PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN HIDROGEN PEROKSIDA
(H2O2) PADA TAHAP EP2 TERHADAP BRIGHTNESS PULP
DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
KARYA ILMIAH
DIAN PRASETYA GULO 072409010
PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN HIDROGEN PEROKSIDA
(H2O2) PADA TAHAP EP2 TERHADAP BRIGHTNESS PULP
DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
DIAN PRASETYA GULO 072409010
PROGRAM STUDI D 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN HIDROGEN
PEROKSIDA ( H2O2) PADA TAHAP EP2
TERHADAP BRIGHTNESS PULP DI
UNIT BLEACHING
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : DIAN PRASETYA GULO
Nomor Induk Mahasiswa : 072409010
Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM ( FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Diluluskan di Medan, Juni 2010
Diketahui/Disetujui oleh
Ketua Departemen KIMIA FMIPA USU Pembimbing
PERNYATAAN
PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN HIDROGEN PEROKSIDA ( H2O2)
PADA TAHAP EP2 TERHADAP BRIGHTNESS PULP DI UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana rahmat dan Kasihnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini pada waktu yang telah ditentukan.
Karya ilmiah ini merupakan hasil Kerja Praktek Lapangan di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan Akademik mahasiswa untuk memperoleh ijazah Ahli Madya D3 untuk program studi Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumetra Utara.
Selama penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat dukungan bimbingan, nasehat dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dengan terselesaikan karya ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Papa dan Mama yang selalu mendoakan dan mendukung penulis baik dari segi material maupun moril. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak Ria, abang Wawan, Norman dan Gesit yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis.
2. Drs. Darwin Yunus Nst, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta petunjuk selama menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Phil selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Industri. 5. Prof. Dr. Eddy Marlianto, MSc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
6. Sahabat-sahabat 1 KTB ”Alfa&Omega” Kk Stefy, Darwis, Depy, Estinar dan Hilda yang selalu memberi dukungan Doa dan motivasi kepada penulis.
7. Seluruh staf dan karyawan di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea, pak Suhunan, pak Sujadi, B'daud, B'frans, B'johny, B'rikson, B'very, B'hertinz dan Erwin yang telah memberi semangat dan membantu penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan.
8. Teman-teman 1 kost: Vero, K'rukun, K'fani dan juga ngga ketinggalan sahabat Jacky Telm yang telah memberikan semangat kepada penulis.
10.Rekan-rekan Mahasiswa KIN khususnya angkatan '07 terlebih-lebih kepada temanku Lina Chuango, Grismen, nova, penti, seven, wulan, hary dan gokma.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menambah pengetahuan.
Medan, Juni 2010
ABSTRAK
Pulp merupakan sebagai bahan baku untuk pembuatan kertas. Standar mutu pulp diukur dari brightness dan kekuatan serat pulp teraebut. Bahan pemutih yang digunakan adalah hydrogen peroksida (H2O2) yang ramah lingkungan. Dari percobaan diperoleh pengaruh
hydrogen peroksida (H2O2) tersebut terhadap tingkat derajat keputihan (brightness).
Semakin tinggi kadar hydrogen peroksida (H2O2) semakin tinggi derajat keputihan pulp
ABSTRACT
Pulp is the standard material for producing paper. Quality standard pulp is measuring from brightness. The bleaching agent used is hydrogen peroxide (H2O2) which will be
environmental friendly. It can be found the data about the effect of Hydrogen Peroxide (H2O2) to degree level of brightness by this experiment. The more high of Hydrogen
Peroxide (H2O2) the more degree pulp brightness and can be conclusion that Hydrogen
DAFTAR ISI
2.4.1 Latar Belakang dan Defenisi-defenisi 13
2.5.4 Pemutihan (Bleaching) 20
2.5.5 Pulp Machine 21
2.6 Proses Pemutihan Pulp 21
2.6.1 Teori Pemutihan 21
2.6.2 Bahan Kimia Proses Pemutihan
2.7 Tahapan Proses Pemutihan 22
2.7.1 Tahap Klorinasi 23
2.7.2 Tahap Ekstraksi 23
2.7.3 Tahap D1 24
2.7.4 Tahap EP2 24
2.8 Sifat-sifat Hydrogen Peroksida 25
BAB III BAHAN DAN METODE 27
3.1 Alat 27
3.2 Bahan 27
3.3 Prosedur 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 29
4.1 Hasil 29
4.2 Perhitungan 30
4.3 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 37
5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Unsur Kayu 5
Tabel 2.2 Komposisi Komponen Kayu 9
Tabel 4.1 Pengaruh Jumlah Pemakaian Hidrogen Peroksida (H2O2)
yang bervariasi terhadap brightness pada tahap EP2 29 Tabel 4.2 Data Konsumsi H2O2 terhadap Brightness 30
Tabel 4.3 Data Metode Least Square 31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Selulosa 10
Gambar 2.3 Bagan Umum Komponen Kimia Kayu 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Grafik hubungan antara konsumsi H2O2 dengan Brightness Pulp
Lampiran 2 Digester
Lampiran 3 Washing and Sreeening Lampiran 4 Bleaching
Lampiran 5 Pulp Machine
ABSTRAK
Pulp merupakan sebagai bahan baku untuk pembuatan kertas. Standar mutu pulp diukur dari brightness dan kekuatan serat pulp teraebut. Bahan pemutih yang digunakan adalah hydrogen peroksida (H2O2) yang ramah lingkungan. Dari percobaan diperoleh pengaruh
hydrogen peroksida (H2O2) tersebut terhadap tingkat derajat keputihan (brightness).
