• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Komponen Struktur Modal

Struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, antara lain:

a. Modal sendiri.

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya (Riyanto, 2004:123). Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam”

dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam (internal financing) berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan penyusutan. Sedangkan sumber dari luar (external financing) dapat dalam bentuk saham biasa atau saham preferen (Husnan, 2005:117).

b. Modal asing atau hutang jangka panjang.

Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut jumlah sangat besar.

Sesuai dengan teori struktur modal, pada dasarnya struktur modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Berkaitan dengan teori tersebut maka analisis struktur modal juga terdiri dari analisis modal asing (hutang) dan analisis modal sendiri (rasio leverage). Analisis struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari:

1. Debt to Asset Ratio (DAR)

Menurut Suad Husnan (2005:132) bahwa “Rasio DAR digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana atau modal yang disediakan oleh kreditur”. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio DAR berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Perhitungan DAR dilakukan dengan menggunakan rumus:

Total Kewajiban

DAR = x 100 % Total Aktiva

2. Rasio Lancar (Current Ratio)

Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan. Menurut Erich A. Helfert (2003:96), “Rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca adalah rasio lancar. Rasio ini menghubungkan aktiva lancar terhadap

kewajiban lancar untuk mencoba memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan”.

Current ratio dapat dihitung dengan rumus: Aktiva Lancar

Rasio Lancar =

Kewajiban Lancar

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2005:301):

Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 % ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100 %. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas adalah perbandingan antara aktiva lancar yang benar-benar likuid (yaitu dana kas) dengan kawajiban jangka pendek. Rasio kas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kas dan bank + Surat Berharga Rasio Kas =

Kewajiban lancar

Dari rumus tersebut terlihat bahwa persediaan dan piutang dagang yang kurang likuid harus dikeluarkan dari aktiva lancar, sehingga pembayaran kewajiban jangka pendek hanya bersumber dari kas dan setara kas (efek-efek).

2.5. Return on Asset

Analisis laporan keuangan merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling banyak digunakan. Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi

aritmatika sederhana, interprestasinya akan lebih kompleks. Agar bermakna, sebuah rasio harus mengacu pada hubungan ekonomis yang penting.

Analisis rasio keuangan juga merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan, yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi di masa lalu, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan ini sangat perlu dilakukan oleh perusahaan, karena dengan melakukan analisis ini akan dapat diketahui bagaimana kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Hasil dari analisis rasio inilah yang kemudian dijadikan sebagai pedoman bagi manajemen untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, dan untuk pengambilan keputusan bagi manajemen, serta tindakan-tindakan dan kebijakan

Rasio keuntungan (kemampulabaan) akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio keuntungan (kemampulabaan) yang umum digunakan yaitu Return on Asset (ROA)

Return on total asset yang sering disebut juga return on investment adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.

Return on assets (ROA) dipengaruhi dua faktor, yaitu laba bersih dan total aktiva. Dimana secara teoritis untuk meningkatkan ROA dapat dilakukan dengan meningkatkan laba bersih setelah pajak dan mengurangi total aktiva yang diinvestasikan (ditanamkan) perusahaan, dengan rumus sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak

Return on assets = x 100 %

Total Aktiva Rata-rata

Menurut Halim dan Supomo (2002:114) bahwa “Semakin besar return on investment semakin baik, karena menunjukkan semakin besarnya jumlah pengembalian modal yang diinvestasikan”.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Teknik

Analisis Hasil penelitian Dewa Oka Kusumajaya (2011) Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel independen adalah DER, pertumbuhan aset, variabel dependen ROE dan PBV Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan Sriwardani (2006) Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Variabel independen adalah growth asset, variabel dependen harga perubahan saham

Regresi Linier Sederhana

Hal ini berarti bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon secara

Struktur Modal dan Dampaknya terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Tbk.

meningkatkan harga saham dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kebijaksanaan struktur modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan melakukan pertumbuhan maka manajer menetapkan struktur modal yang lebih banyak menggunakan ekuitas daripada hutang. Putra Krisnanda (2009) Analisis laporan Terhadap laporan keuangan Yang digunakan untuk mengukur kinerja nilai perusahaan Variabel independen adalah ROA, variabel dependen adalah growth asset

Regresi linier sederhana

Pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan mempengaruhi nilai perusahaan yang Menyakini bahwa perubahan total aktiva merupakan indikator yang Lebih baik dalam mengukur growth perusahaan yang Akan datang.

Modigliani dan Miller (1958) Struktur modal Mempengaruhi nilai perusahaan Variabel independen adalah debt to asset ratio, variabel dependen adalah price book value

Regresi linier sederhana

Menunjukkan nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, bukti tersebut dengan berdasarkan serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya broker, tidak ada pajak, tidak ada kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang.

Joshua Aborsi (2005) Analisis hubungan antara struktur modal dan ROE untuk menunjukan hubungan signifikan antara rasio total hutang dan jumlah aktiva

Variabel independen DAR dan variabel dependen adalah ROA Regresi linier sederhana

ditemukan dalam penelitian bahwa hubungan signifikan positif antara rasio utang jangka pendek terhadap jumlak aktiva dan ROA namun hubungan negatif antar utang jangka panjang terhadap total aktiva dan ROA ditentukan dengan memperhatikan hubungan antara total hutang dan harga kembali ,hasil ini menunjukan hubungan signifikan positif antara rasio total hutang dengan jumlah aktiva. Pornsit Jiraporn and Yixin Liu (2007) Analisis hubungan antara struktur modal, pergerakan

Saham dan nilai perusahaan

Variabel independen adalah DAR, DER, LDER, LDAR dan

Growt asset, variabel dependen adalah PBV.

Regresi Linier Berganda

Dimana hasilnya mengatakan tidak mempunyai hubungan yang signifkan terhadap nilai perusahaan baik juga denga nilai rata rata pertumbuhan perusahaan.

2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai variabel pada berbagai populasi y\\ang berbeda. Kerangka konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7.1. Pengaruh DAR terhadap ROA

Rasio DAR digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana atau modal yang disediakan oleh kreditur”. Selain itu rasio ini 86+69juga digunakan untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai dengan total hutang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Josua Aborsi (2005) bahwa hubungan signifikan positif antara rasio utang jangka pendek terhadap jumlak aktiva dan ROA namun hubungan negatif antar utang jangka panjang terhadap total aktiva dan ROA ditentukan dengan memperhatikan hubungan antara total hutang dan harga kembali, hasil ini menunjukan hubungan signifikan positif antara rasio total hutang dengan jumlah aktiva.

2.7.2. Pengaruh Current Ratio terhadap ROA

Current ratio merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio yang rendah berarti likuiditas perusahaan juga rendah, yang berarti juga

kurang mampu dalam memenuhi

Debt to Asset Ratio (X1) Return on Asset (Y) Cash Ratio (X3) Current Ratio (X2)

Siagian (2010) diperoleh bahwa rasio lancar berpengaruh nyata positif terhadap ROA dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.

2.7.3. Pengaruh Cash Ratio terhadap ROA

Rasio kas adalah perbandingan antara aktiva lancar yang benar-benar likuid (yaitu dana kas) dengan kawajiban jangka pendek. Persediaan dan piutang dagang yang kurang likuid harus dikeluarkan dari aktiva lancar, sehingga pembayaran kewajiban jangka pendek hanya bersumber dari kas dan setara kas (efek-efek). Hasil penelitian Siagian (2010) diperoleh bahwa rasio kas berpengaruh nyata positif terhadap ROA dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.

Dokumen terkait