• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Analisis Komponen Teknolog

1. Komponen Technoware

Perangkat keras (technoware) merupakan satu di antara empat perangkat penting yang menjadi satu kesatuan dalam sistem kemitraan. Hasil analisis tingkat keberhasilan kemitraan budidaya ayam ras pedaging ditinjau dari komponen technoware, menghasilkan empat (4) faktor penentu yang berpengaruh nyata yaitu faktor-faktor bernilai-t lebih besar dari 1,96 (ttabel 0,05=1,96), terdiri dari keuntungan bersih (estimasi 0,26; nilai-t 2,31; dan koefisien determinasi/R2=0,033), jangka waktu pengembalian modal (0,35; 3,14; dan 0,061), jangka waktu kemitraan (-,28;

-2,50; dan 0,039) dan pertumbuhan produktivitas (1,41; 13,81; dan 1,00) (Tabel 22).

Tabel 22. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Technoware dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler.

Peubah Laten

dan Lambang Indikator

Lambang

Peubah Estimasi Nilai-t* R 2 Kinerja Finansial ( 1) 1.Keuntungan kotor y1 n 1,40 5,06 0,97 2.Rasio modal kerja/aset total y2 n -0,22 -1,96 0,024

3.Nilai jual/aset total y5 n -0,38 -3,03 0,071

Kinerja

Operasional ( 2)

1.Sumber daya manusia y8 o 0,57 3,33 0,17

2..Inovasi teknologi y9 o 0,75 3,69 0,28 3.Litbang y10 n 0,75 3,69 0,28 Kinerja Kerjasama ( 3) 1.Fleksibilitas y11 o 0,87 5,11 0,37 2.Ketergantungan mitra y13 n 0,35 2,48 0,061 3.Turut memecahkan masalah y14 o 0,38 2,78 0,072 4.Transparansi sikap y1 6 o 0,96 5,34 0,46 Keberhasilan Kemitraan ( 4) 1.Keuntungan bersih y20 n 0,26 2,31 0,033 2.Jangka waktu penerimaan y21 I 0,35 3,14 0,061 3.Jangka waktu kemitraan y23 n -0,28 -2,50 0,039 4.Pertumbuhan produktivitas y24 n 1,41 13,81 1,00 Technoware Plasma : 1. KANDANG (ξ3) 1. Tinggi kandang x21 o 1,41 17,90 1,00 2.Dinding kandang x23 n 0,49 4,57 0,12 2. PEδIHARA (ξ4) 1. Tingkat kematian x26 n 0,54 4,65 0,15

2. Efisiensi makanan x30 o 0,71 6,24 0,25 3.Umur panen x33 o 0,38 3,21 0,071 4.Penerangan kandang x34 o 0,31 2,59 0,047 3. PHP (ξ5) 1.Pemeliharaan kandang x37 o 1,00 - Keterangan :

Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96).

Pengaruh nyata keuntungan bersih terhadap keberhasilan kemitraan dengan estimasi adalah 0,26 dan R2

Jangka waktu kemitraan berpengaruh negatif karena koefisien estimasi bertanda negatif (-0,28) terhadap keberhasilan kemitraan. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan peternak plasma untuk menghentikan kemitraan seiring dengan peningkatan kemampuan finansialnya. Faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan kemitraan adalah pertumbuhan produktivitas (estimasi 1,41; dan R

=0,033 dapat diartikan 3,3% keberhasilan kemitraan dapat dijelaskan dari keuntungan bersih; 6,1% dari jangka waktu pengembalian modal; 3,9% dari jangka waktu kemitraan; dan pertumbuhan produktivitas merefleksikan 100%. Keuntungan bersih dari usaha ternak broiler diperoleh dari laba kotor setelah dikurangi biaya operasional dan pajak penghasilan. Perolehan laba bersih oleh usaha plasma berpengaruh positif terhadap keberhasilan kemitraan. Masa dalam satu siklus produksi relatif singkat antara 30-35 hari dan rata-rata bobot hidup 1,7 kg per ekor, serta masa istirahat kandang 12-14 hari. Dengan demikian, masa dari satu siklus ke siklus produksi berikutnya membutuhkan waktu 42 hari sampai 49 hari dan para peternak plasma dapat berproduksi sebanyak tujuh kali siklus produksi per tahun. Jangka waktu pengembalian modal relatif singkat yakni empat tahun, juga berpengaruh positif terhadap keberhasilan kemitraan.

