• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP BAHASA PENUTUR BAHASA INDONESIA BERAKSEN TOBA, JAWA, DAN MANDAILING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIKAP BAHASA PENUTUR BAHASA INDONESIA BERAKSEN TOBA, JAWA, DAN MANDAILING"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP BAHASA PENUTUR BAHASA INDONESIA BERAKSEN TOBA, JAWA, DAN MANDAILING

Dra. SUGIHANA SEMBIRING

Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Indonesia Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang di gunakan manusia untuk mencapai tujuan. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi merupakan ciri manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Pada saat berkomunikasi pembicara lebih banyak menggunakan bahasa tertentu memperjelas makna yang sulit dimengerti atau diterima oleh lawan bicara. Oleh karena itu tidak dapat dipugkiri bahwa masyarkat yang bilingual dalam berkomunikasi akan membuat pemilihan bahasa dalam komunitas masyarakat tersebut.

Ilmu yang mengkaji mengenai bahasa disebut linguistik. Linguistik mempunyai cabang yaitu linguistik murni dan linguistik terapan. Linguistik murni meliputi fonologi morfologi, sintaksis, semantik dan lain-lain. Sedangkan linguistik terapan meliputi linguistik kontrastif, linguistik komparatif, sosiolinguistik, dan selanjutnya.

Menurut Kridalaksana (1078 : 94) sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri-ciri dan berbagai variasi bahasa, didalam suatu masyarakat bahasa. Dengan demikian melalui kajian sosiolinguistik gamabaran tentang penggunaan bahasa dapat diteliti untuk mengidentifikasi ciri-ciri bahasa dalam kaitannya dengan ilmu bahasa melalui pola bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa.

Bahasa merupakan sesuatu yang vital dalam kehidupan manusia. Masyarakat indonesia sudah sepertinya sudah terlahir sebagai bilingual. Hal ini disebabkan hampir setiap etnis yang ada di Indonesia memiliki kecakapan menggunakan bahasa Indonesia disamping bahasa daerah yang ada . misalnya suku batak Toba, disamping berbahasa Batak toba dapat juga berbahasa Indonesia, juga orang yang bersuku Batak Karo, disamping dapat berbahasa Indonesia, juga dapat berbahasa batak karo, demikian suku Jawa selain dapat berbahasa Jawa juga dapat menggunakan bahasa Indonesia. Namun dalam penggunaan bahasa Indonesia ini kadang-kadang dialek atau aksen yang digunakan terpengaruh oleh bahasa daerah masing- masing.

Melihat kevariasian bahasa tersebut maka banyak sikap bahasa yang muncul terhadap seorang penutur. Maka dalam makalah ini penulis berusaha untuk meninjau hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang uraikan pada makalah ini adalah

1. Bagaimana sikap bahasa terhadap penutur bahasa indonesia yang beraksen Jawa.

2. bagaimana sikap bahasa terhadap penutur bahasa indonesia yang beraksen Batak Toba?

3. Bagaimana sikap bahasa terhadap penutur bahasa indonesia yang beraksen Batak Mandailing.

(2)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini yang dilakukan secara tim/ kelompok bertujuan untuk

1. Memberikan sikap sikap bahasa terhadap penutur bahasa Indonesia yang beraksen Batak Mandailing.

2. Memberikan sikap bahasa terhadap penutur bahasa Insonesia yang beraksen Batak Toba.

3. Memberikan sikap bahasa terhadap penutur bahasa Indonesia yang beraksen Jawa.

(3)

BAB II

LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Sikap Bahasa

Untuk dapat memahami apa yang disebut sikap bahasa (Language Attiude) terlebih dahulu haruslah dijelaskan apa itu sikap. Sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi yang berdiri tegak, prilaku atau gerak- gerik, dan perbuatan atau tindakan yang di lakukan berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau pendapat). Sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian. Sesungguhnya, sikap itu adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau prilaku. Namun dalam banyak penelitain tidak selalu yang dilakukan secara lahiriah merupakan cerminan dari sikap batiniah (Chaer dan Agustina, 1995 : 197-198).

Sikap bahasa pada umumnya dianggap sebagai prilaku terhadap bahasa. Hubungan antara sikap bahasa dan pemertahanan dan pergeseran bahasa dapat dijelaskan dari segi pengenalan prilaku itu atau diantaranya yang memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung bagi pemertahanan bahasa. Jadi penting adalah pertanyaan tentang bagaimana sikap bahasa atau ragam bahasa yang berbeda menggambarkan pandangan orang dalam ciri sosial yang berbeda menggambarkan pandangan yang demikian memainkan peranan dalam komunikasi intra kelompok dan antar kelompok (B.U. Siregar, 1998 : 86).

