radikal

bebas. Sensitifitas dari radikal bebas ini kemungkinan memegang peranan penting

(39)

2.4.4.4. Tahap klorin dioksida (D2)

Suatu kondisi penting selama proses pemutihan dengan Klorin Dioksida adalah sisa

klorin dioksida positif pada saat reaksi telah berakhir. Hal ini dibutuhkan bukan hanya

untuk menghilangkan Shives akan tetapi juga untuk menghindari pengembalian warna,

jika kondisi ini tidak dijaga, pulp kuning akan terjadi. Temperatur yang optimum

untuk pemutihan tahap ini adalah 85 0C, jika temperatur lebih rendah dari pada

ini,klorin yang dikonsumsikan tidak mencukupi untuk mencapai brightness lebih dari

90% ISO. Jika temperatur dinaikkan lebih tinggi, reaksi yang sangat cepat dapat

terjadi bahwa ada suatu resiko terhadap pemakaian semua klorin dioksida sebelum

reaksi berakhir, yang disertai dengan pengembalian warna.

Proses dalam tahap ini yaitu proses pemutihan tahap ke empat dimana

prosesnya sama dengan tahap III dimana pulp dari tahap klorin dioksida diputihkan

kembali supaya mendapat derajad brightness yang lebih tinggi dari tahap III dan

bahan kimia yang digunakan adalah ClO2 pada temperatur 80 0C – 900C selanjutnya

dicuci dan disaring untuk memisahkan cairan kimia dan sisa kandungan lignin dari

pulp nya, kemudian pulp nya dikirim ke Pulp Machine.

2.4.5. Pulp Machine

Pulp machine adalah bagian terpenting dari operasi pabrik pulp yang mana fungsi

utamanya adalah mengambil air sebanyak mungkin tanpa merusak lembaran pulp.

Pulp Machine menghasilkan kekuatan lembaran yang maksimum dan yang

(40)

Setelah dari unit bleaching selanjutnya dikirim Pulp Machine untuk dikeringkan

menjadi lembaran pulp.

Proses di Pulp Machine :

1. Bleach Screening yaitu pembersihan pulp dari kotoran-kotoran

2. Forming Section yaitu membentuk lembaran pulp diatas Fourdrinier Wire

3. Press Section, memadatkan lembaran pulp dengan cara di press

4. Dryer Section, pengeringan lembaran pulp sampai 10% kandungan air

5. Cutter & Layboy,proses pemotongan lembaran pulp dengan ukuran

tertentu

6. Baling Ball, penataan lembaran pulp menjadi bale dan unit setelah

lembaran pulp dibungkus dan diikat pakai kawat selanjutnya siap untuk

dikirim ke pelanggan. ( Suhunan, 2003 )

2.5. Bahan Kimia dalam Proses Pemutihan

a) Sodium hidroksida (NaOH)

Pada saat klorin dioksida bereaksi dengan lignin dan resin , sebagian besar saja

yang dihasilkan tersebut larut dengan air. Karena klorinat lignin dan resin sangat

mudah larut dalam larutan alkali, perlakuan alkali menyusul setelah proses

khlorinasi. Sodium hidroksida (Caustic soda) merupakan salah satu alkali kuat yang

ada. Ini merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.

Natrium hidroksida

(41)

bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi

basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk

pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara

spontan menyera

akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam

walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan

hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

Dalam sebuah industri, khususnya industri kimia kaustik soda atau NaOH

memiliki peranan yang sangat penting dalam proses produksi. Dalam pembuatan pulp

dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen dan sebagai pembersih drain, bahan

ini (kaustik soda) berguna sebagai penetralisir sifat keasaman, oleh karenanya

menjadikan kaustik soda sebagai bahan yang memiliki peranan sangat penting dalam

industri.

Senyawa yang paling banyak ditemukan adalah natrium klorida (garam dapur),

tapi juga terkandung di dalam mineral-mineral lainnya seperti zeolite. Senyawa

natrium juga penting untuk industri-industri kertas, kaca, sabun, tekstil, minyak, kimia

dan logam. Sabun biasanya merupakan garam natrium yang mengandung asam lemak

(42)

Natrium hidroksida adalah pokok dasar dalam industri kimia. Dalam massal

itu yang paling sering ditangani sebagai air solusi , karena solusi lebih murah dan

lebih mudah ditangani.