Semakin tinggi kadar hydrogen peroksida (H2O2) semakin tinggi derajat keputihan pulp
ABSTRACT
Pulp is the standard material for producing paper. Quality standard pulp is measuring from brightness. The bleaching agent used is hydrogen peroxide (H2O2) which will be
environmental friendly. It can be found the data about the effect of Hydrogen Peroxide (H2O2) to degree level of brightness by this experiment. The more high of Hydrogen
Peroxide (H2O2) the more degree pulp brightness and can be conclusion that Hydrogen
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi di dunia ini semakin pesat. Perhatian masyarakat akan bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barang-barang dari kayu lebih disukai. Terdapat bukti bahwa implikasi penggunaan kayu sebagai sumber energi dari bahan yang dapat diperbaharui telah mendapat dukungan psikologis dari masyarakat dan memberikan dampak sampai sekarang dan tahun mendatang. Keuntungan-keutungan dari segi alamiah dari kayu yaitu; dapat digunakan sebagai bahan baku sumber energi untuk menghasilkan produk.
PT. Toba Pulp Lestari merupakan sebuah industri pulp yang berlokasi di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir yang berjarak ± 220 km dari kota Medan, Sumatera Utara.
Salah satu yang merupakan bahan baku pabrik untuk pembuatan pulp diperoleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari. Jenis kayu yang digunakan ada dua jenis,yaitu: kayu Eucalyptus dan kayu Alam.
Proses pembuatan pulp di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk dilakukan dengan proses secara kimia sulfat (kraft) yang terdiri dari beberapa unit pengolahan. Pembuatan pulp secara kimia adalah proses dimana lignin dihilangkan sehingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada proses pemasakan(digester) dalam bejana.
1. Digester
Digester adalah alat pemasak chip atau serpihan kayu yang berbentuk silinder dalam
suatu bejana, yang mempunyai volume 200 m³ , tinggi 18,67 mm dan diameter 4,2 m. Didalam digester terdapat 2 saringan yang terletak dibagian atas disebut dengan”Relief strainer” dan yang satunya terletak dibagian tengah digester yang disebut dengan
“Middle strainer” yang berfungsi untuk menjaga agar serat kayu yang sedang diimasukan tidak keluar dari digester pada waktu mensirkulasi cairan pemasak dan pada waktu membuang gas yang ada di digester. Pada proses pemasakan ini menggunakan bahan kimia sebagai cairan pemasak ,yaitu ;NaOH ,Na2S dan Na2CO3 atau yang dikenal
2.Washing/Screening
Washing dan screening berfungsi untuk memisahkan Black liquor yang
terkandung dalam pulp dengan menggunakan air pencuci seminimum mungkin. Setalah washing, bubur pulp kemudian masuk ke washer stock selanjutnya dimasukkan ke unit
screening. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pulp yang benar-benar bersih.
3.Bleaching Plant
Bleaching plant adalah peralatan yang dapat mengubah bubur pulp berwarna
coklat menjadi bubur pulp berwarna putih dengan menggunakan bahan kimia tertentu atau untuk menaikkan derajat keputihan (Brightness) dan kemurnian pulp. Bahan kimia yang digunakan pada proses ini sebagai zat pengelatangan yaitu; klorin dioksida(CLO2)
dan Hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia inilah yang digunakan untuk
menghilangkan lignin yang terkandung dalam bubur pulp. Pada PT.Toba Pulp Lestari proses bleaching dibagi atas empat tahap, yaitu: tahap Do, tahap E/O/P, tahap D1 dan tahap EP2.
Secara umum, standart mutu pulp diukur dari brightness dan kekuatan serat pulp tersebut. Brightness yang diinginkan adalah 88% ISO. Untuk mencapai target brightness tersebut, maka pemakain Hidrogen Peroksida (H2O2) merupakan faktor yang harus
diperhatikan. Jika penambahan hidrogen peroksida (H2O2) kurang, maka derajat
keputihan (brightness) dari pulp tersebut tidak tercapai sesuai dengan target yang diinginkan bahkan warna pulp yang dihasilkan cenderung berwarna gelap. Sebaliknya jika penambahann hidrogen peroksida (H2O2) berlebih, maka warna pulp ini menjadi
selulosa pada pulp itu sendiri, yang menyebabkan pulp menjadi rapuh dan mudah rusak. Berdasarkan pola pemikiran ini, maka penulis tertarik untuk melihat bagian judul : PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) PADA TAHAP EP2 TERHADAP BRIGHTNESS PULP DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA
1.2 Permasalan
Pada proses bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap pulp untuk mengubah atau menghilangkan bahan /zat pewarna sehingga pulp tersebut
memiliki brightness yang lebih tinggi. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp.
