Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
PENGARUH PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA (H
2O
2)
TERHADAP DERAJAT KEPUTIHAN (BRIGHTNESS) PADA
TAHAP D2 DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI,
Tbk-PORSEA
KARYA ILMIAH
BETTY FRIDA AGUSTINA PURBA
062401060
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
PENGARUH PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA (H
2O
2)
TERHADAP DERAJAT KEPUTIHAN (BRIGHTNESS) PADA TAHAP
D2 DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk-PORSEA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
BETTY FRIDA AGUSTINA PURBA
062401060
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) TERHADAP DERAJAT KEPUTIHAN
(BRIGHTNESS) PADA TAHAP D2 DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk-PORSEA
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : BETTY FRIDA AGUSTINA PURBA
Nomor Induk : 062401060
Program Studi : DIPLOMA-III KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juni 2009
Diketahui / disetujui oleh,
Ketua Departemen Kimia Dosen Pembimbing
FMIPA USU
Dr. Rumondang Bulan, M.S
NIP. 131 459 466 NIP. 131 572 435
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. PERNYATAAN
PENGARUH PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2) TERHADAP
DERAJAT KEPUTIHAN (BRIGHTNESS) PADA TAHAP D2 DI UNIT BLEACHING PT TOBA PULP LESTARI Tbk-PORSEA
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2009
062401060
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. PENGHARGAAN
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.
Tujuan disusunnya tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi diploma tiga (III) Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Adapun judul
dari tugas akhir ini adalah “ Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2)
terhadap Derajat Keputihan (Brightness) pada Tahap D2 di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea”.
Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah dan ibunda tercinta yang terus memberikan dukungan kepada penulis
hingga akhirnya dapat menyelesaikan kara ilmiah ini.
2. Ibu Dr.Rumondang Bulan, M.S. selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Philippus H.Siregar, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penulis dan memberi bimbingan sampai penyelesaian karya ilmiah ini.
4. Bapak Arlodis Nainggolan selaku pembimbing lapangan,
5. Bapak Irwan Kelana Putra selaku Training & Development Center Section
Head, Bapak Jhonny Marpaung yang tetap membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan kerja parkatek.
6. Kakak dan adik yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua. Penulis juga menyadari banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini, karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan karya ilmiah ini.
Medan, Juni 2009
Penulis
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. ABSTRAK
Dalam proses pembuatan pulp komponen lignin dan zat ekstraktif harus dihilangkan karena dapat mengurangi brightness pada pulp. Komponen lignin dan zat ekstraktif ini dihilangkan pada tahap pemutihan . Salah satu bahan kimia yang digunakan pada tahap pemutihan adalah hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida merupakan bahan kimia yang aman untuk digunakan karena tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan bila digunakan dalam jumlah yang besar tidak akan merusak struktur selulosa.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
THE INFLUENCE OF INCREASING HYDROGEN PEROXIDE
TO THE BRIGHTNESS IN STAGE D2 BLEACHING UNIT
PT TOBA PULP LESTARI Tbk-PORSEA
ABSTRACT
In pulp process the lignin component and extractive substance should be carry away because it can decrease the brightness in the pulp. The lignin component and extractive substance will be carry away in the bleaching process. One of the chemical substance that have been use in bleaching process is hydrogen peroxide (H2O2). Hydrogen peroxide is chemical substance that safe when we use it because didn’t have negative efffect to the surrounding and if we use in the large amount it will not impact to the cellulose structure.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku 4
2.2 Proses Pembuatan Pulp 6
2.2.1 Proses mekanik (mechanical pulping) 7
2.2.2 Proses kimia (Chemical pulping) 7
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
2.3 Dasar-Dasar Pengelantangan 8
2.4 Tahapan Proses Pengelantangan 11
2.5 Bahan Kimia Proses Pemutihan 12
2.5.1 Khlorin (Cl2) 12
2.5.2 Sodium Hidroksida (NaOH) 13
2.5.3 Oksigen (O2) 13
2.5.4 Sodium Hypoklorit (NaOCl) 13
2.5.5 Khlorin Dioksida (ClO2) 14
2.5.6 Hidrogen Peroksida (H2O2) 15
2.6 Pengujian Terhadap Pulp 16
BAB 3 METODOLOGI
3.2.3 Pengukuran Brightness 20
BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan 23
4.1.1 Data pengukuran pH 23
4.1.2 Data pengukuran brightness 23
4.2 Perhitungan 24
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Typical chemical antara hard wood dan soft wood 4
Tabel 4.1.1 Data Pengukuran pH 23
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Gambar alat ELREPHO 31
Lampiran 2
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kayu merupakan salah satu produk alam yang sangat penting. Sekitar sepertiga luas
permukaan lahan dunia tertutup oleh hutan yang mengandung persediaan pertumbuhan
total kayu sekitar 300.000 juta m3. Dari persediaan tersebut 2.600 juta m3 ditebang
setiap tahun.