Natrium hidroksida perlahan bereaksi dengan kaca untuk membent

untuk "membekukan"

panjang untuk natrium hidroksida panas, dan kaca menjadi buram. Natrium hidroksida

tidak menyera

dalam asam, tidak basa). Beberapa

keras dengan natrium hidroksida.

Pada tahun 1986, aluminium

untuk mengangkut larutan natrium hidroksida 25%, menyebabkan bertekanan isi dan

kerusakan kapal tanker. Bertekanan ini disebabkan oleh gas hidrogen yang dihasilkan

pada reaksi antara natrium hidroksida dan aluminium. Tidak seperti NaOH, dengan

hidroksida logam transisi paling tidak larut, dan oleh karena itu sodium hidroksida

Di laboratorium, dengan kontrol yang cermat dari kondisi, logam natrium dapat

diisolasi dari elektrolisis dari monohidrat cair dalam versi suhu rendah da

Monohidrat tidak perlu dipanaskan agar meleleh, seperti proses menghasilkan

cukup panas karena

air cair untuk menciptakan elektrolit konduktif listrik. Seiring dengan peningkatan

(43)

suhu mencapai 100 ° C dapat natrium diisolasi. Di bawah suhu ini, air yang

dihasilkan akan bereaksi dengan natrium, di atas titik ini, air yang terbentuk akan

didorong dari dalam fase uap, menciptakan reaksi dasarnya anhidrat. Sementara

proses ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan proses elektrolitik lain, tidak

disukai oleh ahli kimia yang paling untuk beberapa alasan: kuantitas marjinal natrium

diproduksi mendidih pada antarmuka elektroda, sehingga uap yang dilepaskan

terutama terdiri dari oksida natrium diasapi, yang cenderung menetap pada setiap

permukaan di dekat dengan konsekuensi korosif.

b) Oksigen (O2)

Gas oksigen digunakan sebagai salah satu zat pemutih bersama-sama dengan alkali

pada tahap ekstraksi. Gas oksigen memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan. Hal

ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap

lingkungan.

`Oksigen atau zat asam adal

mempunyai lambang O da

unsur lainnya (utamanya menjadi

atom unsur ini

rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup,

seperti

bentuk O2 dihasilkan dari air oleh

(44)

Oksigen beracun bagi organisme

dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan.

Oksigen adalah unsur ketiga terbanyak yang ditemukan berlimpah di matahari,

dan memainkan peranan dalam siklus karbon-nitrogen, yakni proses yang diduga

menjadi sumber energi di matahari dan bintang-bintang. Oksigen dalam kondisi

tereksitasi memberikan warna merah terang dan kuning-hijau pada Aurora Borealis.

Di laboratorium, oksigen bisa dibuat dengan elektrolisis air atau dengan memanaskan

KClO3 dengan MnO2 sebagai katalis.

Pada

berasa dengan rumus kimia O2, di mana dua atom oksigen secara kimiawi berikatan

dengan

sering dijelaskan secara sederhana sebagai

satu ikatan dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron.

2. Konfigurasi elektron

molekul ini memiliki dua elektron tak berpasangan yang menduduki dua

(melemahkan orde ikatan dari tiga menjadi dua ), sehingga ikatan oksigen diatomik

adalah lebih lemah daripada ikatan rangkap tiga

Dalam bentuk triplet yang normal, molekul O2 bersifat

karena

(45)

kepada

akan terbentuk di antara dua kutub magnet kuat.