Dari uraian diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah:
1.Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H2O2) terhadap
derajat keputihan (brightness) pulp pada tahap EP2.
2.Berapa jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H2O2) untuk memperoleh derajat
keputihan (brightness) pulp pada tahap EP2 sesuai dengan standart ISO.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H2O2)
2. Untuk mengetahui jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H2O2) untuk
memperoleh derajat keputihan (brightness) pulp pada tahap EP2 sesuai dengan standart ISO.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemakaian Hidrogen Peroksida (H2O2) terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KAYU
2.1.1 Pengertian Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah di proses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu disini adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar. (J.F.Dumanauw.1990)
2.1.2 Komponen Kimia Kayu
Tabel 2.1 Komposisi unsur kayu
Tambahan pula kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah; residu semacam ini dikenal sebagai abu. (John G.1987)
2.1.3 Sifat-sifat Kayu
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat yang berbeda. Ada beberapa sifat yang umum yang terdapat pada semua kayu, yaitu:
a. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsur karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat). b. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar
terutama jika kayu keadaanya kering.
1.Sifat Fisik Kayu
Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah:berat jenis, keawetan alami, warna, higroskopik, kekerasan dan lain-lain.
a. Berat Jenis
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara minimum 0,20 hingga 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori.
b. Keawetan alami kayu
Keawetan kayu alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar, seperti; jamur, rayap, cacing laut dan makhluk lainnya. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu,
sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal didalamnya serta merusak kayu.
c. Warna kayu
d. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara disekitarnya maka makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai kesetimbangan dengan lingkungannya.
2.Sifat Kimia Kayu
Komponen kimia didalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan suatu jenis kayu. Pada umumnya komponen kimia kayu terdiri dari 3 unsur, yaitu:
a.Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa. b.Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin.
c.Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif.
Menurut Edwin Sutemeister (1971) secara kimia kayu terdiri dari empat kompenen yaitu sellulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Tujuan utama proses pembuatan pulp adalah menghilangkan lignin dari kayu untuk mendapatkan yang kurang lebih
bebas dari lignin. Berdasarkan perbedaan komposisi keempat komponen penyusun kayu dan jenis kayu, kayu digolongkan menjadi dua golongan yaitu; kayu keras (hardwood) dan kayu lunak (softwood). (Fengel,D.1995)
Secara umum, perbedaan kayu keras dan kayu lunak dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Kayu keras mempunyai ukuran lebar daun kira-kira 1-3 mm, dan ukuran lebar untuk kayu lunak kira-kira 1,5-2,0 mm.
3. Hanya kayu keras yang memiliki pembuluh. Sel-sel angkutan yang di bentuk secara khusus yang dikenal sebagai unsur-unsur pembuluh ini didalam kayu keras volumenya cukup besar, tetapi tidak pernah terdapat didalam kayu lunak.
4. Jari-jari yang lebar pada sejumlah kayu keras berlawanan dengan jari-jari yang sempit dan seragam pada kayu-kayu lunak. (Sjostrom E.1995)
Secara umum kayu keras lebih banyak mengandung sellulosa, hemiselulosa, dan zat ekstraktif dibandingkan dengan kayu lunak tetapi kandungangan ligninnya lebih sedikit.
2.2 Komposisi Komponen Kayu
Tabel 2.2 Komposisi komponen kayu
Komponen % Komposisi
Kayu keras(hardwood) Kayu lunak (softwood) Sellulosa 40-48 43-45
Hemiselulosa 15-30 5-10 Lignin 17-25 24-32 Zat Ekstraktif 2-4 3-5
1.Sellulosa
Selulosa merupakan konsistuen utama kayu. Selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas unit-unit ß-D-glukopiranosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan-ikatan glikosida.
Molekul-molekul selulosa seluruhnya berbentuk linear dan mempunyai kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen intra-dan intermolekul. Jadi berkas-berkas molekul selulosa membentuk agregat bersama-sama dalam bentuk mikrofibril, dalam mana tempat-tempat yang sangat teratur (kristalin) diselingi dengan tempat-tempat yang kurang teratur (amorf). Mikrofibril membentuk fibril-fibril dan akhirnya serat-serat sellulosa.
polimerisasinya, dengan berat molekul antara 250.000-1.000.000.