Produk paling penting dari pengolahan kayu secara kimia adalah pulp. Dalam
tahun 1980 pulp yang dihasilkan diseluruh dunia 123 juta ton dalam periode yang
sama, konsumsi total kertas dan karton adalah 170 juta ton. Pada saat sekarang ini
kebutuhan pulp akan terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman,
pertambahan jumlah penduduk, perkembangan dunia pendidikan dan kemajuan taraf
hidup.
Indonesia sebagai negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam
(kayu) dan sumber daya manusia, berkeinginan menjadi produsen pulp di dunia, ini
ditunjukkan pemerintah dengan membantu para pengusaha untuk menanamkan
modalnya pada bidang usaha kehutanan yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pulp.
Untuk menghasilkan pulp dengan tingkat keputihan yang tinggi dan stabil,
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
unit pulp yang terdiri dari beberapa tahapan perlakuan dengan menggunakan
bahan-bahan kimia yaitu : Khlordioksida, Oksigen, Natrium Hidroksida, Natrium Hypoklorit
dan Peroksida.
Salah satu bahan kimia yang digunakan sebagai zat pemutih pada unit
bleaching adalah hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia
yang ramah lingkungan dan bila digunakan dalam jumlah yang besar tidak akan
merusak selulosa. Dengan mengamati permasalahan ini, penulis tertarik untuk lebih
membahas masalah ini dengan mengambil judul : ”Pengaruh Pemakaian Hidrogen
Peroksida (H2O2) terhadap Derajat Keputihan (Brightness) pada Tahap D2 di Unit
Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk”.
1.2Identifikasi Masalah
Untuk memperoleh suatu pulp dengan derajat keputihan yang tinggi dan stabil maka
lignin harus dikeluarkan dari dalam pulp. Hal ini tidak dapat dikerjakan seluruhnya di
dalam unit pemasakan (digester) karena apabila pemasakan dilakukan terlalu lama
maka kandungan selulosa yang terdapat dalam pulp akan hancur yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan. Oleh karena itu penghilangan lignin
dilakukan pada tahap pemutihan (Bleaching).
Adapun yang menjadi titik permasalahan adalah berapa besar pengaruh
pemakaian hidrogen peroksida terhadap derajat keputihan (brightness) dari pada pulp
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. 1.3Tujuan
Adapun tujuan dari pengamatan permasalan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemakaian hydrogen peroksida terhadap derajat keputihan (brightness) pulp yang
dihasilkan.
1.4Manfaat
- Dapat mengetahui pengaruh pemakaian hydrogen peroksida terhadap derajat
keputihan (brightness) pulp.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku
Kayu adalah bahan utama bahan serat selulosa yang dipakai untuk pembuatan pulp dan
kertas dikarenakan randemen seratnya tinggi. Secara kimia, kandungan bahan yang
terdapat dalam kayu dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
a. selulosa
b. hemiselulosa
c. lignin
d. extractive
Komposisi dan sifat-sifat kimia dari komponen-komponen ini sangat berperan
dalam proses pembuatan pulp. Pada setiap pemasakan kita ingin mengambil sebanyak
mungkin selulosa dan hemiselulosanya, di sisi lain lignin dan extractive tidak
dibutuhkan / dipisahkan dari serat kayunya. Komposisi kimia kayu bervariasi untuk
setiap spesies.
Secara umum hard wood mengandung lebih banyak selulosa, hemiselulosa dan
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Tabel 2.1 Komposisi typical chemical antara hardwood dan softwood
Komponen Soft Wood Hard Wood
Selulosa 42 ± 2% 45 ± 2%
Hemiselulosa 27 ± 2% 30 ± 5%
Lignin 27 ± 2% 20 ± 4%
Extractive 3 ± 2% 5 ± 3%
a. Selulosa
Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel daripada kayu.
Merupakan polimerisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat yang
mempunyai persen komposisi yang mirip dengan “starch” yaitu glukosa yang
terhidrolisa oleh asam.
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan glukosa
yang terdiri hanya dari polimer glukosa, hemiselulosa merupakan polimer dari lima
bentuk gula yang berlainan yaitu : glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa dan arabinosa.
Rantai hemiselulosa lebih pendek dibandingkan dengan rantai selulosa, karena
hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah. Molekul
hemiselulosa terdiri dari 300 unit gugus gula. Berbeda dengan selulosa, polimer
hemiselulosa berbentuk tidak lurus, tapi merupakan polimer-polimer bercabang, yang
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
seperti halnya selulosa. Pada proses pembuatan pulp hemiselulosa bereaksi lebih cepat
dibandingkan dengan selulosa.
c. Lignin
Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan
selulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Ia berfungsi sebagai bahan perekat
atau semen antara sel-sel selulosa yang membuat kayu menjadi kuat. Lignin
merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak. Molekul utama pembentuk
lignin adalah phenil propane. Satu molekul lignin dengan derajat polimerisasi yang
tinggi merupakan molekul yang besar karena ukurannya dan struktur tiga dimensinya.