2 yang kesemuaan spin

elektronnya berpasangan. Ia lebih reaktif terhada

Secara alami, oksigen singlet umumnya dihasilkan dari air selama fotosintesis. Ia juga

dihasilkan di

pendek, dan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai sumber oksigen aktif

pada organisme yang berfotosintesis (kemungkinan juga ada pada hewan) memainkan

peran yang penting dalam menyerap oksigen singlet dan mengubahnya menjadi

berkeadaan dasar tak tereksitasi sebelum ia menyebabkan kerusakan pada jaringan.

c) Klorin Dioksida (ClO2)

Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari

proses pemutihan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan

berwarna yang lainnya . ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab

ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa

dengan kerusakan pada selulosa yang minimum. Brightness tinggi yang dihasilkan

dengan klorin dioksida adalah stabil. Pada bleaching plants, klorin dioksida

digunakan sebagai suatu larutan gas didalam air. (Suhunan.2003)

Klorin dioksida adalah sangat

(46)

melibatkan memproduksi solusi itu tanpa melalui tahap fase gas sering lebih disukai.

Mengatur penanganan dengan cara yang aman sangat penting.

Lebih dari 95% dari klor dioksida yang diproduksi di dunia saat ini dibuat dari

klorat natrium dan digunakan unt

efisiensi tinggi dengan mengurangi

coc

memungkinkan kimia ekonomi terbaik dan tidak ikut menghasilkan unsur klorin.

Reaksi keseluruhan dapat ditulis;

Klorat + Asam + pereduksi → Dioksida Klorin + By-produk

Rute produksi komersial lebih penting menggunakan metanol sebagai zat pereduksi

dan asam sulfat untuk keasaman. Dua keuntungan dengan tidak menggunakan proses

klorida berbasis adalah bahwa tidak ada pembentukan unsur klorin, da

pulp, adalah sisi-produk. Proses-proses

berbasis metanol memberikan efisiensi tinggi dan dapat dibuat sangat aman.

Sebuah pasar yang lebih kecil, tapi sangat penting, untuk klorin dioksida

adalah untuk digunakan sebagai desinfektan. Sejak tahun 1999 proporsi yang tumbuh

dari klor dioksida global dibuat untuk pengolahan air dan lainnya aplikasi skala kecil

telah dibuat menggunakan klorat, hidrogen peroksida dan metode asam sulfat, yang

dapat menghasilkan produk klorin bebas pada efisiensi tinggi. Secara tradisional,

(47)

menggunakan natrium

klorit - metode asam klorida:

Semua kimia natrium klorit tiga dapat menghasilkan dioksida klor dengan

hasil konversi klorit tinggi, tetapi tidak seperti proses-proses lain metode klorit-HCl

menghasilkan klor dioksida sepenuhnya klorin bebas tetapi menderita dari persyaratan

klorit 25% lebih untuk menghasilkan jumlah yang setara klor dioksida . Atau,

Klorin dioksida digunakan terutama (> 95%) unt

tetapi juga digunakan unt

Pengolahan air pertama kali digunakan klorin dioksida unt

1944 untuk pengobata

desinfektan air minum dalam skala besar pada tahun 1956, ketika

berubah dari klorin dioksida klor.Penggunaannya yang paling umum dalam

pengolahan air adalah sebagai

(48)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Peralatan dan Bahan

3.1.1. Peralatan

1. Menara Klorindioksida (Chlorindioksida Do Tower) Ahlstrom

2. Pencuci Klorindioksida (Chlorindioksida Washer) Ahlstrom

3. Pencampur Densitas Tinggi (High Density Mixer) Ahlstrom

4. Tanki penyimpanan (Feed Tank) Ahlstrom

5. Pompa (Medium Consistency Pump) Ahlstrom

6. Pencuci Ekstraksi (Extraction Washer) Ahlstrom

7. Menara Ekstraksi (Extraction Tower). Ahlstrom

8. Tanki Filtrasi ( Filtrate Tank) Ahlstrom

9. Stopwatch Ahlstrom

10.pH Meter Ahlstrom

11.Termometer Ahlstrom

3.2.2. Bahan

1. Air

2. Natrium Hidroksida Teknis

3. Bubur Pulp

(49)

5. Hidrogen Peroksida Teknis

3.2. Metode Kerja

Untuk menyelesaikan permasalahan yang akan dibahas , adapun metoda kerja

yang dilakukan dilapangan adalah:

1. Mengamati proses pengelantangan pulp di bleaching pada tahap EoP

2. Mempelajari fungi peralatan yang digunakan pada proses pengelantangan pulp

pada tahap EoP bleaching

3. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu pH dan temperatur pada tahap EoP

bleaching

4. Menganalisa data yang diperoleh dan membahas permasalahan dengan

menghubungkan atau menerapkannya dengan ilmu yang diperoleh selama di

bangku kuliah.

