• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Perbuatan hukum yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai tidak sesuai dengan tata cara pembuatan akta oleh PPAT di kaikan dengan

3. Komponen kultural

Komponen kultural (budaya) yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dan tingkah laku hukum seluruh PPAT. Jadi budaya hukum yang ada selalu mengulangi kesalahan yang PPAT lakukan.

125 Dari hasil penelitian penulis, ketiga unsur dari sitem hukum teori

Lowrence M. Friedman sebagai Three Elements of Legal System (tiga elemen dari sistem hukum).

1. Komponen Struktur adalah pejabat PPAT, Kantor Pertanahan, Kantor BPKAD

2. Komponen Substansi yaitu peraturan-peraturan yang berlaku di kantor Pertanahn, BPKAD yang masih dilanggar olehkantor pertanahan dan PPAT

3. Komponen kultur (budaya) yaitu budaya yang menyimpang dari PPAT yang sering dilakukan oleh PPAT.

Menurut hemat Penulis dari hasil wawancara dengan beberapa sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa beberapa PPAT Kota Yogyakarta, kesadaran hukum akan pelanggaran yang dilakukan dalam prosedur pembuatan akta jual beli tanah masih kurang, terlihat dari berkas yang masuk ke kantor Pertanahan Kota Yogyakarta, yang membuat berkas tersebut di kembalikan untuk di lengkapi terlebih dahulu sehingga proses balik nama tanah tersebut menjadi terhambat.

Dari ketiga komponen tersebut tidak efektif di laksanakan di Kota Yogyakarta, karna masih ada PPAT yang melakukan pembuatan akta jual beli tanah yang tidak sesuai dengan tata cara pembuatan akta PPAT.

126 BAB IV

PENUTUP

Berpijak dari keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Perbuatan hukum yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai tidak sesuai dengan tata cara pembuatan akta oleh PPAT

Penandatanganan akta jual beli telah dilakukan akan tetapi para pihak belum melakukan pembayaran pajak, yakni Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan bagi Penjual, dan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bagi Pembeli.

Penandatanganan akta jual beli oleh para pihak dilakukan tidak dihadapan PPAT yang menandatangani akta jual beli (titipan akta).

Penandatanganan akta jual beli oleh penjual dan pembeli tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan di hadapan PPAT.

Jual beli telah ditandatangani tapi sertipikat belum diperiksa kesesuaiannya dengan buku tanah di kantor pertanahan.

Pembuatan akta jual beli dilakukan di luar daerah kerja PPAT tanpa kuasa dan tanpa dihadiri oleh saksi-saksi.

PPAT tidak membacakan isi dari akta jual beli dihadapan para pihak secara terperinci, hanya menjelaskan mengenai maksud dari pembuatan akta.

Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang di buatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk di daftar.

127 2. Akibat hukum dari akta jual beli tanah yang tidak sesuai dengan tata

cara pembuatan akta PPAT tersebut adalah sebagai berikut:

a. Akibat hukum terhadap akta PPAT yaitu akta dapat terdegradasi menjadi akta di bawah tanagan (pasal 95-102 PMNA/Ka BPN No. 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 tahun 1997 tentang pendaftran Tanah, namun secara formalitas akta tersebut tetap akta otentik dan pelaksanaan pendaftaran tanahnya dapat tetap diproses di Kantor Pertanahan.

b. Akibat hukum terhadap PPAT yaitu PPAT yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif dan pengenaan denda administratif karena telah melanggar larangan atau melalaikan kewajibannya.

B. Implikasi

1. Akibat hukum dari pembuatan akta jual beli tanah yang tidak sesuai dengan tata cara pembuatan akta PPAT, pihak yang merasa dirugikan (sebagai akibat jual beli tanah yang di buat oleh/dihadapan PPAT), PPAT bisa digugat untuk membayar ganti rugi denda yang telah ditetapkan.

