• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Ontologi

Dalam dokumen MODEL ONTOLOGI TANAMAN OBAT INDONESIA (Halaman 29-35)

BAB II. LANDASAN TEORI

2.2 Dasar Teori

2.2.3 Ontologi

2.2.3.3 Komponen Ontologi

Ontologi terdiri dari beberapa komponen yang membangunnya antara lain (Ojo dan Janowski, 2005) :

1) Konsep (Concept)

Merupakan kumpulan entitas dalam suatu domain. Concept juga dikenal sebagai classes, object dan categories.

2) Relasi (Relation)

Merupakan interaksi antar konsep atau sering disebut dengan concept properties. Relasi juga terkadang disebut dengan roles atau slots. 3) Aksiom (Axioms)

Merupakan aturan eksplisit yang membatasi kegunaan suatu konsep. 4) Instances

Merupakan contoh konkret dari konsep dalam suatu domain. Instance terkadang disebut juga dengan individual.

Berikut ini adalah contoh ilustrasi sederhana mengenai bagian-bagian ontologi menggunakan domain pengetahuan mengenai masakan Soto.

Gambar 2.4. Contoh ilustrasi ontologi sederhana untuk masakan Soto

Pada Gambar di atas dapat terlihat bahwa ontologi ini memiliki beberapa class yaitu THING sebagai root dari semua class, kemudian diikuti class Soto, SotoAyam, BahanDasar, dan Daging. Sementara relation diwakili oleh subClassOf yang menandakan relasi untuk subkelas, type yang menandakan relasi untuk instance, dan hasBahanDasar yang menandakan relasi di antara class SotoAyam dengan instance DagingAyam. Dan instance diwakilkan oleh DagingAyam yang merupakan anggota dari class Daging.

2.2.3.4 Metodologi Pengembangan Ontologi

Terdapat berbagai jenis metodologi yang menjadi acuan pengembangan ontologi seperti metodologi Uschold, Methontology, metodologi On-To-Knowledge, metodologi KACTUS dan lain sebagainya. Metodologi-metodologi tersebut memiliki tahapan tersendiri dalam membangun ontologi. Menurut Noy dan McGuinness (2001) tidak

ada metode yang benar-benar tepat dalam pembangunan ontologi, karenanya mereka menetapkan tiga aturan yang akan membantu dalam pembuatan keputusan rancangan ontologi yaitu :

1. Tidak ada cara yang benar-benar tepat dalam membuat model suatu domain. Akan selalu ada alternatif lain yang dapat digunakan. Solusi terbaik hampir selalu tergantung kepada aplikasi yang ada di pikiran kita dan tambahan-tambahan (extensions) yang kita antisipasi sendiri. 2. Pengembangan ontologi merupakan proses iteratif.

3. Konsep dalam ontologi harus dekat dengan objek fisik maupun objek logis serta relasi di dalam domain yang menjadi perhatian. Dapat direpresentasikan dengan kata benda (untuk objek) atau kata kerja (untuk relasi) dalam kalimat-kalimat yang mendeskripsikan domain yang bersangkutan.

Menurut Noy dan McGuinness (2001) terdapat tujuh tahap pengembangan ontologi antara lain :

1. Menetapkan domain dan scope ontologi.

Untuk mengawali perancangan ontologi, pembuat ontologi harus menentukan domain dan scope / ruang lingkup ontologi terlebih dahulu. Terdapat beberapa pertanyaan dasar yang akan membantu dalam membatasi scope ontologi, antara lain :

- Domain apa yang akan digunakan dalam ontologi ? - Untuk keperluan apa ontologi akan digunakan ?

- Untuk menjawab tipe pertanyaan apa sajakah informasi yang harus disediakan oleh ontologi ?

- Siapa yang akan menggunakan ontologi ?

2. Mempertimbangkan penggunaan ontologi yang sudah ada untuk digunakan kembali.

Pembuat ontologi perlu mempertimbangkan penggunaan ontologi yang telah ada dan melakukan pengecekan apakah ontologi tersebut memerlukan perbaikan atau penambahan sesuai dengan domain yang bersangkutan. Penggunaan ontologi yang sudah ada perlu dilakukan jika sistem yang akan dibangun memerlukan interaksi dengan aplikasi lain yang telah menggunakan ontologi tertentu.