Sikap bahasa dalam kajian sosiolinguistik mengacu pada prilaku atau tindakan yang dilakukan berdasarkan pandangan sebagai reaksi atas adanya suatu fenomena terhadap penggunaan bahasa tertentu oleh penutur bahasa. Bahasa dalam suatu komunitas mungkin berbeda dengan komunitas yang lain bagaimana bahasa bisa dipengaruhi penggunaannya sesuai dengan ciri sosial yang berbeda.

Yang sering menjadi perdebatan tentang sikap bahasa adalah hakikat sikap itu sendiri. Meskipun dikenal secara luas di dalam bidang psikologi sosial, tidak terdapat kesepakatan yang umum tentang konsep sikap itu sendiri. Terdapat dua pandangan teoritis yang berbeda tentang sikap, yaitu pandangan para mentalis dan behaviris. Kedua pandangan itu selalu menjadi tumpuan teori dan pengukuran yang dilakukan dalam penelitian tentang sikap individu maupun sikap masyarkat (B. U. Siregar, 1998 : 87).

Fasold (1984) mengemukakan bahwa didalam pengkajian sosiolinguistik, devenisi sikap bahasa sering diperluas untuk mencakup sikap-sikap terhadap penutur-penutur bahasa tertentu. Pemerluasan devenisi yang demikian mungkin akan memberikan kemungkinan bahwa seluruh jenis prilaku yang berhubungan dengan bahasa, termasuk sikap terhadap pemertahanan bahasa dapat dijelaskan. Cooper dan Fishman (1974) misalnya memberikan devenisi sikap bahasa dari segi referensinya yang oleh Ferguson sebelumnya (1972) merupakan patokan-patokan yang dapat diamati terhadap siapa, membicarakan apa, kapan, dan bagaimana. Cooper dan Fishmen memperluas referensinya untuk mencakup bahasa, prilaku bahasa, dan referensi yang merupakan pemarkah atau simbol bahasa atau prilaku bahasa.

Terutama dalam kaitannya dengan psikologi sosial, misalnya Triandis (197 : 2-2 dalam Chaer dan Agustina 1995 : 198) mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan bereaksi terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Kesiapan ini dapat mengacu terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Kesiapan ini dapat mengacu pada kesiapan mental atau “Sikap prilaku”. Menurut Allport (1935) sikap adalah kesiapan mental atau saraf, yang terbentuk melalui pengalaman yang membrikan arah atau pengaruh yang dinamis kepada reaksi seseorang terhadap

(4)

semua objek dan keadaan yang menyangkut sikap itu. Sedangkan Lambert (1967 : 91-102) menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen apektif, dan komponen konatif.

Komponen kognitif mengacu atau berhubungan dengan pengetahuan atau suatu kategori yang disebut proses berpikir. Komponen apektif menyangkut isu-isu penilaian seperti baik, buruk, suka, atau tidak suka terhadap sesuatu atau suatu keadaan. Jika seseorang memiliki nilai rasa baik atau suka terhadap sesuatu keadaan, maka orang itu dikatakan memiliki sikap positif. Jika sebaliknya disebut memiliki sikap negatif. Komponen konatif menyangkut prilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan. Melalui kompenen ketiga inilah orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan (Chaer dan Agustina, 1995 : 198-199).

2.2 Jenis-jenis Sikap Bahasa

sikap bahasa menunjukkan senang atau tidaknya seorang penutr bahasa terhadap suatu bahasa. Oleh karena itu, bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni sikap posif dan sikap negatif. Menurut Anderson (dalam Chaer, 1995 : 200) sikap bahasa adalah :

Tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek bahasa, yang memberi kecenderungan kepada seeorang untuk bereaksi dengancara tertentu yang di senanginya. Sikap itu biasanya akan ada sikap positif (kalau dinilai baik atau disukai) dan biasanya negatif ( kalau dinilai tidak baik atau tidak disukai), maka sikap terhadap bahasapun demikian.

