• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL ONTOLOGI TANAMAN OBAT INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL ONTOLOGI TANAMAN OBAT INDONESIA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL ONTOLOGI TANAMAN OBAT INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Strata Satu Jurusan Informatika

Disusun Oleh :

WEKAPERDANA PUSPANAGARI M0507050

JURUSAN INFORMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)

i

MODEL ONTOLOGI TANAMAN OBAT INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Strata Satu Jurusan Informatika

Disusun Oleh :

WEKAPERDANA PUSPANAGARI M0507050

JURUSAN INFORMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(3)
(4)

iii MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(QS Al-Insyirah: 5-6).

To know is to know that you know nothing.

That is the meaning of true knowledge

(Confucius)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada Ibu dan Bapak tersayang,

Keluarga besar dan adik-adikku,

Serta Teman-Temanku semuanya,

Terima Kasih atas dukungan dan doa kalian

(6)

v

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah Penulis dapat diberi kemudahan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari banyak pihak, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, MSc.(Hons), Ph.D. selaku Dekan FMIPA UNS.

2. Ibu Umi Salamah, M.Kom. selaku Ketua Jurusan Informatika FMIPA UNS dan Pembimbing II.

3. Ibu Dewi Wisnu Wardhani, S.Kom., M.S. selaku Sekretaris Jurusan Informatika FMIPA UNS dan Pembimbing I.

4. Ibu Prof.Dr.Okid Parama Astirin,MS. selaku narasumber wawancara, yang telah bersedia berbagi ilmu mengenai pengetahuan tanaman obat dan etnis Indonesia. 5. Bapak Y. S. Palgunadi selaku Pembimbing Akademik.

6. Bapak Ibu Dosen Jurusan Informatika FMIPA UNS.

7. Seluruh keluargaku terutama kedua orangtuaku serta adik-adikku.

8. Teman-teman seperjuangan dari Jurusan Informatika FMIPA UNS yang selalu memberikan penghiburan dan dorongan semangat untuk penyelesaian Skripsi ini. Serta semua pihak yang telah memberikan semangat serta apa saja yang berguna untuk penulisan Skripsi ini , semoga segala amal kebaikan dari semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini mendapatkan imbalan yang terbaik dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, karenanya segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Surakarta , Agustus 2012

Wekaperdana Puspanagari

(7)

vi ABSTRACT

Indigenous ethnic traditional medicine knowledges is a part of Indonesian cultural heritage that is need to be preserved. This knowledge consists of complex and heterogenous data. Ontology is considered to be the better approach to address the problem because of its nature in maintaining the knowledge which is semantically stored between the data. Ontology is a part of semantic web technology to make a model of knowledge. Ontology consists of relevant vocabularies related to a particular knowledge domain

The aim of this research to create a knowledge model in the form of Indonesia Medicinal Plants Ontology. This research is focused on the development of Indonesian medicinal plants ontology and use Indonesian ethnical medicinal plants utilization as its scope.

The results of this research are an Ontology in OWL file format and a testing prototype built in Java and JENA API. The OWL file itself consists of 15 main classes and their properties. This ontology was successfully managed to answers most of questions related to Indonesian ethnical medicinal plants and its utilization by using the testing prototype. The questions provided consist of 10 questions for non-expert testing, and 10 questions for expert testing. And the questions which is successfully answered consist of 10 questions for non-expert testing and 9 questions for expert testing.

Keywords : Ethnomedicine, Medicinal Plants, Ontology, OWL

(8)

vii ABSTRAK

Pengetahuan mengenai pengobatan tradisional etnis asli Indonesia merupakan warisan budaya yang penting untuk dilestarikan. Data-data mengenai pengetahuan ini merupakan data yang kompleks dan heterogen. Pendekatan ontologi dipandang cukup tepat karena akan mempertahankan pengetahuan yang secara semantis tersimpan dalam data-data tersebut. Ontologi merupakan salah satu teknologi yang digunakan dalam semantic web untuk memodelkan suatu domain pengetahuan. Ontologi tersusun dari vocabularies yang relevan dengan domain pengetahuan tertentu.

Penelitian ini bertujuan ntuk menghasilkan suatu permodelan pengetahuan tanaman obat Indonesia dalam bentuk ontologi tanaman obat Indonesia. Penelitian ini berfokus pada pengembangan ontologi tanaman obat Indonesia dengan ruang lingkup pemanfaatan tanaman obat di etnis-etnis asli Indonesia.

Hasil dari penelitian ini adalah dalam format OWL beserta prototype pengujian yang dibangun dengan bahasa pemrograman Java dengan JENA API. File OWL yang dihasilkan terdiri dari 15 class utama beserta properties-nya. Ontologi yang dibuat telah berhasil menjawab sebagian besar pertanyaan-pertanyaan mengenai tanaman obat Indonesia dan pemanfaatannya melalui prototype pengujian yang digunakan. Pertanyaan yang diberikan terdiri dari 10 pertanyaan non-expert dan 10 pertanyaan expert. Pertanyaan yang berhasil dijawab terdiri dari 10 pertanyaan untuk pengujian non-expert dan 9 pertanyaan untuk pengujian expert.

Kata Kunci : Ethnomedicine, Ontologi, OWL, Tanaman Obat

(9)

viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii MOTTO ... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv KATA PENGANTAR ... v ABSTRACT ... vi ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Batasan Masalah... 2 1.4 Tujuan Penelitian ... 3 1.5 Manfaat Penelitian ... 3 1.6 Hasil Penelitian ... 3 1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Tinjauan Pustaka ... 5 2.2 Dasar Teori ... 10 2.2.1 Teknologi Semantik ... 10 2.2.2 Web Semantik ... 11 2.2.3 Ontologi ... 13 2.2.3.1 Definisi Ontologi ... 13

2.2.3.2 Tujuan Penggunaan Ontologi ... 15

2.2.3.3 Komponen Ontologi ... 15 2.2.3.4 Metodologi Pengembangan Ontologi ... 16 commit to user

(10)

ix

2.2.3.5 Bahasa Representasi Ontologi ... 21

2.2.3.6 Analogi dan Perbedaan Ontologi dengan Database ... 28

2.2.4 Obat Tradisional dan Tanaman Obat ... 30

2.2.5 Ethnomedicine ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1 Kajian Awal ... 34

3.2 Pengumpulan Data Sekunder ... 34

3.3 Konstruksi Ontologi dan Implementasi ... 35

3.3.1 Konstruksi Ontologi ... 35

3.3.2 Implementasi ... 36

3.4 Pengujian Ontologi ... 37

3.4.1 Metode Pengujian... 38

3.4.2 Validasi Pengujian ... 38

BAB IV. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Scope Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 39

4.2 Terms yang Digunakan dalam Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 39

4.3 Class dalam Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 41

4.4 Graf dan Penjelasan Class Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 42

4.4.1 Class BagianYangDigunakan ... 43 4.4.2 Class CaraPemanfaatan ... 44 4.4.3 Class DeskripsiFisik ... 46 4.4.4 Class DeskripsiNonFisik ... 48 4.4.5 Class Efek ... 49 4.4.6 Class Etnis ... 49 4.4.7 Class Habitat ... 50 4.4.8 Class KandunganTanamanObat ... 50 4.4.9 Class Kondisi ... 51 4.4.10 Class Lokasi ... 52 4.4.11 Class NamaLokal ... 53 4.4.12 Class NamaSimplisia ... 53 4.4.13 Class Penyakit ... 53 commit to user

(11)

x

4.4.14 Class Taksonomi ... 54

4.4.15 Class TanamanObat ... 57

4.5 Pengujian Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 61

4.5.1 Pengujian Non-Expert ... 61

4.5.1.1 Contoh Pengujian Non-Expert ... 61

4.5.1.2 Pertanyaan dan Hasil Pengujian Non-expert ... 64

4.5.2 Pengujian Expert ... 65

4.5.2.1 Pertanyaan dan Hasil Pengujian Expert ... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 74

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh penyusunan istilah parent and child dari Plant Ontology ... 6

Gambar 2.2 Ontologi mengenai relasi antara Thai Herb,anamnesis,gejala,provinsi .... 9

Gambar 2.3. Layer Arsitektur Web Semantik ... 11

Gambar 2.4. Contoh ilustrasi ontologi sederhana untuk masakan Soto ... 16

Gambar 2.5 Contoh Ilustrasi Triple dari RDF ... 22

Gambar 3.1 Diagram Metodologi Penelitian ... 33

Gambar 3.2 Tampilan Prototype Pengujian Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 37

Gambar 4.1 Hirarki Class Utama dalam Protégé 3.4.7 ... 41

Gambar 4.2 Visualisasi Graf Ontologi Tanaman Obat Indonesia... 42

Gambar 4.3 Visualisasi Graf Ontologi Tanaman Obat Indonesia dengan Properties 43 Gambar 4.4 Hirarki Class CaraPemanfaatan ... 44