2

=1,00), yaitu dengan adanya penambahan populasi ayam yang dipelihara peternak dalam satu siklus dari siklus produksi sebelumnya. Kemampuan finansial untuk menambah jumlah produksi tersebut, diperoleh dari akumulasi sisa hasil usaha pada siklus-siklus produksi sebelumnya

kecenderungan semakin berkurang tingkat kepuasannya. Untuk menghindari pemutusan kemitraan oleh pihak plasma, sebaiknya perusahaan inti menciptakan sistem insentif atau program bonus yang menarik dan selalu menjaga kepercayaan kedua pihak selama kemitraan berlangsung.

Jangka waktu yang tepat adalah setiap satu tahun sekali peternak membuat perjanjian kerjasama dengan perusahaan inti. Keterbukaan dalam membuat perubahan jaminan harga sapronak dan hasil produksi dalam perjanjian kerjasama oleh perusahaan inti diperlukan, dengan tujuan untuk menjaga suasana saling memahami hak dan kewajiban masing-masing pihak (inti-plasma). Penentuan harga-harga pembelian sapronak dan daging ayam hidup oleh perusahaan inti selama ini, umumnya tidak melibatkan peternak. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya kecenderungan peternak untuk keluar dari keanggotaan kemitraan dan memilih untuk beternak dengan pola mandiri, seiring dengan peningkatan kemampuan keterampilan dan permodalan yang dimilikinya.

Kinerja finansial, kinerja operasional, dan kinerja kerjasama adalah peubah- peubah yang berpengaruh langsung terhadap keberhasilan kemitraan budidaya ayam ras pedaging. Kinerja finansial ditentukan oleh perolehan keuntungan kotor dan merupakan faktor paling dominan pengaruhnya di antara faktor lain dengan estimasi 1,40 dan R2=0,97) (Tabel 22). Dengan demikian peubah keuntungan kotor harus menjadi pertimbangan utama untuk mencapai kinerja finansial yang tinggi. Pada penelitian ini ditemukan rata-rata keuntungan kotor adalah Rp. 971,19 per ekor ayam atau adalah Rp. 33.991.776,00 per tahun dengan persentase rata-rata rata adalah 22,9 % per tahun dari kapasitas pemeliharaan 5.000 ekor.

Pembahasan lebih lanjut materi bahasan ini dapat dilihat pada sub-bab analisis finansial.

Faktor lain yang berpengaruh nyata terhadap kinerja finansial adalah rasio modal kerja terhadap aset total, dengan pengaruh negatif (estimasi adalah -0,38; nilai-t -3,03; dan R2

Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa kinerja finansial berpengaruh positif dan nyata terhadap keberhasilan kemitraan, dengan nilai estimasi dan nilai-t adalah 0,25 dan 2,39 (Tabel 23). Pengaruh dan hubungan struktural antara peubah-peubah laten khususnya oleh komponen technoware diperlihatkan pada Gambar 16. Nilai hasil survei lapangan, khususnya tentang jangka waktu peneri- 0,071). Pengaruh faktor tersebut nyata, namun dengan proporsi yang relatif kecil (7,1%). Semakin besar rasio modal kerja terhadap aset total mengakibatkan menurunnya kinerja finansial. Kenaikan modal kerja pada usaha plasma umumnya disebabkan besarnya biaya operasional, sehingga mengurangi perolehan keuntungan kotor yang diperoleh peternak.

Tabel 23. Hubungan Struktural Antara Peubah Endogen dan Komponen Technoware Kandang Pemeliharaan PHP R Keberhasilan kemitraan 2 R2

Estimasi Nilai-t Estimasi Nilai-t Estimasi Nilai-t Estimasi Nilai-t

Kinerja Finansial 0,49 1,65 1,13 2,36 -0,24 -1,57 0,58 0,25 2,39 0,30 Kinerja Operasional - - 0,83 3,35 - - 0,69 -0,61 -3,30 Kinerja Kerjasama - - 0,18 1,62 - - 0,031 -0,12 -1,27

Keterangan : Hasil analisis dengan LISREL 8.2. (2009); Nilai yang dicetak tebal adalah pengaruh signifikan dengan nilai-t > 1,96

maan hasil penjualan bagi peternak plasma berjangka waktu sama di antara peternak plasma yaitu 12 hari kerja sejak pelaporan peternak kepada perusahaan

inti secara tertulis seluruh hasil panen satu siklus produksi terakhir (kandang kosong).

