• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil ekstraksi minyak atsiri kemudian dianalisis komponen volatilnya menggunakan GC-MS. Hasil analisis komponen volatil GC-MS berupa kromatogram. Data disajikan dalam bentuk persen (%) luas area. Data ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui komponen volatil dominan yang ada dalam sampel dan dapat merepresentasikan jumlah senyawa volatil di dalam minyak atsiri. Hasil kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 7 dan hasil identifikasi komponen pada Lampiran 8. Berdasarkan kedua data tersebut, dapat diketahui komponen yang ada pada atsiri pala papua. Hasil identifikasi komponen atsiri dapat dilihat pada Tabel 9.

25

Tabel 9. Komponen atsiri fuli dan biji pala papua umur empat dan delapan bulan

Peak Komponen Luas area (%) Fuli umur 8 bulan Fuli umur 4 bulan Biji umur 8 bulan Biji umur 4 bulan 1 Bicyclo[3.1.0]hexane, 4-methyl-1-(1-methylethyl)-, Didehydro derive 0.24 0.32 0.53 0.58 2 1R-.alpha.-Pinene 1.83 1.76 1.83 1.54 3 Camphene 0.04 0.04 0.03 0.04 4 Sabinen/4(10)-thujene 35.09 31.29 - - 5 2-Thujene - - 60.91 54.13 6 .Beta.-Pinene 0.60 0.66 - - 7 .Beta.-Myrcene 1.75 1.53 3.99 3.58 8 .Alpha.-Phellandrene 1.24 1.17 0.86 0.85 9 Beta.-phellandrene 16.58 16.24 11.22 10.59 10 Cyclopropane, 1,1-dimethyl-2-(3-methyl-1,3-butadienyl)- 0.17 0.20 0.06 0.04 11 .Gamma.-Terpinen 0.63 1.78 0.49 0.94 12 Terpineol,cis-.beta. 0.19 0.05 0.78 0.94 13 (+)-4-Carene 0.15 0.37 0.14 0.22 14 3-Carene 0.14 0.06 0.11 0.12 15 Cis-Sabinenhydrate 0.12 0.05 0.31 0.52 16 2-Cyclohexen-1-ol, 1-methyl-4-(1-methylethyl)-, cis- 0.12 0.20 0.04 0.15 17 Trans-Sabinenhydrate 0.07 0.13 0.03 0.07 18 Terpene-4-ol, 2.16 4.53 0.91 2.13 19 P-menth-1-en-8-ol 0.34 0.43 0.17 0.30 20 Piperitol 0.03 0.06 0.00 0.02 21 D-piperitone 0.04 0.03 - 0.02 22 Safrol 35.29 35.27 16.25 21.44 23 Eugenol 0.80 1.30 0.20 0.39 24 Copaene 0.02 0.02 - -

25 Methyl eugenyl ether 1.00 1.04 0.65 0.72 26 Isohomogenol 0.02 0.02 0.01 0.02 27 .Alpha.-Farnesene 0.03 0.02 0.03 0.02 28 Elemicin 1.24 1.27 0.33 0.47 29 Dodecanoic acid 0.01 0.01 - - 30 Phenol, 2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl)- 0.00 0.01 - - 31 Unknown compounds 0.10 0.15 0.12 0.16 Total komponen 29 29 24 25

26

Berdasarkan analisis GC-MS, komponen yang dapat diidentifikasi dari minyak atsiri fuli pala papua umur empat dan delapan bulan adalah 29 komponen, sedangkan pada biji umur delapan dan empat bulan sebanyak 24 dan 25 komponen. Minyak atsiri fuli memiliki jumlah komponen volatil yang lebih banyak dari pada biji. Jika dilihat berdasarkan umurnya, pala umur empat maupun delapan bulan memilik jumlah dan komposisi komponen volatil yang tidak berbeda. Walaupun begitu, minyak atsiri biji pala umur delapan bulan tidak mengandung d-piperiton sedangkan pada biji umur empat bulan masih mengandung d-piperiton.

Ada beberapa perbedaan antara komponen atsiri fuli dan biji pala papua. Atsiri biji pala papua mengandung 2-thujene sedangkan fuli tidak. Namun fuli mengandung 4(10)-thujene atau sabinen sedangkan biji tidak. Selain tidak mengandung sabinen, minyak atsiri biji juga tidak mengandung beta-pinen, copaene, dodecanoic acid, dan Phenol, 2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl).

Diantara senyawa yang teridentifikasi, ada beberapa senyawa yang memiliki kemiripan, salah satunya adalah sabinen dan 2-thujene. Sabinen dan 2-thujene memiliki waktu retensi yang saling berdekatan yaitu 20.450 menit (senyawa 2-thujen) dan 20.350 menit (senyawa sabinen). Keduanya memiliki rumus molekul yang sama yaitu C10H16. Kedua senyawa ini merupakan senyawa yang

termasuk kelompok ketiga dari monoterpen (bisiklik) yang mempunyai dua lingkaran, disertai dengan satu ikatan rangkap. Namun perbedaan dari kedua senyawa ini terletak pada ikatan rangkapnya. Perbedaan struktur molekul sabinen dan 2-thujene dapat dilihat pada Gambar 11. Selain dua senyawa ini, senyawa lain yang termasuk kelompok ketiga dari monoterpen seperti carane, pinane, kamfen, puritan, isoborinilan, dan fencan.