Gambar 2.1 Struktur Selulosa
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa semula diduga merupakan senyawa-antara dalam biosintesis selulosa. Namun saat ini diketahui bahwa hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen yang dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari selulosa. Berbeda dengan selulosa yang merupakan homopolisakarida, hemiselulosa merupakan heteropolisakarida. Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200. Komposisi dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak secara khas berbeda dari yang dalam kayu keras.
Perbedaan-perbedaan yang besar terdapat dalam kandungan dan komposisi hemiselulosa antara batang, cabang-cabang, akar dan kulit kayu. Hemiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan sellulosa.
3.Lignin
Lignin merupakan polimer dari unit-unit fenilpropana, yang juga merupakan senyawa yang sangat kompleks. Perkembangan pembuatan proses pulp secara teknis menimbulkan perhatian yang lebih besar pada lignin dan reaksi-reaksinya. Turunan-turunan lignin yang larut (lignosulfonat) dibentuk dengan memperlakukan kayu pada suhu tinggi dengan larutan yang mengandung belerang dioksida dan ion-ion hidrogen sulfit. Lignin juga larut sebagai alkali lignin bila kayu diperlakukan pada suhu tinggi (170°C) dengan natrium hidroksida atau lebih baik dengan campuran natrium hidroksida dan natrium sulfida (lignin sulfat atau lignin kraft). Adanya lignin dalam pulp menyebabkan warna pada pembuatan pulp menjadi kecoklatan atau berwarna
gelap, sehingga perlu dipisahkan dari pulp dengan proses pemutihan (bleaching). Karna penghilangan lignin pada pulp sangat berpengaruh terhadap kualitas pulp yang dihasilkan.
4.Zat Ekstraktif
dari 105, tetapi ia dapat bervariasi dari jejak hingga sampai 40% berat kayu kering. Dalam kayu, zat ekstraktif berfungsi sebagai sumber warna, bau dan daya tahan alam. (Sjostrom, E.1995)
2.3 Komposisi Kimia Kayu
Disamping itu, komponen-komponen dinding sel terdapat juga sejumlah zat-zat yang disebut bahan tambahan atau ekstraktif kayu. Zat-zat berat molekul rendah berasal dari golongan senyawa yang sangat berbeda hinga sukar untuk membuat sistem klasifikasi yang jelas. Klasifikasi yang mudah dapat dibuat denganmembaginya kedalam zat organik dan anorganik. Bahan organik lazim disebut ekstraktif. Sebagian bahan anorganik secara ringkas disebut abu.
Pengenalan singkat tentang komponen kimia kayu mengikuti bagan umum seperti diketengahkan pada Gambar 2-1.
Gambar 2.3 Bagan Umum Komponen Kimia Kayu Kayu
Senyawa berat molekul kecil Senyawa Makromolekul
Bahan Organik Bahan Anorganik Polisakarida Lignin
2.4 Metode Pembuatan Pulp
2.4.1 Latar Belakang dan Defenisi-defenisi
Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi
ia juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan. Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara mekanik atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut. Pulp-pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe kimia,
semikimia, kimia mekanik dan mekanik. Pembuatan pulp secara kimia adalah proses dalam mana lignin dihilangkan sama sekali sehingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak. Hampir semua produksi pulp kimia didunia saat ini masih didasarkan pada proses-proses sulfit dan sulfat (kraft), yang terakhir paling banyak. (Sjostrom E.1995)
2.4.2 Pembuatan Pulp Secara Mekanik
Pulp-pulp mekanik lebih banyak diproduksi dari kayu-kayu lunak. Pada proses
pembuatan secara mekanik ini kandungan lignin dan zat-zat lain masih tinggi.
2.4.3 Pembuatan Pulp Secara Semikimia
Proses-proses pembuatan pulp secara semikimia pada dasarnya ditandai dengan perlakuan kimia yang didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik. Proses semikimia yang penting adalah proses semikimia sulfit netral (NSSC) yang telah digunakan secara luas di Amerika Serikat sejak 1926, dan didalam 20 tahun terakhir juga telah digunakan di Eropa dan banyak negara lain diseluruh dunia (Cronert1966 ;Marteny 1980).
Keuntungan-keuntungan umum dari proses NSSC atau proses semikimia sulfit netral adalah persyaratan-persyaratan yang rendah mengenai kualitas dan spesies kayu, rendemen tinggi, pemakaian bahan kimia relatif rendah pada kandungan sisa lignin tertentu, investasi modal yang rendah dan unit-unit produksi kecil yang menguntungkan bila dibandingkan dengan pembuatan pulp secara kimia penuh. Cara semikimia ini lebih sesuai untuk bahan baku jenis kayu keras, dan hasil pulp yang diperoleh sekitar 60-70% dari berat kering bahan baku.
2.4.4 Pembuatan Pulp Secara Kimia
diputihkan dan umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis kertas tertentu seperti tissue, kertas cetak, dan lain-lain.