Lignin di dalam kayu berfungsi sebagai lem atau semen. Lapisan (lamella) tengah,
dengan kandungan utamanya adalah lignin mengikat sel-sel itu dan sehingga terbentuk
struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin bersama
dengan hemiselulosa membentuk semen (matriks) dimana tersusunlah selulosa yang
berupa “mikro fibrils”.
d. Extractive
Kayu biasanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak
yang biasanya disebut dengan istilah “extractive”. Zat-zat ini dapat diambil /
dipisahkan dari kayu apakah dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
gugus fenol adalah merupakan beberapa grup yang juga merupakan extractive.
Kebanyakan dari extractive itu terpisahkan dalam proses pembuatan pulp dengan cara
kraft pulping.
2.2 Proses Pembuatan Pulp
Pemisahan serat selulosa dari bahan-bahan yang bukan serat di dalam kayu dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara / proses, yaitu :
2.2.1 Proses mekanik (Mechanical Pulping)
Dalam proses pembuatan pulp secara mekanik, pemisahan serat dilakukan
dengan cara menggunakan tenaga mekanik. Proses ini dilakukan dengan menggerinda
kayunya menjadi serat pulp dan menghasilkan randemen sebesar 90-95%, tetapi
menyebabkan kerusakan pada serat. Penggunaan pulp yang dihasilkan pada proses
mekanik ini nilainya kecil sekali, juga pulp itu masih mengandung banyak lignin, dan
serat-seratnya tidak murni sebagai serat
2.2.2 Proses kimia (Chemical Pulping)
Pada proses kimia, bahan-bahan yang terdapat ditengah lapisan kayu akan
dilarutkan agar serat dapat terlepas dari zat-zat yang mengikatnya. Hal yang merugikan
pada proses ini adalah rendemen yang rendah yaitu 45-55%. Proses kimia dibagi
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
1. Soda process
Dalam proses soda, kayu dimasak dengan larutan sodium hidroksida. Larutan sisa
pemasakan dipekatkan dan kemudian dibakar, yang akan menghasilkan sodium
karbonat, dan apabila diolah dengan menambahkan batu kapur akan menghasilkan
sodium hidroksida. Nama proses “soda” karena bahan kimia yang ditambahkan ke
dalam prosesnya berupa sodium karbonat. Proses ini sekarang sudah tidak dipakai lagi.
2. Sulphite process
Pada proses sulfite, larutan pemasak yang dipakai adalah asam-asam yang
mengandung sulfur dari logam alkali, atau alkali tanah berupa bisulfit.
3. Sulphate process
Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses sulphate atau
disebut juga proses kraft.
Keuntungan-keuntungan dari proses sulphate ini adalah sebagai berikut :
a. Pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang tinggi
b. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku kayu dari
spesies yang berbeda
c. Tersedianya bahan kimia pengganti dengan berbagai alternatif dan harganya
tidak mahal
d. Tersedianya peralatan-peralatan operasi yang standard
e. Banyak pilihan yang dapat dipakai untuk proses pemucatan
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
g. Pendaurulangan bahan kimianya sangat effisien.(Anonim, 2002)
2.2.3 Proses semi kimia (Semi Chemical Pulping)
Kayu dapat pula di pulp dengan cara yang menggabungkan kebaikan hasil tinggi pada
proses mekanis dan sebagian dari kebaikan proses kimia yang berkualitas tinggi.
Dengan menggunakan teknik-teknik yang dikenal dengan pembuatan pulp semi-kimia
atau kimia mekanis, tatal kayu dikenakan cairan kimia pemasak pulp dalam jangka
pendek dan kemudian dilewatkan melalui mesin penghalus mekanis untuk
memisahkan serat-serat penyusunnya. Cairan pemasak tersebut menyebabkan
kerusakan sebagian dari ikatan lignin dan pada dasarnya memberikan fungsi yang
sama sebagaimana panas dalam proses termomekanis. Energi mekanis yang
dibutuhkan untuk pemisahan serat sangat berkurang dan kerusakan serat menurun.
Proses kimia mekanis dapat digunakan untuk pembuatan pulp kayu keras yang terlalu
rapat untuk dipulpkan secara memadai dengan cara yang sepenuhnya mekanis. Hasil
65-75 % adalah umum dan kadang-kadang dapat lebih tinggi. (Haygreen, 1996)
2.3 Dasar-Dasar Pengelantangan
Pengelantangan bukan merupakan penemuan modern tetapi merupakan teknik yang
sangat tua yang digunakan untuk memucatkan tekstil dengan bantuan sinar matahari
dan/atau bahan kimia seperti kalium karbonat dan yang terakhir hipoklorit dan klor.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
mula-mula juga dilakukan dengan cara ini. Periode baru tentang sejarah
pengelantangan dimulai pada akhir abad ke sembilan belas dengan pengelantangan
pulp kayu dalam industri, mula-mula dengan hipoklorit dan yang terakhir dengan klor,
sebagian gabungan, dan dengan langkah ekstraksi dengan alkali. Meskipun dasar-dasar
cara pengelantangan yang lama masih berlaku, tetapi perkembangan teknik
pengelantangan dalam pulp di dalam abad ini telah menyebabkan banyak bahan kimia
pengelantang digunakan dalam banyak proses yang sangat khusus pada saat ini.