Prosedur Kerja :

1. Dicuci pulp yang mengalami klorinasi

2. Ditambahkan NaOH

3. Dimasukkan pulp ke alat pencampur HD ( high density ) dengan konsistensi

10 %

4. Dilakukan pengadukan secara merata

5. Ditambahkan air dengan tekanan rendah untuk memanaskan stock hingga

mencapai temperatur yang dikehendaki ( 70 0C – 90 0C )

(50)

7. Dari alat pencampur, HD stock turun ke tangki umpan lalu pompa MC

menginjeksikan H2O2 ( Hidrogen Peroksida ) dengan kecepatan pompa yang

bervariasi untuk memperbaiki brightness.

8. Ditambahkan O2 ke alat pencampur, kemudian pulp keluar dari alat pencampur

menuju aliran menanjak

9. Stock dielusi menjadi konsistensi 2,5 % dengan filtrat dari washer proses

ekstraksi

10.Kemudian stock dikeluarkan dari bagian atas menara ekstraksi secara gravitasi

menuju washer selanjutnya

11.Stock dielusi lanjut hingga konsistensi sebesar 1,2 %

(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil pengamatan data yang diperoleh pada penentuan brightness di PT.Toba

Pulp Lestari Tbk di unit bleaching pada tanggal 4 Februari 2012 dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Table 4.1.Data pH terhadap Brightness

No Waktu Pengamatan ( Jam ) pH Brightness( % ISO )

1 07.00 10,0 78,1

2 09.00 10,2 78,3

3 11.00 10,3 78,7

4 13.00 10,5 80,0

5 15.00 10,7 81,1

6 17.00 10,8 81,4

7 19.00 10,9 81,6

8 21.00 10,8 81,3

9 23.00 10,7 81,2

10 01.00 10,9 81,5

11 03.00 11,0 81,9

(52)

Tabel 4.2. Data Temperatur terhadap brightness

No Waktu Pengamatan ( Jam ) Temperatur ( 0C ) Brightness ( % ISO )

1 07.00 68,0 78,1

2 09.00 69,0 78,3

3 11.00 70,0 78,7

4 13.00 72,0 80,0

5 15.00 73,0 81,1

6 17.00 75,0 81,4

7 19.00 78,0 81,6

8 21.00 76,0 81,3

9 23.00 73,2 81,2

10 01.00 76,5 81,5

11 03.00 77,1 81,9

(53)

Dari data pengaruh pH terhadap brightnes dapat dibuat grafik sebagai berikut,

pH vs Brightness

(54)

Dari data pengaruh temperatur terhadap brightnes dapat dibuat grafik sebagai berikut,

Temperatur vs Brightness

(55)

4.2. Pembahasan

Derajat keasaman ( pH ) dan temperatur merupakan variabel yang sangat

penting diperhatikan dalam tahap bleaching karena sangat berpengaruh terhadap

brightness pulp.

Pada data yang diperoleh, adanya jumlah temperatur dibawah 70 0C, hal ini

disebabkan :

- Kesalahan pada pekerja pabrik yang kurang teliti pada saat mengamati

temperatur atau kemungkinan terlalu cepat mengamati temperatur pada tahap

bleaching

- Peralatan katub otomatis steam dilapangan tidak terbuka

- Air panas mungkin temperaturnya rendah

- Aliran air panas dan air shower ke washer harus cukup

- Indikasi temperatur mungkin salah

Dalam tahap EoP bleaching target brightness yang diinginkan yaitu 83 % ISO,

pada data yang diperoleh didapat brightness yang belum mencapai target, hal ini

disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

- Pemakaiann ClO2 tidak cukup

- Konsentrasi ClO2 terlalu rendah

- Kekentalan bubur kertas ditangki / tower terlalu rendah karena waktu reaksi

yang terlalu singkat

- Produksi bubur kertas terlalu banyak

- Temperatur di tangki / tower terlalu rendah

(56)