a. Sikap positif

Adul (1986 : 44) berpendapat bahwa “pemakai bahasa bersifat positif ialah pemakaian bahasa yang memihak kepada bahasa yang baik dan benar, dengan wajar dan sesuai dengan situasi”. Dittmar, (dalam Suwito, 1996 : 31) memperlihatkan sikap positip adalah :

(1) Keberhasilan suatu bangsa yang multilingual dalam menentukan salah satu bahasa yang dijadikan sebagai bahasa nasional dari sejumlah bahasa yang dimiliki bangsa tersebut;

(2) Kecermatan pemakaian bentuk bahasa dan struktur bahasa serta keteepatan dalam pemilihan kata yang di pergunakan oleh pemakai bahasa;

(3) Sejauhnya mengurangi atau manusia, menghilangkan sama sekali warna bahasadaerah atau dialeknya dalam berbahasa nasional.

Garvin dan Marthiot (dalam Suwito, 1996 : 31) mengemukakan ciri- ciri pokok sikap berbahas positif yaitu : “Kesetiaan bahasa, Kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa”.

b. Sikap negatif

Adul (1986 : 44), berpendapat “pemakaian bahasa bersifat negatif adalah tidak mengacuhkan pemakaian bahasa yang baik dan benar, tidak memperdulikan situasi bahasa, tidak berusaha memperbaiki diri dalam berbahasa”. Sikap negatif terhadap bahasa merupakan sikap yang tidak bertanggung jawab terhadap bahasa nasionalnya. Ia akan beranggapan bahwa bahasa orang lain lebih baik dari bahasa nasional sehingga timbul sikap negatif terhadap bahasa.

Garvin dan Marthiot, (dalam suwito, 1996 : 33) memberikan ciri-ciri sikap bahasa negatif pemakai bahasa, yaitu :

(1) Jika seseorang atau sekolompok anggota masyarakat bahasa tidak ada lagi gairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya, maka hal itu merupakan suatu petunjuk bahwa kesetiaan bahasanya mulai lemah yang pada gilaranya tidak mustahil akan menjadi hilang sama sekali.

(5)

(2) Jika seseorang atau sekelompok orang sebagai anggota suatu masyarakat tidak ada rasa bangga terhadap bahasanya dan mengalihkan kebanggannya kepada bahasa lain yang bukan miliknya.

(3) Jika seseorang atau sekolompok orang sebagai anggota suatu masyarakat sampai kepada ketidak sadaran akan adanya norma bahasa. Sikap demikian biasanya akan mewarnai hampir seluruh perilaku berbahasanya. Mereka tidak ada lagi dorongan atau merasa terpanggil untuk memelihara cermat bahasanya dan santun bahasanya.

Moeliono (dalam Antilan, 1996 : 34) memberikan rincian tentang sikap bahasa negatif, yaitu :

(1) Sikap yang meremehkan mutu sejajar dengan sikap bahasa orang yang sudah puas dengan mutu bahasa yang tidak perlu tinggi, asal saja dimengerti.

(2) Sikap yang suka menerobos terpantul dalam sikap bahasa yang merasa dapat memperoleh kemahiran tanpa bertekun.

(3) Sikap harga tuna diri dapat disaksikan perwujudannya dalam sikap bahasa orang yang dalam hati kecilnya beranggapan bahwa beranggapan bahwa bahasa lain lebih bergengsi dan lebih bermutu.

(4) Sikap yang menjauh disiplin tercermin pada sikap bahasa orang yang tidakmerasa mutlak mengikuti kaidah bahasa.

(5) Sikap yang enggan memikul tanggung jawab kolerat bahasanya terungkap dalam ucapan, “apa yang salah kaprah lebih di terimasaja kerana kita semua bersalah”. Lagi pula masalah kebahasaan itu belum perlu diprorioritaskan karena masih banyak masalah lain yang lebih penting dan perlu diatasi lebih dahulu.

(6) Sikap yang suka melatah dapat di saksikan dalam sikap bahasa orang yang mengambil alih diksi dari bahasa muktahir tanpa kritik.

Demikian jenis-jenis sikap bahasa, orang akan dapat mengukur sikap bahasa seseorang dalam menggunakan suatu bahasa, suatu dialek, atau suatu aksen dengan menggunakan suatu bahasa. Orang itu berperan sebagai samaran untuk melakoni sikap bahasa dengan menggunakan aksen tertentu.

Untuk mengetahui sikap penutur siuatu bahaa dengan menggunakan aksen tertentu kita perlu instrumenyang tepat untuk itu.