Tujuan utama pengelantangan pulp adalah untuk menaikkan derajat putih.
Karena komponen kromofor yang menyerap sinar dalam pulp yang tidak dikelantang
adalah terutama gugus fungsional dari lignin yang terdegradasi dan sisa lignin yang
diubah, maka pengelantangan dapat dilakukan baik dengan pengubahan dan
menstabilkan gugus kromofor tanpa kehilangan bahan (pengelantangan yang
melindungi lignin) atau dengan menghilangkan lignin (pengelantangan yang
menghilangkan lignin). Bersama dngan lignin, senyawa-senyawa lain (ekstraktif dan
komponen-komponen abu, poliosa) dan partikel-partikel yang terdelignifikasai tidak
sempurna dapat juga, paling tidak sebagian, dihilangkan. Maka pengelantangan dapat
juga dipandang sebagai proses pemurnian yang terutama digunakan dalam
memproduksi pulp larutan untuk memperoleh pulp yang murni dengan kandungan alfa
selulosa yang tinggi.
Pengelantangan menimbulkan perubahan sifat-sifat optik pulp terhadap
penyerapan sinar, penghamburan sinar dan pemantulan, yang dinyatakan dalam
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
penting untuk menentukan warna pulp adalah derajat putihnya, yang dapat dilukiskan
dan ditentukan dengan cara-cara yang agak berbeda dengan menggunakan beberapa
standar dan metode pengujian. Derajat putih yang paling umum digunakan adalah
faktor pemantulan sinar biru (357 atau 360 nm) dari lembaran pulp (dalam %),
didasarkan pada pemantulan magnesium oksida (derajat putih 100%) sebagai sampel
standar.
Proses-proses industri yang menghilangkan lignin meliputi serangkaian
pengelantangan multi tahap yang disesuaikan dengan tipe pulp yang khusus dan
penggabungan kemampuan oksidasi dan reduksi yang berbeda dari bahan kimia
pengelantang. Lignin yang terdegradasi dan produk-produk reaksi lain diekstraksi
selama tahap-tahap pencucian alkalis antara. Pengelantangan dengan peroksida,
oksigen atau ditionit membutuhkan bahan kimia tambahan untuk penyangga (misal
natrium silikat), persaingan (misalnya asam etilenadiamin tetraasetat (EDTA)) atau
penstabilan (misalnya garam-garam magnesiium).
Karena banyaknya bahan kimia pengelantang dan urutannya, faktor-faktor
yang berpengaruh dalam proses pengelantangan pulp sangat berbeda, tetapi semua
proses mempunyai kondisi penting berikut yang sama :
- jumlah bahan kimia
- konsistensi pengelantangan
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Proses-proses pengelantangan modern hanya khusus menggunakan sistem
sinambung dengan menara-menara pengelantang yang telah menggantikan
proses-proses tumpak yang tua. Dalam menara-menara pengelantang tradisional pulp dan
cairan pengelantang bergerak secara seragam. Perkembangan terakhir meliputi
penggantian atau pengelantangan dinamik dan pencucian dalam pencampur
sinambung, dan pengelantangn fasa gas. Umum untuk semua prosedur pengelantang
adalah perlunya pencampuran yang cermat dari pulp dengan lindi pengelantang dan
pencucian pulp secara intensif untuk menghilangkan hasil-hasil reaksi yang terlarut.
(Fengel, 1995)
2.4 Tahapan Proses Pengelantangan
Pengelantangan yang sudah modern biasanya dilaksanakan secara bertahap dengan
memanfaatkan bahan-bahan kimia dan kondisi-kondisi yang berbeda-beda pada setiap
tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat ditunjukkan
dengan urutan sebagai berikut :
1) Khlorinasi (C) : Reaksi dengan elemen Khlorin dalam
suatu media asam
2) Ekstraksi Alkali (E) : Pemisahan hasil reaksi dengan Caustic
3) Ekstraksi Oksidasi (E/O) :Ekstraksi oksidasi yang diperkuat dengan
Peroksida (E/OP)
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
5) Khlorin Dioksida (D) : Reaksi dengan Khlorin Dioksida dalam
suasana asam
6) Oksigen (O) : Reaksi dengan elemen O2 yang
bertekanan dalam suasana alkali.
Pada tahap khlorinasi, lignin dikhlorinasi menjadi khlorolignin (yang akan
menjadi terlarut pada tahap ekstraksi), sehingga proses delignifikasi terjadi.
Peningkatan brightness setelah melalui tahap CE sangatlah kecil. Oksigen juga
dipergunakan pada tahap ekstraksi dan terutama digunakan pada proses delignifikasi.
Untuk mencapai suatu “brightness penuh” pada tingkat 89 sampai 90 % ISO,
proses pengelantangan dilaksanakan dengan lima tahap, menggunakan tahapan
CEHED atau CEDED.