Pada proses pembuatan pulp secara kimia digunakan Natrium Hidroksida bahan kimia pemasak utama. Ada tiga macam pembuatan pulp secara kimia, yaitu:
1. Proses Sulfit
Pada dasarnya, pembuatan pulp sulfit masih didasarkan pada penemuan-penemuan tua, meskipun beberapa modifikasi pembaruan dan perbaikan teknik telah dilakukan. Keberhasilan terakhir selama tahun 1950-an dan 1960-an berkenaan dengan penggunaan yang disebut basa-basa yang larut, yang penggantian kalsium dengan magnesium, natrium atau amonium yang memberikan jauh lebih banyak keluwesan dalam pengaturan kondisi pemasakan, yang memperluas baik bahan dasar yang digunakan maupun produksi tipe-tipe pulp yang berbeda.
Keuntungan-keuntungan proses sulfit yang telah diketahui terhadap pulp kraft: a. Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang mengakibatkan kebutuhan kayu lebih rendah.
b. Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi
c. Keluwesan yang lebih tinggi dari pengelantangan tanpa kalor d. Persoalan pencemaran sedikit
e. Biaya instalasi lebih rendah
1. Proses Soda
Pembuatan pulp pada proses soda digunakan natrium hidroksida sebagai lindi pemasak dan lindi-bekas yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Lemburan, yang terdiri atas Natrium Karbonat, diubah kembali menjadi natrium hidroksida dengan kalsium hidroksida (kostisisasi). Karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses pemasakan dinamakan proses soda.
2. Proses Sulfat (kraft)
Pembuatan pulp kraft dilakukan dengan larutan yang terdiri atas Natrium Hidroksida dan natrium sulfida, yang dinamakan “lindi putih”. Menurut terminologi digunakan defenisi-defenisi berikut, dimana semua bahan kimia dihitung sebagai ekuivalen natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH atau Na2O.(Sjostrom E.1995) Saat ini
proses sulfat tidak hanya merupakan proses pembuatan pulp alkalis yang utama untuk kayu, tetapi sekaligus juga merupakan proses pulp yang paling penting. Pernyataan pertama terutama didasarkan pada kenyataan bahwa pulp kraf (kraft dalam bahasa Jerman dan Swedia berarti kekuatan atau tenaga) diperoleh dalam rendemen yang lebih tinggi dan dengan sifat-sifat yang lebih unggul bila dibandingkan dengan pulp soda. Yang menjadi target pada proses ini adalah untuk memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat.
Keuntungan-keuntungan utama pembuatan pulp secara sulfat, yaitu:
terhadap jumlah ekstraktif yang tinggi maupun bagian kayu lapuk yang besar dan sisa-sisa kulit
b. Waktu pemasakan yang pendek
c. Pengelolahan limbah cairan pemasak yang telah mantap, termasuk pemulihan bahan-bahan kimia dalam pembuatan pulp, pembangkit panas proses dan produksi hasil samping yang berharga seperti minyak tall dan terpentin dari spesies pinus
Gambar 2.4 Bagan alir yang disederhanakan dari proses karft Bejana
pemasak
Tangki-penghembus
Pembersih mata kayu
pencuci Air pencuci
Mata kayu
Pemulihan bahan kimia
Wadah pulp
Pemrosesan lebih lanjut Penyaringan
pembersihan Kotoran
Bahan baku (serpih)
2.5 Proses Produksi Pulp 2.5.1 Unit Persiapan Kayu
Operasi persiapan kayu (Wood Handling and Preparation Plant), yaitu kayu dibawa ke lokasi pabrik dengan menggunakan truk-truk pengangkut kayu, kayu-kayu tersebut berasal dari kosesi hutan yang dikelolah oleh perusahan kemudian kayu tersebut dibongkar dengan menggunakan Goliath Crane yang besar di Wood Yard, selanjutnya mengumpankan gelondongan-gelondongan kayu tersebut ke Wood Room atas dasar “pertama datang pertama digunakan”. Gelondongan-gelondongan kayu tersebut selanjutnya dikuliti, dipotong-potong, disaring dan disimpan pada tumpukan serpihan kayu yang disebut dengan chips, dipisahkan antara kayu yang berserat pendek dengan kayu berserat panjang. Sebuah alat pengelolah kayu yang baru dengan kapasitas 250 m3/jam. (Sirait S.2003)
2.5.2 Pemasakan
Dari tempat penampungan, chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak (digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap. Chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor. Larutan dan proses masak ini akan melembutkan dan akhirnya memisahkan serat kayu yang diinginkan dari “lignin” yaitu unsur kayu semacam lem yang menahan serat kayu bersatu.
larutan campuran Sodium Hidroksida (NaOH) dan Sodium Sulfida (Na2S) yang secara
selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan pengolah. Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu dikeluarkan dari digester.
Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa cairan pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang tidak dikehendaki (reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan menggunakan washer, sedangkan pemisahan kayu dan reject dipakai screen.
Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain : a. Pemanasan harus bertahap
b. Tekanan vakum
c. Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar d. Suhu pemanasan. (http://www.digester.com/intro.overview.html) Proses pemasakan dibagi atas beberapa tahap yaitu:
1. Chip Filling
Chip diangkut ke digester dari tempat penyimpanan dengan menggunakan conveyor.
Pengisian chip didalam digester merupakan langkah awal dari proses pemasakan dan merupakan satu pekerjaan yang sangat penting pada proses pembuatan pulp.
2. Liquor Filling
untuk memasak dengan berat kering kayu yang dimasukkan. Persentase ini juga tergantung dari seberapa jauh kita akan mengurangi lignin dari dalam kayu.
3. Kraft Cook
Proses pemasakan secara kraft dilakukan setelah penambahan white liquor dan black liquor kedalam chip. Digester yang berisi chip dan larutan pemasak dipanaskan hingga
temperatur 1700C dan tekanan mencapai 7 kg/cm2 gauge. Waktu dan temperatur selama pemasakan sangat berpegaruh terhadap kwalitas daripada pulp. Jika chip dimasak dalam jangka yang terlalu lama maka akan dihasilkan kwalitas yang rendah dan rendemen yang rendah pula.
3. Pulp Blowing
Tujuan utama pada pengoperasian blowing adalah untuk mengeluarkan isi digester kedalam blow tank. Blow tank adalah tangki penampung bubur pulp yang sudah siap dimasak dari digester dan dilengkapi alat pengaduk.
2.5.3 Washing/Screening
Washing dan screening berfungsi untuk memisahkan Black liquor yang
terkandung dalam pulp dengan menggunakan air pencuci seminimum mungkin. Setalah washing, bubur pulp kemudian masuk ke washer stock selanjutnya dimasukkan ke unit
screening. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pulp yang benar-benar bersih.
2.5.4 Pemutihan (Bleaching)
Tujuan pengelantangan adalah untuk meningkatkan kebersihan pulp dengan penghilangan ekstraktif-ekstraktif dan pengotor-pengotor lain yang meliputi kotoran-kotoran anorganik dan sisa kulit serta menghilangkan sisa lignin setelah proses pemasakan untuk memperoleh yang disebut pulp yang dikelantang penuh dengan derajat keputihan yang memperoleh kwalitas. (Sjostrom E.1995)
2.5.5. Pulp Machine
Pulp machine adalah peralatan mesin yang digunakan untuk mengubah bubur
pulp dari area bleaching plant menjadi lembaran pulp dengan kekeringan lebih kurang
10%. Pulp machine dirancang dengan fungsi utamanya adalah memisahkan air dari buburan pulp dengan cara sangat efesien tanpa merusak struktur serat, berat dasar dan formasi pulp yang dihasilkan memiliki kekuatan lembaran yang maksimum. Pulp machine merupakan tahapan terakhir dari proses produksi pulp. ( Anonim,2003)
2.6 Proses Pemutihan Pulp 2.6.1 Teori Pemutihan
Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkaskan sebagai berikut: 1. Memperbaiki brightness
2. Memperbaiki kemurnian
3. Degradasi serat selulosa seminimum mungkin.
Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, jadi menghasilkan kualitas pulp yang rendah. Lignin ini sangat reaktif terhadap bahan kimia seperti: khlorin, hypo
khlorin, khlorin dioksin, hirogen peroksida. Variabel-variabel dasar pada proses pemutihan adalah bahan kimia, kekuatan, waktu, temperatur dan pH.
2.6.2 Bahan Kimia Proses Pemutihan a. Khlorin
Pada proses khlorinasi terhadap pulp, gas khlorin harus larut dan bereaksi secara menyebar terhadap serat pulp. Reaksi lignin /khlorin adalah sangat cepat. Dispersi khlorin yang tepat dan pengadukan sangat penting untuk memperoleh operasi yang optimal.
b. Khlorin Dioksida
Pada saat pulp diberikan perlakuan dengan khlorin dioksida, ini bereaksi dengan air dan komponen-komponen pulp, umumnya lignin dan resin melengkapi reaksi. Khlorin dioksida merupakan bahan pemutih yang sangat efektif. ( Sirait,S.2003)
Hidrogen Peroksida merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. H2O2 larut sangat baik dalam air. Dalam kondisi normal hidrogen
peroksida sangat stabil, dengan laju dekomposisi yang sangat rendah. Salah satu keunggulan hirogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu yang berbahaya.
http://Sifat-sifat H2O2.com/2009/hidrogen peroksida.html
2.7 Tahapan Proses Pemutihan
Operasi pemutihan (Bleaching) terdiri dari 4 tahap,yaitu:
1. Khlorinasi (DO) : Reaksi dengan elemen Khlorin dalam suasana Asam
2. Ekstraksi Oksidasi (E/O) : Ekstraksi Oksidasi yang diperkuat dengan hidrogen peroksida
3. Khlorin Dioksida (D1) : Reaksi dengan Khlorin Dioksida dalam suasana asam
4. Hidrogen Peroksida (EP2 ): Reaksi dengan Hidrogen Peroksida yang diperkuat dengan kaustik soda dalam suasana basa.
2.7.1 Tahap Khlorinasi
ke menara DO. Pada saat pemindahan maka ditambahkan CLO2 sebanyak 14-20
liter/ton bubur pulp, dan diaduk dengan chlorinizing mixer.
