• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah Pendidikan Nilai Nasionalisme

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

C. Pelaksanaan Pendidikan Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran

4. Langkah-langkah Pendidikan Nilai Nasionalisme

kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan berurutan dalam membentuk karakter yang diharapkan dikuasai oleh siswa (Sri Anitah W, dkk., 2010: 4.1).

a. Kegiatan Pembuka

Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menyiapkan mental siswa dalam memasuki kegiatan inti pelajaran. Selain itu, kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari (Sri Anitah W, dkk., 2010: 4.5).

Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan awal pembelajaran, diantaranya sebagi berikut:

1) Menimbulkan motivasi dan perhatian siswa

Pada saat siswa memasuki pelajaran, pikiran siswa masih terkait dengan pelajaran sebelumnya atau dengan kegiatan-kegitaan yang dialami sebelumnya (Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.6). Agar siswa fokus pada pembelajaran, guru perlu memotivasi dan menarik perhatian siswa yang pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, dengan menyampaikan cerita yang menimbulkan pertanyaan dan menunjukkan gambar atau alat peraga. Jika motivasi siswa sudah

terbangun, maka proses pembelajaran akan berlangsung lebih mudah.

Menurut Made Wena (2010: 37) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa, diantaranya sebagai berikut:

a) Menggunakan efek audio visual, misalnya dengan menggunakan animasi, cahaya (flash) dalam pembelajaran.

b) Menggunakan peristiwa atau kontens yang tidak biasa untuk merangsang perhatian siswa, tetapi tetap pada batas wajar.

c) Menghindari gangguan, dengan cara menghindari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian.

2) Membuat kaitan (apersepsi)

Salah satu cara untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari adalah dengan membuat kaitan (Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.7). Kegiatan membuat kaitan pada awal pembelajaran biasanya dikenal dengan melakukan apersepsi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan apersepsi, diantaranya sebagai berikut:

a) Mengajukan pertanyaan tentang pelajaran yang sudah dipelajari sebelumya.

b) Menyebutkan manfaat setelah mempelajari materi.

c) Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.

Menurut Made Wena (2010: 171) setelah guru mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan), dengan demikian siswa akan memberikan respons/jawaban. Jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan.

3) Memberikan acuan

Memberikan acuan diartikan sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran berlangsung (Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.6). Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan diantaranya sebagai berikut: Pertama, memberitahu tujuan yang diharapkan dari materi yang akan dipelajari. Kedua, guru menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa. Dengan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, siswa akan terarah usahanya untuk mencapai kemampuan atau menguasai topik-topik tersebut.

Mager & Beach (1967) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran pada hakikatnya menjelaskan suatu hasil bukan suatu proses. Dengan demikian, tujuan pembelajaran hanya menggambarkan apa yang diharapkan untuk dikuasai oleh siswa pada akhir pembelajaran, bukan bagaimana cara untuk memperoleh

kemampuan yang diharapkan pada akhir pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjelaskan tentang kemampuan siswa, bukan isi pembelajaran (Made Wena, 2010: 121-122).

a) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Melalui kegiatan inti pembelajaran siswa tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan yang merupakan dampak instruksional (langsung berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dirancang sesuai kurikulum) tetapi juga memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran (sebagai dampak pengiring dari kegiatan pembelajaran) (Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.16). Oleh karena itu, dalam kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan sebanyak mungkin terlibat dalam proses pembelajaran.

Menurut Mulyasa (2012: 140) kegiatan inti pembelajaran mencakup penyampaian informasi tentang materi standar, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Kegiatan inti pembelajaran dan pembentukan karakter ini ditandai keikutsertaan siswa dalam pengelolaan pembelajaran, berkaitan dengan tugas dan

tanggungjawab mereka dalam menyelenggarakan program pembelajaran.

b) Kegiatan Penutup

Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.34) menjelaskan bahwa kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran. Kegiatan akhir dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konpetensi yang diharapkan. Jadi guru akan mengetahui kompetensi mana yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa.

Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(1) Meninjau Kembali Penguasaan Siswa

Untuk meninjau kembali penugasan siswa terhadap materi yang telah dipelajari, guru dapat melakukan dua cara yaitu merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi pelajaran (Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.35). Dalam kegiatan ini, sebaiknya siswa didampingi guru untuk memberikan arahan-arahan.