Gambar 4.5 Hirarki Class DeskripsiFisik ... 46

Gambar 4.6 Hirarki Class DeskripsiNonFisik ... 48

Gambar 4.7 Hirarki Class Efek ... 49

Gambar 4.8 Hirarki Class KandunganTanamanObat ... 50

Gambar 4.9 Hirarki Class Lokasi ... 52

Gambar 4.10 Hirarki Class Taksonomi ... 54

Gambar 4.11 Kategori Pertanyaan dalam Pengujian Non-Expert ... 61

Gambar 4.12 Pilihan Dalam Bentuk Combo Box dalam Pengujian Non-Expert ... 62

Gambar 4.13 Input SPARQL Query dalam Pengujian Non-Expert ... 63

Gambar 4.14 Hasil running SPARQL Query dalam Pengujian Non-Expert ... 63

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analogi Komponen Ontologi dan Database ... 29

Tabel 2.2 Perbedaan Ontologi dan Database ... 29

Tabel 4.1 Deskripsi properties pada class BagianYangDigunakan ... 44

Tabel 4.2 Deskripsi properties pada class CaraPemakaian ... 45

Tabel 4.3 Deskripsi properties pada class CaraPemrosesan ... 45

Tabel 4.4 Deskripsi properties pada class Etnis ... 50

Tabel 4.5 Deskripsi properties pada class KandunganKimia ... 51

Tabel 4.6 Deskripsi properties pada class KandunganZatGizi ... 51

Tabel 4.7 Deskripsi properties pada class Provinsi ... 52

Tabel 4.8 Deskripsi properties pada class Pulau ... 52

Tabel 4.9 Deskripsi properties pada class NamaLokal ... 53

Tabel 4.10 Deskripsi properties pada class NamaSimplisia ... 53

Tabel 4.11 Deskripsi properties pada class Penyakit ... 54

Tabel 4.12 Deskripsi properties pada class Divisi ... 54

Tabel 4.13 Deskripsi properties pada class SubDivisi ... 55

Tabel 4.14 Deskripsi properties pada class Kelas ... 55

Tabel 4.15 Deskripsi properties pada class Ordo ... 56

Tabel 4.16 Deskripsi properties pada class Familia ... 56

Tabel 4.17 Deskripsi properties pada class Genus ... 57

Tabel 4.18 Deskripsi properties pada class Spesies ... 57

Tabel 4.19 Deskripsi properties pada class TanamanObat ... 58

Tabel 4.20 Hasil Pengujian Expert ... 64

Tabel 4.21 Hasil Pengujian Non-Expert ... 65

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Petunjuk Penggunaan Prototype Pengujian Ontologi ... 74

Lampiran 2. Rancangan Awal Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 82

Lampiran 3. Laporan Validasi Susunan Class Ontologi ... 83

Lampiran 4. Daftar SPARQL Query dan Screenshot Hasil Pengujian ... 85

Lampiran 5. Potongan File OWL Ontologi Tanaman Obat Indonesia ... 106

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia terkenal akan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, salah satu kekayaan hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah keanekaragaman tanaman obat. Dari sekitar 30.000 spesies tanaman yang ada di Indonesia, 7.000 spesies merupakan tanaman obat dan 4.500 spesies yang diantaranya berasal dari pulau Jawa (Depkes RI, 2011). Tanaman-tanaman obat ini telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit. Pengetahuan mengenai pemanfaatan tanaman obat ini diwariskan dari generasi ke generasi oleh etnis-etnis di berbagai daerah di Indonesia dan menjadi suatu pengetahuan yang bersifat empirik. Bukti tentang pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional ini dapat dilihat melalui naskah-naskah kuno pada daun lontar, relief candi, serta peninggalan dan budaya di keraton-keraton sampai saat ini (Depkes RI, 2007). Pengetahuan empirik ini yang akan menjadi dasar dari penelitian selanjutnya dalam bidang kajian ilmu ethnomedicine.

Pengetahuan empirik mengenai tanaman obat ini merupakan salah satu jenis kearifan lokal yang merupakan bagian dari kekayaan warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Selain itu mengingat adanya ancaman seperti biopiracy (pembajakan kekayaan hayati) dan kepunahan tanaman obat, urgensi untuk pendokumentasian pengetahuan tanaman obat Indonesia semakin tinggi.

Permasalahan yang dihadapi dalam pendokumentasian pengetahuan ethnomedicine ini berada pada sifat data-data mengenai ethnomedicine itu sendiri. Pada dasarnya pengetahuan mengenai ethnomedicine berpijak pada data biologis yang kompleks dan heterogen. Data-data mengenai keanekaragaman hayati biasanya berasal dari beberapa sumber penelitian yang berbeda dengan pemakaian istilah (terms) yang berbeda pula pada tiap kelompok penelitian (Sintawati, 2010). Dalam pendokumentasiannya diperlukan suatu pendekatan yang dapat

(16)

tersimpan secara semantis di dalam data-data tersebut. Teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah Ontologi. Ontologi merupakan teknologi semantic web yang digunakan untuk merepresentasikan model pengetahuan pada suatu domain. Salah satu alasan digunakannya ontologi di sini adalah karena kemampuan ontologi yang lebih ekspresif dalam mendefinisikan vocabularies. Pada dasarnya, ontologi berfungsi dalam mendefinisikan vocabularies yang relevan dengan domain tertentu, termasuk di dalamnya definisi-definisi konsep dasar yang dapat diterjemakan mesin (machine-interpretable) beserta relasi di antara konsep-konsep tersebut. (Noy dan McGuinness, 2001), dalam hal ini domain yang digunakan adalah domain tanaman obat.

Penelitian ini berfokus dalam pembuatan model pengetahuan tanaman obat dari etnis asli Indonesia (ethnomedicine) dengan menggunakan ontologi. Level pengetahuan tanaman obat yang digunakan dalam pembuatan ontologi ini berasal dari pengetahuan tanaman obat empirik (pengetahuan yang diwariskan turun temurun). Diharapkan dengan pendokumentasian pengetahuan tanaman obat Indonesia melalui pembangunan ontologi ini, pengetahuan tanaman obat Indonesia dapat terus dilestarikan dan dikembangkan untuk penelitian yang berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai bagaimana membuat model ontologi untuk tanaman obat dengan ruang lingkup ethnomedicine dari etnis asli Indonesia.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam pembuatan Skripsi ini adalah :

1. Penelitian pada Skripsi ini berfokus pada pembuatan dan pengujian ontologi, bukan pada pengembangan aplikasi. commit to user

(17)

2. Ontologi tanaman obat yang dibuat memiliki ruang lingkup pada kajian ilmu ethnomedicine yang ada pada etnis-etnis asli Indonesia sesuai dengan penelitian yang telah ada.

3. Level pengetahuan utama yang digunakan dalam ontologi ini adalah pengetahuan tanaman obat empirik di Indonesia dengan sedikit penambahan pengetahuan yang berada di level pengetahuan penelitian akademik.

4. Pembuatan ontologi akan difokuskan pada konsep-konsep dasar pada ethnomedicine seperti etnis Indonesia, tanaman obat, efek farmakologis serta pemanfaatan tanaman obat di masing-masing etnis.

5. Data yang digunakan dalam pembuatan ontologi merupakan data sekunder yang berasal dari beberapa sumber seperti BPOM (buku-buku tanaman obat) dan BPPT (data tanaman obat online) serta hasil penelitian tanaman obat.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Terbentuknya suatu ontologi tanaman obat dalam ruang lingkup pemanfaatan tanaman obat etnis asli Indonesia versi 1.0.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari Skripsi ini antara lain :

1. Bagi penulis, skripsi ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai teknologi semantik, khususnya pada pengembangan ontologi. 2. Bagi pengembang aplikasi, diharapkan skripsi ini bermanfaat dalam

pengembangan aplikasi web wemantik yang menggunakan domain pengetahuan tanaman obat Indonesia.

(18)

1.6 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah berupa ontologi tanaman obat Indonesia dalam ruang lingkup ethnomedicine etnis asli Indonesia dengan format file OWL (Web Ontology language) beserta prototype pengujian untuk melakukan SPARQL (Simple Protocol and RDF Query Language) query.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian ini berisi mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bagian ini berisi mengenai tinjauan pustakan serta dasar teori yang digunakan dalam Skripsi ini, seperti Teknologi Semantik, Ontologi, dan Tanaman Obat.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas mengenai tahapan dalam konstruksi ontologi tanaman obat Indonesia.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan membahas mengenai implemetasi ontologi tanaman obat Indonesia, serta pengujian ontologi dengan SPARQL query menggunakan prototype sederhana yang telah dibuat.