Bila konsistensinya tinggi maka ditambahkan air/dilusi. Lamanya pecampuran berkisar 27-30 menit dengan temperatur 60-65o C dan pH 2,2 dan konsistensi 2,3-5%.
Selanjutnya bubur pulp dicuci dalam chlorination washer I, cara kerjanya sama dengan washer yang digunakan sebelum memasuki screening. Sebagai pencuci digunakan air sekaligus sebagai pengencer larutan untuk mengurangi konsistensi. Sisa air pencuci ditampung dalam filtrate tank dan bubur pulp yang sudah dicuci dilewatkan ke proses ekstraksi.
2..7.2 Tahap Ekstraksi
Tujuan utama dari alkali ekstrasi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang memungkinkan besar larut dalam larutan alkali yang hangat. Kelarutan klorinat dan lignin yang teroksidasi, dan kompoenen lainnya meningkatkan tingkat keputihan dalam tahap pemutihan berikutnya.
2.7.3 Tahap D1
Pulp berasal dari tahap ekstrasi selanjutnya dilakukan proses pemutihan dengan
menggunakan CLO2. reaksi ini berlangsung pada menara D1, dan suhu yang harus
2.7.4 Tahap EP2
Tahap ini menggunakan CLO2, yang merupakan tahap penyempurnaan dari
proses pemutihan dimana target brightness yang ingin dicapai adalah sekitar 88 ISO. Reaksi ini berlangsung pada pH 10,3-10,5, pada temperatur 82-85OC . Bahan kimia yang digunakan pada tahap ini adalah NaOH dan Hidrogen peroksida ( H2O2). NaOH
berfungsi untuk memisahkan CLO2 dengan lignin, sehingga lignin dapat kembali
direaksikan dengan menggunakan hidrogen peroksida. H2O2 berfungsi mengikat
kembali lignin yang masih terkandung didalam pulp. Penambahan hidrogen peroksida dan sodium hidroksida harus pada jumlah tertentu agar dapat mempertahankan konsistensi pulp 10%-12% semua proses ini berlangsung pada menara ekstraksi. Selanjutnya pulp dicuci dan diencerkan pada washing dan filtratnya ditampung untuk diteruskan ketahap D1. Variabel-variabel pada proses ekstraksi adalah konsistensi, temperatur, waktu retensi, dan brightness.
2.8 Sifat-sifat Hidrogen Peroksida
Hidrogen Peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques
Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki
sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut
dengan baik dalam air.
maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin 2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya 6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses
pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1Alat
1. Sreen Shieves 2. Kertas saring 3. Bucker Funnel 4. Plastik Beaker 5. Alat Vakum 6. Oven 7. Setrika
8. ELREPHO ( Electronic Refracto Photometer)
3.2Bahan
1. Bubur Pulp
3.3Prosedur
1. Dituangkan sample yang terkumpul pada screen shieves.
2. Dibersihkan dengan air demineralisasi sampai residual bahan kimia habis.
3. Diambil sekitar 20 gram pulp yang basah dan dimasukkan ke dalam plastic beaker 300 Ml.
4. Dimasukkan ke dalam beaker yang berisi air demineralisasi untuk mengencerkan pulp yang basah.
5. Diaduk dengan tang untuk memisahkan serat.
6. Diletakkan kertas saring pada bucker funnel dan dituangkan pulp kedalamnya. 7. Diletakkan kertas saring lainnya diatas dan gunakan vakum untuk menyedot air. 8. Ditekan sample pulp untuk menyamakan kandungan air dan kemudian
dihentikan Vakum.