3. Menentukan istilah-istilah (terms) yang penting dalam ontologi Daftar istilah (terms) yang penting dalam ontologi akan dibuat pada tahap ini. Semua istilah yang bersangkutan ditulis. Pada tahap ini pembuat ontologi tidak perlu mengkhawatirkan adanya overlap di antara konsep yang direpresentasikan, relasi antar term, atau properties yang dimiliki oleh suatu konsep, karena akan dilakukan pada tahap selanjutnya.

4. Menentukan class dan hirarki class

Pendekatan yang akan dipakai dalam penentuan class dan hirarki class sangat bergantung pada cara pandang pembuat ontologi terhadap suatu domain. Terdapat beberapa pendekatan dalam mengembangkan hirarki class (Uschold dan Gruninger, 1996). :

- Top-down

Pengembangan ontologi dimulai dengan pendefinisian dari konsep yang paling umum dalam suatu domain diikuti dengan spesialisasi dari konsep tersebut.

- Bottom-up

Pendekatan ini dimulai dari pendefinisian class yang paling spesifik, kemudian daun hirarki, dan diikuti dengan mengelompokkan class ke dalam konsep yang lebih umum.

- Kombinasi antara top-down dan bottom-up

Konsep yang paling penting didefinisikan terlebih dahulu, kemudian dilakukan generalisasi dan spesialisasi sesuai dengan kebutuhan.

5. Menentukan properties / slots dari class

Setelah mendefinisikan beberapa class, dilakukan pendeskripsian struktur internal dari konsep. Pada tahap sebelumnya telah dibuat class dari berbagai macam term yang berhubungan dengan domain yang bersangkutan. Dari beberapa term tersebut juga ada yang berfungsi sebagai properties. Untuk tiap properties yang ada harus ditentukan class mana saja yang dideskripsikannya. Properties inilah yang akan menjadi slot yang terikat dengan suatu class.

Secara umum terdapat beberapa tipe object properties yang dapat menjadi slot dalam suatu ontologi, antara lain:

- Properties intrinsik, merupakan properties yang merepresentasikan unsur objek yang berada di dalam suatu objek.

- Properties ekstrinsik, merupakan properties yang merepresentasikan unsur objek yang berada di luar suatu objek.

6. Menentukan batasan (facets) dari slots

Slots dapat memiliki facets yang mendeskripsikan tipe nilai, nilai yang diperbolehkan, kardinalitas, dan fitur lainnya. Berikut ini beberapa jenis facets yang umum digunakan.

- Kardinalitas

Kardinalitas mendefinisikan berapa banyak nilai yang dapat dimiliki sebuah slot. Beberapa sistem membedakan kardinalitas ini menjadi dua yaitu kardinalitas tungggal (hanya memperbolehkan paling banyak satu nilai), dan kardinalitas multiple (memperbolehkan sembarang jumlah nilai). commit to user

- Tipe nilai

Suatu facet tipe nilai mendeskripsikan tipe nilai apa saja yang dapat mengisi slot. Berikut ini adalah daftar tipe nilai yang umum digunakan.

1) String, merupakan tipe nilai yang paling sederhana yang digunakan pada slot, contohnya seperti nilai pada name:, merupakan string sederhana.

2) Number, (Float dan Integer) mendeskripsikan slots dengan nilai numerik. Contohnya slot harga dapat memiliki tipe nilai Float.

3) Boolean, Slot yang memiliki yes–no flags sederhana, sehingga nilai yang ada hanya “ya” atau “tidak”.

4) Enumerated, tipe yang memuat daftar nilai spesifik yang diperbolehkan dalam slot.

5) Instance, merupakan tipe yang memperbolehkan definisi relasi antar individual. Slot dengan tipe instance juga harus mendefinisikan daftar class yang diperbolehkan

7. Membuat instance

Langkah terakhir dalam pembuatan ontologi ini adalah pembuatan instances dari class dalam hirarki. Instance atau Individual merupakan anggota dari class tertentu dalam ontologi. Dalam menentukan individual instance dari suatu class diperlukan beberapa tahap seperti pemilihan class, kemudian pembuatan individual instance dari class tersebut, dan yang terakhir pengisian nilai slot.

Dalam dokumen MODEL ONTOLOGI TANAMAN OBAT INDONESIA (Halaman 29-35)

Dokumen terkait