BAB 5 PENUTUP

Bagian ini memuat kesimpulan dan saran mengenai penelitian dalam skripsi ini. commit to user

(19)

1 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai ontologi telah dilakukan di berbagai domain pengetahuan. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang berkaitan dengan ontologi pada domain pengetahuan tanaman dan tanaman obat:

1. Menuju Ontologi Keanekaragaman Hayati (Sintawati A. dan Banowosari L. , 2010)

Pada penelitian ini dibahas mengenai perlunya integrasi ontologi untuk domain keanekearagaman hayati di Indonesia. Fokus dari penelitian ini adalah menyediakan konsep, mekanisme pemetaan untuk sumber data yang heterogen agar dapat berintegrasi pada tingkatan semantik. Dalam penelitian ini diusulkan mengenai integrasi ontologi. Pendekatan untuk memulai integrasi ontologi dari dua ontologi o1, dan o2 adalah sebagai berikut.

- Pemetaan: tahap preprocessing, mengidentifikasi semua konsep dalam o1 dan o2 yang identik, menggunakan teknik yang sesuai

- Merge: membangun sebuah ontologi baru yang didasarkan pada pemetaan antara o1 dan o2, menggabungkan konsep setara ke dalam konsep baru. Konsep ini menerima nama dari konsep yang berasal o1 atau o2;

- Alignment: membangun sebuah ontologi baru yang cocok dan memelihara ontologi asli, yang terkait sesuai dengan pemetaan terdeteksi.

2. Plant Ontology (PO): a controlled vocabulary of plant structures and growth stages (Jaiswal P. et. Al, 2005)

Penelitian ini membahas mengenai Plant Ontology (PO) yang dikembangkan oleh The Plant Ontology Consortium (POC) (www.plantontology.org). POC merupakan kolaborasi kerja sama antara beberapa ahli pada bidang plant systematic, botani, dan genomics dengan

5

(20)

menggunakan beberapa database tanaman. Tujuan utama POC adalah untuk mengembangkan controlled vocabularies mengenai struktur tanaman dan tahap-tahap perkembangan tanaman yang sederhana, namun handal dan extensible. POC menyediakan suatu jaringan kosakata yang terhubung dengan relasinya (ontologi) untuk memfasilitasi query antar dataset dalam suatu database atau beberapa database. Pada penelitian ini terdapat dua ontologi yaitu:

• Ontologi untuk Tahap Perkembangan Tanaman

Merupakan ontologi yang mendeskripsikan tahap-tahap siklus perkembangan dan pertumbuhan tanaman berdasarkan morfologi dan anatominya, seperti vegetative stage, reproductive stage, germination dsb. • Ontologi untuk Struktur Tanaman

Merupakan controlled vocabularies dari istilah-istilah botani yang mendeskripsikan struktur anatomi dan morfologis dari tanaman. Pada Ontologi ini, struktur tanaman yang dimaksud meliputi organ, jaringan, tipe sel, dan relasi di antaranya. Istilah (terms) pada PO disusun secara hirarkis, sehingga suatu child dapat memiliki parent lebih dari satu. Berikut ini terdapat contoh penyusunan istilah parent and child dari PO.

Gambar 2.1 Contoh penyusunan istilah parent and child dari Plant Ontology (Jaiswal P. et al, 2005) commit to user

(21)

3. Organizing Herbs Knowledge: Is an Ontology or Taxonomy the answer? ( Mamat A., Erlin, dan Abd Rahman A., 2008)

Penelitian ini membahas mengenai pengorganisasian pengetahuan tentang Herbal. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa terdapat tiga masalah yang menghalangi penyusunan pengetahuan herbal yaitu : beragamnya definisi herbal, kesulitan dalam mengklasifikasikan aplikasi pemanfaatan herbal, dan mengenai cara mengelola keperluan penelitian tentang herbal. Tujuan dari penelitian ini adalah memeriksa apakah dua pendekatan yang berbeda (taksonomi dan ontologi) dapat digunakan secara umum, untuk menyediakan framework standar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang telah disebutkan di atas.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa informasi mengenai herbal pada area penelitian memiliki jutaan konsep dengan relasi yang kompleks, karenanya informasi yang penting dalam area penelitian harus dibagikan untuk meningkatkan level pengetahuan dalam industri herbal.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa baik taksonomi maupun ontologi berguna dalam area penelitian, meskipun kebanyakan masalah dapat diselesaikan dengan ontologi, taksonomi juga berperan penting dalam identifikasi serta klasifikasi herbal/tanaman.

4. Computational methods for Traditional Chinese Medicine: A survey (Lukmana S., Yulan Heb, dan Siu-Cheung Hui, 2007)

Penelitian ini membahas mengenai metode-metode komputasi untuk Traditional Chinese Medicine (TCM). Dalam penelitian ini juga dibahas tentang pemanfaatan teknologi ontologi pada domain TCM . Pada penelitian ini ontologi digunakan dalam sistem seperti Ontology learning system untuk mengekstrak pengetahuan tentang obat dan formulasi TCM dari teks semi-terstruktur. Penggunaan ontologi yang lainnya adalah pada Chinese Medical Diagnostic System (CMDS). Sistem ini memiliki integrasi ontologi ilmu medis commit to user

(22)

yang didesain untuk berjalan secara online. Peran dari ontologi-ontologi yang digunakan pada sistem ini adalah untuk meng-capture domain pengetahuan dan menyediakan pemahaman yang terstandardisasi dalam domain ilmu medis, sistem ini memfasilitasi akuisisi informasi, verifikasi serta maintenance yang dapat dilakukan baik oleh pengguna maupun mesin. Prototype CMDS dapat mendiagnosa sekitar 50 jenis penyakit dengan menggunakan kurang lebih 500 rules dan 600 images dari berbagai penyakit.

5. The Design of Herb Ontology ( Yu, T., 2008)

Penelitian ini merupakan dokumentasi penelitian yang mendeskripsikan tentang pembuatan rancangan ontologi untuk domain obat tradisional Cina (Traditional Chinese Medicine/ TCM). Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada integrative medicine, yang berfokus pada integrasi sistem formula pengobatan TCM dengan pengobatan modern serta biomedicine. Ontologi pada penelitian ini digunakan untuk menintegrasikan sumber data farmasi yang berguna dalam menginterpretasikan Sistem Formulasi TCM, information retrieval, serta pembuatan keputusan klinis. Ontologi yang dibuat di sini memiliki tujuh entitas utama yaitu : drug, herb, formula, natural products, people, molecule, clinic, dan provenance.

6. Ontologies and Computational Methods fo Traditional Chinese Medicine (Master Thesis) ( Jokiniemi J., 2010)

Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengetahui posisi dari TCM di masa kini, dan untuk mengetahui perubahan serta peluang apa saja yang dapat dilakukan teknologi informasi modern untuk pemanfaatan TCM. Penelitian ini mendeskripsikan bagaiman ontologi dan semantic tools dapat digunakan untuk mengumpulkan pengetahuan yang telah ada dan mengkombinasikan database commit to user yang berbeda. Penelitian ini juga

(23)

memperkenalkan metode-metode komputasi TCM, serta sistem pakar TCM. Pembahasan penelitian ini juga mencakup proyek terkini di bidang TCM serta tantangan TCM di masa depan.

7. An E-Health Advice System With Thai Herb And An Ontology (Nantiruj T. et.al,2008)

Nantiruj et.al (2008) pada penelitiannya juga memanfaatkan ontologi tanaman obat untuk sistem rekomendasi tanaman herbal Thailand. Pada sistem yang dibuat pada penelitian ini terdapat suatu fungsi advice yang menggunakan sistem inferensi untuk menentukan herbal Thailand apa yang sesuai dengan gejala yang dimiliki user. Sistem inferensi yang dipakai terdiri dari agen inferensi, mesin inferensi, ontologi, inference rules serta database. Pada penelitian ini ontologi berfungsi dalam menemukan relasi antara tanaman herbal Thailand, anamnesis (riwayat penyakit ), gejala dan provinsi tempat suatu tanaman herbal dapat tumbuh. Berikut ini rancangan konstruksi ontologi yang digunakan pada penelitian ini.

Gambar 2.2 Ontologi mengenai relasi antara Thai Herb, anamnesis, gejala, provinsi (Nantiruj et al., 2008) commit to user

(24)

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Teknologi Semantik

Semantik merupakan studi yang berkaitan dengan makna (meaning). Secara sederhana, teknologi semantik dapat diartikan sebagai teknologi yang memanfaatkan makna (meaning) dari data komputasi. Teknologi semantik merepresentasikan makna secara terpisah antara konten data dan kode aplikasi, serta menetapkan suatu common format untuk mengkombinasikan informasi dari berbagai sumber data (Kaplun, 2011).

Menurut TopQuadrant (2004), teknologi semantik didefinisikan sebagai teknologi perangkat lunak yang memungkinkan pengenalan dan pemrosesan makna dari informasi serta asosiasi antar informasi pada waktu eksekusi. Teknologi semantik memiliki ciri yang dapat membedakannya dengan aplikasi konvensional lain, antara lain :

• Teknologi semantik merepresentasikan makna melalui konektivitas. Makna dari istilah (term), atau konsep (concept) yang ada pada model dapat dibangun dengan adanya relasi dari satu sama lain.