2-thujene Sabinen

Gambar 11. Struktur molekul 2-thujene dan sabinen

Menurut Guenther (2006), melalui proses pengaturan kembali persenyawaan-persenyawaan yang berbeda, dapat diturunkan sitem lingkaran lainnya. Peristiwa penyusunan kembali molekul- molekul, atau pemindahan posisi ikatan rangkap ke posisi lainnya dalam molekul, serta proses oksidasi atau dehidrogenasi dan hidrogenasi dapat berlangsung secara cepat (relatif), sedangkan perlakuan dengan asam dapat membuka sistem lingkar tersebut. Jadi hal itulah yang menyebabkan beberapa senyawa atsiri dengan struktur molekul berbeda, namun dengan rumus molekul yang sama (seperti sabinen dan 2-thujene).

Komponen-komponen minyak atsiri fuli umur empat dan delapan bulan tidak begitu berbeda (relatif sama). Perbedaannya hanya ada pada komposisi (% luas area) dari masing-masing komponen, namun tidak begitu besar. Hal yang sama terjadi pada komponen minyak atsiri biji umur empat dan delapan bulan. Perbedaan komposisi (% luas area) dari keduanya tidak begitu besar pula. Dari komponen-komponen tersebut, terdapat komponen yang tidak diketahui jenis dan namanya. Hal ini dikarenakan nilai similarity senyawa yang dimaksud dengan data base yang ada di NIST library kurang dari 70%. Selain itu, hasil analisis GC-MS ulangan kedua juga menunjukkan hasil yang berbeda dari ulangan pertama sehingga senyawa yang dimaksud belum bisa diketahui.

27

Perbedaan umur pala (empat dan delapan bulan) tidak mempengaruhi jumlah dan komposisi komponen secara signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 12. Penomoran yang terdapat pada Gambar 12 merupakan nomor urut sesuai penomoran pada senyawa di Tabel 9. Kromatogram seperti yang ditunjukan Gambar 12, menunjukkan bahwa peak minyak atsiri fuli dan biji pala papua memiliki pola yang sama.

Fuli 4 bulan Fuli 8 bulan

Biji 4 bulan Biji 8 bulan Gambar 12. Kromatogram minyak atsiri fuli dan biji pala papua

28

Setiap komponen yang teridentifikasi memiliki luas area yang berbeda. Senyawa dengan luas area terbesar akan mempengaruhi kegunaan dan arah pengolahan dari komoditi tersebut. Komponen mayor pada minyak atsiri fuli dapat dilihat pada Tabel 10 dan komponen mayor pada minyak atsiri biji dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Komponen mayor pada minyak atsiri fuli pala papua

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui komponen yang paling banyak (mayor) pada minyak atsiri fuli pala papua umur delapan dan empat bulan adalah safrol, kemudian diikuti sabinen, beta.- phellandrene, terpene-4-ol, 1R-.alpha.-pinene, dan beta.-myrcene. Kedua umur fuli ini memiliki luas area komponen mayor yang tidak begitu berbeda.

Tabel 11. Komponen mayor pada minyak atsiri biji pala papua

Komponen

Luas area (%)

Biji umur 8 bulan Biji umur 4 bulan

2-Thujene 60.91 54.13 Safrol 16.25 21.44 Beta.-phellandrene 11.22 10.59 .Beta.-Myrcene 3.99 3.58 1R-.alpha.-Pinene 1.83 1.54 Terpene-4-ol 0.91 2.13

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa komponen terbanyak pada biji adalah 2-thujene, diikuti dengan safrol, kemudian beta.-phellandrene dan beta.-myrcene. Pada biji umur delapan bulan, senyawa terbesar berikutnya adalah 1R-.alpha.-pinene, sedangkan pada biji umur empat bulan adalah terpene-4-ol. Komponen 2-thujene pada atsiri biji delapan bulan lebih besar daripada biji 4 bulan, hal yang serupa terjadi pada beta.-phellandrene, beta.-myrcene, dan 1R-.alpha.-pinene. Sedangkan pada senyawa safrol dan terpene-4-ol lebih besar pada biji umur empat bulan.

Jika dibandingkan antara luas area masing-masing komponen dari analisis kromatogafi atsiri fuli dan biji, maka dapat dilihat bahwa komponen atsiri fuli didominasi oleh safrol (35%) dan 4(10)- thujene (35%), sedangkan pada biji adalah 2-thujene (60%) dengan kandungan safrol yang relatif lebih rendah (20%). Hal ini menunjukkan bahwa bahan aktif pada fuli adalah safrol dan 4(10)-thujene atau sabinen. Selain itu, bila dilihat berdasarkan umurnya, hampir semua komponen dominan pada biji

Komponen

Luas area %

Fuli umur 8 bulan Fuli umur 4 bulan

Safrol 35.29 35.27 Sabinen/4(10)-thujene 35.09 31.29 Beta.-phellandrene 16.58 16.24 Terpene-4-ol 2.16 4.53 1R-.alpha.-Pinene 1.83 1.76 .Beta.-Myrcene 1.75 1.53

29

maupun fuli cenderung lebih besar pada umur delapan bulan yaitu senyawa thujene, beta.- phellandrene, terpene-4-ol, 1R-.alpha.-pinene, dan .beta.-myrcene.

Jika dibandingkan dengan pala banda (M fragrans Hout), komposisi komponen volatil pala papua dengan pala banda jauh berbeda. Komponen safrol atsiri biji dan fuli pala papua jauh lebih besar (20-35%). Menurut Chairul dan Sulianti (2000), safrol pada fuli pala banda sebesar 1.18% dan pada biji 7.04 %. Komponen utama pada fuli pala banda adalah isoeugenol (32.80%) dan pada biji adalah alfa-terpineol (40.20 %). Atsiri biji dan fuli pala pupua hampir tidak mengandung kedua senyawa ini. Chairul dan Sulianti (2000) juga menambahkan bahwa sabinen dan thujen tidak terkandung di dalam minyak atsiri pala banda.

Dokumen terkait