Menurut Made Wena (2010: 26) rangkuman adalah tinjauan kembali (review) terhadap apa yang telah dipelajari. Rangkuman dibuat untuk mempertahankan retensi (daya ingat). Selain itu, juga berfungsi untuk memberikan

pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari siswa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat rangkuman/ringkasan/kesimpulan adalah sebagai berikut (Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.35):

(a)Berorientasi pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.

(b)Singkat, jelas dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami. (c)Kesimpulan/rangkuman/ringkasan tidak keluar dari topik

yang telah dibahas dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.

Menurut Sri Anitah W. dkk. (2010: 4.35) kegiatan meninjau kembali penguasaan siswa ini dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dapat dilakukan pada setiap penggal kegiatan atau setelah satu topik dibahas.

(2) Melakukan Penilaian/Post Test/Evaluasi

Sri Anitah W. dkk, (2010: 4.35) menjelaskan bahwa kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan mutlak yang harus dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Melalui kegiatan penilaian akhir, guru dapat mengetahui tercapai tidaknya kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa.

Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan, maka guru dapat memberikan tes, atau meminta siswa membuat ringkasan atau kesimpulan

dari materi yang telah dibahas. Menurut Sri Anitah W. dkk, (2010: 4.36) tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran disebut tes akhir (post test), yaitu tes yang ditujukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

Menurut Mulyasa, 2012: (143-144) post test memiliki banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk:

(a)Mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditentukan, dengan cara membandingkan hasil pre test dan post test.

(b)Mengetahui mengetahui kompetensi mana yang sudah dikuasai dan kompetensi mana yang belum dikuasai oleh siswa. Apabila sebagian besar belum menguasainya, maka perlu dilakukan pembelajaran kembali.

(c)Mengetahui siswa yang perlu mengikuti remedial dan pengayaan, serta mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul.

(d)Sebagai acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

(3) Memberikan Tugas

Menurut Mulyasa (2012: 142) tugas yang diberikan adalah tindak lanjut dari kegiatan inti yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari atau materi yang akan dipelajari. Tugas ini bisa disebut sebagai pengayaan maupun perbaikan terhadap kegiatan inti.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap siswa. Hasil

analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan dan harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Dalam memberikan tugas dan latihan, guru perlu memperhatikan ketersediaan waktu dan kemampuan siswa. Tugas yang diberikan tidak boleh melampaui batas kemampuan siswa, karena dapat membuat siswa jenuh, frustasi yang akibatnya akan menurunkan motivasi belajarnya (Sri Anitah W. dkk., 2010: 4.37).

Ada beberapa hal yang dikemukakan oleh Sri Anitah W. dkk. (2010: 4.37) mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan tugas kepada siswa. Pertama, guru menentukan dan menjelaskan tentang tugas yang dikerjakan oleh siswa. Kedua, guru perlu menjelaskan tahapan-tahapan dalam mengerjakan tugas. Ketiga, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahami. Keempat, guru memberi tahu apakah tugas dikerjakan di sekolah atau di rumah. Kelima, siswa mengerjakan dan menyerahkan tugas sesuai dengan kritreria yang telah ditentukan. Keenam, guru harus memeriksa dan membahas setiap tugas yang diberikan.

a. Refleksi

Refleksi dapat dilakukan bersama oleh guru dan siswa di akhir kegiatan pembelajaran, dengan cara merenungkan kembali apa-apa yang telah dipelajari. Hasil refleksi dapat dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan dan mengembangkan pembelajaran berikutnya (Mulyasa, 2012: 143).

Selain itu, dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, guru mengetahui kemampuan yang sudah dan yang belum dikuasai siswa. Ada dua kemungkinan kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa menguasai kompetensi yang belum dikuasainya (Sri Anitah W., 2010: 4.38). Pertama, membahas kembali materi yang belum dikuasai siswa pada saat itu juga, apabila waktunya cukup. Atau, kedua, membahas kembali materi tersebut pada pertemuan berikutnya apabila membutuhkan waktu yang relatif lama.

Dokumen terkait