2. Sedangkan untuk pertanggung jawaban atas pelanggaran yang PPAT lakukan tersebut selama ini kantor pertanahan Kota Yogyakarta menghendakai surat pernyataan yang tidak akan mengulang kesalahan lagi. C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk PPAT.

Sebagai PPAT, hendaknya dalam melakukan pembuatan akta jual beli selalu bersandar kepada ketentuan-ketentuan yang ada oleh karena yang akan dibuat adalah akta otentik yang sangat mempengaruhi kepastian hukum atas peralihan hak atas tanah.

PPAT juga perlu lebih memahami ketentuan-ketentuan yang ada untuk menghindarkan PPAT dari sanksi pemberhentian baik dengan hormat

128 maupun dengan tidak hormat maupun tuntutan ganti rugi dari para pihak. PPAT dalam menjalankan tugasnya harus selalu berlandaskan pada moralitas dan integritas yang tinggi terhadap profesi dan jabatannya selaku PPAT.

2. Untuk para pihak.

Bagi para pihak sebaiknya mematuhi prosedur pembuatan akta yang benar sehingga terhindar dari kemungkinan terancamnya kepastian hak atas tanah yang diperoleh. Para pihak harus dapat bekerjasama dengan PPAT dalam melaksanakan pembuatan akta jual beli sehingga akta yang dihasilkan dapat menjamin kepastian hak atas tanah yang diperjualbelikan.

129 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku :

A. Wahab Daud, 1995, HIR-RBG dan Undang-Undang Mahkamah Agung RI, Pamator Pressindo, Jakarta.

Abdul Kadir Muhammad, 1994, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Achmad Rubaie, 2007, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Bayumedia, Malang.

Adrian Sutedi, 2008, Peralihan Hak Atas Tanah, Sinar Grafika, Jakarta. Ali Achmad Chomsah, 2003, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia) Jilid I, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Ali Achmad Chomsah, 2003, Hukum Pertanahan Seri III dan Seri IV, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Ali Achmad Chomsah, 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia) Jilid 2, Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Arinkunto, Suharsini, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta,PT. Rineka Cipta.

Aslan Noor, 2006, Konsep Hak Milik Atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia Ditinjau dari Ajaran Hak Asasi Manusia , Mandar Maju$ Bandung.

A P, Perlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung, Mandor Maju, Bandung, 2002.

A P Perlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1984.

Bachtiar Effendi, 1993, Kumpulan Tulisan tentang Hukum Tanah, Alumni, Bandung.

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan PeraturanPelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1993.

130 B.F.Sihombing, 2004, Evolusi Kebijakan Pertanahan Dalam Hukum

Tanah Indonesia, Toko Gunufg Agung, Jakarta.

Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya

Djambatan, Jakarta.

Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya

Djambatan, Jakarta.

Boedi Harsono, 2007, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya

Djambatan, Jakarta.

Boedi Harsono, Perkembangan Hukum Tanah Adat Melakui Yurisprudensi, (Ceramah disampaikan pada Simposium Undang- Undang Pokok Agraria dan Kedudukan Tanah-Tanah Adat Dewasa Ini, Banjarmasin, 7 Oktober 1977), dalam Adrian Sutedi, 2008, Peralihan Hak Atas Tanah, Sinar Grafika, Jakarta.

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.

Esmi Warassih,1983, hal 9, Pembinaan Kesadaran Hukum, Majalah Masalah- masalah Hukum Nomor 5 Tahun XIII, Undip, Semarang

E. Zaenal Arifin, 1998, Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Effendi Perangin, 1994, Praktik Jual Beli Tanah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

H. Eddy Pranjoto, 2006, Antinomi Norma Hukum Pembatalan Pemberian Hak Atas Tanah Oleh Peradilan Tata Usaha Negara Dan Badan Pertanahan Nasional , CV. Utomo, Bandung.

Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap

UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung.

131 H.B. Sutopo, 1999, Metode Penelitian Kualitatif I, Karakteristik dan Aplikasi

Tehniknya, Surakarta.