2.3. Pengukuran Sikap Bahasa

pengukuran sikap bahasa merupakan suatu hal yang sangat abstrak, oleh karena itu kita harus sangat hati-hati menentukan sikap bahasa seseorang dengan berbahasa, berdialek atau beraksen apapun. Untuk itu, pengukuran sikap suatu bahasa memerlukan instrumen yang baik. Trandis (dalamMar’at 1984 : 75) menyatakan bahwa Instrumen yang baik itu adalah :

(1) Verbal statements of affects (pernyataan verbal dan perasaan)

(2) Verbal ststements of belief (pernyataan verbal berdasarkan keyakinan)

(3) Verbal statements concerning behavior (pernyataan yang berhubungan dengan tingkah laku).

Berdasarkan criteria instrumen di atas, untuk mengukur sikap penutur suatu bahasa dengan beraksen (Batak, Jawa, Mandailing) dapat dilakukan melalui seperangkat pernyataan berupa pendapat tentang objek itu. Pernyataan pendapat terhadap objek itu dapat terungkap dengan menggunakan kata sifat yang dapat di padamkan padankan dengan lawan dari kata sifat ini.

(6)

Dalam hal ini, peneliti menggunakan angket dengan memberikan skor nilai pertimbangan agroriori. Dengan menyusun seperangkat pernyataan akan memperlihatkan sikap positif atau negatif yang tercermin dari kata sifat berlawanan itu.

Pernyataan-pernyataan di berikan kepada responden terdiri dari lima pilihan. Lima pilihan jawaban responden itu adalah :

a. Sangat………. (kata sifat yang di ukur) b. Lebih ……….. (kata sifat yang di ukur) c. ……… (kata sifat yang di ukur)

d. Lebih………... (lawan dari kata sifat yang di ukur) e. Sangat……….. (lawan dari kata sifat yang di ukur)

data yang di peroleh dari angket itu, akan diolah secara kuantitas. Data akan dianilisis berdasarkan jawaban responden, sehingga di tentukan mean dan standar deviasinya, dan pada akhirnya dapat di tentukan sikap bahasa penutur bahasa Indonesia dengan berakaksen Batak, Jawa, dan Mandailing.

(7)

BAB III ANALISIS

Pada bab analisis ini, yang akan diteliti adalah sikap bahasa penutur bahasa Indonesia beraksen Toba, Jawa, Mandailing.

3.1. Analisis sikap bahasa Indonesia beraksen Toba, Jawa, dan Mandailing

Untuk mendapatkan data tentang sikap bahasa indonesia beraksen Toba diajukan beberapa atribut yang berkonotasi dimensi gaya bahasa dan sifat bahasa.

Pemerolehan data di gunakan sepuluh sampel dan diajukan lima belas pertanyaan yang berhubungan dengan sikap bahasa didalam nagket sebagai instrumen. Setiap pertanyaan disertai pilihan yang mewakili wnam skala sikap yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebutdi berikan sebagai berikut :

1. Sesuai dengan gaya bahasa yang digunakan punutur, maka penutur bergaya hidup :

6 5 4 3 2 1

s.moderen l.mederen moderan kuno l.kuno s.kuno 2. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur yang :

6 5 4 3 2 1 s.setia l.setia setia ingkar l.ingkar s.ingkar 3. Sesuai dengan bahasa yang di gunakan penutur tergambar bahwa penutur pempunyai sifat :

6 5 4 3 2 1

s.penyabar l.penyabar penyabar pemarah pemarah s.pemarah 4. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.ramah l.ramah ramah pendiam l.pendiam s.pendiam 5. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.terpelajar l.terpelajar terpelajar ortodoks l.ortodoks s.ortodoks 6. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.lembut l.lembut lembut kasar l.kasar kasar 7. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.jujur l.jujur jujur pembohong l.pembohong s.pembohong 8. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.pemurah l.pemurah pemurah pelit l.pelit s.pelit 9. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.rajin l.rajin rajin pemalas l.pemalas s.pemalas 10. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.pintar l.pintar pintar bodoh l.bodoh s.bodoh 11. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.pemalu l.pemalu pemalu agresif l.agresif s.agresif 12. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

(8)

13. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.rapi l.rapi rapi semraut l.semraut s.semraut 14. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.berwibawa l.berwibawa berwibawa t.berwibawa l.t.berwibawa s.t.berwibawa 15. Berdasarkan bahasa yang digunakan penutur tergambar sifat penutur :

6 5 4 3 2 1

s.kaya l.kaya kaya miskin l.miskin s.miskin Keterangan : l = lebih

S = sangat

Tabel 1 Tabel skala sikap responden terhadap penutur bahasa Indonesia beraksen Toba. No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 NL 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 5 4 2 R 4 4 4 3 4 5 4 5 3 4 4 3 3 3 4 3 D 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 I 3 3 3 4 6 2 1 3 5 5 3 4 3 6 6 5 DD 1 4 4 5 6 2 4 4 4 4 3 4 3 6 4 6 H 3 4 5 5 6 6 3 3 2 6 1 1 6 6 6 7 SW 4 6 4 3 4 3 5 3 6 4 3 3 3 6 4 8 ST 3 5 5 3 2 5 4 4 3 3 4 3 4 4 3 9 SD 4 4 3 2 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 3 10 AN 3 2 1 2 3 1 3 3 4 4 3 3 4 3 4 Jumlah 32 40 36 34 31 34 35 37 39 42 32 32 36 43 41 Mean 2,1 2,6 2,4 2,3 2,1 2,4 2,3 2,5 2,6 2,8 2,1 2,1 2,4 2,9 2,8 Dengan menggunakan angket yang mengacu kepada bentuk skala sikap, yang kemudian diajukan kepada sampel, dipeeroleh temuan bahwa sikap bahasa penutur yang menggambarkan kewibawaan adalah yang paling menonjol dengan nilai rata-rata (Mean) 2,9. Artinya keberadaan sampel untuk atribut ini berterima.

Tabel 2. Tabel skala sikap responden terhadap penutur bahasa Indonesia beraksen Jawa. No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 NL 4 4 6 4 4 6 6 4 6 3 4 3 4 5 5 2 R 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 3 3 D 3 6 5 4 4 6 6 5 4 5 1 3 6 4 3 4 I 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 6 3 5 4 4 5 DD 6 4 5 4 6 6 6 5 4 6 3 5 5 6 6 6 H 3 5 5 5 6 6 3 3 2 6 1 1 6 6 6 7 SW 3 5 6 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 8 ST 2 4 5 4 3 5 6 5 2 3 4 3 4 6 4 9 SD 3 5 4 3 4 4 5 4 3 3 4 3 4 3 3 10 AN 3 4 5 5 2 4 5 4 4 3 4 3 4 5 6 Jumlah 34 47 49 39 40 49 47 43 36 41 36 31 46 46 43 Mean 2,3 3,1 3,3 2,6 2,7 3,3 3,1 2,9 2,4 2,8 2,4 2,1 3,1 3,1 2,9

(9)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata (mean) yang paling menonjol 3,3 adalah tentang gambaran sifat penutur yang penyabar dan lembut. Sedangkan rata-rata (mean) 3,1 pada urutan kedua yang menunjukkan bahwa penutur memiliki sifat setia,

pembohong dan rapi. Hal ini berarti bahwa keberadaan sampel untuk atribut in berterima.

Tabel 3 Tabel skala sikap responden terhadap penutur bahasa Indonesia beraksen Mandailing No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 NL 4 3 3 2 5 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 R 3 4 5 3 5 4 4 3 3 5 4 3 4 4 4 3 D 4 4 1 1 5 4 4 2 4 4 2 5 4 5 4 4 I 5 6 6 6 6 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 DD 3 5 4 4 3 3 4 3 4 5 3 1 4 4 4 6 H 3 4 1 1 4 4 2 1 3 4 3 5 3 6 5 7 SW 5 6 5 6 6 3 3 6 6 5 4 4 5 6 5 8 ST 1 2 3 4 3 3 2 3 5 5 3 4 2 3 2 9 SD 2 2 4 3 3 3 4 5 5 4 3 4 6 2 2 10 AN 4 5 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 Jumlah 33 41 36 33 45 35 35 34 42 44 32 38 39 40 36 Mean 2,2 2,7 2,4 2,2 3,0 2,3 2,3 2,3 2,8 2,9 2,1 2,5 2,6 2,7 2,4 Pada tabel diatas rata-rata (mean) yang tertinggi yaitu 3,0 tergambar sifat penutur yang terpelajar. Dengan demikian sampel pada atribut in juga beterima.