• Suatu model semantik mengekspresikan sudut pandang yang beragam. • Model semantik merepresentasikan pengetahuan tentang dunia dimana

suatu sistem beroperasi. Aspek pengetahuan yang berbeda dapat direpresentasikan oleh beberapa model semantik yang saling terhubung. Model-model tersebut dapat diakses oleh aplikasi pada saat run time. • Suatu aplikasi semantik menggunakan model pengetahuan secara esensial

sebagai bagian dari operasinya. Penggunaan model ini dilakukan dengan melakukan reasoning terhadap model. Reasoning dapat berupa proses graph search yang sangat sederhana hingga proses inferensi yamg rumit pada model.

• Aplikasi semantik merupakan aplikasi yang ringan dikarenakan bekerja dengan data yang “pintar”. Semua logika business rules dilakukan pada model yang di-share melewati berbagai macam aplikasi. commit to user

(25)

2.2.2 Web semanti Semanti well-def coopera web sem informa oleh ko penggun (W3C) sebagai Berikut (Antoni - Web Semantik Salah satu mantik. Definisi antic Web is an defined mean peration” (Dac eb semantik ada formasi yang dib leh komputer seh enggunanya. Men

3C), web sema bagai berikut.

Gamb

erikut ini penjelas ntoniou,2008).

Unicode, merepresen

antik

satu bentuk da finisi dari web s

is an extension eaning, better (Daconta et al, ik adalah ekstens

ng diberikan tela ter sehingga mem

. Menurut Tim B semantik memi ambar 2.3. Lay enjelasan mengen , merupakan presentasikan, m

tuk dari teknolo eb semantik me

ion of the curr tter enabling et al, 2003) . Da kstensi dari web n telah terdefinis a memudahkan Tim Berners-Lee memiliki arsitek Layer Arsitekt engenai beberapa pakan requireme an, menangani, d knologi semanti menurut Tim urrent web in w ing computers . Dari definisi i ri web yang tela definisi dengan b hkan kerjasama

Lee dari Wor rsitektur yang te

sitektur Web Se

berapa layer yang

ement dalam gani, dan memani

emantik adalah t Tim Berners-Le

in which infor ters and peop finisi ini dapat di g telah ada seka ngan baik dan da

sama antara kom orld Wide W ang terdiri dari b

eb Semantik (W yang menyusun alam industri ko emanipulasi teks. alah teknologi w Lee adalah ” nformation is g eople to work pat diketahui bah a sekarang di m an dapat dimeng ra komputer den e Web Consort dari beberapa W3C,2001)

yusun web sema

tri komputasi un i teks. logi web alah ”The is given ork in ui bahwa di mana imengerti r dengan sortium apa layer ) semantik tasi untuk commit to user

(26)

- URI (Uniform Resource Identifier), merupakan sekumpulan URL (Uniform Resource Locator) dan URN (Uniform Resource Name). URN digunakan untuk mengidentifikasi objek secara unik. Sementara URL menyediakan informasi mengenai dimana dan bagaimana cara menemukan dokumen dalam web (Ferzini, 2011).

- XML, merupakan bahasa yang memungkinkan penulisan dokumen web terstruktur dengan user-defined vocabulary. XML sesuai digunakan untuk pengiriman dokumen melalui web.

- RDF, merupakan model data dasar untuk penulisan statement seederhana tentang objek web (resource). Model data RDF tidak bersandar pada XML, namun RDF memiliki sintaks berbasis XML. - RDF Schema (RDFS), menyediakan modeling primitives untuk

mengorganisasikan objek web dalam hirarki. Primitives kunci dari RDFS adalah class dan properties, subclass dan relasi subproperty, serta domain and range restrictions. RDFS dibangun berdasarkan RDF. RDFS dapat ditampilkan sebagai primitive language untuk menulis ontologi

- Ontology Vocabulary, merupakan layer untuk bahasa ontologi yang direpresentasikan dengan OWL (Web Ontology Language).

- Logic layer, digunakan untuk meningkatkan bahasa ontologi lebih lanjut dan memungkinkan penulisan application-specific declarative knowledge.

- Proof layer, melibatkan proses deduksi aktual serta representasi pembuktian dalam bahasa web serta validasi pembuktian.

- Trust layer, muncul dalam bentuk penggunaan digital signatures dan bentuk pengetahuan yang lain berdasarkan rekomendasi agen terpercaya atau berdasarkan rating, agensi sertifikasi, atau badan konsumen.

(27)

2.2.3 Ontologi

Diperlukan suatu model pengetahuan agar teknologi semantik dapat bekerja dengan suatu sistem, model pengetahuan tersebut merupakan representasi suatu bagian dari dunia nyata yang digunakan oleh satu aplikasi atau lebih pada waktu eksekusi (TopQuadrant, 2004). Model pengetahuan yang digunakan dalam teknologi semantik adalah ontologi.

2.2.3.1 Definisi Ontologi

1. Definisi ontologi dalam disiplin ilmu filosofi

Menurut disiplin ilmu filosofi, ontologi merupakan cabang ilmu filosofi yang berkaitan dengan sifat dasar dan struktur dari realita. Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ontos (being) dan logos (words), yang menurut Aristoteles dapat diartikan sebagai the theory of being qua being yaitu teori tentang keberadaan sebagai keberadaan (Staab dan Studer, 2009).

2. Definisi ontologi dalam ilmu komputer

Definisi Ontologi dalam ilmu komputer beragam satu sama lain. Salah satu definisi yang sering digunakan adalah definisi ontologi milik Gruber (1993), yaitu : “Explicit specification of a conceptualization” Atau dapat diartikan, Ontologi merupakan sebuah spesifikasi eksplisit dari konseptualisasi. Sementara Borst (1997) mendefinisikan ontologi sebagai “spesifikasi formal dari konseptualisasi bersama (shared conceptualization)”.

Sedangkan Studer et al. (1998) menggabungkan dua definisi di atas menjadi :

“An ontology is a formal, explicit specification of a shared conceptualization.”

(28)

“Sebuah ontologi adalah suatu spesifikasi formal dan eksplisit dari konseptualisasi bersama”, definisi ini terdiri dari empat kata kunci penting yaitu :

a. Konseptualisasi. Merupakan model abstrak dari suatu fenomena di dunia nyata yang mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan dengan fenomena tersebut.

b. Bersama (shared), berarti bahwa pengetahuan yang dipakai dalam ontologi telah disetujui oleh suatu komunitas tertentu yang bersangkutan.

c. Spesifikasi formal, berarti bahwa spesifikasi yang ada harus dapat dibaca dan dimengerti oleh mesin.

d. Spesifikasi eksplisit, mengindikasikan bahwa konsep-konsep dan relasi di antaranya didefinisikan secara eksplisit.

Secara teknis dalam OWL Use Cases and Requirements Documents, W3C mendefinisikan ontologi sebagai berikut (Yu, 2011):

“An ontology formally defines a common set of terms that are used to describe and represent a domain. An ontology defines the terms used to describe and represent an area of knowledge”

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa ontologi mendefinisikan terms yang mendeskripsikan dan merepresentasikan suatu domain pengetahuan tertentu. Terdapat beberapa hal yang perlu diperjelas dalam definisi tersebut, antara lain:

a. Ontologi dibuat spesifik berdasarkan domain pengetahuan tertentu (domain specific), dan digunakan untuk mendeskripsikan dan merepresentasikan area pengetahuan tersebut.

b. Ontologi terdiri dari terms dan relationship di antara terms tersebut. Terms sering disebut juga dengan classes atau concepts. c. Terdapat suatu level relationship yang diekspresikan menggunakan

(29)

yang berfungsi dalam mengasosiasikan dua terms/class yang berbeda.

2.2.3.2 Tujuan Penggunaan Ontologi

Tujuan suatu ontologi digunakan dalam beberapa aplikasi karena beberapa alasan, antara lain (Noy dan McGuinness, 2001):

1) Membagi pemahaman umum tentang struktur informasi di antara orang-orang atau software agents.

2) Memungkinkan penggunaan ulang dari suatu domain pengetahuan. 3) Membuat asumsi domain yang eksplisit.

4) Memisahkan antara domain knowledge dengan operational knowledge. 5) Menganalisa domain pengetahuan.

2.2.3.3 Komponen Ontologi

Ontologi terdiri dari beberapa komponen yang membangunnya antara lain (Ojo dan Janowski, 2005) :

1) Konsep (Concept)

Merupakan kumpulan entitas dalam suatu domain. Concept juga dikenal sebagai classes, object dan categories.

2) Relasi (Relation)

Merupakan interaksi antar konsep atau sering disebut dengan concept properties. Relasi juga terkadang disebut dengan roles atau slots. 3) Aksiom (Axioms)

Merupakan aturan eksplisit yang membatasi kegunaan suatu konsep. 4) Instances

Merupakan contoh konkret dari konsep dalam suatu domain. Instance terkadang disebut juga dengan individual.