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, 2006, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, 2007, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Ida Nurlinda, 2009, Prinsip-Prinsip Pembaruan Agraria Perspektif Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

Imam Sudiyat, 1982, Beberapa masalah Penguasaan Tanah di Berbagai Masyarakat Sedang Berkembang, Badan Pertanahan Nasional.

Irawan Soerodjo, 2002, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Arkola, Jakarta.

J.J.H. Bruggink, 1999, Refleksi tentang Hukum (alih bahasa : Arief Sidharta), Citra Aditya Bakti, Bandung.

J. Kartini Soedjendro, Perjanjian Peralihan Hak Atas Tanah Yang Berpotensi Konflik , 2001, Kanisius, Yogyakarta.

JW. Muliawan, 2009, Pemberian Hak Milik Untuk Rumah Tinggal, Cerdas Pustaka Publisher, Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003, Balai Pustaka, Jakarta.

Kartini Kurtono,1986, Pengantar Metodelogi Riset Sosial, Alumni, Bandung.

Kerjasama Badan Pertanahan Nasional dan Fakultah Hukum UGM, 1992, Hasil Seminar Nasional Kegunaan Sertipikat dan Permasalahannya,

Yogyakarta.

M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian , Cetakan II, Alumni, Bandung, dalam Adrian Sutedi, 2008, Peralihan Hak Atas Tanah, Sinar Grafika, Jakarta.

Mahkamah Agung Republik Indonesia, 1999, dalam Adrian Sutedi, 2008,

Peralihan Hak Atas Tanah, Sinar Grafika, Jakarta.

132 Mhd.Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, 2008, Hukum Pendaftaran Tanah,

Mandar Maju, Bandung

Mochammad Dja’is dan RMJ Koosmargono, 2008, Memahami dan Mengerti HIR, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Mohammad Nazir, 2010, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.

Muhadar, 2006, Viktimisasi Kejahatan di Bidang Pertanahan , LaksBang PRESSindo, Yogyakarta.

Muchtar Wahid, 2008, Memakai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, Republika, Jakarta.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad,2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar.

Notonegoro, 1974, Politik Hukum dan Pembangunan Agraria di Indonesia, C.V. Pancuran tujuh, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum , Kencana Prenada Media, Jakarta.

Pieter Latumeten, 28 Januari 2009, Kongres XX Ikatan Notaris Indonesia Kebatatan dan Degradasi Kekuatan Bukti Akta Notaris Serta Model Aktanya, Surabaya.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1994, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Salim, Erlies Septian Nurbaini, 2014, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta. S. Chandra, 2005, Sertipikat Kepemilikan Hak Atas Tanah, Grasindo, Jakarta. Singgih Praptodiharjo, 1952, Sendi-Sendi Hukum Tanah di Indonesia, Yayasan

Pembangunan Jakarta, Jakarta.

Soedharyo Soimin, 2008, Status Hak dan Pembebasan Tanah , Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta.

Soedjono dan H. Abdurrahman, 2008, Prosedur Pendaftaran Tanah, Rineka Cipta, Jakarta.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007 Penelitian Hukum Normatif, RadjaGrafindo Persada, Jakarta.

133 Soerjono Soekanto, 1983, Hukum Adat Indonesia , Rajawali, Jakarta.

Soerjono, Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. Subekti, 1998, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta.

Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Suharnoko dan Endah Hartati, 2005, Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Suharnoko, 2008, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sumardjono Maria S.W., 2005, Kebijakan Pertanahan Antara regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta.

Setiono, 2002, Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum, (Diktad),

Program Studi Ilmu Hukum.UNS, Surakarta.

Sutrisno Hadi, 1989, Metodologi Penelitian Hukum, UNS, Press, Surakarta. Urip Santoso, 2010, Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak atas Tanah, Cetakan

Kedua, Jakarta.