Tabel.4. Tabel sifat , Penilaian dan Status Sosial Etnis Toba, Jawa dan Mandaing No Toba Mean Jawa Mean Mandailing Mean

1 32 2,1 34 2,1 33 2,2 2 40 2,6 47 3,1 41 2,7 3 36 2,4 49 3,3 36 2,4 4 34 2,3 39 2,6 33 2,2 5 31 2,1 40 2,7 45 3,0 6 34 2,1 49 3,3 35 2,3 7 35 2,3 47 3,1 35 2,3 8 37 2,5 43 2,9 35 2,3 9 39 2,6 36 2,4 42 2,8 10 42 2,8 41 2,8 44 2,9 11 32 2,7 36 2,4 32 2,1 12 32 2,1 31 2,1 38 2,5 13 36 2,3 46 3,1 39 2,6 14 43 2,3 46 3,1 40 2,7 15 41 2,8 43 2,9 36 2,4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat sebaran sampel yang merata pada penutur bahasa indonesia beraksen Toba, Jawa, dan Mandailing.

(10)

BAB V SIMPULAN

Berdasaarkan hasil analisa data yang disebarkan kepada responden diperpoleh temuan bahwa :

1. Pada penutur bahasa Indonesia beraksen Toba, sikap yang menonjol adalah sikap penutur yang menggambarkan kewibawaan dengan nilai rata-rata (mean) 2,9.

2. Penutur bahasa Indonesia beraksen Jawa sikap yang menonjol adalah sikap penutur yang menggambarkan sifat yang penyabar dan lembut dengan nilai rata-rata (mean) 3,3.

3. Pada penutur bahasa Indonesia beraksen mandailing, sikap yang menonjol adalah sikap penutur yang menggambarkan sifat yang terpelajar dengan nilai rata-rata (mean) 3,0.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik : Perkenalan awal. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Fisman, J. 1971. “National Language and languages of wider communication” dalam W.H. Whitely(ed) Language use and Social Change. London : OUP.

Ferguson, C.A. 1996. “National Sociolinguistics profile Formulas” dalam W. Bright (ed). Sociolinguistics. Blcomington : IJAL.

Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics. Great Britain Cambridge University Press. Hymes, Dell. 1974. Foundation in Sociolinguistics. New York : Harper and Row.. Siregar, Bahrean Umar. 1996. Code Alternation in Bilingual Speech Behavoiur. Medan : USU Press.

Siregar, Bahrean Umar. 1996. Pemertahanan Bahasa Dan Sikap Bahasa . Medan : USU Press.

Gambar

Tabel 2. Tabel skala sikap responden terhadap penutur bahasa Indonesia beraksen  Jawa
Tabel 3 Tabel skala sikap responden terhadap penutur bahasa Indonesia beraksen  Mandailing  No  Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  11  12  13  14  15  1 NL 4 3 3 2 5 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2  2  R  3 4 5 3 5 4 4 3 3 5 4 3 4 4 4  3  D  4 4 1 1 5 4 4 2 4 4 2 5 4 5 4  4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan sikap bahasa mahasiswa terhadap kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, mata kuliah bahasa Indonesia, dan penggunaan bahasa

Kategori yang ketiga adalah kategori sosiolinguistik dengan cara pandang lain, yang termasuk dalam kajian ini adalah kajian-kajian empiris penggunaan bahasa dalam

Fenomena pergeseran bahasa juga terjadi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu kecenderungan penggunaan bahasa Indonesia dari oleh penutur asli bahasa Jawa

Objektif kajian ini adalah untuk mengenal pasti pengaruh penggunaan bahasa Jawa oleh golongan muda serta membincangkan fenomena percampuran kod bahasa Jawa dan bahasa Melayu

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR ... Kajian Pustaka ... Tingkat Tutur Bahasa Jawa ... Fenomena Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa ... Ranah Keluarga

Data lisan (verbal) yakni data yang diperoleh langsung berupa bentuk interferensi Bahasa Batak Mandailing dengan bahasa Indonesia yang terdapat dalam interaksi

Penelitian yang dilakukan oleh Wirawan dan Shaunaa 2021 juga berfokus untuk melihat fenomena alih kode dan campur kode yang terjadi di masyarakat dilihat dari penggunaan ragam bahasa

Dalam bahasa Sasak yang digunakan oleh masyarakat biasa pada umumnya, penggunaan sapaan aku dan kamu dalam bahasa sasak digunakan oleh penutur bahasa Sasak biasa yang memiliki status