(30)

Berikut ini adalah contoh ilustrasi sederhana mengenai bagian-bagian ontologi menggunakan domain pengetahuan mengenai masakan Soto.

Gambar 2.4. Contoh ilustrasi ontologi sederhana untuk masakan Soto

Pada Gambar di atas dapat terlihat bahwa ontologi ini memiliki beberapa class yaitu THING sebagai root dari semua class, kemudian diikuti class Soto, SotoAyam, BahanDasar, dan Daging. Sementara relation diwakili oleh subClassOf yang menandakan relasi untuk subkelas, type yang menandakan relasi untuk instance, dan hasBahanDasar yang menandakan relasi di antara class SotoAyam dengan instance DagingAyam. Dan instance diwakilkan oleh DagingAyam yang merupakan anggota dari class Daging.

2.2.3.4 Metodologi Pengembangan Ontologi

Terdapat berbagai jenis metodologi yang menjadi acuan pengembangan ontologi seperti metodologi Uschold, Methontology, metodologi On-To-Knowledge, metodologi KACTUS dan lain sebagainya. Metodologi-metodologi tersebut memiliki tahapan tersendiri dalam membangun ontologi. Menurut Noy dan McGuinness (2001) tidak

(31)

ada metode yang benar-benar tepat dalam pembangunan ontologi, karenanya mereka menetapkan tiga aturan yang akan membantu dalam pembuatan keputusan rancangan ontologi yaitu :

1. Tidak ada cara yang benar-benar tepat dalam membuat model suatu domain. Akan selalu ada alternatif lain yang dapat digunakan. Solusi terbaik hampir selalu tergantung kepada aplikasi yang ada di pikiran kita dan tambahan-tambahan (extensions) yang kita antisipasi sendiri. 2. Pengembangan ontologi merupakan proses iteratif.

3. Konsep dalam ontologi harus dekat dengan objek fisik maupun objek logis serta relasi di dalam domain yang menjadi perhatian. Dapat direpresentasikan dengan kata benda (untuk objek) atau kata kerja (untuk relasi) dalam kalimat-kalimat yang mendeskripsikan domain yang bersangkutan.

Menurut Noy dan McGuinness (2001) terdapat tujuh tahap pengembangan ontologi antara lain :

1. Menetapkan domain dan scope ontologi.

Untuk mengawali perancangan ontologi, pembuat ontologi harus menentukan domain dan scope / ruang lingkup ontologi terlebih dahulu. Terdapat beberapa pertanyaan dasar yang akan membantu dalam membatasi scope ontologi, antara lain :

- Domain apa yang akan digunakan dalam ontologi ? - Untuk keperluan apa ontologi akan digunakan ?

- Untuk menjawab tipe pertanyaan apa sajakah informasi yang harus disediakan oleh ontologi ?

- Siapa yang akan menggunakan ontologi ?

(32)

2. Mempertimbangkan penggunaan ontologi yang sudah ada untuk digunakan kembali.

Pembuat ontologi perlu mempertimbangkan penggunaan ontologi yang telah ada dan melakukan pengecekan apakah ontologi tersebut memerlukan perbaikan atau penambahan sesuai dengan domain yang bersangkutan. Penggunaan ontologi yang sudah ada perlu dilakukan jika sistem yang akan dibangun memerlukan interaksi dengan aplikasi lain yang telah menggunakan ontologi tertentu.

3. Menentukan istilah-istilah (terms) yang penting dalam ontologi Daftar istilah (terms) yang penting dalam ontologi akan dibuat pada tahap ini. Semua istilah yang bersangkutan ditulis. Pada tahap ini pembuat ontologi tidak perlu mengkhawatirkan adanya overlap di antara konsep yang direpresentasikan, relasi antar term, atau properties yang dimiliki oleh suatu konsep, karena akan dilakukan pada tahap selanjutnya.

4. Menentukan class dan hirarki class

Pendekatan yang akan dipakai dalam penentuan class dan hirarki class sangat bergantung pada cara pandang pembuat ontologi terhadap suatu domain. Terdapat beberapa pendekatan dalam mengembangkan hirarki class (Uschold dan Gruninger, 1996). :

- Top-down

Pengembangan ontologi dimulai dengan pendefinisian dari konsep yang paling umum dalam suatu domain diikuti dengan spesialisasi dari konsep tersebut.

- Bottom-up

Pendekatan ini dimulai dari pendefinisian class yang paling spesifik, kemudian daun hirarki, dan diikuti dengan mengelompokkan class ke dalam konsep yang lebih umum.

(33)

- Kombinasi antara top-down dan bottom-up

Konsep yang paling penting didefinisikan terlebih dahulu, kemudian dilakukan generalisasi dan spesialisasi sesuai dengan kebutuhan.

5. Menentukan properties / slots dari class

Setelah mendefinisikan beberapa class, dilakukan pendeskripsian struktur internal dari konsep. Pada tahap sebelumnya telah dibuat class dari berbagai macam term yang berhubungan dengan domain yang bersangkutan. Dari beberapa term tersebut juga ada yang berfungsi sebagai properties. Untuk tiap properties yang ada harus ditentukan class mana saja yang dideskripsikannya. Properties inilah yang akan menjadi slot yang terikat dengan suatu class.

Secara umum terdapat beberapa tipe object properties yang dapat menjadi slot dalam suatu ontologi, antara lain:

- Properties intrinsik, merupakan properties yang merepresentasikan unsur objek yang berada di dalam suatu objek.

- Properties ekstrinsik, merupakan properties yang merepresentasikan unsur objek yang berada di luar suatu objek.

6. Menentukan batasan (facets) dari slots

Slots dapat memiliki facets yang mendeskripsikan tipe nilai, nilai yang diperbolehkan, kardinalitas, dan fitur lainnya. Berikut ini beberapa jenis facets yang umum digunakan.

- Kardinalitas

Kardinalitas mendefinisikan berapa banyak nilai yang dapat dimiliki sebuah slot. Beberapa sistem membedakan kardinalitas ini menjadi dua yaitu kardinalitas tungggal (hanya memperbolehkan paling banyak satu nilai), dan kardinalitas multiple (memperbolehkan sembarang jumlah nilai). commit to user

(34)

- Tipe nilai

Suatu facet tipe nilai mendeskripsikan tipe nilai apa saja yang dapat mengisi slot. Berikut ini adalah daftar tipe nilai yang umum digunakan.

1) String, merupakan tipe nilai yang paling sederhana yang digunakan pada slot, contohnya seperti nilai pada name:, merupakan string sederhana.

2) Number, (Float dan Integer) mendeskripsikan slots dengan nilai numerik. Contohnya slot harga dapat memiliki tipe nilai Float.

3) Boolean, Slot yang memiliki yes–no flags sederhana, sehingga nilai yang ada hanya “ya” atau “tidak”.

4) Enumerated, tipe yang memuat daftar nilai spesifik yang diperbolehkan dalam slot.

5) Instance, merupakan tipe yang memperbolehkan definisi relasi antar individual. Slot dengan tipe instance juga harus mendefinisikan daftar class yang diperbolehkan

7. Membuat instance

Langkah terakhir dalam pembuatan ontologi ini adalah pembuatan instances dari class dalam hirarki. Instance atau Individual merupakan anggota dari class tertentu dalam ontologi. Dalam menentukan individual instance dari suatu class diperlukan beberapa tahap seperti pemilihan class, kemudian pembuatan individual instance dari class tersebut, dan yang terakhir pengisian nilai slot.

(35)

2.2.3.5 Bahasa Representasi Ontologi

Ontologi direpresentasikan dalam beberapa bahasa formal sebagai berikut.

1. RDF (Resource Description Framework)

RDF merupakan model standar untuk pertukaran data (data interchange) dalam Web dari W3C (Klyne dan Carroll, 2004). RDF adalah model data untuk objek (resources) dan relasi di antaranya. RDF menyediakan semantik sederhana serta dapat direpresentasikan dalam sintaks XML (Antoniou, 2008). RDF merupakan pondasi dasar dalam membangun suatu web semantik. Meskipun demikian RDF belum dapat mendeskripsikan semantik itu sendiri (Feigenbaum dan Prud'hommeaux, 2011). Untuk menambah makna semantik pada RDF terdapat standar lain yang merupakan ekstensi dari RDF yaitu RDFS yang akan dibahas pada poin selanjutnya.

Statement dari RDF disebut dengan triple yang terdiri dari tiga bagian yaitu : Subject, Predicate dan Object (Staab dan Studer, 2009). Ketiga bagian tersebut memiliki fungsi sebagai berikut (Yu,2011).

a. Subject, Subject disebut juga dengan start node dalam RDF graph. Digunakan untuk menunjukkan resource dari dunia yang dimodelkan. Harus diidentifikasikan dengan URI.

b. Object, Object disebut juga dengan node atau end node dalam RDF graph. Digunakan juga untuk menunjukkan resource dari dunia yang dimodelkan. Harus diidentifikasikan dengan URI .

c. Predicate, Digunakan untuk menunujukkan relasi antar subject dan object, Harus diidentifikasikan dengan URI. Predicate disebut juga dengan edge dalam RDF graph.

(36)

Berikut ini adalah ilustrasi sederhana dari konsep triple pada RDF, dengan mengambil contoh tipe kamera (Yu, 2011).

Gambar 2.5 Contoh Ilustrasi Triple dari RDF (Yu, 2011)

Berikut ini adalah bentuk RDF dari triple di atas (Yu, 2011).

a. SPARQL (Simple Protocol and RDF Query Language)

SPARQL Query Language merupakan rekomendasi W3C untuk melakukan query pada RDF. SPARQL query language dibangun berdasarkan matching graph patterns (Antoniou,2011). Graph pattern yang paling sederhana adalah triple pattern, hampir seperti RDF triple namun memiliki kemungkinan penggunaan variable bukan dengan penggunaan istilah (term) RDF pada posisi subject, predicate, atau object.

Hasil query dari SPARQL ditangkap dalam variabel yang diawali dengan tanda tanya (?). Hasil query SPARQL dapat dikembalikan dan atau

<?xml version="1.0"?> <rdf:RDF

xmlns:rdf="http://www.w3.org/1999/02/22-rdf-syntax-ns#"

xmlns:myCamera="http://www.liyangyu.com/camera#">

<rdf:Description

rdf:about="http://www.liyangyu.com/camera#Nikon_D300Nikon_D300Nikon_D300Nikon_D300">

<rdf:typerdf:typerdf:typerdf:type

rdf:resource="http://www.liyangyu.com/camera#DSLRDSLRDSLRDSLR"/>

</rdf:Description> </rdf:RDF>

SUBJECT PREDICATE OBJECT

(37)

di-render ke dalam berbagai macam format seperti XML, JSON, RDF, HTML (Feigenbaum dan Prud'hommeaux, 2011).

b. Struktur Query SPARQL

Menurut Feigenbaum dan Prud'hommeaux (2011) suatu SPARQL query terdiri dari :

 Prefix declarations, sebagai penyingkat URI

 Dataset definition, menyatakan RDF graph apa yang akan dijadikan query

 Result clause, mengidentifikasi informasi apa yang akan dikembalikan dari query

 Query pattern, menspesifikasi apa yang akan di-query pada dataset  Query modifiers, digunakan untuk slicing, ordering, dan mengatur

hasil query

Berikut ini adalah contoh dari struktur query dari SPARQL (Feigenbaum dan Prud'hommeaux, 2011).

c. Contoh Penggunaan SPARQL

Berikut ini contoh SPARQL query untuk mengetahui alamat email dari seseorang (W3C,2005).

# PREFIX DECLARATIONS

PREFIX foo: <http://example.com/resources/> ... # DATASET DEFINITION FROM ... # RESULT CLAUSE SELECT ... # QUERY PATTERN WHERE { ... } # QUERY MODIFIERS ORDER BY ... commit to user

(38)

- Data : - Query : - Query Result Mbox <mailto:jlow@example.com> 2. RDFS (RDF Schema)

Adalah kosakata untuk menjelaskan properties dan classes dari sumber RDF, dengan semantik untuk generalisasi hirarki dari properties dan classes (Antoniou, 2008). RDFS mendefinisikan sekumpulan meta-properties yang dapat digunakan untuk merepresentasikan background assumptions dalam ontologi. Berikut ini beberapa kosakata / modeling primitive utama dari RDFS (Antoniou, 2008).

a. Core Classes

Core classes terdiri dari :

- rdfs:Resource, merupakan class dari semua resource - rdfs:Class, merupakan class dari semua class

- rdfs:Literal, merupakan class dari semua literal (String) - rdf:Property, merupakan class dari semua properties - rdf:Statement, merupakan class dari semua statement

@prefix foaf: <http://xmlns.com/foaf/0.1/> . _:a foaf:name "Johnny Lee Outlaw" .

_:a foaf:mbox <mailto:jlow@example.com> .

PREFIX foaf: <http://xmlns.com/foaf/0.1/> SELECT ?mbox

WHERE

{ ?x foaf:name "Johnny Lee Outlaw" . ?x foaf:mbox ?mbox }

(39)

Sebagai contohnya sebuah class untu dosen/lecturer dapat didefinisikan sebagai berikut (Antoniou, 2008).

b. Core Properties untuk mendefinisikan relasi

- rdf:type, menghubungkan suatu resource denga class-nya. Resource dideklarasikan sebagai instance dari class tersebut.

- rdfs:subClassOf, menghubungkan suatu class dengan superclass-nya. Semua instance dari suatu class adalah instance dari superclass-nya. - rdfs:subPropertyOf, menghubungkan suatu property pada salah satu

superproperty -nya.

Berikut ini contoh penggunaannya pada contoh lecturer, di sini terlihat bahwa semua lecturer merupakan staff member (Antoniou, 2008).

c. Core Properties untuk membatasi properties

- rdfs:domain, menspesifikasi domain dari suatu property dan menyatakan bahwa semua resource yang memiliki property tersebut merupakan instance dari domain classes.

- rdfs:range, menspesifikasi range dari suatu property dan menyatakan bahwa suatu nilai yang dimiliki property merupakan instance dari range classes.

Berikut ini contoh penggunaan properties, sintaks ini menyatakan bahwa jika suatu resource memiliki sebuah phone number, maka resource tersebut (dengan inferensi) merupakan staff member dan memiliki value literal (Antoniou, 2008). <rdfs:Class rdf:ID="lecturer"> . . . </rdfs:Class> <rdfs:Class rdf:about="lecturer"> <rdfs:subClassOf rdf:resource="staffMember"/> </rdfs:Class> commit to user

(40)

3. OWL (Web Ontology Language)

Merupakan bahasa ontologi yang digunakan untuk Web. OWL dibangun dengan RDF and RDF Schema (RDFS), dan menggunakan sintaks XML dari RDF. Dalam OWL ditambahkan beberapa kosakata untuk menjelaskan properties dan classes, antara lain : relasi antara classes (misalkan disjointness), kardinalitas (misalkan ‘tepat satu’), equality, berbagai tipe dari properties, karakteristik dari properties (misalkan symmetry), dan enumerated classes (Antoniou, 2008). Berikut ini adalah beberapa elemen utaman yang menyusun OWL.

a. OWL Header

Dokumen OWL biasanya disebut dengan OWL ontologies, dan merupakan RDF documents, Root element dari ontologi OWL adalah elemen rdf:RDF yang juga menspesifikasi sejumlah namespaces, contoh penggunaannya adalah sebagai berikut (Antoniou,2008).

Suatu ontologi OWL diawali dengan kumpulan pernyataan yang dikelompokkan dalam elemen owl:Ontology yang mengandung comments, version control dan pencantuman dari ontologi lain. Contohnya adalah sebagai berikut. <rdf:Property rdf:ID="phone"> <rdfs:domain rdf:resource="#staffMember"/> <rdfs:range rdf:resource="&rdf;Literal"/> </rdf:Property> <rdf:RDF xmlns:owl ="http://www.w3.org/2002/07/owl#" xmlns:rdf ="http://www.w3.org/1999/02/22-rdf-syntax-ns#" xmlns:rdfs="http://www.w3.org/2000/01/rdf-schema#" xmlns:xsd ="http://www.w3.org/2001/XLMSchema#"> commit to user

(41)

b. OWL Class Elements

Class pada OWL didefinisikan menggunakan owl:Class element. owl:Class merupakan subclass dari rdfs:Class. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut (Antoniou, 2008).

c. OWL Property Elements

Pada OWL terdapat dua jenis properties, yaitu:

- Object properties, menghubungkan objek (instances dari class) dengan objek lainnya. Object properties dinyatakan dengan owl: ObjectProperty. Contohnya adalah TaughtBy, supervises dsb. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut.

<owl:Ontology rdf:about="">

<rdfs:comment>An example OWL ontology</rdfs:comment> <owl:priorVersion rdf:resource="http://www.mydomain.org/uni-ns-old"/> <owl:imports rdf:resource="http://www.mydomain.org/persons"/> <rdfs:label>University Ontology</rdfs:label> </owl:Ontology> <owl:Class rdf:ID="associateProfessor"> <rdfs:subClassOf rdf:resource="#academicStaffMember"/> </owl:Class> <owl:ObjectProperty rdf:ID="isTaughtBy"> <rdfs:domain rdf:resource="#course"/> <rdfs:range rdf:resource="#academicStaffMember"/> <rdfs:subPropertyOf rdf:resource="#involves"/> </owl:ObjectProperty> commit to user

(42)

- Datatype properties, datatype properties menghubungkan suatu instance dengan datatype value. Datatype properties dinyatakan dengan owl:DatatypeProperty. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut.

d. Sub Bahasa OWL

OWL memiliki 3 Sub Bahasa / species (Antoniou,2008), yaitu:

1) OWL Full, merupakan gabungan antara sintaks OWL dan sintaks RDF.

2) OWL DL (OWL Description Logic), merupakan sublanguage dari OWL Full yang memberlakukan pembatasan terhadap constructor yang ada pada OWL dan RDF.

3) OWL Lite, merupakan subset dari OWL DL yang lebih mudah diimplemetasikan.

2.2.3.6 Analogi dan Perbedaan Ontologi dengan Database

Menurut Horrocks (2008) komponen-komponen ontologi dapat dianalogikan dengan komponen-komponen database, meskipun demikian terdapat beberapa perbedaan yang akan membedakan fungsi ontologi dengan database. Analogi dan perbedaan tersebut dapat dilihat dalam dua tabel di bawah ini. <owl:DatatypeProperty rdf:ID="age"> <rdfs:range rdf:resource= "http://www.w3.org/2001/XLMSchema#nonNegativeInteger"/> </owl:DatatypeProperty> commit to user

(43)

Tabel 2.1 Analogi Komponen Ontologi dan Database (Horrocks, 2008)

Ontologi Database

Komponen Data fakta (Facts). Database Data. Facts digunakan dalam

ontologi untuk

mendeskripsikan situasi konkret tertentu dari dunia nyata yang dijadikan permodelan.

Database Data digunakan untuk menginstantiasi schema.

Komponen Axiom Database Schema

Axiom digunakan untuk mendeskripsikan struktul model ontologi dengan memberikan batasan.

Database Schema berfungsi dalam menetapkan struktur data beserta batasan (constraint)-nya.

Tabel 2.2 Perbedaan Ontologi dan Database (Horrocks,2008)

Ontologi Database

Berdasarkan pada OWA (Open World Assumption).

Informasi yang hilang dianggap tidak diketahui (unknown)

Berdasarkan pasa CWA (Closed World Assumption).

Informasi yang hilang dianggap false

Tidak menggunakan Unique Name Assumption (UNA). Individual dapat memiliki lebih dari satu nama.

Menggunakan Unique Name Assumption (UNA). Setiap individual memiliki nama yang unik.

Batasan yang digunakan dalam ontologi adalah Axiom, berfungsi sebagai inference rules. Axiom ini menghasilkan suatu informasi implicit dari suatu model ontologi

Batasan dalam Database adalah schema, yang berfungsi sebagi constraint dalam data terstruktur.

(44)

2.2.4 Obat Tradisional dan Tanaman Obat

Penggunaan tanaman obat di Indonesia telah ada sejak jaman nenek moyang. Menurut Sukandar (2006) hal ini dapat dibuktikan melalui beberapa bukti sejarah antara lain dengan adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, SeratRacikan Boreh Wulang nDalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sari, 2006). Sementara itu pencatatan mengenai jenis-jenis tanaman obat yang ada di Indonesia dimulai oleh jasa J.M.C. Kloppenburg-Versteegh (1862-1948), yang menginventarisasi cara-cara pengobatan tradisional Indonesia pada masa penjajahan Belanda, dan kini dilanjutkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan pakar-pakar lainnya (Hariana, 2004).

Tanaman obat sering diidentikkan dengan obat tradisional karena sebagian besar obat tradisional berasal dari tanaman obat (Katno, 2006). Menurut WHO, obat tradisional didefinisikan sebagai berikut.

“Traditional medicine is the sum total of the knowledge, skills, and practices based on the theories, beliefs, and experiences indigenous to different cultures, whether explicable or not, used in the maintenance of health as well as in the prevention, diagnosis, improvement or treatment of physical and mental illness.”.

Sementara itu menurut PERMENKES RI No. 246/Menkes/Per/V/1990, yang dimaksud dengan obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Tanaman obat sendiri adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang commit to user

(45)

berfungsi mengobati (EshaFlora, 2008). Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman obat merupakan salah satu bagian dari bahan obat tradisional yang bersumber dari tanaman yang mengandung bahan aktif yang dapat digunakan sebagai obat.

Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker (Sari, 2006).

2.2.5 Ethnomedicine

Ethnomedicine merupakan salah satu sub bidang dari kajian ilmu Medical Anthropology. Medical Anthropology adalah studi mengenai penyakit dan kesehatan manusia, sistem perawatan kesehatan, dan adaptasi biokultural (McElroy, 1996). Medical Anthropology merupakan kajian interdisipliner dari beberapa kajian ilmu seperti anthropologi, ekonomi, geografi, medicine, keperawatan, kesehatan publik, dan bidang-bidang lain yang berhubungan dengan kesehatan.

Menurut Krippner (2003), Ethnomedicine merujuk kepada suatu studi tentang pengobatan tradisional (traditional medical practice) yang berhubungan dengan interpretasi kultural mengenai kesehatan, penyakit serta proses perawatan kesehatan (health-care) dan penyembuhan (healing). Aspek spiritual dari kesehatan dan penyakit merupakan komponen integral dari praktek ethnomedicine selama berabad-abad. Aspek inilah yang sering diabaikan oleh praktisi biomedis karena sulitnya validasi berdasarkan prinsip dan eksperimen ilmiah (Williams, 2006). Meskipun demikian penggunaan tanaman dalam ethnomedicine merupakan kriteria yang paling berhasil dalam menemukan therapeutic agents di berbagai bidang biomedicine yang dilakukan oleh industri farmasi (Cox dan Balick, 1994).

(46)

Beberapa contoh obat yang dikembangkan dari penggunaan ethnomedicine antara lain :

- Vinblastine dan vincristine, dari tanaman Catharanthus roseus (periwinkle), digunakan untuk pengobatan lymphoma akut, leukemia akut dsb.

- Reserpine, dari tanaman Rauwolfia serpentina (Indian snakeroot) digunakan dalam pengobatan hipertensi.

- Aspirin, dari tanaman Salixpurpurea (willow) digunakan dalam penyembuhan peradangan (inflammation), penguran rasa sakit (pain), dan penyembuhan thrombosis.

- Quinine, dari tanaman Cinchona pubescens (kina), digunakan dalam pengobatan malaria.

(47)

1 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dalam Skripsi ini dilakukan melalui tahapan yang digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 3.1 Diagram metodologi penelitian Kajian Awal

33

Pengumpulan Data

Konstruksi Ontologi dan Implementasi

Pembuatan Instance Penentuan Facets (batasan)

Penentuan Properties Penentuan Class dan Hirarki Class

Penentuan Terms

Penentuan Scope Tahap

Konstruksi Ontologi Tahap Encoding Pengujian Ontologi Implementasi Prototype commit to user

(48)

3.1 Kajian Awal

Kajian awal dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Studi Pustaka, dimana dalam tahap ini akan dilakukan studi literatur mengenai ontologi, tanaman obat Indonesia, dan ethnomedicine. 2. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab bersama peneliti tanaman

obat dari Jurusan Biologi FMIPA UNS yang juga menjadi staf peneliti PPLH-LPPM-UNS, Prof.Dr.Okid Parama Astirin,MS.

3.2 Pengumpulan Data Sekunder

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder mengenai tanaman obat Indonesia. Data sekunder mengenai tanaman obat didapatkan dari beberapa sumber, antara lain :

a. Data Ethnomedicine

Data ethnomedicine didapatkan dari hasil penelitian Ellyn K. Damayanti yang berjudul “Kajian Tumbuhan Berdasarkan Kelompok Penyakit Penting Pada berbagai Etnis di Indonesia” dari Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor tahun 1999.

b. Data Taksonomi

Data mengenai taksonomi tanaman didapatkan dari beberapasumber antara lain:

1) Buku Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI,2008). 2) Situs plantamor.com

c. Data Pemanfaatan Tanaman Obat

Data mengenai contoh pemanfaatan obat diperoleh dari sumber, antara lain:

(49)

2) Buku Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima Edisi Pertama (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI,2010)

3.3 Konstruksi Ontologi dan Implementasi 3.3.1 Konstruksi Ontologi

Pada tahap ini akan dilakukan pembuatan rancangan ontologi pada domain pengetahuan tanaman obat yang meliputi tahap-tahap berikut ini. 1. Penentuan Scope

Scope yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman obat Indonesia yang dikaji dalam bidang ethnomedicine.

2. Penentuan Istilah (Terms)

Pada tahap ini akan ditentukan istilah-istilah yang berhubungan dengan tanaman obat dan ethnomedicine.

3. Penentuan Class dan Hirarki Class

Pada tahap ini dilakukan penentuan class/concepts beserta Hirarkinya. 4. Penentuan Properties

Pada tahap ini dibuat properties (relasi) antara class yang telah dibuat di atas.

5. Penentuan Batasan (Facets)

Pada tahap ini dibuat batasan pada properties yang telah dibuat sebelumnya.

6. Pembuatan Instance

Pada tahap ini akan dibuat instance (individuals) yang merupakan anggota dari class yang telah dibuat sebelumnya. Instance ini terdiri dari jenis-jenis tanaman obat, jenis penyakit dll.

(50)

3.3.2 Implementasi

Terdapat dua macam implementasi pada pengerjaan Skripsi ini, yaitu: 1. Implementasi Ontologi

Implementasi Ontologi ilakukan dengan bantuan program Protégé Versi 3.4.7. Hasil dari inplementasi ini adalah suatu ontologi tanaman obat dengan format OWL.

2. Implementasi Prototype

Prototype pengujian diimplementasikan dengan bahasa pemrograman Java yang menggunakan library pengolah ontologi JENA API versi 2.8.7, dan inference engine (reasoner) Pellet versi 2.2.1.

Antarmuka Prototype ini memiliki beberapa tab, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2. Setiap tab memiliki fungsinya masing-masing . Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing-masing-masing tab: 1. Tab Assertions

Tab ini berfungsi dalam menginputkan file OWL yang akan digunakan dalam pengujian. Selain itu, tab ini memiliki button untuk melakukan inferensi (reasoning) pada file OWL yang ada.

2. Tab Inferensi

Tab ini berfungsi untuk menampilkan hasil inferensi dari file OWL yang telah diinputkan.

3. Tab Pohon Hirarki

Tab ini berfungsi dalam menampilkan hirarki class dari file OWL. 4. Tab Pencarian Ontologi Ethnomedicine

Tab ini berfungsi untuk melakukan pengujian SPARQL query terhadap file OWL yang telah diinputkan. Tab ini ditujukan untuk user non-expert yang belum menguasai sintaks SPARQL.

5. Tab Deskripsi Tanaman Obat

Tab ini berfungsi dalam menampilkan deskripsi tanaman obat yang ada dalam file OWL. Deskripsi yang ditampilkan meliputi deskripsi

(51)

properties dari instance tanaman obat tertentu, deskripsi fisik tanaman, serta deskripsi cara pemanfaatan tanaman obat.

6. Tab SPARQL Query

Tab ini merupakan tab yang ditujukan untuk user yang telah memahami SPARQL query, sehingga tab ini dapat digunakan untuk melakukan SPARQL query yang lebih kompleks.

Gambar 3.2 Tampilan Prototype Pengujian Ontologi Tanaman Obat Indonesia

Cara penggunaaan prototype pengujian ontologi ini akan dijelaskan lebih lengkap pada Lampiran 1.

3.4 Pengujian Ontologi

Pengujian ontologi tanaman obat ini dilakukan dengan memanggil query SPARQL menggunakan prototype yang telah dibuat. Query yang akan diujikan dibuat berdasarkan competency questions tertentu. Keberhasilan pengujian ditentukan oleh query result yang keluar di prototype. Dataset

(52)

yang digunakan dalam pengujian ini terdiri 100 data tanaman obat dan 53 etnis asli Indonesia.

3.4.1 Metode Pengujian

Terdapat dua macam pengujian yang dilakukan : 1. Pengujian Non-Expert

Pengujian ini ditujukan untuk user yang belum menguasai sintaks SPARQL query. Pada pengujian ini akan disediakan tab khusus yang disediakan dengan combo box untuk memandu user untuk memilih pertanyaan. Pada prototype, pengujian ini diimplementasikan pada tab Pencarian Ontologi Ethnomedicine dan tab Deskripsi Tanaman Obat.

2. Pengujian Expert

Pengujian ini ditujukan untuk user yang telah memahami SPARQL query yang lebih kompleks. Pada pengujian ini user memasukkan SPARQL query secara manual. Pada prototype, pengujian ini diimplementasikan pada tab SPARQL query.

3.4.2 Validasi Pengujian

Validasi Pengujian dilakukan untuk menguji kebenaran hasil SPARQL Query yang dilakukan oleh prototype. Validasi pengujian dilakukan dengan cara melakukan pengecekan antara hasil SPARQL query dari prototype dengan sumber data yang dijadikan input data pada ontologi.

(53)

1 BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Scope Ontologi Tanaman Obat Indonesia

Scope yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai tanaman obat Indonesia beserta pemanfaatannya oleh etnis-etnis asli Indonesia sesuai dengan penelitian tanaman obat Indonesia yang telah ada. Level pengetahuan tanaman obat yang dipakai di sini merupakan pengetahuan empirik yang ditambah dengan beberapa pengetahuan tanaman obat di level akademik sebagai pelengkap.

4.2 Terms yang Digunakan dalam Ontologi Tanaman Obat Indonesia

Terms yang digunakan dalam ontologi ini mengacu kepada konsep-konsep yang digunakan dalam domain tanaman obat Indonesia. Berikut ini adalah beberapa terms yang digunakan dalam ontologi tanaman obat Indonesia. 1. Tanaman obat

2. Bagian tanaman obat yang digunakan 3. Penyakit

4. Etnis dan lokasi etnis (pulau dan provinsi) 5. Cara pemanfaatan tanaman

a. Cara Pemrosesan b. Cara Pemakaian 6. Efek a. Efek Farmakologis b. Efek Negatif c. Kontraindikasi

7. Kandungan Tanaman Obat a. Kandungan Gizi b. Kandungan Kimia

39

(54)

8. Taksonomi a. Divisi b. SubDivisi c. Kelas d. Ordo e. Familia f. Genus g. Spesies

9. Habitat Tanaman Obat 10. Deskripsi Tanaman

a. Deskripsi Fisik

- Deskripsi daun - Deskripsi buah - Deskripsi batang - Warna

- Deskripsi akar - Habitus - Deskripsi bunga

b. Deskripsi Non Fisik - Rasa

- Aroma

Berdasarkan terms yang telah ditentukan di atas, dibuatlah suatu rancangan awal dari model ontologi yang dibuat. Rancangan awal dari ontologi tanaman obat Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2.

(55)

4.3 Class dalam Ontologi Tanaman Obat Indonesia

Terdapat lima belas class utama dalam ontologi tanaman obat Indonesia dengan Root owl:Thing. Class utama dari ontologi tanaman obat Indonesia antara lain: - BagianYangDigunakan - Kondisi - CaraPemanfaatan - Lokasi - DeskripsiFisik - NamaLokal - DeskripsiNonFisik - NamaSimplisia - Efek - Penyakit - Etnis - Taksonomi - Habitat - TanamanObat - KandunganTanamanObat

Gambar 4.1 Hirarki Class Utama dengan Protégé 3.4.7

(56)

4.4 Graf dan Penjelasan Class Ontologi Tanaman Obat Indonesia

Visualisasi graf digunakan ntuk menggambarkan relationship antar class dalam ontologi. Dengan adanya graf ini akan didapatkan gambaran umum mengenai struktur ontologi yang dibuat. Berikut ini adalah visualisasi graf dari ontologi tanaman obat Indonesia.

Gambar 4.2 Visualisasi Graf Ontologi Tanaman Obat Indonesia

(57)

Gambar 4.3 Visualisasi Graf Ontologi Tanaman Obat Indonesia dengan Properties

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing class beserta subclass dari ontologi tanaman obat Indonesia berdasarkan gambar 4.3 di atas.

4.4.1 Class BagianYangDigunakan

Merupakan class yang berisi instance dari bagian tanaman obat yang digunakan dalam pengobatan, seperti daun, batang, buah, biji dsb. Class ini memiliki properties yang dijelaskan pada tabel berikut ini.

Gambar

Gambar 2.1 Contoh penyusunan istilah parent and child dari Plant  Ontology (Jaiswal P
Gambar 2.2 Ontologi mengenai relasi antara Thai Herb, anamnesis, gejala,  provinsi (Nantiruj et al., 2008)  commit to user
Gambar 2.4. Contoh ilustrasi ontologi sederhana untuk masakan Soto
Gambar 2.5 Contoh Ilustrasi Triple dari RDF (Yu, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian salah satu target yang harus diusahakan semaksimal mungkin adalah revitalisasi pelaksanaan pendidikan bagi umat Islam melalui cara-cara yang sesuai

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Kawasan Konservasi Mangrove untuk Meningkatkan Resiliensi Delta Cimanuk, Indramayu Jawa Barat Terhadap Perubahan

Secara kolektif, rakyat dikonstruksikan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan (bestuursdaad),

Bagi masyarakat kecil termasuk mereka yang tinggal di daerah pesisir sekitar hutan mangrove, dampak negative perubahan iklim merupakan ancaman langsung bagi kehidupan dan memaksa

Sikap bahasa dalam kajian sosiolinguistik mengacu pada prilaku atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan sebagai reaksi atas adanya suatu fenomena terhadap penggunaan

Hasil penelitian diperoleh gambaran berupa (1) model teoretik, (2) gambaran tentang kebutuhan mahasiswa dan dosen pengfajar terhadap materi ajar diperoleh melalui

Nilai skor hasil evaluasi parameter fisika, kimia dan biologi untuk stasiun IV berada pada kisaran kriteria cukup sesuai (S3) untuk lokasi budidaya rumput laut E.

Dalam penelitian kali ini, peneliti sengaja memilih IK, karena IK telah berkeluarga dan memiliki 3 anak, SR seorang PSK dengan 1 anak kemudian LL memiliki