Dari grafik juga akan dapat melihat bagaimana hubungan antara pH dengan

temperatur terhadap brightness pulp. Dimana pH berbanding lurus dengan temperatur

terhadap brightness pulp. Semakin tinggi pH maka brightness yang dihasilkan akan

lebih baik, sebaliknya semakin rendah pH maka brightnesspulp yang dihasilkan akan

kurang baik. Demikian juga hal nya dengan temperatur, dimana semakin tinggi

temperatur maka brightness pulp yang dicapai akan semakin baik, sebaliknya semakin

rendah temperatur maka brightness pulp yang dihasilkan akan kurang baik sampai

batas pH antara 10 – 11,5 dan batas temperatur 700C – 900C

Jika pH dan temperatur yang digunakan melewati batas tersebut akan

menghasilkan brightness pulp yang tinggi tetapi kekuatan serat pulp akan rapuh dan

juga biaya produksi akan lebih mahal, sebaliknya jika pH dan Temperatur yang

digunakan kurang tinggi maka brightness pulp tidak akan mencapai target yang

diinginkan, jadi harus memperhatikan keseimbangan pemakaian dan juga hasil supaya

(57)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Semakin tinggi pH maka brightness pulp yang dhasilkan akan semakin baik,

sebaliknya semakin rendah pH maka brightness pulp yang dihasilkan akan kurang

baik. Demikian juga temperatur, semakin tinggi temperatur maka brightness pulp

yang dihasilkan akan semakin baik dan sebaliknya semakin rendah temperatur maka

brightness pulp yang dihasilkan akan kurang baik sampai dengan batas pH antara 10

– 11,5 dan batas temperatur 700C – 900C. Jika pH dan temperatur yang digunakan

melewati batas tersebut akan menghasilkan brightness pulp yang tinggi tetapi

kekuatan serat pulp akan rapuh. Dengan demikian maka hubungan antara pH dengan

Temperatur terhadap brightness adalah berbanding lurus

5.2 Saran

1. Besarnya pH dan Temperatur perlu diperhatikan karena jika pH dan

Temperatur terlalu tinggi maka dapat merusak kekuatan serat pulp dan

sebaliknya jika pH dan temperatur terlalu rendah maka brightness pulp

(58)

2. Penggunaan dosis ClO2 pada tahap D0 harus dikontrol pada DCS agar

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003.Buku Manual Training Digester.Porsea.PT.Toba Pulp Lestari,Tbk

Anonim. 2003.Buku Manual Training Pulp Machine.Porsea.PT.Toba Pulp Lestari,Tbk

Fengel.D.1995.Kimia Kayu Dasar-Dasar dan Penggunaan.Edisi Kedua.Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Sirait.S.2003.Bleaching Module Training and Development Center.Porsea.PT.Toba

Pulp Lestari.Porsea

Sixta,H.2006.Handbook Of Pulp.Volume 1.Austria: Wiley- Vch

Sjostrom.E.1995.Kimia Kayu,Dasar – dasar dan Penggunaannya.Yogyakarta:

UGM-Press

Sudjana. M.A,MSc.2005.Metode Statistika. Edisi keenam,Bandung

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi kimia kayu
Table 4.1.Data  pH terhadap Brightness
Tabel 4.2. Data Temperatur terhadap brightness
Gambar 1
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 tanggal 13 Februari 2015 nomor : 360. / POKJA / KONS / II

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Provinsi

Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 tanggal 13 Februari 2015 nomor : 365. / POKJA / KONS / II

[r]

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun

Kegiatan Peningkatan Sarana Prasarana Panti-Panti Sosial Pemda Jawa Tengah Pekerjaan Rehab Fisik Unit Resos Margo Mukti Rembang. JB: Modal JP: