• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

C. Pelaksanaan Pendidikan Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran

2. Komponen-komponen Pembelajaran

Menurut Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo (2008: 51) proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), kearah mana bimbingan ditujuan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), dan tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan). Sedangkan menurut Kemp, Morrison dan Ross (Dewi Salma Prawiradilaga, 2009: 17) komponen-komponen dalam pembelajaran mengacu kepada empat komponen inti yakni siswa, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian. Rincian komponen inti tersebut dibahas sebagai berikut:

Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen pembelajaran adalah peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, metode pembelajaran, media atau alat pembelajaran, penilaian, dan lingkungan pendidikan.

a. Peserta didik

Dwi Siswoyo, dkk. (2011: 96) menjelaskan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Suharsimi Arikunto (Tatang M. Amirin, dkk., 2010: 50) mendefinisikan peserta didik atau siswa adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Sedangkan Tatang M. Amirin, dkk. (2010: 50) menjelaskan bahwa peserta didik yakni seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan potensi dirinya baik pada aspek akademik maupun non akademik melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa atau peserta didik adalah semua anggota masyarakat yang terdaftar dalam suatu lembaga pendidikan yang berusaha mengembangkan potensi dirinya pada aspek akademik maupun non akademik melalui

proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

b. Pendidik

Dalam proses pembelajaran peran pendidik sangat penting. Menurut Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo (2008: 54) pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih (Sutari Imam Barnadib dalam Arif Rohman, 2013: 149). Syarat seorang pendidik menurut Dwi Siswoyo, dkk. dalam Arif Rohman (2013: 150) adalah: (1) mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci; (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik; (3) mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya. Sementara itu, Noeng Muhadjir dalam Arif Rohman (2013: 150) menjelaskan bahwa persyaratan seseorang bisa sebagai pendidik apabila seseorang tersebut: (1) memiliki pengetahuan lebih; (2) mengimplisitkan nilai dalam pengetahuan itu; dan (3) bersedia menularkan pengetahuan berserta nilainya kepada orang lain.

Menurut Dwi Siswoyo, dkk. dalam Arif Rohman (2013: 151), kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah:

1) Kompetensi profesional. Artinya ia memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai bidang studi yang akan diajarkan kepada peserta didik dan metodologinya.

2) Kompetensi personal. Artinya bahwa ia harus memiliki kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber identifikasi khususnya bagi peserta didik dan umumnya bagi sesama manusia. 3) Kompetensi sosial. Artinya ia bisa menunjukkan kemampuan

berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didiknya, sesama guru, pemimpinnya, dan dengan masyarakat luas.

Adapun guru SD sendiri adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran di SD, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

c. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan belajar-mengajar (Dwi Siswoyo, 2011: 26). Sedangkan menurut Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo (2008: 37) tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Secara umum, ada empat tujuan pendidikan, yaitu: tujuan umum, tujuan institusional (tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran), dan tujuan

instruksional (tujuan pokok bahasan atau subpokok bahasan) (Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2008: 39-40).

d. Metode dan media pembelajaran 1) Metode pembelajaran

Metode adalah cara yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipakai oleh orang atau sekelompok orang untuk membimbing anak/peserta didik sesuai dengan perkembangannya kearah tujuan yang hendak dicapai (Dwi Siswoyo, dkk., 2011: 142-143).

Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan lancar. Dewi Salma Prawiradilaga (2009: 18) mendefiniskan bahwa metode adalah cara- cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam proses belajar mengajar guru dituntut mampu memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diberikan. Pemilihan metode menjadi sulit lantaran banyaknya metode pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang dianggap tepat dalam kegiatan pembelajarannya.

Menurut Sugihartono, dkk. (2012: 81) metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Metode pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu ceramah, latihan,

tanya jawab, karyawisata, demonstrasi, sosiodrama, bermain peran, diskusi, pemberian tugas dan resitasi, eksperimen, dan proyek.

Peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Penggunaan metode diharapkan dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu yaitu meningkatkan kreatif, keaktifan, belajar yang sehat, mempercepat proses pembelajaran, meningkatkan prestasi, membangun komunitas belajar yang efektif, meningkatkan nilai nasionalisme siswa serta meningkatkan pembelajaran di era globalisasi.

2) Media pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara”, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver) (Sri Anitah W, dkk., 2010: 6.3). Sehingga, ada keterkaitan antara media dengan pesan dan metode dalam proses pembelajaran yang digambarkan dalam gambar berikut:

Gambar 2. Hubungan Media dengan Pesan dan Metode Pembelajaran (Sri Anitah W, dkk., 2010: 6.4)

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang (Dewi Salma Prawiradilaga, 2009: 64).

Ada berbagai macam dan jenis media pembelajaran. Mengingat pentingnya media dalam kegiatan pembelajaran, maka guru perlu menetapkan dan memilih media belajar yang tepat untuk memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran. Dalam memilih media belajar yang tepat ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya: (1) waktu; (2) karakteristik peserta didik atau pelajar; (3) tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari oleh siswa; (4) ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi belajar; (5) kemampuan pengajar untuk menggunakannya jika akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pola tradisional; (6) biaya; (7) konteks penggunaan; dan (8) mutu teknis (Etin Solihatin dan Raharjo, 2009: 31).

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2009: 43), penilaian adalah proses memperoleh informasi untuk tujuan pengambilan keputusan tentang kebijaksaan pendidikan, kurikulum, dan program pendidikan atau tentang kegiatan belajar siswa. Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan secara kontinu, utuh, dan menyeluruh, baik evaluasi proses maupun hasil alat evaluasi berupa tes dan nontes. Sedangkan menurut Daryanto dan Muljo Raharjo (2012: 149), evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses untuk mengumpulkan informasi, mengadakan pertimbangan-pertimbangan mengenai informasi tadi, serta mengambil keputusan-keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan.

Penilaian mencakup dua hal, yaitu belajar dan pembelajaran. Penilaian belajar dilakukan untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran yang dapat dicapai. Selain itu, penilaian dilakukan pula terhadap proses pembelajaran. Penilaian ini bertujuan agar faktor penghambat belajar dapat diatasi sehingga proses belajar yang akan datang akan menjadi lebih mudah serta lancar (Dewi Salma Prawiradilaga, 2009: 19).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah dasar pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh guru secara kontinu, utuh, dan menyeluruh berupa tes dan nontes.

f. Lingkungan pendidikan

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Adapun fungsi pendidikan secara umum adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal (Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2008: 163-164).

Dokumen terkait