• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Komponen Produksi

Panen kedelai dilakukan bila sebagian daunnya sudah menguning atau kering. Komponen produksi yang menentukan pada penelitian ini yaitu, Jumlah polong isi dan polong hampa, berat polong dan biji, serta berat 100 biji.

a. Jumlah polong isi / tanaman

Pada fase generatif hasil fotosintesis ditranslokasikan ke organ reproduktif, terutama untuk pembentukan polong dan biji. Polong isi merupakan polong yang menghasilkan biji, merupakan pokok dari komponen hasil. Polong isi dapat menunjukkan seberapa banyak hasil yang diperoleh dari tanaman. Dalam tanaman kedelai, jumlah biji tiap polong terdapat satu sampai empat biji tiap polong. Semakin besar dan terisi penuh dalam tiap polong, mengindikasikan semakin baik kualitas polong.

Polong isi pada penelitian ini, antar varietas kedelai berbeda nyata (anova terlampir). Polong isi terbanyak pada varietas Grobogan mencapai 18 polong isi dengan perlakuan pupuk IV (75 Kg/Ha UREA & SP36 150 kg/Ha saat 85 HST) saat 85 HST (Tabel 5). Polong isi yang berbeda nyata menjelaskan bahwa varietas Grobogan lebih baik dalam menyerap unsur hara sehingga produktifitas polong varietas Grobogan lebih tinggi dari varietas Kaba.

Tabel 5. Tabel pengaruh varietas terhadap polong isi saat 85 HST

Varietas Kedelai Polong Isi

Kaba 10,50 a

Grobogan 18,42 b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %

commit to user

Polong isi pada penelitian ini sangat berkaitan dengan kandungan hara dan intersepsi cahaya. Semakin tersedianya unsur hara dan penerimaan intensitas cahaya, maka semakin mendukung pembentukan bunga pada fase generatif. Sesuai pendapat Irdiawan dan Rahmi (2002) bahwa pengisian polong diperlukan sinar matahari yang maksimal dan air yang cukup untuk selama beberapa waktu, akan tetapi jika terlampau banyak air dalam tanah maka proses pengisian polong akan terganggu.

Gambar 11. Polong kedelai pada umur tanaman 85 Hst

Polong isi dipengaruhi oleh unsur N dan P yang terkandung di dalam tanah. Semakin tinggi masukan nitrogen bagi tanaman akan meningkatkan fotosintesis tanaman sebagai faktor utama dalam pembentukan polong dan biji. Polong yang kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhannya tidak sempurna, cepat masak dan kadar proteinnya kecil. Berbagai perbedaan hasil polong isi dari keempat jenis perlakuan pupuk (Gambar 11). Selain unsur N, produktifitas polong dan biji kedelai dipengaruhi oleh unsur P (fosfor). Dalam penelitian ini Kekurangan fosfor bisa menyebabkan pemasakan polong terlambat dan hasil polong atau biji berkurang. Kekurangan fosfor menyebabkan tanaman tidak menghasilkan polong.

commit to user b. Jumlah polong hampa/tanaman

Polong hampa adalah polong non-produktif yang tidak menghasilkan biji. Jumlah polong hampa mempengaruhi jumlah produksi tanaman. Semakin banyak jumlah polong hampa maka dapat dikatakan semakin berkurang pula hasil tanamannya. Polong hampa pada penelitian ini, antar varietas kedelai berbeda nyata (anova terlampir). Polong hampa terbanyak terdapat pada varietas Kaba mencapai 16 polong hampa dengan perlakuan pupuk I (UREA 0 Kg/Ha & SP36 0 kg/Ha) saat 85 HST (table 6).

Tabel 6. Tabel pengaruh varietas terhadap polong hampa saat 85 HST

Varietas Kedelai Jumlah Polong/Tanaman

Kaba 8,83 a

Grobogan 16,33 b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %

Semakin banyak jumlah polong hampa, mengindikasikan tanaman mengalami kekurangan unsur hara dan cahaya selama proses pengisian biji. Menurut Adisarwanto (2000), rendahnya intersepsi penyinaran pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa. Rusmiati et al., (2005), juga memperkuat bahwa tidak semua polong yang terbentuk terisi penuh oleh biji. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai gangguan diantaranya keadaan iklim yang kurang mendukung pada saat pembungaan dan adanya gangguan hama dan penyakit tanaman pada saat pengisian polong.

c. Berat polong isi/tanaman

Berat polong isi per tanaman diambil dari berat total polong yang menghasilkan biji tidak termasuk berat dari polong yang hampa. Melalui berat polong isi, dapat diprediksikan total polong produktif yang akan diperoleh dari total populasi tanaman. Pada penelitian ini berat polong isi

commit to user

tidak berbeda nyata antar varietas maupun antar dosis pemupukan (anova terlampir). Berat polong isi yang tidak berbeda nyata antar varietas dan pemupukan menjelaskan bahwa kualitas polong hampir sama.