Pada pengelantangan dengan menggunakan hypoklorit, kelompok khromoporik
lignin hancur. Brightness meningkat sangat tinggi pada tahap ini. Kalsium atau sodium
hypokhlorit kemungkinan bisa dipergunakan. Salah satu kerugian pada perlakuan ini
adalah bahwa selulosa juga diserang oleh hypokhlorit, dan oleh karena itu
kondisi-kondisi operasi selama perlakuan ini harus diperhatikan dengan seksama untuk
mencegah terjadinya kerusakan terhadap selulosa.
Tahap pengelantangan dengan khlorin dioksida menghasilkan brightness pulp
yang tinggi. Keuntungan dengan perlakuan ini adalah bahwa khlorin dioksida
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Peroksida digunakan pada proses pengelantangan pulp secara kimia.
Digunakan pada kondisi-kondisi yang relatif sejuk (35 sampai 55oC). Peroksida
merupakan zat pengelantang yang efektif untuk melindungi selulosa, memperbaiki
brightness tanpa kehilangan produksi yang berarti.
2.5 Bahan Kimia Proses Pemutihan
2.5.1 Khlorin (Cl2)
Khlorin sangat murah dan bahan kimia yang paling cocok untruk mengubah banyak
lignin dan bahan-bahan yang bukan selulosa di dalam pulp yang larut. Pada
kondisi-kondisi yang normal khlorin sangat sedikit merusak terhadap serat-serat selulosa asal
saja konsentrasi, temperatur dan waktu reaksi dikendalikan secara hati-hati. Reaksi
khlorin terhadap lignin dan resin sebahagian besar dengan cara substitusi dan reaksi
adisi tetapi beberapa oksidasi juga ikut ambil bagian tergantung kepada
kondisi-kondisi pH. Khlorinasi mengubah warna dan sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh pulp
dan membuat lignin serta resin semakin larut di dalam air dan kaustik encer. Khlorin
merupakan gas yang berwarna kuning kehijauan, bersifat racun dan harus ditangani
secara hati-hati. Khlorin yang lembab atau basah sangat korosif terhadap kebanyakan
logam.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Pada saat khlorin bereaksi dengan lignin dan resin, sebahagian besar saja yang
dihasilkan tersebut larut dengan air. Karena khlorinat lignin dan resin sangat mudah
larut dalam larutan alkali, perlakuan alkali menyusul setelah proses khlorinasi. Sodium
hidroksida (kaustik soda) merupakan salah satu alkali kuat yang ada. Pada pabrik
pengelantangan normalnya digunakan alkali encer dengan konsentrasi kira-kira 120
gram/liter.
2.5.3 Oksigen (O2)
Gas oksigen digunakan sebagai suatu zat pengelantang bersama-sama dengan alkali
pada tahap ekstraksi. Gas oksigen memperkuat sifat-sifat pulp yang dikelantang. Hal
ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap
lingkungan.
2.5.4 Sodium Hypoklorit (NaOCl)
Hypoklorit adalah persenyawaan khlorin yang pertama digunakan untuk proses
pengelantangan (biasanya disebut “hypo”). Rumus kimia sodium hypoklorit adalah
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
merupakan larutan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat
dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur serta berkurangnya sifat alkali.
Hypoklorit biasanya dibuat dengan konsentrasi alkali yang berlebihan (kira-kira 4
gram per liter) untuk menjaga kestabilan larutan. Kandungan khlorin pada larutan
hypoklorit diperkirakan sebesar 40-44 gram per liter.
Tujuan utama perlakuan dengan menggunakan hypoklorit adalah untuk
meningkatkan brightness pada pulp. Ini dicapai dengan tindakan oksidasi dari
hypoklorit pada lignin dan bahan-bahan berwarna yang lain yang terdapat pada pulp
dengan cara mengubah mereka menjadi benda yang tak berwarna. Bagaimanapun
reaksi ini, sangat serius merusak serat selulosa kecuali bila kondisi-kondisi operasi
seperti pH, temperatur, waktu tinggal dan jumlah hypoklorit yang digunakan
dikendalikan secara hati-hati. Degradasi ini dikendalikan bertujuan untuk mencapai
kekuatan pulp yang dikehendaki.
2.5.5 Khlorin Dioksida (ClO2)
Khlorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses
pengelantangan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa dengan
kerusakan pada selulosa yang minimum. Brightness tinggi yang dihasilkan dengan
khlorin dioksida adalah stabil. (Anonim, 2003)
2.5.6 Hidrogen Peroksida (H2O2)
Hidrogen peroksida digunakan untuk pengelantangan yang melindungi lignin, tetapi
pada tahun-tahun terakhir penggunaannya dalam pengelantangan pulp-pulp kimia telah
naik cukup besar. Reaksi-reaksi pengelantangan oksigen dan hidrogen peroksida
mempunyai ciri-ciri sama, karena dalam kedua hal medianya adalah alkalis dan
oksigen sebagian diubah menjadi hidrogen peroksida dan sebagainya. Sejumlah zat
antara yang reaktif dibentuk dalam reaksi-reaksi oksigen dan peroksida-peroksida
dengan substrat. Maka bentuk reaksi yang dihasilkan sangat kompleks dan sejauh ini
tidak banyak diketahui atau berdasarkan spekulasi.
Bahan kimia pengelantang yang utama dan praktis satu-satunya dengan
sifat-sifat oksidatif yang digunakan untuk pengelantangan yang melindungi lignin adalah
hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida merupakan asam lemah dan bagian-bagian
pengelantang yang aktif adalah anion peroksida nukleofil (H2O-), yang menyerang
struktur-struktur karbonil yang mengubah mereka menjadi sistem-sistem yang kurang
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Dalam praktik, pengelantangan peroksida dilakukan pada suhu 50-600C dan
harga pH awal sekitar 11, yang pada bagian akhir turun menjadi sekitar pH 9. Untuk
mencegah peruraian peroksida, yang terjadi dengan adanya ion-ion logam berat, perlu
menambah penstabil, seperti magnesium silikat atau bahan-bahan pengasing. Pada
kondisi-kondisi yang dioptimasi dapat diperoleh kenaikan derajat putih ISO sekitar
20%, tetapi reaksi pengelantangan berbagai tipe pulp berbeda sangat besar. (Sjostrom,
1995)
2.6 Pengujian Terhadap Pulp
Agar supaya pengendalian pengoperasian Bleaching Plant berjalan secara efisien dan
untuk mencapai dan memperkuat spesifikasi terhadap kualitas, diperlukan suatu
pengujian dan analisa. Berikut adalah beberapa pengujian yang sangat penting seperti
a. Bilangan Kappa
Pengujian ini mengindikasikan kandungan lignin dan kemampuan pulp tersebut
untuk diputihkan. Pengujian ini didasarkan kepada reaksi dengan Potasium
Permanganat (KMnO4). Normalnya pulp coklat dan pulp setelah melewati tahap proses
alkali ekstraksi diperiksa bilangan kappanya di laboratorium.
b. Viscositas
Pengujian terhadap viskositas dilakukan untuk menentukan kekuatan yang
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
dengan kata lain degradasi dari pada serat selulosa. Pada proses pemutihaan dissolving
pulp, kondisi-kondisi proses dan bahan kimia yang diberikan adalah dirancang untuk
mengendalikan derajat polimerisasi menuju tingkat yang dikehendaki dan pengujian
viskositas sangatlah penting. Secara regular contoh pulp coklat, pulp setelah
mengalami proses alkali ekstraksi dan tahap hypoklorit, dan pulp yang trelah
mengalami proses pemutihan tahap akhir diperiksa viskositasnya di laboratorium.
Pemeriksaan meliputi penentuaan viskositas larutan pulp di dalam Cupraethylen
Diamin atau Cuprammonium.
c. Brightness
Brightness pulp diukur pada tahap yang berbeda-beda di dalam proses
pemutihan, sebagaimana salah satu tujuan yang paling penting dari proses pemutihan
adalah untuk mencapai brightness yang spesifik terhadap pulp yang dihasilkan. Sebuah
alat pengukur tingkat refleksi atau pengukur brightness digunakan di laboratorium
untuk mengukur brightness contoh pulp dibuat dalam bentuk lembaran. Ini
memantulkan cahaya diukur dan dinyatakan sebagai persen dari pada (seperti
magnesium oksida). Jadi, nilai brightness 90 ISO artinya, pada kondisi yang standar
dari cahaya dan pengamatan, suatu kekuatan memantulkan adalah, (pada panjang
gelombang sebesar 457 nm) 90% dari batangan magnesium oksida. Pulp setelah tahap
Hypoklorit, tahap Khlorin Dioksida dan pulp yang keluar dari tahap akhir proses
pemutihan secara normal diperiksa brightnessnya. Pada Bleaching Plant dengan sistem
pengendali yang bekerja secara otomatis, ada instrument yang terpasang pada jalur
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Hypoklorit dan Khlorin Dioksida. Pengukuran ini dipergunakan untuk mengendalikan
dosis bahan kimia di dalam tahap tersebut.
d. Konsistensi
Konsistensi stock pulp yang masuk ke tahap khlorinasi dan stock yang
meninggalkan menara pemutihan menuju pulp machine diukur dan dicatat oleh
instrument-instrumen yang terpasang dijalur tersebut. Pengukuran ini adalah untuk
dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan di laboratorium. Sebagai tambahan, contoh
yang dikumpulkan dari tahap yang berbeda-beda di dalam proses akan diperiksa
konsistensinya di laboratorium.
e. Khlorin yang tersisa
Pemeriksaan terhadap khlorin yang tersisa di dalam stock pulp pada tahap
proses khlorinasi dan khlorin dioksida dilakukan untuk mengendalikan dosis bahan
kimia. Contoh yang berasal dari tahap-tahap ini dianalisa di laboratorium dan
berdasarkan hasil yang diperoleh, penting untuk pengaturan dosis bahan kimia yang
diberikan. Pada tahap khlorinasi ada juga pengukuran sisa khlorin yang dilakukan
secara otomatis dengan sebuah instrument yang terpasang di jalur tersebut untuk
mengendalikan khlorin yang ditambahkan.