Elemen technoware yang berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja finansial adalah faktor pemeliharaan ayam, dengan estimasi adalah 1,13; nilai-t 2,36; dan R2=0,58 (Tabel 23), yang ditentukan oleh tingkat kematian ayam (estimasi 0,54; nilai-t 4,65; dan R2=0,15), dan efisiensi makanan (estimasi 0,71; nilai-t 6,24; dan R2

Salah satu pertimbangan dalam membuat program bonus oleh perusahaan inti adalah berdasarkan capaian FCR. Nilai FCR yang rendah berarti efisiensi penggunaan makanan tinggi, dalam pemeliharaan ayam broiler. Jika FCR dapat dicapai lebih rendah dari pada standar FCR yang ditetapkan oleh perusahaan inti, maka peternak plasma akan mendapatkan bonus. Pemeliharaan akan mencapai hasil yang optimal adalah umur ayam 30-32 hari. Konsumsi ransum pada umur ayam lebih dari 32 hari akan semakin berkurang tingkat efisiensinya. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat pertumbuhan ayam sudah mulai menurun dan tingkat kematian ayam bertambah seiring dengan bertambahnya umur ayam di atas umur 32 hari.

=0,25) (Tabel 22). Efisiensi makanan merupakan indikator paling kuat terhadap keragaan pemeliharaan ayam, diukur berdasarkan feed conversion ratio/ FCR (perbandingan antara ransum yang dikonsumsi dibagi dengan bobot hidup ayam) dengan nilai berkisar antara 1,5 sampai dengan 1,6 pada rata-rata bobot hidup ayam 1,6-1,7 kg per ekor dan rata-rata umur panen 30 hari.

X21 0.00 X23 1.76 X26 1.71 X30 1.49 X32 1.95 X33 1.86 X34 1.91 X36 0.00 KANDANG PLIHARA PHP KF KO KKER KKEM Y1 0.05 Y2 1.95 Y5 1.86 Y6 1.86 Y8 1.64 Y9 1.43 Y10 1.43 Y11 1.25 Y12 1.99 Y13 1.88 Y14 1.83 Y16 1.07 Y20 1.93 Y21 1.88 Y23 1.92 Y24 0.00

Chi-Square=692.80, df=243, P-value=0.00000, RMSEA=0.107 1.40 -0.22 -0.38 -0.33 0.57 0.75 0.75 0.87 0.11 0.35 0.38 0.96 0.26 0.35 -0.28 1.41 1.41 0.49 0.54 0.71 0.23 0.38 0.31 1.00 0.25 -0.61 -0.12 0.49 1.13 -0.24 0.83 0.18 0.74 0.41

Gambar 16. Diagram Lintas Hubungan Struktural Faktor-faktor Kunci Technoware dan Kontribusi Pengaruhnya terhadap Pola Usaha

Hasil analisis tingkat kematian ayam menunjukkan nilai estimasi dengan koefisien positif adalah 0,54 dan nilai-t adalah 4,65, serta R2

Kondisi tersebut berkaitan dengan penetapan nilai skala untuk analisis tingkat kematian ayam. Penetapan skala 1 sampai dengan 5 terhadap keragaan tingkat kematian ayam, semakin rendah tingkat kematian ayam ditetapkan skala semakin tinggi dengan nilai dari satu sampai dengan lima. Dengan demikian, koefisien positif pada tingkat kematian dengan nilai estimasi adalah 0,54 dan R

adalah 0,15. Dari nilai-nilai tersebut berarti faktor tingkat kematian ayam berpengaruh nyata terhadap keragaan pemeliharaan ayam secara keseluruhan adalah 15 persen. Koefisien positif tingkat kematian ayam dari hasil analisis ini merupakan perbandingan terbalik terhadap jumlah kematian ayam secara nyata, semakin baik keragaan pemeliharaan ayam adalah semakin kecil jumlah kematian ayam.