9. Diambil lapisan serat dan dikeringkan dengan setrika.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan data yang diperoleh pada penentuan brightness pada tahap EP2 yang dilakukan pada unit Bleaching pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk pada tanggal 20- 31 Januari 2010 dalam variasi 1 hari, diperoleh data-data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pengaruh jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida (H2O2) yang bervariasi terhadap brightness pada tahap EP2
4.2 Perhitungan
a. Menghitung Jumlah Produksi Pulp :
Jumlah produksi = Stock Flow x 1 hari(24jam) x konsistensi = 10,8 x 1440 menit x 4,5%
= 700 T/D
b. Menghitung Jumlah Pemakain H2O2 dalam kg/ton pulp
= 15,12 kg/ton pulp
10 15,67 88,9 11 15,77 89,0 12 15,88 89,1
C. Menghitung Jumlah Pemakaian H2O2 dengan menggunakan metode Least Square
Tabel 4.3 Data Metode Least Square
Keterangan :
X : Konsumsi Hidrogen Peroksida (H2O2)
Y : Derajat Keputihan (brightness)
Persamaan regresi : Y = aX + b Dimana ;
Maka diperoleh persamaan garis regresinya sebagai berikut : Y = 2,2814 x + 52,9887
Dengan memasukkan harga x yaitu jumlah pemakaian H2O2 maka didapat harga y,
Y = 2,2814 x7 + 52,9887
Y7 = 2,2814 (15,55) + 52,9887
= 88,46
Y = 2,2814 x8 + 52,9887
Y8 = 2,2814 (15,59) + 52,9887
= 88,55
Y = 2,2814 x9 + 52,9887
Y9 = 2,2814 (15,64) + 52,9887
= 88,64
Y = 2,2814 x10 + 52,9887
Y10 = 2,2814 (15,67) + 52,9887
= 88,73
Y = 2,2814 x11 + 52,9887
Y11 = 2,2814 (15,77) + 52,9887
= 88,96
Y = 2,2814 x12 + 52,9887
Y12 = 2,2814 (15,88) + 52,9887
= 89,21
No.
d. Menghitung Jumlah Pemakaian H2O2 untuk mencapai brightness pada tahap EP2
Target brightness = 88 % ISO Y = ax + b
Jadi pemakaian H2O2 optimal adalah 15,346 kg untuk 1 ton pulp.
4.3 Pembahasan
Brightness adalah sifat lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang
digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan. Keputihan pulp diukur dengan kemampuannya memantulkan cahaya. Penambahan hidrogen peroksida ( H2O2) EP2
sangat mempengaruhi derajat keputihan pulp. Target brightness pada tahap EP2 adalah 88% ISO. Dan ini merupakan target yang ingin dicapai oleh Perusahaan Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea.
Proses pemutihan adalah tahap pengikatan lignin dengan senyawa kimia dengan semaksimal mungkin. Semakin banyak lignin yang dibuang maka brightnessnya semakin tinggi.
Dari percobaan dan data hasil pengamatan, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai pengaruh pemakaian H2O2 terhadap pulp jika pemakaian H2O2 banyak maka
brightness yang dihasilkan semakin tinggi. Dan sebaliknya , jika pemakaian H2O2
sedikit, maka brightness semakin menurun. Jadi antara pemakaian H2O2 terhadap
Dari hasil perhitungan diperoleh garis regresi Y = 2,2814 x + 52,9887. Melalui persamaan ini dapat dihitung jumlah pemakaian H2O2 pada tahap EP2. Dengan
menghitung secara matematik, diperoleh jumlah konsumsi H2O2 yaitu 15,346 kg/ton
pulp. Target brightness yang ingin dicapai pada tahap EP2 adalah 88% ISO.
Dari grafik ditunjukkan hubungan antara konsumsi H2O2 dengan brightness
pulp. Pemakaian zat ini harus diawasi karna jika berlebih maka brightness semakin
tinggi namun kekuatan serat pulp tersebut akan berkurang dan biaya produksi akan semakin mahal. Dan sebaliknya, jika pemakaian H2O2 kurang maka target brightness
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan pembahasan data, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan Hidrogen Peroksida yang semakin tinggi maka brightness yang didapat semakin meningkat. Dan sebaliknya, jika penggunaan Hidrogen Peroksida sedikit maka brightness semakin rendah.
2. Untuk mencapai target brightness pada tahap EP2 yaitu 88% ISO, maka penambahan Hidrogen Peroksida adalah sebesar 15,346 kg/ton pulp.
5.2 Saran
1. Penggunaan bahan-bahan kimia pada bleaching perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kualitas pulp.
2. Pemakaian zat kimia pemutih harus diperhatikan sesuai dengan target-target yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2003.Buku Manual Training Digester. Porsea. PT. Toba Pulp Lestari,Tbk. Anonim.2001.Buku Manual Training Washing&Screening Plant. Porsea. PT. Toba
Pulp Lestari,Tbk.
Anonim.2003.Wood Preparation. Porsea. PT. Toba Pulp Lestari,Tbk. Dumanauw.J.K.1993.Mengenal Kayu. Semarang. Kanisius.
Fengel.D.1995. Kayu Kimia Ultra Struktur. Yogyakarta. UGM-Press. Frick Heinz.1982.Ilmu Kontruksi Bangunan Kayu.Yogyakarta.Kanisius. http://aneka ilmu. Blogsport.com/2007/04. Diakses tanggal 5 April,2010.
John.G.H.1987. hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Cetakan pertama. Yogyakarta. Indonesia. http://www.digester.com/intro.overview.html. Diakses tanggal 5 April,2010.
Sirait.S.2003. Bleaching Module. Training and Develoment Center. Porsea. PT. Toba Pulp Lestari,Tbk.
Hubung an antara kons ums i H2O2
15.1 15.3 15.4 15.4 15.5 15.5 15.6 15.6 15.6 15.7 15.8 15.9