.

Gambar 12. Berat polong isi & berat biji kedelai pada umur 85 HST Meskipun berat polong isi tidak berbeda nyata namun terdapat kecenderungan bahwa pupuk IV (Urea 75 Kg/Ha dan SP36 150 Kg/Ha), menghasilkan nilai berat polong isi tertinggi yaitu 6,86 g/tanaman (Gambar 12). Melalui perlakuan pupuk IV (Urea 75 Kg/Ha dan SP36 150 Kg/Ha) menghasilkan berat polong isi yang dihasilkan sekitar 3,43 ton/Ha. Meningkatnya berat polong isi karena tercukupinya kebutuhan unsur N selama pembentukan dan pemasakan polong. Ketersediaan unsur N ini salah satunya karena peran bintil akar aktif yang menghasilkan unsur N bagi tanaman kedelai. Unsur P (Fosfor) juga berperan selama pembentukan dan pemasakan polong. Fosfor meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. Kandungan P pada bagian generatif tanaman (khususnya biji) lebih tinggi dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya. Selama periode pengisian biji terjadi peningkatan akumulasi bahan kering dan kekurangan hara

commit to user

pada periode ini menyebabkan biji tidak berkembang penuh. (Nyoman, 2007). Unsur hara, air dan cahaya matahari sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kedelai yang dialokasikan dalam bentuk bahan kering selama fase pertumbuhan kemudian pada akhir fase vegetatif akan terjadi penimbunan hasil fotosintesis pada organ-organ tanaman seperti batang dan biji (Baharsjah et al, 1985).

d. Berat 100 biji

Hasil pokok dari budidaya kedelai adalah biji yang berada di dalam polong. Biji merupakan tujuan akhir pada budidaya kedelai. Salah satu hal yang diamati untuk mengetahui banyaknya hasil yaitu berat masing-masing biji yang dihasilkan guna mengetahui banyaknya hasil dari tanaman kedelai perlu diamati berat masing-masing biji yang dihasilkan. Bentuk biji kedelai yang sangat kecil menjadi alasan untuk melakukan pengamatan dengan berat 100 biji. Semakin berat 100 biji maka dapat dikatakan semakin besar produksi yang diperoleh & semakin tinggi kualitas biji yang dihasilkan.

Kualitas biji dapat dilihat salah satunya dengan mengukur berat biji. Pada tanaman kedelai pengukuran biji didasarkan pada jenisnya yaitu kedelai dengan jenis biji yang kecil sekitar 12 g/100 biji dan kedelai dengan jenis biji besar sekitar 15 g/100 biji. Kedelai yang berat bijinya lebih kecil dari ukuran tersebut berarti kualitasnya kurang baik, vigor dan viabilitasnya rendah, keriput dan kurang bagus untuk digunakan sebagai benih (Mahantara, 2011).

Berat 100 biji yang tidak berbeda nyata antar varietas dan pemupukan menjelaskan bahwa kualitas biji hampir sama. Berarti ada intersepsi cahaya dan unsur hara yang diterima hampir sama antara varietas Grobogan dengan Kaba meskipun diberi pemupukan yang berbeda dosis. Apabila Intersepsi cahaya yang kurang pada awal pengisian polong, maka jumlah polong isi dan hasil biji lebih rendah dibandingkan tanaman tanpa naungan. Indek luas daun dan intensitas cahaya matahari memiliki peran penting dalam proses pengisian biji

commit to user

(Board, 2004). Intersepsi meningkatkan fotosintesis dan indeks luas daun meningkatkan intersepsi, kedua-duanya berperan dalam meningkatkan hasil fotosintat. Penurunan polong isi dan hasil biji ini akibat dari menurunnya karbohidrat daun hasil proses fotosintesis tanaman (Ogren, 1973 cit. Karamoi, 2009).

Meskipun berat 100 biji tidak berbeda nyata namun terdapat kecenderungan bahwa pupuk IV (Urea 75 Kg/Ha dan SP36 150 Kg/Ha), menghasilkan nilai berat 100 biji tertinggi yaitu 9,82 g/tanaman (Gambar 12). Melalui perlakuan pupuk IV (Urea 75 Kg/Ha dan SP36

commit to user

41

Dokumen terkait