2

=0,15, berarti keragaan pemeliharaan ayam yang semakin baik adalah sebagai akibat dari tingkat kematian ayam yang rendah dan dapat dijelaskan tingkat pengaruhnya adalah 15 persen. Kondisi yang sebaliknya adalah semakin rendah tingkat kematian ayam (nilai skala semakin rendah dari 1 sampai dengan 5), persentase kematian ayam semakin tinggi, keragaan pemeliharaan ayam berkategori semakin buruk. Keragaan pemeliharaan ayam yang baik adalah pemeliharaan dengan persentase kematiannya yang lebih rendah dari pada standar yang ditentukan oleh perusahaan inti. Standar persentase kematian ayam disesuaikan dengan umur ayamnya, umumnya ditentukan berdasarkan hasil penelitian dan kajian mendalam yang dilakukan perusahaan inti. Standar persentase kematian ayam yang digunakan STA pada kemitraan saat ini, mulai dari anak ayam umur tujuh hari adalah adalah 1,5 persen dan semakin tinggi

seiring dengan meningkatnya umur anak ayam. Ayam umur empat puluh lima hari standar persentase kematiannya adalah 5,93 persen. Sistem insentif berdasarkan prestasi tingkat kematian ayam dalam hal ini persentase kematian ayam juga ditawarkan dan dilaksanakan oleh perusahaan inti, semakin kecil persentase kematian ayam dalam satu siklus produksi dan lebih rendah dari pada standar yang ditetapkan perusahaan inti, peternak plasma diberikan bonus tambahan. Persentase kematian pada akhir pemeliharaan (umur ayam 30-32 hari) dengan kategori baik adalah yang memiliki persentase kematian berkisar antara 2 – 3 persen.

Kondisi suhu ruangan kandang ayam yang diteliti berkisar antara 28 – 320C, lebih tinggi dari pada suhu ideal berdasarkan rekomendasi dari Cobb (2008) antara 21 – 230C. Pada beberapa kandang peternak, di dalam ruangannya dipasang kipas angin berdiameter 50 inci untuk membantu memperlancar sirkulasi udara dalam kandang untuk mengurangi tekanan suhu yang terlalu tinggi. Penerangan kandang umumnya menggunakan bola lampu listrik 20 watt per 24m2 atau setara dengan 0,21 foot candles (fc), lebih rendah dari pada rekomendasi Cobb (2008) yakni 0,5–1,0 fc (125 watt per 93m2). Tingkat kepadatan ayam yang digunakan rata-rata 10 ekor per m2. Hasil produksi akan lebih baik jika tingkat kepadatan dikurangi menjadi 8 ekor per m2, sesuai hasil penelitian Sahroni (2001), bahwa pemeliharaan ayam pedaging dengan lingkungan yang bersuhu 23,2-33,20C dan kelembaban 69,2-90,3% (daerah tropis) pada tingkat kepadatan 8 ekor per m2 lebih baik jika dibandingkan pada tingkat kepadatan 10 dan 13 ekor per m2.

Untuk kebutuhan tempat pakan, CPIN merekomendasikan penggunaan jumlah tempat pakan (tabung berkapasitas 5 kg) untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor pada umur di atas 14 hari sebanyak 165 buah dan tempat minum otomatis sebanyak 84 buah. Kebutuhan tempat pakan, tempat minum, dan tingkat kepadatan disesuaikan dengan umur ayam (Tabel 24). Penggunaan tempat pakan dan minum di tingkat peternak plasma umumnya telah menyesuaikan rekomendasi tersebut dengan baik.

Tabel 24. Kebutuhan Tempat Pakan dan Tempat Minum untuk Pemeliharaan Ayam sebanyak 5.000 ekor

Umur Kepadatan Ayam

(ekor/m2

Baki (buah) luas lantai kandang)

Tempat pakan (buah) Tempat minum (buah) 1 60 100 - 55 3 40 100 94 55 6 30 55 105 65 9 20 25 165 80 12 15 - 165 80 >14 10 - 165 80 Sumber : CPIN (2007)