Van Apeldoorn, L.J, 1993, Pengantar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Widhi Handoko, 2014, Kebijakan Hukum Pertanahan, Thafa Media, Yogyakarta. Winarno Surakhmad, 1990, Pengantar Penelitian Ilmiah, Transito, Yogyakarta. Yudha Pandu (Editor), 2009, Petunjuk TeknisPenanganan dan Penyelesaian

Masalah Tanah, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta. B. Jurnal, Internet, Artikel, Makalah

Achamyeleh Gashu Adam, 2015, Land Readjusmen as an alternative land developmen for peri-urban areas of Ethiopia, Property Managemen, Vol. 33 Iss 36-58.

Alex Galuh, 2007, Ironies of Organization: Landowners, Land regristration, amd Papua New Guinea’s Mining and Petroleum Industri, Journal Human Organization, Washington Spring.

134 Delissa A. Rigway dan Mariya A. Thalib, Globalization and Development: Free Trade, Foreignn Aid, Investment and The Rule of Law”. Artikel pada

California Wesatern International Law Journal. Vol. 33 Spring 2003. Febriantina, Rza, 2010, “Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

dalam pembuatan akta Otentik”. Tesis Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.

Fred Thomson & Hugh. T. Miller. 2003. New Public Management and Bureaucracy versus Business Values and Bureaucxracy, artikel pada

International Review od Public Personnel Administration, Vo. 23. No. 4 L.B Curzon, 1999, Land Low, Sevent edition, Great Britain, Pearson Education

Limited leen

Patas Situmorang, Pantas, 2008, “Problematikan Keontetikan Akta PPAT”. Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Putri A. R., 2010, “Analisis Yuridis Legalitas Notaris Sebagai akultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tobing, Letezia, 2013, “Akibat Hukum Jual Beli Tanah Warisan Tanpa Persetujuan Ahli Waris”, diakses pada tanggal 9 April 2013, URL

:http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50dbbb8cb848d/akibat- hukum-jual-beli-tanah-warisan-tanpa-persetujuan-ahli-wari

Asshiddiqi, Jimly, 2010, “Gagasan Negara Hukum Indonesia”, diakses pada

tanggal 15 November 2012, URL. :

http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_ iakses pad tanggal 5 Juli 2013,Hukum_Indonesia.pdf

Anonim, diakses pada tanggal 5 Juli 2013, URL :

http://id.wikipedia.org/wiki/Prerogatif

Bung protokol, 2004, “Batalnya Suatu Perjanjian”, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016, URL://www.hukumonline.com/klinik/detail/c13520. Mansyur, HM Ali, 2012, “Pranata Hukum Dan Penegakkannya di Indonesia”, di

akses pada tanggal 5 Oktober 2015, URL :

http://alimansyur.blok.unissula.ac.id/

Oyong, Bambang S,., 2013, “Peraturan KBPN Nomor 8 Tahun 2013 Dalam Kajian Tugas Pekerjaan PPAT”’ diakses pada tanggal 5 Oktober 2015,

135 URL : http://bambangoyong.blogspot.com/2013/01/normal-o-false-false- false-en-us-x-none.html

Putri, Citra, 2012, “Kajian Yuridis Eksistensi PPAT Selaku Pejabat Umum Yang Berwenang Membuat Akta Otententik”’ diakses pada tanggal 5 Oktober 2015, URL : http://apakabarakta.blogspot.com/2012/12/kajian-yuridis- eksistensi-ppat-selaku.html.

Rizal, 2011, “Peranan PPAT Dalam Peralihan Hak atas Tanah”’ diakss pada tanggal 20 Oktober 2015, URL : http://myrizal- 76.blogspot.com/2011/08/peran-ppat-dalam-peralihan-hak-atas.html. Tjahjono, Jusuf Patrianto, 2008, “Apakah Notaris tunduk pada Prinsip Equaliti

Before The Low?”, di akses pada tanggal 7 September 2015,URL :

http://notarissby.blogspot.com/2008/03/apakah-notaris-tunduk-pada- prinsip.html.