f. Pengujian yang lain
Tambahan terhadap pemeriksaan yang rutin ini, ada juga pengujian yang
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Semua larutan kimia yang dipergunakan di pabrik diuji sewaktu-waktu secara regular
yaitu menyangkut konsentrasi dan filtrat yang berasal dari alat washer tersebut
diperiksa kandungan seratnya. Dissolving pulp yang diputihkan membutuhkan
pengujian yang khusus untuk mempertegas spesifikasi kualitasnya, ini termasuk
analisa abu, pengujian terhadap zat-zat pengotor anorganik, pengujian kelarutannya
terhadap alkali, pengujian reaktifitasnya dan lain-lain. Tergantung kepada kendali
kualitas yang diinginkan, mungkin perlu beberapa pemeriksaan pada tahap yang
berbeda-beda di dalam proses pemutihan. (Sirait, 2003)
BAB 3
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. 3.1 Alat
- Alat ELREPHO (Elektro Refracto Fotometer)
- Corong Buchner
- Dihidupkan alat dengan menghubungkan ke sumber arus listrik
- Diklik alat (Instrument) lalu diklik Elrepho
- Diklik kalibrasi kemudian diperiksa standar kalibrasi putih (white calibration
standard) dan kalibrasi UV (UV calibration) yang sesuai dengan yang dipakai
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
- Setelah muncul rongga hitam (black cavity) dimasukkan rongga hitam (black
cavity) kemudian klik oke
- Alat (instrument) didiamkan hingga muncul standar putih (white standard) lalu
dimasukkan standar putih (white standard) kemudian klik oke
- Alat (instrument) didiamkan hingga muncul standar UV CIE yang terkecil D65
(UV standard CIE whitness D65) lalu dimasukkan standar UV (UV standard)
lalu diklik oke
- Alat (instrument) didiamkan hingga muncul standar UV ISO dengan derajat
keputihan C2 (UV Standard ISO brightness C2) kemudian diklik oke
- Alat (instrument) didiamkan hingga muncul kalibrasi telah berhasil dengan
baik (the calibration finished successfully) kemudian diklik setuju (approve)
lalu diklik tutup (close)
- Alat (instrument) ELREPHO siap dipakai
3.3.2 Pengukuran pH
- Dimasukkan sampel bubur pulp ke dalam beaker glass
- Ditambahkan 100 ml aquadest
- Didiamkan selama ± 10 menit
- Dicelupkan elektroda pH meter ke dalam beaker glass
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. 3.3.3 Pengukuran Derajat Keputihan (Brightness)
- Diambil sampel pulp dari bleaching unit kemudian dicuci hingga bersih
- Pulp kemudian dibentuk menjadi sheet (lembaran)
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama ± 5 menit
- Diperiksa derajat keputihan (brightness) dengan menggunakan alat ELREPHO
- Dicatat nilai yang tertera pada alat
BAB 4
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Proses pengelantangan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang
dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini dicapai
dengan cara menghilangkan atau mengelantang bahan pewarna yang tersisa pada pulp.
Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang
tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan
mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, jadi menghasilkan kualitas
pulp yang rendah.
Oleh karena itu. proses pemasakan agar benar-benar cukup dimana proses
penghilangan lignin dengan bahan kimia, umumnya memiliki suatu dampak terhadap
dekomposisi dari lignin. Pada normalnya proses penghilangan lignin adalah
melarutkan pulp ke bentuk yang larut dengan air. Lignin pada pulp sangat reaktif yang
berarti ini mudah dipengaruhi bahan kimia seperti Khlordioksida, Natrium
Hidroksida, Oksigen dan Hidrogen Peroksida.
Dengan adanya penambahan bahan kimia Hidrogen Peroksida maka brightness
akan meningkat sangat tinggi sehingga diperoleh suatu “brightness penuh” pada
tingkat 89 sampai 90 % ISO. Keuntungan dengan menggunakan bahan kimia ini
adalah bahwa Hidrogen Peroksida merupakan zat pengelatang yang efektif untuk
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Berikut data hasil analisa yang dilakukan dalam mengukur pH dan brightness
dari sampel pulp di PT Toba Pulp Lestari, Tbk selama 7 hari yang dimulai dari tanggal