Disamping kinerja finansial dan kinerja kerjasama, terdapat pengaruh negatif yang nyata dari kinerja operasional terhadap keberhasilan kemitraan dari segi komponen technoware, dengan estimasi dan nilai-t adalah -0,61 dan -3,30, serta R2=0,30 (Tabel 23). Hal ini berarti semakin tinggi kinerja operasional menghasilkan tingkat keberhasilan kemitraan yang semakin rendah, disebabkan karena kinerja operasional ditentukan oleh indikator sumber daya manusia (estimasi 0,57; nilai-t 3,33, dan R2=0,17), inovasi teknologi (0,75; 3,69; dan 0,28),

serta litbang (0,75; 3,69; dan 0,28) (Tabel 22). Kinerja operasional yang semakin baik membutuhkan sumberdaya manusia yang lebih bermutu, inovasi teknologi yang lebih canggih, dan litbang dilaksanakan lebih intensif. Hal ini memerlukan permodalan yang semakin besar. Adanya penggunaan modal yang semakin besar tersebut menunjukkan kemampuan finansial yang semakin kuat dari peternak plasma yang bersangkutan. Terdapat kecenderungan bahwa seiring kenaikan tingkat kemampuan pelaksanaan ketiga faktor tersebut oleh peternak plasma (kemampuan finansial semakin tinggi), maka semakin kuat keinginan peternak yang bersangkutan untuk menjalankan usaha secara mandiri, sehingga tingkat keberhasilan kemitraannya menurun.

Penggunaan sumber daya manusia yang semakin terampil dan terdidik dalam menjalankan usaha akan semakin meningkatkan kinerja operasional, namun cenderung menuntut upah kerja yang lebih besar. Tingkat pendidikan rata- rata peternak adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (Lampiran 4). Inovasi teknologi dilakukan pada tingkat yang masih sederhana yaitu penggunaan peralatan semi otomatis dan cara pemeliharaan yang berangsur-angsur diperbaiki berdasarkan pengalaman berproduksi dari waktu ke waktu dan pembinaan dari perusahaan inti.

Disamping kinerja finansial dan kinerja operasional, tingkat keberhasilan kemitraan juga dipengaruhi oleh kinerja kerjasama ( 3), namun pengaruhnya tidak nyata secara statistik berdasarkan hasil analisis LISREL 8.3 dengan estimasi dan nilai-t adalah -0,12 dan -1,27 (Tabel 23). Meskipun demikian terdapat indikator yang kuat untuk mengukur kinerja kerjasama yaitu fleksibilitas (y11),

sikap (y16) dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,87 dan 5,11; 0,35 dan 2,48; 0,38 dan 2,78; serta 0,96 dan 5,34 (Tabel 22).

Fleksibilitas dari beberapa kegiatan dalam operasional produksi selama terjalin perjanjian kerjasama dijalankan dengan baik. Penjadwalan produksi, penggunaan jenis DOC, dan waktu panen dilaksanakan secara fleksibel. Jika terjadi perubahan jadwal masuknya DOC yang telah direncanakan dan disetujui kedua belah pihak antara perusahaan inti dan peternak plasma karena suatu hal, kedua belah pihak setuju untuk menetapkan jadwal baru.

Perubahan jadwal maju atau mundur masuknya DOC di kandang dapat berasal dari peternak maupun perusahaan inti. Permintaan pengunduran jadwal dari pihak peternak dapat terjadi lebih disebabkan karena persiapan kandang belum sepenuhnya siap, misalnya peternak kesulitan menyediakan bahan litter (pada umumnya menggunakan sekam/kulit padi) dalam jumlah yang cukup sebagai akibat dari kelangkaan pasokan. Kelangkaan pasokan sekam untuk litter kandang umumnya terjadi pada waktu sebelum musim panen padi yaitu sekitar pertengahan bulan Januari. Kebutuhan sekam untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor, lebih kurang sebanyak empat ton (200 karung) per siklus produksi. Pengunduran jadwal masuknya DOC yang diajukan oleh perusahaan inti, umumnya disebabkan karena pasokan DOC yang kurang dari jumlah permintaan.

Jadwal pemanenan ayam tidak terlalu ketat, namun fleksibel disesuaikan daya serap pasar dan ukuran rata-rata bobot ayam. Faktor lain yang mendukung kelancaran usaha plasma seperti saling memberi informasi tentang administrasi, teknologi, dan organisasi, dapat dilaksanakan dengan baik. Ketergantungan mitra juga menjadi peubah yang penting pengaruhnya terhadap kinerja kerjasama.

Perusahaan inti membutuhkan tempat pemeliharaan (kandang) dengan populasi pemeliharaan yang banyak dan produksi yang kontinyu, sedangkan peternak plasma membutuhkan pasokan sarana produksi, dan pemasaran hasil produksi dengan harga yang pasti (jaminan harga), serta pembinaan dari perusahaan inti. Kontrak kerjasama dengan jangka waktu yang semakin pendek akan lebih fleksibel dalam melakukan penyesuaian sesuai dengan perkembangan harga sarana produksi ternak dan hasil ternak di lingkungan bisnis.

Komponen technoware terdiri dari tiga peubah eksogen yaitu kandang, pemeliharaan ayam dan pengendalian hama dan penyakit. Peubah kandang terdiri dari lima peubah indikator. Peubah lantai kandang, lebar kandang, dan panjang kandang bernilai sama dengan nilai berkategori tinggi. Oleh karena peubah- peubah tersebut bernilai sama, maka tidak dimasukkan dalam proses penghitungan LISREL, namun tetap merupakan peubah-peubah penting.

Lantai kandang sistem panggung dengan ketinggian minimal 180 cm dari permukaan tanah. Tinggi kandang 400 cm dari lantai kandang. Lebar kandang 800 cm. panjang kandang menyesuaikan lahan dengan posisi membujur dari arah barat ke timur. Tinggi kandang berpengaruh sangat kuat terhadap kandang dengan estimasi dan nilai-t adalah 1,41 dan 17,90. Dinding kandang dibuat setinggi minimal 200 cm, berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara dari dalam kandang ke luar kandang maupun sebaliknya. Sirkulasi udara ke ruangan kandang dan dari dalam kandang yang baik akan mempengaruhi penampilan produksi yang baik. Pengaruh dinding kandang tersebut nyata terhadap peubah kandang dengan estimasi adalah 0,49 dan nilai-t 4,57 (Tabel 22).

Kandang berpengaruh positif terhadap kinerja finansial, meskipun pengaruh tersebut tidak nyata secara statistik dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,49 dan 1,65 (Tabel 22). Kandang dengan ukuran tinggi dan dinding yang sesuai standar dari perusahaan inti menghasilkan keragaan pemeliharaan yang semakin baik. Kandang dibangun dengan biaya yang serendah mungkin, sehingga dapat mengurangi beban keuangan usaha untuk mengembalikan permodalan investasi yang sudah dikeluarkan.

Kandang yang dibangun dengan modal yang terbatas dapat menghambat realisasi inovasi teknologi, padahal inovasi teknologi merupakan indikator utama dalam mencapai kinerja operasional yang baik. Dalam konteks ini, hal yang perlu diprioritaskan oleh peternak adalah yang berkaitan dengan pencapaian kinerja financial. Dengan demikian, membangun kandang ayam berkapasitas tertentu dengan biaya rendah perlu diprioritaskan.

Pengendalian hama dan penyakit tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja finansial dengan koefisien adalah -0,24 dan nilai-t -1,57 (Tabel 23). Indikator yang kuat untuk mengukur pengendalian hama dan penyakit adalah pemeliharaan kandang (Tabel 22). Hal ini sesuai dengan pernyataan Cobb (2008) bahwa satu faktor yang lebih penting dalam pemeliharaan kesehatan unggas adalah pemeliharaan kebersihan yang baik. Standar kebersihan yang baik akan mengurangi bahaya penyakit. Pemeliharaan kandang dilakukan setiap saat selama produksi berjalan, terutama setelah panen (kandang kosong), kandang dibersihkan dan diperbaiki jika terdapat kerusakan sebelum digunakan untuk siklus produksi berikutnya.

Periode pengistirahatan kandang, yaitu pengosongan kandang sampai diisi DOC kembali dilakukan 10 – 14 hari, dengan harapan dapat memutus siklus bibit penyakit yang diakibatkan oleh virus maupun bakteri. Penggunaan obat-obatan oleh peternak mengikuti program yang dianjurkan oleh Technical Service (TS) dari perusahaan inti.

Dokumen terkait