13 Januari 2009 sampai 20 Januari 2009.
4.1 Data Percobaan
4.1.1 Data pengukuran pH
Tanggal Do Eop D1 D2
13 Januari 2009 1.8 10.7 3.6 9.7
14 Januari 2009 2.1 10.7 3,5 9.6
15 Januari 2009 2.0 10.6 3.8 10.0
16 Januari 2009 2.1 10.6 2.8 9.8
17 Januari 2009 1.9 10.7 3.2 10.1
19 Januari 2009 1.8 10.6 4.0 9.9
20 Januari 2009 1.8 10.7 3.6 9.7
Range pH 1.6-2.2 10.5-11.0 2.7-4.0 8.5-10
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Tanggal D0 Eop D1 D2
13 Januari 2009 57.5 74.7 87,2 89.1
14 Januari 2009 59.9 77,5 87.7 89.0
15 Januari 2009 63.5 77.7 87.3 89.1
16 Januari 2009 58.9 76.0 85.6 89.1
17 Januari 2009 60.5 76.2 87.5 89.2
19 Januari 2009 59.3 76.7 87,3 89.3
20 Januari 2009 57,5 74.7 87,2 89.1
Keterangan :
D0 : Bahan kimia yang digunakan adalah ClO2
Eop : Bahan kimia yang digunakan adalah NaOH, O2 dan H2O2
D1 : Bahan kimia yang diunakan adalah ClO2
D2 : Bahan kimia yang digunakan adalah H2O2
4.2 Perhitungan
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. dimana
A = absorbansi
T = transmitansi
Contoh perhitungan untuk tahap D0
A = 2 - log %T
= 2 - log 57,5
= 2 - 1,7596
= 0,2404
Contoh perhitungan untuk tahap Eop
A = 2 - log%T
= 2 - log 74,7
= 2 - 1,8733
= 0,1267
Contoh perhitungan untuk tahap D1
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. = 2 - log 87,2
= 2 - 1,9405
= 0,0595
Contoh perhitungan untuk tahap D2
A = 2 - log%T
= 2 - log 89,1
= 2 - 1,9498
= 0,0502
Dari hasil perhitungan maka diperoleh
Tanggal D0 Eop D1 D2
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. A =
λ = panjang gelombang
Contoh perhitungan untuk tahap D0
A =
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. A =
Contoh perhitungan untuk tahap D1
A =
Contoh perhitungan untuk tahap D2
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. Dari hasil perhitungan maka diperoleh
Tanggal D0 Eop D1 D2
13 Januari 2009 8,2631x10-23 1,5678x10-22 3,3386x10-22 3,9571x10-22
14 Januari 2009 8,9239x10-23 1,7944x10-22 3,4789x10-22 3,9180x10-22
15 Januari 2009 1,0068x10-22 1,8124x10-22 3,3668x10-22 3, 9571x10-22
16 Januari 2009 8,6405x10-23 1,6665x10-22 2,9385x10-22 3, 9571x10-22
17 Januari 2009 9,099x10-23 1,6820x10-22 3,4249x10-22 3,9969x10-22
19 Januari 2009 8,7509x10-23 1,7228x10-22 3,3668x10-22 4,0375x10-22
20 Januari 2009 8,2631x10-23 1,5678x10-22 3,3386x10-22 3,9571x10-22
4.3 Pembahasan
Pada proses pemutihan dilakukan penambahan hydrogen peroksida (H2O2) dengan
tujuan untuk menghilangkan lignin sehingga diperoleh derajat keputihan (brightness)
yang memenuhi standar. Pemutihan dengan menggunakan hydrogen peroksida (H2O2)
yang sempurna akan menghasilkan kualitas pulp yang sesuai dengan standart ISO dan
ramah lingkungan. Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan zat
pengelantang yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Dari tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dengan penambahan
hidrogen peroksida diperoleh nilai absorbansi yang rendah. Hal ini berpengaruh
terhadap kualitas pulp untuk menyerap cahaya. Semakin rendah nilai absorbansi yang
diperoleh maka semakin tinggi derajat keputihan (brightness) yang diperoleh.
Demikian juga sebaliknya semakin tinggi nilai absorbansinya maka derajat keputihan
(brightness) pulp yang dihasilkan akan semakin rendah.
Dengan adanya penambahan hidrogen peroksida (H2O2) dapat dilihat dengan
jelas bahwa hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat keputihan pulp.
Khususnya proses pemutihan yang dilakukan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dihasilkan
derajat keputihan (brightness) yang sesuai dengan standar ISO.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan data pada proses pemutihan dapat
disimpulkan
- Dengan adanya pemakaian hydrogen peroksida pada tahap D2 maka dapat
dihasilkan pulp dengan derajat keputihan (brightness) yang memenuhi standar
ISO.
- Standar derajat keputihan (brightness) yang diproduksi oleh PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk adalah 89 – 90 % ISO.
5.2 Saran
- Perlu diperhatikan cara pengambilan sampel karena dapat mempengaruhi hasil
analisis.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
(Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Anonim. 2002. Digester Plant. Training and Development Centre. Porsea: PT Toba
Pulp Lestari, Tbk.
Anonim. 2003. Bleaching Plant. Training and Development Centre. Porsea: PT Toba
Pulp Lestari, Tbk.
Fengel, D. 1995. Kayu Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Haygreen, J.G. 1996. Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sirait, S. 2003. Bleaching Module. Training and Development Centre. Porsea: PT Toba
Pulp Lestari, Tbk.
Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu Dasar-Dasar Dan Penggunaan. Edisi Kedua.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan (Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan (Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan (Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan (Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan